When I decide to continue my study : Sebuah cerita dari meja wawancara beasiswa


Someday
Our fight will be won then
We’ll stand in the sun then
That bright afternoon
‘Till then
On days when the sun is gone
We’ll hang on
Wish upon the moon

(Someday—- The Hunchback of Notre Dame OST)

Ingatlah bahwa ego kita tidak boleh mengalahkan impian kita.
Biarkan ego dan setiap pemikiran kita berdebat,
bukan untuk mematahkan semangat berjuang
Hanya untuk membuat kita semakin bijaksana dalam mengambil keputusan.

Setidaknya itulah yang saya pelajari bulan ini.

Mulai dari kabar gembira dulu, insya Allah awal tahun depan jika tidak ada aral melintang saya akan kembali bersekolah di Magister Ekonomi Terapan, di sebuah universitas negeri di Bandung. Akhirnya ada juga yang mau nerima saya hahahahaha dan alhamdulillah-nya lagi insya Allah saya akan sekolah dengan very very full scholarship, jadi seharusnya sih tinggal belajar dan dapet nilai yang bagus. Kalau saya inget tagline lembaga pemberi dana beasiswa saya “Ingatlah! Beasiswamu adalah amanah rakyat untukmu” Huwaaaaaaaa ampuuuuun deh, langsung deg-deg-an kalau inget uang beasiswa saya itu juga dapet dari pajak mukyaaaaaaaa, dosa banget kalau saya nggak serius.

Saya sudah berjanji pada adik-adik kelas saya yang juga murid-murid saya di kelas responsi untuk berbagi cerita jika saya sudah memperoleh beasiswa. Hmmmm…. prosesnya masih panjang sih, saya masih harus pengayaan, ngurus berkas, dsb. Tapi biarlah sebelum saya lupa dengan kisah-kisah heroik saya. Berjanjilah… ketika kalian selesai membaca ini, siapapun kalian, dimanapun kalian akan melanjutkan studi atau impian kalian, ingatlah bahwa kalian bukan apa-apa tanpa kerja keras dan bantuan orang lain! Saya tidak mau pembaca blog saya menjadi orang yang angkuh. Setuju? Baik! Lanjuuuut.

Perjuangan saya memperoleh beasiswa itu gak mudah. Saya berkali-kali gagal, berkali-kali kecewa, dsb. Kegagalan terbaru saya adalah ketika saya gagal di step terakhir beasiswa Pemerintah Turki. Kegagalan yang saya buat sendiri, karena saya bisa-bisanya lupa membawa satu bundel semua hasil publikasi saya. How stupid! Tapi kemudian saya menyadari bahwa memang itu bukan pilihan yang tepat dari Allah untuk saya. Pun saya keterima berarti saya harus meninggalkan tanah air 2,8 tahun. Okay… gak kuaaaat hahaaha :p

Banyak yang mungkin bertanya-tanya dan bahkan kecewa karena saya akhirnya malah memilih melanjutkan sekolah di dalam negeri dan bukan di luar negeri. Aiiish… reviewer saya pun gemes setengah mati tentang itu sampai Beliau bilang “Kamu itu… sedikit lagi loh. Kamu sudah pantas melanjutkan studi kamu ke belahan dunia manapun yang kamu mau”

Iya, Mon! Kenapa? Perjuangan lu hanya segitu saja?

hahahahhaa… ya  gak lah! Dari dulu impian saya menjelajahi eropa, suwun ke Universitas Tokyo, dan memenuhi rasa penasaran mengenai benua Eropa. Tapi Allah lebih tahu yang terbaik untuk saya, untuk keluarga saya, untuk semua orang di sekitar saya, dan tentu untuk negara saya. Saya akan ceritakan hal ini nanti. Sebentar ya.

Bagi saya, langkah terberat dalam beasiswa itu sebenarnya wawancara. Kenapa ya? kalau administrative things sih asal kita apik dan teliti, insya Allah semuanya beres. Tapi pas wawancara, wueeetssss… kalau Allah gak ridha atau kita terlalu takabur bisa macem-macem tuh halangannya, mulai dari blank, ketinggalan macem-macem, keringet dingin, sakit perut, atau telinga tiba-tiba tuli dan otak buntu sampai gak ngerti pewawancara ngomong apa. Sedih banget ya hahahahhaha.

Wawancara saya yang terakhir, yang mengantarkan saya untuk dapat Magister ekonomi terapan ini, cukup berasa nano-nano. Antara PD, blank, dan kepikiran karena pada tanggal yang sama adik saya daftar ulang ke SMA. Kasian banget adik saya sampai diusir dari sekolahnya karena gak ada wali yang dateng :'( sorry adikku sayang, untungnya dia selalu ikhlas kalo kakaknya bilang mau sekolah lagi *walau sempet ngambek seharian*

Tanggal 2 Juli 2013 saya dan kandidat lain diharuskan mengikuti briefing calon penerima beasiswa di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan. Gedungnya oke punya hahahhaa, buat kalian yang punya kelebihan harta nanti…boleh tuh nikahan di gedung itu. Insya Allah tempat duduknya cukup hehehehe.

Saya pun telat karena saya kerja dulu, dan biasaaaaa…. fatamorgana jarak. Merasa kantor saya deket banget sama dhanapala saya pikir tinggal menggelinding kesana, eh rupanya mesti nyebrang pake jembatan penyebrangan toh. Ya udahlah saya pun menyebrang sambil lari-lari. Nyampe gedungnya udah keringetan terus kotak snack udah mau abis, waaaah panik jangan-jangan gak kebagian snack *lagi-lagi salah fokus*

Masuk kedalam gedung, saya baru sadar kacamata ketinggalan di kantor, saya duduk di belakang. Huwaaaaa gak keliatan apa-apa. Untung kuping masih normal jadi masih bisa mengikuti dengan baik. Sesi tanya jawab pun seru, semua antusias. Ya iyalaaaaaah…. siapa yang gak antusias, wong kalau kita lulus untuk program Magister atau Doktor Luar Negeri, mau bayar SPP sampai 3 milyar juga dibayarin mwahahahaha. Saya yang daftar magister dalam negeri aja ngeliat rincian beasiswanya langsung deg-deg-an, huwaaaa utang gw sama rakyat Indonesia banyak banget -.- kalau gw bodoh kayaknya pantas dilempar bakiak deh.

Kemudian, secara mengejutkan ada pengumuman bahwa kita harus nunggu sebentar karena kami semua aka dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan setiap kelompok harus liat jadwal wawancara. Kalau kebagian hari itu juga maka silakan duduk dengan manis di gedung tersebut. Saya PD dong “Aaaaaah….paling besok, lalalala yeyeyeyeye, pulang ke Bogor aja ah ngurus sekolah adik” eh emang deh Allah itu suka banget ngasih surprise, saya rupanya kelompok satu dan wawancara siang di hari itu juga. Huwaaaaaa…. kelabakan! Sms Mama, sms adik, sampe sms dosen, bukannya sms minta doa, tapi nanya gimana kabar adik saya yang mau daftar ulang itu. Dosen saya bilang “Forget your brother for a while, dia udah keterima di SMANSA, kamu masih belum dapet beasiswa. Focus for your interview” Okeh takluklah sudah. Minta maaf ke adik dan janji akan bayar ganti rugi dengan nonton Despicable Me 2 hehehhehehe.

Saya pun melangkah dengan mantap untuk kembali ke kantor. Ambil kacamata, suwun ke bos, ambil berkas-berkas, dan print semua bukti publikasi yang pernah saya buat *karena trauma dengan kasus gagal beasiswa pemerintah turki*

Siang saya pun kembali ke gedung kece di komplek Kemenkeu itu. Karena sudah mulai tenang dan kenyang karena sudah menghabiskan dua mangkok mie ayam (kalau grogi saya akan makan banyak hahahahaha). Saya mulai ekspansi, melemparkan pandangan ke semua penjuru. Kaget banget karena banyak yang pakai bajunya lebih aksi daripada ngelamar kerja. Saya sendiri hanya pakai jilbab dan baju biru muda, celana hitam, dan sepatu kucel karena keinjek di kereta pas pagi-pagi, yaaah penampilan standar anak kereta lah. Pasrah aja deh. Saya pun kemudian iseng-iseng mencari siapa saja sih orang-orang yang apply beasiswa ini, rupanya semuanya keren-keren… sama mah bukan apa-apa. Ada yang daftar magister ke Amrik, bahasa Inggrisnya udah kayak air terjun niagara… lancar dan deras. Ada anak ITB yang mau ambil beasiswa ke Titech, keliatannya sih cupu-cupu gitu, eh tapi pas liat publikasinya hehehehhe jiper ah, anaknya nyantai banget “Mas kenapa gak ambil monbu aja? U to U mah langsung tinggal guling aja kali dengan CV seoke ini.” terus jawabannya “Heu… saya teh ketinggalan info, pas lagi ada daftar-daftar itu saya teh lagi conference di Jepang” Haaahahahaha… udah deh, no further confirmation, udah canggih tuh si anak ITB, tapi ya ampuuuuun logat sundanya gak nahan hahahahaha. Ada juga anak kedokteran UI yang ambil beasiswa tesis, kemudian dengan gegap gempita menjelaskan mengenai penelitian dia ke saya. Saya takjub, tapi sayang saya gak ngerti hahahahahha terlalu keren soalnya.

Tapi yang paling hebat adalah, ada seorang penyandang cacat yang bertekad mengambil beasiswa magister. Dia berjalan pun harus dibantu dengan tangannya karena paha dan betisnya tidak sempurna. Bukan saya kalau nggak penasaran sama orang, iseng-iseng lagi saya dengarkan ketika dia ngobrol dengan kandidat lain. Kenapa sih Mas mau sekolah lagi? jawabannya Saya ingin menjadi inspirasi bagi orang-orang seperti saya. Keterbatasan bukan alasan untuk kita meraih cita-cita kita, bukan alasan untuk melunturkan semangat kita. Subhanallah… saya aja masih suka luntur semangatnya hahahhahaa. Hebat ya? Huwaaaa saya udah senyum-senyum miris aja, kira-kira bakal keterima gak ya hahahahaha.

Karena keasikan memperhatikan orang lain, tanpa terasa saya dipanggil untuk segera menuju kursi panas dan bertemu dengan para reviewer saya. Rupanya satu orang direview oleh 3 orang: 2 orang doktor dan 1 orang psikolog. Jangan kaget deh, kalau keluar dari ruangan ini ada yang sampai nangis-nangis bombay, reviewernya detil banget dan kadang kata-katanya menyentuh di sanubari yang paling dalam, padahal mah pertanyaannya gitu-gitu aja, tapiiii ya itu…mendalam. Saya akan ringkaskan percakapan saya dengan para reviewer, tentu dengan keterbatasan ingatan saya hehehehhe….

Reviewer 1 (R1) : Waaaah…. dengan siapa nih?
Saya (M): Marissa, Pak. Marissa Malahayati
R1: Malahayati itu nama kapal ya?
M: Oh mungkin banyak Pak jadi nama kapal, tapi sebenarnya itu nama Pahlawan wanita di Aceh
R2: Owalaaaah orang Aceh toh
M: Secara patrilineal orang Jawa Timur, Bu
R1: Loh… Ibu kamu orang Aceh toh, kok bisa ketemu orang Jawa Timur. Keren sekali ujung ketemu ujung
M: Biasa lah, Pak… cinta bersemi di kampus

———dan percakapan ringan terjadi di 10 menit pertama hanya karena Malahayati

R1: Marissa, kenapa sih kok kamu apply beasiswa yang dalam negeri. Kamu putus asa apa gimana ini? Ceritanya bagaimana?
R3: Iya nih. Hasil publikasi kamu sudah banyak, bahasa Inggris sudah baik, essay kamu bagus, pernah jadi mapres segala, aduuuh sayang banget. Kenapa?
R1: Ini sih sudah pantas sebenarnya ambil yang luar negeri, harusnya kamu sabar dan berjuang sedikiiiiit lagi saja. Apa alasan kamu? Dosen kamu gak ngasih kamu rekomendasi buat sekolah keluar? Masa perlu saya yang kasih?
M: Saya juga maunya keluar, Pak. Dosen saya welcome sekali, bahkan sudah menawarkan senseinya di Universitas Tokyo untuk membimbing saya. Tapi saya rasa itu belum jalan terbaik untuk saya dari Tuhan.
R1: Ah masa iya? Universitas Tokyo loh! Tokyo Daigaku! Jutaan orang gontok-gontokan untuk masuk Todai.
M: Tapi saya mempertimbangkan masalah keluarga saya, Pak.
R1: Aha! Ini pasti serius. Teruskan
M: Mama saya terserang stroke saat saya di tingkat akhir S1, Pak. Sekarang sudah jauh lebih membaik akan tetapi saya pikir lebih bijaksana jika saya dalam waktu dekat ini tetap memperhatikan Beliau. Adik saya juga baru masuk SMA sekarang sedangkan ayah saya sudah meninggal dunia sejak saya duduk di bangku kelas 2 SMP. Saya rasa saat ini, saya bertanggung jawab pula untuk menjaga adik saya apalagi sekarang dia baru saja peralihan dari SMP ke SMA, saya masih belum bisa sepenuhnya melepas dia.
R1: Ah… saya paham sekarang. Kalau begitu, kamu ada rencana lanjut ke S3 kan?
M: tentu Pak, saya ingin tulisan saya masuk ke publikasi-publikasi internasional jadi saya rasa jenjang S3 akan menjadi channel saya meraih impian saya tersebut.
R1: Baik…. kamu harus bisa menyelesaikan S2 kamu dengan cepat dan baik. Banggakan Ibu dan adik kamu. Kemudian ketika kamu sudah siap, apply jenjang doktor. Tapi saya sungguh tidak mau lihat kamu apply untuk dalam negeri lagi. Kalau kamu mau wujudkan impian kamu tersebut, harus ada waktu dimana kamu menjelajahi dunia dan membuka wawasan kamu. S3 harus dan harus di luar negeri ya. Kontak dengan dosen kamu terus, pikirkan untuk masuk Todai. Tapi mohon maaf, kamu jangan lupa menikah ya jangan belajar terus
M: *melongo* iya, Pak… masa iya saya mau jomblo terus.
R2: Udah ada calon belum?
M: Hehehe… it is complicated, Bu
R2: hahahahahhaha… waaaah, harus ada syarat tambahan berarti nanti kalau mau ambil S3. harus udah ada rencana menikah dan harus udah ada calonnya.
R3: Iya… iya… terus resepsinya di gedung ini, jangan lupa undag kita-kita ya.
M: *melongo* *tak bisa berkata-kata* errrrr -_____-

———————————lalu entah kenapa jadi ngomongin masalah jodoh.

R1: Kenapa sih kamu mau berjuang sekeras ini. Apa motivasi utama kamu?
M: karena saya yang sekarang mungkin tidak akan jadi apa-apa tanpa bantuan orang lain. Saya pikir, saya kelak harus bisa jadi orang yang bisa membantu banyak orang. Jika tidak dengan harta, mungkin dengan ilmu yang saya miliki.
R1: Berat sekali bahasanya, apa contoh konkritnya? Kamu punya background yang mendasari pernyataan kamu itu?
M: Saya dan adik saya sekolah saja, Pak…. itu semua karena ada bantuan dari keluarga saya untuk membiayai semua biaya sekolah kami. Jika tidak ada, mungkin saya tidak akan apply untuk beasiswa magister hari ini. Mungkin tidak pernah ada nama saya di database mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor. Dari itu saja, saya berusaha belajar mati-matian untuk setidaknya menunjukkan rasa terima kasih saya kepada Beliau. Saya ingin pintar, agar kelak saya bisa mengajari banyak orang. karena saya tahu betapa berharga dan mahalnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Bapak Ibu sekalian, hidup saya ini tidak mudah… tapi Allah memberikan saya kemudahan-kemudahan, dan kemudahan itu datang dari orang-orang lain. Saya rasa tidak etis jika saya egois dan hanya ingin mengejar keberhasilan dan prestige diri saya sendiri. Keberhasilan saya adalah ketika saya dibutuhkan, dibutuhkan untuk membawa kebahagiaan dan kemudahan bagi orang lain.

—————————————- dan seterusnya!

Wawancara saya sendiri berlangsung kurang lebih 45 menit bahkan kayaknya lebih! terlalu keasikan mengorek-ngorek jati diri saya sepertinya. But actually, saya belajar tips untuk wawancara beasiswa:

1. JUJUR! karena itu membuat pembicaraan mengalir dengan lebih baik. Berbohong itu menguras memori karena kita harus merecall memori kita tentang kebohongan yang kita buat hahahahha

2. Bawa berkas selengkap-lengkapnya. Masalah mau diliat atau gak, pokoknya BAWA! At least kita udah well prepare. Jangan lupa kita juga udah harus ngelotok tentang apa penelitian kita, apa pencapaian-pencapaian kita, dsb.

3. MAKAN dan ISTIRAHAT YANG CUKUP, kalau saya sih suka capek sendiri kalau grogi. Hiburan saya ya makan enak dan boboks hehehehhe. Ini sih tergantung kalian.

4. SOPAN! Wawancara beasiswa itu yang dinilai bukan masalah otak aja tapi juga masalah kepribadian. Yaaaa… buat apa sih pinter tapi manner nol besar kan?

5. IBADAH dan DOA. jangan lupa juga MINTA DOA ORANG TUA.

Intinya kalian memang harus menjual diri tapi jangan lebay dan jangan sombong.

Semoga post ini menjawab beberapa rasa bertanya-tanya kalian jadi saya gak usah berkali-kali ngejawab hahahahaha.

Tentang Seorang Pria…


Sebuah persembahan cerita untuk my lovely brother yang akan berulang tahun besok, kelak kamu akan membacanya dan jadilah seorang pria yang hebat 🙂

Saya….
Hanya merasakan hidup selama 12 tahun dengan ayah saya. Itupun tidak full time karena tentu saja Beliau bekerja dsb. Selama 12 tahun, dengan pengetahuan saya tentang kehidupan yang masih sangat minim, saya mencoba memahami nilai-nilai yang Beliau pegang. Lagi-lagi, dengan pengetahuan saya yang masih sangat minim tentang kehidupan, saya sangat mengagumi ayah saya karena alasan-alasan yang sangat sederhana. Namun, setelah Beliau meninggalkan saya dan keluarga, saya marah pada Beliau sekaligus pada Tuhan, well… why should my father? why?
Sempat sedikit shock, saya lalu mengumpulkan setiap kepingan ingatan saya tentang Beliau, alasannya? Karena hanya kenangan-kenangan itu yang bisa saya jaga dan saya ingat selamanya. Kenangan itu akan jadi harta paling berharga dalam hidup saya, dan semoga juga untuk orang lain.

Izinkan saya bercerita sedikit tentang Beliau.

Ayah saya adalah seorang anak pertama dari keluarga yang biasa saja. Karena Beliau seorang anak yatim, maka untuk membantu ekonomi keluarganya, Beliau menjadi gembala ternak saat masih sekolah, membantu ibunya berjualan, dan karena pintar Beliau juga menyambi menjadi guru di kampung halamannya. Karena prestasi akademisnya yang baik, Beliau kemudian bisa bersekolah di IPB melalui jalur undangan. Harapan Beliau saat itu hanya satu, kelak bisa menjadi guru, lalu kembali ke kampung halamannya dan mencerdaskan anak-anak di kampung halamannya.

Hampir menjadi dosen tetap namun akhirnya Beliau give up for his biggest dream, alasannya masalah ekonomi. Saat itu, menjadi dosen apalagi belum tetap sangat tidak prospektif. Beliau kemudian menjadi seorang pegawai swasta.

Saat mendengar cerita itu, saya kemudian protes kepada ayah saya. Bagaimana mungkin impian yang sudah Beliau perjuangkan bertahun-tahun harus kandas begitu saja. He just great… so why he should stop? Why? ini terlalu tidak fair.

Menjawab pertanyaan saya yang menggebu saat itu, Beliau hanya tersenyum lalu menjawab dengan kalimat-kalimat yang menurut saya terlalu berat untuk saya mengerti saat itu.

“Jadi pria itu berarti menjadi imam… menjadi pemimpin… menjadi seorang mengambil keputusan. Itu amanah dari Allah” Jawab ayah saya pendek

“Masa bodoh… ini masalah cita-cita, yah. Ayah yang bilang perjuangkan impian sampai mati. Gantung cita-cita di di bintang, jangan hanya sampai di bulan karena bulan sudah pernah dicapai oleh NASA. Lha… ini ayah sendiri kok melanggar kata-kata itu?” Protes saya

“Ayah belum selesai. Nak, menjadi seorang pria itu haruslah bijaksana… karena imam yang tidak bijak hanya akan merugikan umat. Sampai situ, setuju?”

“Iya, lalu?”

“Lalu… ayah yang saat itu harus mengambil keputusan yang paling banyak memberikan keuntungan bagi orang-orang di sekitar Ayah. Kalau ayah bersikeras untuk sekolah lagi…. bersikeras untuk melanjutkan pekerjaan yang uangnya tidak jelas… maka Ayah akan mengorbankan kalian. Tentu ayah tidak mau menjadi egois”

“Okay, alasan diterima. Tapi ini berarti ayah menyerah dengan impian ayah?”

“Tidak… siapa ya menyerah? Justru Ayah sedang mengembangkan impian ayah jadi lebih fenomenal… lebih nyata…. lebih keren”

“Sok banget. Memangnya mempersiapkan apa?”

“Mempersiapkan kamu” jawab ayah saya singkat.

Saya bingung lalu bertanya, “Maksudnya apa? Saya gak mau jadi guru ah… jadi dosen juga… saya mau jadi presiden Amerika Serikat aja. Kayaknya lebih kaya dan keren”

“Hahahahahaha… terserah kamu mau bercita-cita jadi apa. Akan tetapi satu hal yang kamu tidak boleh lupa, ketika kamu semakin berilmu nanti maka jadilah orang yang semakin rendah hati. Jadilah orang yang bisa membagi ilmu kamu untuk kepentingan banyak orang. Ilmu itu harta dan amanah, dan kamu tahu kan setiap harta harus dikeluarkan zakatnya.”

“Iya, yah? gimana bayar zakat ilmu?”

“Dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan mengamalkannya sebaik yang kamu bisa. Ingat juga bahwa ilmu adalah harta, maka dia bisa dicari terus menerus hingga ke pojok bumi manapun. Ingat bahwa ilmu adalah amanah, dan amanah hanya diberikan pada orang yang pantas, maka jadilah orang yang baik sehingga Allah menilai kamu pantas untuk diamanahi ilmu pengetahuan”

“Aduh pusing banget ya, yah… gak ngerti deh”
“Yaaaaa… nanti juga ada saatnya kamu ngerti. Yang penting ingat saja dulu”

Lalu pembicaraan pun semakin mencair, dan saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa pembicaraan itu akan menjadi pondasi berpikir saya di masa yang akan datang.

* * *

Saya tidak akan bercerita lebih panjang mengenai ayah saya, mungkin harus dibuat sebuah buku khusus untuk menceritakan Beliau. Singkat cerita, Beliau kemudian sakit saat saya duduk di kelas 6 SD karena sebuah kecelakaan di kantornya dan kemudian meninggal dunia saat saya duduk di bangku SMP kelas 2.

Saat Beliau jatuh sakit, saya sangat marah pada Tuhan. Yaaaa… supaya kalian tahu saja, saya pernah sampai tiap hari hanya menggugat Tuhan. Bagi saya terlalu tidak adil jika seseorang yang baik seperti Beliau harus jatuh sakit seperti itu. Gila!

“Ayah gak kasian sama kita-kita, sampai sakit begini?” Kata saya pada Ayah saya, “Kenapa sih Ayah masih aja baik sama Allah, Allah aja gak baik sama Ayah. Yaaaaa jangan dibaik-baikin dong Allah-nya, keenakan nanti”

“Ayah merasa ayah beruntung banget aja”

“Ayah demam kali -____-, syarafnya bener-bener rusak rupanya”

“Nggak… ini serius. Tidak banyak yang mau menerima orang yang sakit seperti Ayah sekarang dengan baik… dengan sabar… tapi ayah punya kalian, semuanya baik, semuanya sabar, semuanya tetap semangat. Kamu juga rupanya bisa kan dapat NEM tertinggi”

“Cuman sekabupaten, Yah… gak se-Indonesia.”

“Tapi itu luar biasa kan? Kamu pikir itu biasa, bagi ayah luar biasa. Nak, tidak mudah menjaga semangat berjuang di saat-saat sulit dan kamu bisa melakukan itu. Kelak kamu bisa menjadi wanita yang hebat, masih mau jadi presiden Amerika?”

“Gak Yah, jadi presiden Amerika banyak musuhnya. Kayaknya jadi dokter mata aja deh”

“You change your dream because of me?”

“Sepertinya begitu”

“Iya, gak apa. Tapi kelak… setelah kamu semakin dewasa, kamu harus semakin mantap dalam menentukan impian dan jalan hidup. Jangan terlalu sering berubah, karena itu membuat kamu menjadi kurang fokus terhadap apa yang kamu kejar. Tentukan langkah yang mantap, pantaskan diri, lalu berjuang… jangan takut gagal, toh semua orang pernah gagal”

“Saya orang yang takut kepada kegagalan, yah…. saya sih jujur saja”

“Untuk apa? Nak, setiap pencapaian besar itu butuh waktu… butuh proses… dan salah satu proses yang harus kamu hadapi adalah kegagalan. Berhasil dan gagal itu satu paket.”

“Mengapa harus satu paket?”

“Agar kita menghargai setiap jerih payah yang telah kita tempuh… agar kita menghargai setiap hal yang kita peroleh… agar kita bersyukur dan semakin rendah hati”

“Ayah terlalu banyak teori!”

“Hahahahahaha…. oya? Iya sih ya… tapi gak apa selama teorinya baik dan benar.”

Beberapa tahun kemudian saya tidak memiliki kesempatan untuk kembali berdebat dengan Beliau.

* * *

Hari ini, saya sudah bertemu dengan banyak pria. Beberapa orang yang sangat bersemangat dalam meraih setiap impiannya, beberapa terlalu mudah bertekuk lutut pada kegagalan. Saya geram! Manusia di muka bumi ini seharusnya menyadari bahwa banyak orang yang meninggal terlalu cepat sebelum mereka meraih impian dan cita-cita mereka, lalu apakah pantas jika masih saja ada yang ingin menyerah begitu dini dengan impian-impian mereka?

Jika ingin menyerah, bolehkan saya memohon untuk setidaknya kalian mencoba satu kali lagi…. terus menerus seperti itu. Setidaknya modifikasi impian dan rencana-rencana yang ada sehingga lebih memungkinkan untuk dicapai. Tapi jangan menyerah! Bergerak maju bukan hanya harus dengan cara berlari, merangkak pun tidak apa…. yang penting maju! Itu saja!

Saya yang hari ini, ingin mewujudkan impian saya sekaligus impian ayah saya yang belum tercapai. Jika kalian pikir ini mudah, maka kalian salah besar… saya sudah jatuh berkali-kali, ratusan kali menangis, berkali-kali pula ingin menyerah, tapi apakah saya pantas untuk menyerah? Tidak kawan, saya harus maju… jika tidak saya akan semakin tertinggal dan semakin jauh dari semua impian saya.

Setiap pencapaian besar butuh waktu!

Bagaikan perlombaan marathon, jutaan orang sedang berlari mengejar impian mereka masing-masing…. terus berlari hingga lelah. Jika kita terjatuh, lalu kita berhenti karena lelah…. maka kita hanya akan terinjak oleh peserta marathon yang lain. Perjuangan ini tidak mengenal kata lelah…. jika kau lelah, maka mungkin kau belum menemukan hal apa yang tengah kau perjuangkan.

Me and my father, long….long….long time ago 🙂

 

a notes from my [new] office


Huwaaaaa it has been so long since my latest posting 😀
Maaf ya… hehehehe, sekarang saya sudah pindah kerja ke tempat baru dan karena sekarang bulak-balik Jakarta-Bogor errrrrrr pas pulang semua tulang mau remuk.

Well, supaya pada nggak penasaran saya sekarang kerja dimana, saya jelaskan di sini aja ya. Sekarang saya menjadi Staf Ahli Ekonomi Muda di Kemenko Perekonomian, tepatnya di kedeputian Kerjasama Ekonomi Internasional. Walau namanya keren, I’m still contract based ya disini, jadi saya belum jadi apa-apa…. so stop to say “Waaaa kereeeen~” dsb. Yeaaaah~ setelah kegagalan saya nggak lolos CPNS Kemlu rupanya saya diberi kesempatan sedikit mencicipi gimana sih rasanya kerjasama ekonomi internasional itu. Jujur sebenarnya saya sangat antusias setengah mati di sini. Akhirnya…. akhirnya saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri tanda tangan pak Hatta Rajasa dan tanda tangan Pak Marty Natalegawa! Lebay kan? hahahahaha… tinggal vis-a-vis ketemu bapak-bapak menterinya nih.

Baru satu bulan di sini udah mulai kerasa suka dukanya seperti apa. Mulai dari sukanya dulu deh…. I love my office, karena letaknya di Lapangan Banteng dan itu posisi yang cukup strategis daaaaaan~ pemandangannya yang oke punya…jadi bisa memuaskan hasrat saya buat foto-foto.
Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Tinggal foto-foto di sekitaran Pasar Baroe dan Jalan Antara nih… waaaah lovable view bgt, kayaknya kalau kalian ada yang rencana buat foto pre-wed boleh lah di situ~ paling yaaaa malu aja diliatin orang :p

Kemudian, mmmm… karena dari dulu impian saya belajar tentang integrasi ekonomi internasional dan segala macam policy-nya, waaaah di sini sebenarnya tempat yang tepat buat belajar, dan buat kalian mahasiswa yang ngerasa pinter banget ekonomi internasional…. please come, and you will feel nothing, here. Teori dan praktik itu bedaaaaaaaaa banget! Selain itu juga yaaaa… dapet gaji yang lumayan cukup disini. Standar PNS sih, hanya bedanya gak dapet tunjangan, well… there will be a time lah ya 🙂 curi ilmu dulu yang banyak di sini.

Oiya… satu lagi yang penting, disini kita bisa bebas cari beasiswa, bahkan kalau mau nyambi sekolah sambil kerja juga nggak apa asal kuat aja. Saya sendiri karena masih penasaran dengan beasiswa, jadi hingga hari ini pun masih sibuk apply sana sini dan belajar bahasa inggris. Wueeeets…. jangan tanya perjuangannya deh.

Sekarang dukanya….okey dukanya adalah:
1. CAPEK! beneran deh, sehabis pulang kerja itu kita capek! nggak ada tenaga lagi buat mikir. Jadi benar kata teman-teman saya yang udah kerja kalau udah sampai rumah itu yang mau lu lakukan adalah shalat terus tidur. Boro-boro deh mau mikir buat yang besoknya mau kuliah atau wawancara kerja di tempat lain atau tes lalalalala, haaaah masa bodoh! Makanya saran saya sih, kalau nanti mau sekolah… bulatkan tekad sekolah aja! Ya gak larang sih kalau mau sambil kerja, tapi energi itu terkuras kawan saat kalian di kantor, kalau topik kuliahnya ringan dan tesnya gampang sih mungkin happy2 aja ya, tapi kalau kalian bener2 mau serius untuk jadi expert yang punya kemampuan mumpuni ya mau nggak mau harus sekolah yang benar, serius, dan fokus… ikhlaskanlah pekerjaan kalian, atau minta izin belajar. Gak ada yang nggak butuh pengorbanan di muka bumi ini kawan! Kalau kalian bener-bener mau matang secara akademik, maka fokuskan perhatian, semangat, jiwa, dan raga untuk akademik. Tapi jika memang bakat kalian sebagai praktisi dan gak ada jiwa terjun ke dunia akademisi, mungkin belajar gila-gilaan juga udah kurang menantang lagi, so…. focus….focus…focus….!

2. KAGET! kalian gak tau kan gimana sih pengambilan keputusan yang dilakukan di tingkat atas pemerintahan kita… saya sudah melihatnya kawan! Wuuuuuiiiisssssh~ alot banget. Semua perundingan memakan waktu dan tenaga, belum lagi semua anggota forum yang mau angkat bicara menyampaikan opini dan kepentingan instansi masing-masing. Opini dari yang bermutu sampai yang sampah banget ada di meja rapat. Dari yang cerdas banget sampai yang gak jelas banget tersedia dengan lengkap. Ngebayangin nasib bangsa ada di meja-meja itu… dan jadi bahan perdebatan yang kusut, rasanya gemes banget! Saya berpikir… birokrat itu kalau adil pasti masuk surga tapi kalau nggak… pasti masuk neraka dengan cara ditendang-tendang. Kebayang gak sih oleh kalian nasib jutaan rakyat Indonesia ada di meja rapat-rapat dan perundingan itu! Gila kan? Gila memang… dan suliiiiiit sekali untuk mencapai kesepakatan. Ya memang public goods itu pareto optimum sih, pasti akan ada pihak yang dirugikan ketika suatu kebijakan publik diimplementasikan, but when you know the facts with your own eyes… rasanya~ nggak bisa dijelaskan deh.

Oiya, banyak juga anggapan bahwa PNS pada males. Eits… tunggu dulu, gak semuanya kok. Saya yang cuman staff kontrak aja rajin hehehehe bukan PNS berarti ya. Hmmm… itu sih tergantung orangnya ya. Memang sistem yang ada memungkinkan seorang PNS untuk melakukan moral hazard, bisa aja finger print pagi terus keluyuran kemanaaaa atau ngegabut di kantor terus finger print lagi sorenya taraaaaa~ di akhir bulan dapat gaji yang sama dengan yang kerja rajin. Well, tergantung orangnya sih. Kalau saya, masih terkait dengan kekagetan saya sebelumnya, saya nggak mau mendzhalimi bangsa Indonesia… gila aja, uang gw dari hasil kerja keras rakyat juga kali. Selain itu, saya tipe pemalas kelas kakap, jadi saya kerjakan semuanya dengan baik dan secepat mungkin supaya nanti my boss nggak usah mengganggu masa-masa santai saya yang indah dan tenteram… daaaaaan tidak ada yang boleh mengganggu jadwal pulang saya, sekian!

Kadang serem juga dimarahin sama bos… atau sering juga diperdaya sama yang senior2 buat ngerjain tugas mereka T^T tapi yaaa apa boleh dikata, semua ada prosesnya. Pasti ada sesuatu yang sedang Allah rencanakan, dan semua ini pasti menjadi mata rantai yang terkait satu dengan yang lainnya.

Tapi kemudian keinginan saya untuk sekolah lagi semakin besar,kenapa ya? mungkin karena saya gemas dengan meja-meja perundingan dan pertemuan yang hanya penuh dengan debat alot. Kalau masih level kroco-kroco sih nggak bisa berbuat apa-apa di tingkat policy making, hanya bisa menelan mentah2 hasil kesepakatan para birokrat atas. Gemes kan? Yaaaaa gemes aja sih nggak akan mengubah apa-apa. Kelak harus ada waktu dimana saya yang mengisi meja itu, menghentikan hal-hal yang gak perlu di meja itu, melontarkan opini cerdas dan cermat untuk suatu masalah. Menyadarkan setiap orang dalam forum bahwa di meja pertemuan kita sedang membahas masalah banyak orang bukan main monopoli. Haaaaah~ tapi saya sendiri tidak akan bisa melakukan apa-apa, semoga rekan-rekan saya kelak di meja-meja itu adalah orang yang sevisi dengan saya, atau bahkan punya visi yang lebih baik. Harapan itu selalu ada… dan pasti ada…

That’s all from me 🙂
Just come to my office if you have time…
Ada sebuah kedai gelatto yang enaaaak banget deket2 situ 😀 you will like it.

Well, here I am now~ now, with hijab :)


Okay… supaya tidak ada yang tanya-tanya dan heboh lagi
Kini saya nyatakan secara resmi kalau saya sudah berkerudung sekarang.
And here is my photograph…
tentu dengan editan supaya menyamarkan jerawat hehehehe

me

me nowadays!

 

Waaaaah? Mon.. akhirnya! kenapa? kenapa?

Kenapa ya? Sebenarnya mungkin sejak SMA sudah mau ya, tapi karena saya pernah kesal dengan perlakuan beberapa teman saya yang mendikte saya hanya karena saya tidak berjilbab *Mungkin bisa diubek-ubek posting sebelum-sebelumnya kalau penasaran dengan ceritanya* jadi yaaaa nggak jadi, apalagi pas perguruan tinggi masih ada aja yang belum mengerti bahwa saya tipe manusia yang nggak bisa dijudge oleh siapapun. Saya sudah cukup puas kok menunjukkan bahwa tanpa jilbab juga gw masih bisa tuh hidup, punya prestasi, punya hal yang bisa dibanggakan, gak usah pake narsis lagi.Parah kan? Paraaaaaah banget laaaah~ untungnya saya punya teman yang sangat baik-baik. Yaaaah tidak banyak, tapi sangat baik 🙂 Sahabat-sahabat terbaik saya adalah orang-orang yang sudah tidak pernah complain dengan apapun yang saya lakukan, mereka hanya menegur kalau saya mulai jadi uring-uringan atau panik gak jelas karena sesuatu. Well, I love them! very much~

Saya juga punya seorang teman, dan dia non-islam.
Not a special person, biasa aja… cuman karena punya beberapa hobi dan interest yang sama jadi cukup sering ngobrol juga.
Ada hal yang keren dari dia, kemanapun dia pergi dia selalu bawa Injil kemana-mana! Pokoknya religius banget deh. Tadinya sih biasa-biasa saja ya. Yaaaah… biasa lah saya juga sering liat ikhwan dan akwat yang gak pernah ketinggalan bawa Quran kemana-mana. Tapi pernah lagi asik-asik ngobrol sama dia, adzandzuhur berkumandang

Teman saya  : Mon, shalat tuh… udah adzan waktunya shalat bukan?
Saya: Ah tangguuuung, nanti aja ah…
Teman saya: Loh, emang ibadah bisa ditunda-tunda?
Saya: Utamanya sih di awal waktu, tapi kan ada range waktunya. Pokoknya asal jangan lewat aja. Lapar ah makan dulu~
Teman saya: Tapi yang utama kan awal waktu, kenapa buat Tuhan tidak memberi yang utama, Mon? Ini buat Tuhan loh…tenang gw mah bisa nunggu. Shalat sana!

JLEBH! kata-katanya masuk akal, maka saya langsung shalat tanpa ba-bi-bu lagi.

Karena saya sewaktu kuliah tidak suka mengobrol dengan segerombolan orang (sampai sekarang saya kurang suka keramaian) maka setelah shalat saya masih menghabiskan beberapa menit bersama teman saya itu. Setelah ngalor ngidul ngobrol tiba-tiba dia bertanya pertanyaan yang sebenarnya paling saya malas untuk menjawabnya:

Teman saya  : Mon, kalau wanita muslim itu harus berkerudung ya?
Saya: Iya, kewajibannya begitu… ada di Al-Quran sih sebenernya.
Teman saya: Oh… terus kenapa lu nggak pake? Lu kan anak baik, Mon?
Saya: *waaah di bilang baik, hidung terbang* —-saya ceritakan hal-hal yang bikin saya mikir-mikir untuk berkerudung——
Teman saya: Waaah… begitu. ya udah, sabar ya….
Saya: Lu sendiri, kenapa tiap kemana-mana selalu bawa Injil, ini kan cukup gede.  Memang selalu dibaca?
Teman saya: Gak sih,Mon. Tapi gw bangga dengan agama gw, dan gw selalu tenang setiap gw melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan gw.
Saya: Subhanallah, keren banget.
Teman saya: Lu bangga dengan agama lu kan, Mon?
Saya: Bangga laaaaah…. jangan tanya! Bangga banget! Lu harus tau, cendekiawan islam bahkan lebih pintar dari semua ilmuwan Eropa!
Teman saya: Naaaah… oleh karena itu, Mon… jika lu bangga dengan agama lu, maka lakukan apa yang Tuhan perintahkan. Ini bukan masalah apa yang orang lain telah lakukan ke lu, forget it! Ini masalah apa yang sudah Tuhan lakukan ke lu dan apa yang harus lu lakukan kepada Tuhan lu. Come on! Show to the world you can be a trully moslem scholar like you have said! jangan setengah-setengah dalam iman.

JENG~ JENG~ JENG~ rasanya kesindir banget! JLEBH!
Sebagai informasi ya, dulu dia selalu jadi salah satu orang yang mengingatkan saya untuk shalat di awal waktu. Saya belajar dari dia bagaimana untuk benar-benar toleran…
Saya juga belajar dari dia bagaimana benar-benar bangga pada Allah…
Saya belajar bagaimana menghargai orang lain yang berbeda keyakinan dengan saya.

Saya ingin dunia belajar, bahwa menggerakan hati manusia *setidaknya untuk manusia yang agak bebal seperti saya* tidak bisa dengan hanya kata-kata dari yang halus hingga sindiran atau kritik yang tajam, tapi harus diiringi dengan perbuatan dan contoh nyata.

Saya yang sudah dilempar dan dicecar aneka dalil dan hadist dari jaman sekolah hingga kuliah, yang sudah pernah kena sindir dari beberapa orang, toh rupanya malah luluh dengan pertanyaan seseorang yang cuman bertanya “Lu bangga dengan agama lu kan, Mon?” gw jadi berpikir, apa gw akan gengsi ya kalau tiap saat gw bawa Quran gw dan gw baca tiap hari dimanapun gw berada? kenapa gw lebih sering meluk si HP dan si lappy daripada Quran gw? waduuuuh pantesan laptop gw pernah dimaling orang, notice dari Allah juga kali ya.

Sejak hari itu tanpa siapapun tahu, saya mulai kepikiran kata-kata teman saya siang dan malam, tapi aaah lama-lama ilang juga dihapus skripsi, kerjaan, dan sebagainya. Apalagi saya serem juga liat teman saya pada lepas jilbab selepas lulus, aje gile… yang udah 4 tahun aja bisa lepas, gimana gw? hahahahahaha diuwel-uwel kali jilbabnya.
Tapi lama kelamaan saya ingat lagi, dan berusaha mencari celah dimana pernyataan teman saya yang salah, dan TIDAK ADA!

Saya sampaikan niat saya kepada Mama dan Mama cuman bilang, “Silakan kakak, asal kakak tetap istiqomah, jangan dilepas-lepas nanti ya”
Saya cerita ke adik saya dan dia cuman bilang “Oke kak, tapi kata bu Yoyoh guru agama kiki… nanti jangan pakai pakaian yang ketat dan rambutnya jangan diliatin” CEREWET tapi saya iyakan juga karena bener hehehehehehe
dan orang terakhir yang saya beritahu adalah Pillowman, as usual and as I hope dia no comment macem-macem walau saya sudah heboh cerita kalau saya takut main lepas juga kayak teman-teman saya di kampus! dia cuman bilang “Iya… memang sudah waktunya” lalu tidak ada komen selanjutnya… huffft~ dia memang paling tau saya orang yang heboh tapi tidak suka kehebohan.

dan taraaaaaaa, here I am now~ now, with hijab 🙂

Kenapa saya tidak bilang-bilang ke banyak orang? Terutama yang perempuan
1. Saya sendiri pas awal pakai masih agak males2an, kadang kalau keluar rumah juga masih di buka hahhahahahaha :p jadi yaaa gak usah berisik lah ya.

2. Saya tidak suka kehebohan “Aaaaaa M-on selamaaaat yaaaa” “Aaaaaa amdulillah, emon sejak kapan” “Aaaaaaa, kenapa gak bilang-bilang?” haduuuuuwh~ agak pusing hahahaha. Saya nggak mau orang heboh lah, everything can be happen… saya cuman berharap semuanya mendoakan aja. Lagian saya juga belum bener-bener banget kok, kadang masing lupa lengan baju kependekan, baju berantakan, terus dipanggil-panggil adik saya karena rambut keluar, aaaaah banyaaaaak! nggak muna deh gw, makanya daripada congratulate me lebih baik pray for me. Udah deh, doain si Marissa Malahayati a.k.a emonikova makin hari makin baik ilmu, iman, amal dan rizqinya.

Harapan saya, emmmm….saya ingin jadi world traveler dan penulis kelas dunia. Dengan berhijab, kelak… cepat atau lambat… saya ingin membuat ilmu saya berarti untuk banyak orang, dan ingin menunjukkan how great Islam is…how great moslem is…
That’s all…
Saya akan penuhi janji saya kepada teman saya, kelak I’ll be a moslem scholar…

Keren ya… keren dong! impian harus senantiasa keren

Yaaaa… semoga saya bisa sekeren mimpi-mimpi saya
dan Allah meridhai setiap langkah saya itu. Aamiin.

NB: my very dearest friend, muslimah yang belum berjilbab, seloooow~ saya juga pernah kok kayak kalian :p jadi saya nggak akan komentar macem2, ah kalian juga udah tau modal saya deuh hehehehe… impian saya sih semoga kelak kalian punya cerita yang lebih inspiring dan berkesan daripada saya 🙂 harus! supaya kalian ngerasain betapa mengesankannya berusaha lurus di jalan Allah itu. Gak gampang kan? Makanya kalian nanti akan belajar untuk menghargai itu. Well, you will find your own way, Gals! Insya Allah. Jangan lupa, setelah itu share ceritanya ke saya, siapa tau kita bisa tulis satu buku terus dapat royalti, terus kita kaya raya mwahahahahahahahaha <– tetep mata duitan

Jika emonikova berakustik ria….:p *selamat mendengarkan*


Hahahahahha… bingung mau nulis apa.
Tapi kalian, pengunjung setia blog emonikova belum pernah mendengar saya nyanyi kan?
Hahahahaha… beberapa hari ini rasanya capek banget, keliling-keliling Jakarta, beresin kerjaan yang pada belum beres, hujan yang bikin cucian pada nggak kering dan bikin bergantung pada jaket, naaaah untuk menghilangkan sedikit penat saya berkaraoke ria deh, entah apa yang saya pikirkan saya juga merekamnya hahahahahaha agak alay ya? atau alay banget? hahahaha boleh deh sesekali… Tadinya mau saya kirim buat seseorang untuk menghibur dirinya yang tengah gundah gulana, cuman saya khawatir nanti pas dia denger dia makin pusing dan tidak sadarkan diri, bukan sombong ya… tapi memang efek suara saya konon beda tipis dengan sonata-sonata karya mozart (yang partiturnya dibalik :p ). Jadi biarkan buat kalian aja deh :p

Nah, special for all of you guys.
CAUTION! kalau mau iseng denger pastikan siap jasmani dan rohani ya hehehehehe
suara saya itu range vokalnya pendek banget dan karena jarang olahraga nafasnya makin pendek… waktu SD sih kayaknya nyanyi pupuh yang nadanya tinggi masih nyampe… sekarang? Huwaaa fals banget hehehehe, bodo ah… yang penting eksis 😀

Happy listening for all of you who “iseng” enough buat ngedengerin hahahahaha
Noisenya agak banyak, karaokenya pas hujan deres :p hehehehehe just check this out. Perahu Kertas ala emonikova

Perahu kertasku kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya

Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri

Hidupkan lagi mimpi-mimpi
(cinta-cinta) cita-cita
Yang lama ku pendam sendiri
Berdua ku bisa percaya

Reff:Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku
Cintaku padamu…

Ihiiiy… saya cukup romantis kan
Hehehe~ semoga nggak jelek-jelek banget ya
aamiin…

Udah ah, mau ngampus….Sampai jumpa lagi semuanya