Mama dan Metode Parenting yang Beliau tidak sadari


“Marissa, you don’t have any idea about how much I adore your mom. She treats everyone nicely no matter who are they? Where they come from? She is a very sweet person, that’s it.”

Setidaknya itu perkataan Mamas Smiley saat tante emon complain tentang Mama yang kadang terlalu baik.
Tentang betapa marahnya saya karena merasa Mama terlalu cepat menghabiskan uang BUKAN untuk dirinya, tapi seringkali untuk orang lain.
Untuk asisten rumah tangga kami yang anaknya dipenjara karena kepergok menjual ganja.
Untuk tukang sayur langganan kami yang gagal panen.
Untuk tukang kebun kami yang sudah terlalu tua.
Untuk kebunnya yang mulai berantakan
Untuk kucing kami yang memang lidahnya terlatih untuk makanan dengan label harga yang lebih tinggi.

Untuk orang lain!!!!

Dan seringkali lupa untuk dirinya sendiri. Mama saya itu sakit loh, pemirsa. Mama saya tidak bisa berjalan dengan baik seperti dahulu karena stroke yang menyerang mama 3x! dan juga diabetesnya!
Kadang… saya merasa “Udah deh, Ma. Gak usah mikirin yang laen-laen lagi. Yang penting Mama sehat.”
Tapi Mama tetap Mama.

Kalian yang mengenal saya, pasti tahu betul betapa logis kepala saya dan betapa meletup-letupnya emosi saya. Bahkan kepada Mama. Saya akui, bahkan jika dibandingkan dengan adik saya (yang memang pria idaman para tante saking sweetnya sama Mama), saya cukup keras dan sering ngomel ke Mama.

“She needs to think about herself before anyone else!!!!!” jawab saya pada Smiley. Tentu! Saya merasa saya benar.

Mama… Selalu begitu.
Hatinya baik tanpa Beliau sadari.

============

Ketika ayah meninggal dunia, adik saya masih kecil. Seperti yang  seringkali kita ketahui, lidak tetangga terkadang lebih tajam dari pisau jagal kurban. Banyak yang bilang, “Bu… biasanya, kalau anak hilang sosok bapaknya, suka jadi anak bandel kalau gak bodoh. Itu tuh liat tetangga kita.lalalalalalalalalala.” mungkin pada gak sengaja ya, tapi setelah saya menginjak usia “tante” seperti sekarang, saya membayangkan “Ya Allah, itu pasti sakit banget ya buat Mama. Pasti Mama khawatir banget.”

Hmmm… setelah dipikir-pikir…..

Mama layik khawatir, karena dua anaknya: KERAS KEPALA.

Saya dan adik saya adalah orang-orang yang tidak sungkan mengatakan sesuatu to the point. Beberapa kali Mama kena “tegur” tetangga karena anak-anaknya terkesan “jutek” untuk banyak orang. Padahal? Gak… kami malas basa-basi saja.
Karena kebetulan SMA saya dan adik saya sama, dan kebetulan kami kebagian “wali kelas” yang sama, Mama saya harus sempat dengan komplain salah satu wali kelas kami.
“Marissa… ya gitu, tidak bisa berkomunikasi.”
“Muflih itu tertutup ya, yaaa tidak ada yang spesial… atlet sih.”

Sungguh, Mama sebenarnya bisa saja marah besar “Kalian!!! APA YANG TERJADI???”
Well, tentu… kalau perkara akademik, Mama akan ngomel untuk beberapa jam “Kamu itu, kan sudah Mama bilang, belajar!” tapi seingat kami, itu hanya yaaaaaaah… paling lama setengah hari.
Setelah itu Mama akan tanya “Jadi sebenarnya ada apa sih? Ada yang kamu gak sreg ya?”

Sebandel-bandelnya kami, kami tidak bisa bohong ke Mama. Mama biasanya tahu kalau ada yang salah dan “beda” pada kami.

Kadang kami males juga untuk jawab, jadi ya udah lah diem aja.
Jika itu yang terjadi, Mama akan tanya “Mau makan apa hari ini?” dan setelah itu Mama akan masak atau beli makanan yang kami mau.

“Habis, anak-anak Mama itu sudah pada gak bisa mikir dan pusing kalau gak makan enak. Ya sama kayak kucing-kucingnya.” Biasanya Mama akan bilang seperti itu.

============

Mama layik khawatir, karena dua anaknya: BEDA 180 DERAJAT!!!

Teman-teman saya pasti bilang, “Adik lo tuh, ELO tapi versi cowok! Gila persis banget sifatnya!”
Sifat boleh lah mirip, bagaimanapun saya memonopoli adik saya sejak dia lahir. Sebagai orang yang susah dapat teman, adik saya adalah teman terbaik saya sejak hari pertama dia di dunia.
Tapi…… minat, bakat, hobi, dan banyak hal lainnya BEDA PARAH!!!

Adik saya yang tinggi besar punya bakat yang bikin iri hati dan dengki di bidang olah raga, terutama beladiri. Menyebalkan banget, karena bagi dia… olahraga itu dikedipin juga dia bisa.
Saya? Dengar kata “Jogging”, baru dengar loh… BARU DENGAR… rasanya sudah encok. I hate any kind of exercise. GW TIDAK SUKA OLAHRAGA. Pencapaian terbesar saya dalam bidang olah raga adalah suka dan paham ketika nonton bulu tangkis. Udah deh, itu paling mentok.

Saya lebih senang seni, kecuali seni tari, sepertinya untuk bidang seni yang lain… yaaaa bisa ngerti lah. Bukan hal yang terlalu sulit untuk saya belajar seni. Apapun itu.
Adik saya? Ufufufuufufufufufufuufufufufuufufufufufufufufu…. gak tega sih ngeledekinnya. Nilai seni rupa doski emang tinggi ya pas sekolah dulu, tapi sedikit bocoran aja… itu karena bantuan dari jiwa seni saya yang melimpah ruah. UFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFUFU (mohon jangan ditiru).

Saya, sebenci-bencinya dengan suatu mata pelajaran, I will tried my best untuk mempelajari itu. Saya, mungkin tidak pernah jadi yang terbaik, tapi… saya bisa pastikan bukan yang terburuk.
Adik saya? gak suka sesuatu?… ya dia tinggal :’) Dia betul-betul excellent pada suatu hal dan bener-bener busuk di suatu hal pada saat yang bersamaan.  Dia bisa dapat nilai paling tinggi di suatu mata pelajaran, dan di saat yang sama dapat nilai paling dodols di mata pelajaran lain. Intinya, dia hanya ada di dua titik ekstrim.

Coba…coba…
Kalau kalian punya dua ekor anak yang model kami-kami ini gimana rasanya?
Pasti kalian akan bilang ke saya “Liat tuh adik kamu! Olah raga, biar sehat. Kan makanya kamu gampang gendut!”
Pasti kalian bisa bilang ke adik saya “Kamu itu gimana? Mbok ya dapat nilai yang paling tinggi di semua mata pelajaran!!!” Lalu menyuruh dia untuk les ke semua tempat yang ada di muka bumi ini.

Fun fact: Mama TIDAK PERNAH melakukan itu semua pada kami.

Saya yakin sih, pada awalnya Mama pusing juga karena kok yang dua anaknya tipe nyebelin kayak gini ya. Pasti lah sempat ngomel juga ke kami. Tapi lagi-lagi, paling lama hanya setengah hari. Setelah itu… diplomasi meja makan selalu berhasil.

Adik saya menolak untuk ikut les di banyak tempat “Gak Ma, pusing kalau terlalu banyak metode belajar.”
Saya pun mengakui kalau “Ma… kakak tuh gak suka olah raga, kakak sukanya ngegambar, denger musik, nonton…..baca….”

Ya sudah…

Mama, tidak pernah membandingkan saya dan adik saya satu sama lain.
Mama juga tidak pernah membandingkan kami dengan orang lain.

“Ya gak apa,  karena Mama juga gak suka dibandingkan sama orang lain. Bikin stress tau. Dan Mama percaya Allah pasti punya alasan kalian punya bakat dan hobi masing-masing. Terserah kalian lah, asal jangan lupa shalat.”

============
Kembali lagi pada sifat Mama yang menurut saya “terlalu baik” dan jujur saja… mulai menyebalkan. Untuk menghentikan sifat Mama itu, saya punya ide gila
“Ma, ke Jepang yuk, bareng Kakak.”

“….gak deh, Kak.”

Saya tentu marah, karena tidak sedikit yang berpikir bahwa saya anak durhaka. Mama saya ditinggal lama banget loh! Kalian jangan pikir saya tidak berbusa untuk ajak Mama ke sini ya. Sudah jutaan kali.

“Duh kenapa sih, Ma!???”
“Soalnya, ada banyak orang yang mau Mama temani di sini.” kata Mama suatu ketika

Lalu saya ingat, Mama seringkali me-“rekrut” orang-orang yang “bermasalah” di sekitar kami. Ada yang janda, ada yang anaknya dipenjara, ada petani, ada orang yang sudah sangat tua dan mulai pikun tapi kepala keluarga, dan masih banyak orang lainnya yang sengaja Mama izinkan untuk membantu pekerjaan kami di rumah. Mama juga selalu menyediakan air minum dan makanan kucing di depan rumah supaya kucing liar tidak kelaparan.

“Kalau tidak ada Mama, kamu yakin orang lain bisa memperlakukan mereka sebaik kita?” begitu kata Mama.

Saya lalu menyerah. Karena jangan-jangan, di muka bumi ini, mungkin tidak banyak yang setulus Beliau.

Adik saya pernah bilang, “Kalau kakak mau dapet cowok kayak ayah, mungkin kakak harus sebaik hati Mama sih. Dan itu… susah.”

====================

Sesederhana itu.

Mama tidak pernah berubah. Semenyebalkan apapun kami, Mama selalu sabar (walau sering over-panik juga dan bikin kami kesal).
Ketika kami gagal, lalu sedih, lalu ngerasa gak guna…. Mama pasti akan bilang “Pasti ada alasan kenapa Allah kali ini bikin kamu gagal. Pasti ada rencana Allah yang lebih baik dan kita belum tahu aja.”

Saat dunia runtuh, memiliki Mama yang selalu percaya bahwa kami “BISA” sangat membantu. SANGAT MEMBANTU.

====================
Dulu…. saya tidak merasa apa yang Mama lakukan itupenting. Tapi sekarang, saya berpikir kalau Mama tidak memperlakukan kami seperti itu, mungkin saya tidak akan “smooth” untuk lulus Ph.D hingga postdoc sekarang ini. Jika Mama tidak sebijak itu, mungkin saya sudah gila… mungkin saya sudah kerapkali terobsesi untuk membandingkan pencapaian saya dengan orang lain. Mungkin saya akan kerap ragu apakah keputusan saya yang terbaik.

Tanpa kebaikan hati Mama, mungkin Allah juga sungkan memberi saya begitu banyak kebahagiaan dan kemudahan.

Mungkin seluruh pencapaian yang saya dan adik saya dapat, adalah hadiah Tuhan agar Mama senang. Agar Mama, tidak perlu sakit dan masuk rumah sakit lagi.

Mungkin begitu ya…
Ya Allah, pastikan jalan hamba dan adik hamba adalah jalan yang terbaik bagi kami, untuk banyak orang, dan pastikan itu membawa kebahagiaan untuk Mama.

Aamiin.

Tentang Mama…


Ngomongin tentang Mama…. namanya anak, saya dan adik saya itu tetep aja doyan bikin Beliau kesal. Namanya anak juga, kami sering sekali ngomel karena Beliau itu susah sekali diminta untuk diet. Tapi dibalik itu semua, we love her so much… and we admit she is a great mom ever. Ditengah pro-kontra ibu karir vs ibu rumah tangga, izinkan saya untuk menceritakan bahwa hal terhebat dari seorang Ibu mungkin lebih besar daripada yang bisa kita lihat. Bahwa perjuangan seorang Ibu, lebih luar biasa dari yang kita sadari. So, there always a reason why we should give our best love for her.

Banyak yang tidak tau kan kalau saya ini punya banyak masalah hahahha. Kalian mungkin mengenal saya sebagai emon yang doyan ketawa, jarang keliatan serius, biasa-biasa aja, galak malah.So many things. Tapi jauh dari itu semua, saya waaaah…. saya punya banyak kekurangan.

Sahabat-sahabat saya dan adik saya tahu bahwa ide terburuk di muka bumi ini salah satunya adalah: Tanya arah dan waktu kepada saya. Kawan…. saya ini sulit sekali membedakan kanan dan kiri. Saya juga kadang tertukar antara angka 6 atau 9, angka 4 dan huruf A, dan sebagainya. Dulu saya pikir itu hal yang lucu-lucu aja, tapi setelah saya sampai di Jepang dan sempat bertemu dokter, saya disah-kan menderita dyslexia walau gak parah-parah banget, jadi masih parsial. Itu juga alasan kenapa saya selalu pakai jam tangan. Jam tangan bagi saya bukan cuman penanda waktu, tapi juga penanda arah :’D sedih lah pokoknya.

Tapi, jauh sebelum itu… Mama dan Ayah saya mungkin sudah menyadari hal ini. Saya terlambat membaca sewaktu saya di TK, saya selalu kabur dari kelas membaca! Ayah saya juga geram karena saya selalu tertukar antara huruf “ja” dan “kha” ketika membaca Quran. Ketika mengerjakan matematika pun saya sering tertukar antara angka-angka yang mirip. Parahnya lagi, kalau pergi kemana-mana, Mama dan ayah saya tidak bisa bilang “belok kiri terus ke kanan ya”, dijamin saya nyasar! tapi lebih jadi “Tau rumah Pak X kan? Nah dari situ jalan lurus, liat rumah cat warna hijau… nah itu tempatnya!”. In short, for a kid, I was stupid! Tidak heran nilai saya saat TK itu “K” loh! Level yang lebih nista daripada “F”! Adik saya paling happy ketika melihat nilai saya di bangku TK dan selalu bilang “What you have done! It is terrible, kak.” Prestasi saya sewaktu kecil jauhlah dari standar cerdas, makanya gak pernah ikut lomba bayi berbakat atau sebagainya :’D

Jaman baheula sih kayaknya dyslexia gak ngetop ya, apalagi di Indonesia. Tapi Mama dan Ayah saya sepakat there was something wrong with me, dan harus ada “pendidikan spesial” untuk saya walau mungkin gak terlalu ngeh bahwa itu adalah gejala dyslexia. Saya pun baru tahu secara resmi di sini kok.   Oiya, kalau kalian belum pernah denger tentang dyslexia, bisa diliat di sini ya (https://www.dyslexia.com/about-dyslexia/signs-of-dyslexia/test-for-dyslexia-37-signs/). Siapa tahu kalian nemu orang-orang di sekitar kalian yang punya ciri seperti itu. Jangan di bully loh ya, mereka cuman butuh extra kesabaran.

Dahulu saya sempat bertanya-tanya mengapa Mama harus berhenti dari tempat kerjanya dan memutuskan jadi IRT. Dulu jawabannya sih diplomatis “Iya, abis kamu harus ditemenin sih hahahhaha”. Lalu saya sadar… saya mungkin tidak akan bisa membaca dengan baik jika Mama saat itu tidak berhenti bekerja. Menyadari saya yang tidak happy belajar di sekolah, Mama yang kemudian mengajari saya perlahan di rumah. Dan mungkin karena lebih paham keterbatasan dan masalah saya, Beliau lebih oke punya dalam mengajari saya dibandingkan sekolah. Mengejar ketertinggalan saya di TK (yang pada akhirnya totally useless krn saya cuman jadi ahli mabal dan gigit orang), saya akhirnya berhasil lancar membaca saat SD dan mengatasi beberapa hal yang selama ini jadi masalah saya. I did good during elementary school, walau selalu ditinggal kalau lomba upacara karena masih salah tentang kanan dan kiri, tapi lainnya? I did very well.

Saat SMP, ayah saya meninggal dunia. Saya tahu masa itu merupakan masa terberat untuk Mama. Apalagi Mama kan tidak punya pekerjaan tetap saat itu. Saya tau sih, pasti diam-diam ada juga yang nyinyir “Tuh gitu tuh kalau istri 100% jadi Ibu rumah tangga.” Banyak lah, macem-macem. Apalagi saat itu Mama harus menanggung dua orang anak.

Life is tough, tapi Mama nyaris gak pernah complain di depan kami. Sok kuat sih kayaknya, padahal mungkin behind the scene cengeng.

Berkali-kali juga saya pernah dibilang bodoh, untalented, gak bisa masuk universitas negeri kalau bukan pakai jalur khusus, sampai pernah teman saya di depan mata saya sendiri bertanya “Eh, gimana sih rasanya punya temen yang lebih pinter daripada lo?”. Walau emang gak pinter-pinter banget, tapi… ya sedih juga sih kalau digituin.

Lain saya, lain pula adik saya. Adik saya ini doyan adu otot. Terkenal sebagai preman komplek karena kalau dia sebel sama orang, dia sih gak perlu adu mulut… adu otot aja sekalian.

Sudahlah bokek, punya dua anak yang macemnya model kayak gini kan =.= kok sedih ya kisah Mama saya itu hahahaha.

Tapi setiap saya pulang dengan muka cemberut dan hati berduka *halah*, Mama selalu bilang “Oh come on! Mama tuh yang tau kalia dari sejak kalian ada di dunia sampai hari ini. Kenapa harus denger orang-orang yang cuman mengenal kalian hitungan hari? Come on! Kalian bisa kok meraih yang kalian mau”

Saya pun move on, menjalani hari, dan mulai bisa menerima “Jadi bodoh gak apa kok, yang penting mau belajar… dan hey! Mom trust me! Everything will be alright”

Adik saya kemudian menjadi atlet Taekwondo atas ide Mama “Udah lah ya daripada mukulin orang, mending mukulin apa kek gitu… batako kek, biar puas”
Oiya! Kalau saya punya dyslexia! Adik saya beda lagi. Dia punya kecenderungan malas sekali basa-basi.
Adik saya lebih aneh lagi, misal ada pertanyaan “Dapatkah kamu menceritakan ulang paragraf di atas, jika ya tuliskan kembali?” dia akan jawab “Tidak”
Saya pikir masalah itu cuman ketidaksengajaan, rupanya cara berpikir dia memang kelewat taktis.
Rupanya masih terjadi juga sampai kuliah. Kalau gak salah pernah juga dia sampai pada menjawab “Tuliskan kalimat syahadat” dan dia bener-bener nulis SYA-HA-DAT dalam bahasa arab. Bukan dua kalimat syahadat yang dimaksud soal.
Adik saya memang parah kalau harus melihat soal-soal yang terlalu panjang, dan itu yang membuat dia jauh lebih baik membaca buku teks dalam bahasa Inggris dibandingkan Bahasa Indonesia. Saya sih sebenarnya curiga jangan-jangan di punya gejala kelainan lain :p dan mungkin baru ketahuan yaaa seperti saya ini ketika ketemu dokternya di luar negeri. Semoga sih gak =.= jadi orang yang rada “aneh” itu capek juga sih jelasinnya.

Aneh-aneh kan?
Tapi lagi-lagi, walau kadang geram juga dan selalu bilang “Kalian tau gak, mama tuh punya dua anak, dan dua-duanya unik gitu. Beda pula karakternya”,tapi at last Mama selalu percaya pada kami, dan itu saja cukup.

—————————————-

Rupanya perjalanan saya dan adik saya gak jelek-jelek banget untuk perkara akademik. Adik saya, yang sudah di ujung tanduk dan mulai bersiap saya kirim ke pesantren di curahlele karena gagal dalam PMDK, terlalu kere untuk jalur khusus, gagal ujian akhir salah satu sekolah dinas, dan tinggal bersandar pada SBMPTN. Itupun sudah gak PD, dan saya cuman asal bilang “udah deh kalo buntu, lingkarin C aja lah ahahhahahaha” Dan saya ingat adik saya sempat kesal dengan jawaban saya. Tapi alhamdulillah kini dia happy karena berhasil kuliah di salah PTN. Kalau niat sih dia sebenernya oke :”D mungkin khawatir juga diasingkan ke curahlele.

Saya juga, yaaaa… gak jelek-jelek bgt lah 🙂 Dari seorang yang susah banget baca jadi seorang penggemar buku dan sampai pada point sekolah sejauh ini kan alhamdulillah banget.

Tapi, semakin hari saya semakin sadar…. Kalau saja, KALAU… Mama saya menyerah pada saya ketika menyadari bahwa saya punya banyak masalah saat masih kecil. Sudah sering sakit, lambat pula belajarnya, waaah kan nyebelin! Jika saja pada saat itu Mama mikirnya “Ya nasib, anak perempuan ini kok ya biasa-biasa aja”. I’ll never be in this point. NEVER.

Kalau saja saya tidak punya Mama yang bisa berpikir “Gini loh kak, Mama sama Ayah dulu sudah pernah sekolah sampai sini loh…. masa’ kamu gak bisa lebih? Kamu harus lebih dari Mama. Caranya bagaimana ya harus cari sendiri tapi kamu harus lebih dari Mama”
Mungkin saya juga tidak akan sampai sejauh ini….

Saya yang bandel ini sadar, saya bukan siapa-siapa kalau saja Mama tidak ada.

—————————————-

Saya sering sekali marah-marah ke mama saya karena sekarang Beliau terkena diabetes dan juga pernah terkena stroke. Mama itu susah banget disuruh diet, susah banget diajak jalan-jalan keluar, susah banget diajak foto karena gak PD. Parahnya lagi sejak sakit, Beliau jadi super moody. Kadang kalau kita omelin dikit, nangisnya kayak bocah kena bully satu kampung =.=

Dipikir-pikir adik saya mungkin lebih penyabar dibanding saya (padahal! Inget loh waktu kecil adik saya kan ahli baku hantam! Kini ia hanya menjadi mahasiswa bermuka garang tapi nangis pas nonton Lion King  dan terisak di pemakaman kucingnya ).

Tapi dalam hati, we really love her. Really grateful about her.
Saya ingat adik saya pernah bilang “Ya kadang pengen ngomel juga sih ke Mama, but I really love her. Kiki mau Mama terus ada sampai lihat kita berdua sukses”

Dua anak bandel mama yang nyebelin ini rupanya punya satu kesepakatan “Kali ini, kami yang tidak akan pernah menyerah untuk Mama, apapun alasannya”

=====================================
Image and video hosting by TinyPic
Selamat ulang tahun, Ma… terima kasih untuk terus bertahan menghadapi kami. Jangan bandel-bandel lagi ya, jaga kesehatan, you have no reason to get sick anymore soalnya kayaknya anak mama lumayan baik-baik deh :’p

We love you.

 

Menjadi dewasa… : Sebuah renungan untuk diri sendiri


Once you’ve met someone, you never really forget them.
It just takes a while for your memorize to return
-Spirited Away-

“…. Dan sehebat apapun kamu, kamu bukan siapa-siapa tanpa bantuan siapapun”

Kemarin sore, sebuah amplop besar dari Tokyo Institute of Technology melayang ke rumah saya. Isinya mungkin hanya beberapa lembar kertas tapi lembaran kertas itu mungkin yang akan mengubah kehidupan saya untuk beberapa hal. Mungkin lembaran kertas itulah tangga-tangga kecil menuju impian saya. Singkat kata, secara resmi saya diterima di universitas tersebut. Saya sudah katakan sebelumnya bahwa untuk masalah pendidikan saya kali ini, saya merasa Allah memudahkan segalanya. Saya tidak akan bercerita mengenai hal itu lebih banyak, karena bukan itu yang ingin saya bicarakan kali ini… bukan, ada hal yang lebih dari ini semua.

Saya yang hari ini, bukanlah siapa-siapa tanpa bantuan banyak orang.
Ketika saya menyadari itu saya tahu bahwa terima kasih saja tidak pernah cukup.
Tidak pernah cukup….

——————————-
Saya teringat ketika saya masih kecil, saya pernah terpana dengan kata-kata dari guru mengaji saya,
“Jadi begini ya anak-anak… kita tidak boleh sombong atau merasa lebih hebat dibandingkan siapapun. Ketika kita berhasil, yang perlu kita lakukan cuman dua: Bersyukur karena Allah sudah begitu baik, dan berdoa agar Allah menjaga diri kita dari sifat-sifat buruk. Kalian tahu kenapa sombong itu tidak boleh?”

Seperti biasa… tipikal anak Indonesia, kalau ditanya pasti pada diem hahahhaa… tapi saya ingat ada juga yang nyeletuk “Karena dosa, Pak!”…. “Karena buruk, Pak”…. dan lain sebagainya.

“Iya semua jawabannya benar. Tapi yang terpenting adalah…. karena kita hidup di bumi ini tidak lepas dari bantuan orang lain”

Guru mengaji saya tersebut kemudian menjelaskan bagaimana orang tua yang susah payah membesarkan anaknya…. bagaimana petani yang betul-betul lelah menggarap sawahnya… bagaimana buruh tekstil harus bekerja overtime untuk memenuhi target produksi pakaian jadi di pasaran. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, seluruh kebutuhan kita terpenuhi karena “keringat” orang lain.

Begitu melekatnya cerita guru saya tersebut hingga tumben-tumbennya saya menceritakan ini kepada kakek saya karena tempat mengaji saya dulu sangat dekat dengan rumah kakek saya. Saya ingat jawaban kakek saya “Benar itu, manusia kadang terlalu sombong. Manusia terkadang lupa banyak hal, bahkan ketika manusia itu masuk liang lahat, manusia masih tetap membutuhkan bantuan orang lain… hargailah semua orang, karena kita tidak pernah tahu kepada siapa kelak kita memerlukan bantuan”

Saya tidak memahami hal itu untuk beberapa saat, mungkin baru memahaminya sekarang!
—————————-
Beberapa tahun kemudian, ayah saya meninggal dunia. Saya melihat begitu banyak orang yang menangis, kecuali adik saya yang belum paham apa-apa. Kecuali saya… yang juga belum memahami apa-apa. Saya hanya sedikit patah hati karena saya merasa kehilangan Beliau begitu cepat.

Untungnya saya adalah orang yang beruntung, Allah berbuat baik… luar biasa baik kepada saya.

Saya punya Mama yang selalu menyemangati saya. 23 tahun lebih saya hidup menuju 24 tahun, saya nyaris tidak pernah melihat Mama mengeluh, setidaknya di depan kami anak-anaknya. Mama selalu menyemangati saya untuk sekolah yang benar, belajar yang benar, dan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Ketika saya gagal, Mama selalu menjadi orang pertama yang bilang “Gak apa, Kak… Allah pasti mau ngasih yang lebih baik” sejak saya pertama kali tahu sakitnya kegagalan, hingga hari ini… Mama tetap supporter barisan VVIP bagi saya, Mama selalu yang paling mempercayai saya lebih dari siapapun.

Saya bersekolah di daerah ketika SD, saya ingat pada hari kelulusan saya saat SD… guru saya mengatakan “Sebagai anak daerah, bukan berarti pemikiran dan cita-cita kamu harus terbatas. Pergi kemana yang kamu mau, tuntut ilmu setinggi-tingginya karena ilmu tidak hanya ada di satu tempat” saya pegang kata-kata Beliau hingga saat ini. Salah satu alasan untuk terus berjuang!

Bukan hal yang mudah bagi saya untuk melanjutkan sekolah. Sebagai anak yatim dan Mama yang hanya guru les, maka biaya pendidikan saya sebenarnya sangat berat untuk Mama. Namun, saya punya uwak yang sangat baik… mereka yang membantu menyekolahkan saya hingga saya berhasil menyelesaikan kuliah S1 saya.

Saya sadar…. hingga kapanpun saya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Beliau. Tanpa Beliau mungkin saya belum memegang gelar akademik seperti saat ini, tanpa Beliau mungkin saya bukanlah Marissa yang bisa bermimpi lebih tinggi daripada langit. Karena saya tahu hal itu, maka saya berjuang belajar gila-gilaan. Kapasitas otak saya memang terbatas, saya bukan anak yang pintar… tapi setidaknya saya tidak pernah kesulitan memilih sekolah. Saya diterima di dua PTN bahkan sebelum saya melaksanakan Ujian Nasional, lalu memilih untuk berkuliah di univ.dekat rumah. Impian saya sih tidak muluk-muluk, mbok ya sudah dibantuin orang lain jangan bodoh-bodoh banget lah.

Sekali lagi, saya tidak pintar, tapi saya harus berjuang mati-matian untuk setidaknya “tidak mengecewakan.” Ketika saya memenangkan beberapa lomba, ketika saya menjadi mahasiswa berprestasi, maka itu bukanlah hanya sekadar suatu pencapaian… itu adalah terima kasih saya kepada Beliau dan juga kepada Mama yang sudah berjuang mati-matian kepada saya.  Terima kasih pula kepada dosen-dosen saya yang sangat baik, karena atas jasa mereka semua saya berhasil melalui level ini dengan cukup baik. Saya bahkan merasa memiliki guru sekaligus sahabat ketika saya bertemu dengan dosen pembimbing saya.

Orang lain mungkin melihat saya sebagai sosok yang ambisius, tapi mereka tidak tahu… saya harus ambisius untuk menyatakan terima kasih saya yang tidak bisa saya sampaikan dengan kata-kata.

Orang lain mungkin hanya melihat beberapa keberhasilan saya, tapi mereka mungkin tidak pernah tahu bahwa kegagalan saya lebih banyak dibandingkan keberhasilan saya. Saya hanya berhasil bangkit berkali-kali setelah berkali-kali jatuh.

Hingga saat itu, saya masih merasa enggan untuk berkunjung ke makam ayah saya terlalu sering. Bagi saya, saya belum memberikan apa-apa untuk ayah saya. Ayah meninggalkan saya terlalu cepat sebelum saya membuat Beliau bangga. Saya ingat satu impian ayah saya yang belum kesampaian, Melanjutkan Studi ke Jenjang yg Lebih Tinggi. Saya bersumpah… cepat atau lambat saya akan penuhi impian ayah saya. Saya harus bersekolah lagi.

Seperti perkataan Anton Ego dalam film Ratatouille “Terkadang dunia terlalu sinis pada gagasan-gagasan baru…” saya nyaris putus asa karena mayoritas orang di lingkungan saya meragukan keinginan saya untuk bersekolah lagi. “Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Nanti jodohnya susah”, “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, yang penting kerja dulu… kumpulin uang yang banyak” dsb dsb dsb….Saya menangis beberapa kali… tapi lagi-lagi Mama saya tetap mendukung saya ketika orang lain meragukan saya. Padahal Beliau yang paling berhak mengatakan “Kamu gak usah mimpi deh, Nak”…. kalau Beliau tidak ridha saya sekolah lagi, saya pasti akan menurutinya. Saya bukan tipe anak yang tega melawan orang yang sudah berjuang dan berkorban banyak untuk saya. Tapi rupanya Beliau tidak pernah lelah mendukung saya dan mendoakan saya.

Ketika saya tidak percaya dengan diri saya sendiri, adik saya yang selalu bercanda kemudian berkata “Kakak… ini tentang hidup kakak, kakak harus pilih yang paling bikin kakak senang”

Ketika saya mulai ragu untuk melangkah lagi, saya mempunyai seorang sahabat yang luar biasa… yang akhirnya bisa mengatakan “Lakukan apa saja yang kamu mau, selama itu bisa membuat kamu bahagia”

Saya tidaklah sekuat yang semua orang lihat, tapi banyak orang yang bisa menguatkan saya. Seketika saya merasa seperti seekor kucing yang sudah kehilangan satu nyawanya, tapi masih memiliki delapan nyawa cadangan. Dengan terengah-engah saya mencoba memanfaatkan nyawa-nyawa yang tersisa.

Saya teringat, ketika kemudian saya ditanya oleh pewawancara saya saat wawancara beasiswa,
“Apa yang kamu harapkan dari diri kamu?” saya tidak menjawab hal lain selain “Saya ingin menjadi orang yang bisa berterima kasih”
“Terima kasih, kenapa?” tanya si bapak pewawancara dengan dahi berkerut.
“Karena saya yang saat ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa tanpa bantuan orang lain”
“Baik saya mengerti. Lalu apa yang kamu harapkan dari diri kamu dihadapan adik kamu kelak?”
“Saya ingin melakukan yang saya bisa sebaik mungkin, saya ingin begitu kelihatan amazing di depan adik saya. Hingga suatu hari kelak, jika dia menceritakan tentang saya di hadapan orang lain nanti dia bisa bilang ‘Saya bangga pada kakak saya’ sama seperti ketika saya mengatakan kepada semua orang ‘Saya bangga pada ayah saya, pada mama saya’ “

Lalu kemudian pada hari ini, saya kemudian mengatakan hal yang hampir serupa kepada salah satu sahabat saya, “Kalau kelak kamu jadi ayah, jadi ayah yang amazing di depan anak kamu, apapun yang terjadi. Biar dia bangga dengan apa yang kamu lakukan, biar dia terpacu untuk bisa berbuat lebih baik dari kamu” pada saat yang sama sebenarnya saya sedang menasehati diri saya sendiri, setidaknya mengingat kata-kata saya pada diri saya sendiri.

Bagi saya hidup tidaklah mudah…apalagi sekolah!
Untuk ikut tes iBT TOEFL saja saya harus menabung cukup lama, saya bahkan tidak punya cukup uang untuk ikut berbagai les. Tapi melihat begitu banyak orang yang sudah mendukung saya, saya tidak mau terlalu kejam dan menjadi orang yang menyerah sebelum berjuang.

Kalian mungkin tidak tahu, tapi saya seperti Simba yang memandang bintang-bintang di langit setiap malam untuk mengingat ayahnya,Mufasa. Saya rindu ayah saya, tapi saya merasa belum begitu pantas untuk datang ke hadapan makamnya dan bilang “Yuph! here I am, Yah… membanggakan kan seperti ayah membanggakan saya” tapi saya percaya pasti ada waktu ketika saya benar-benar bisa menjadi anak perempuan yang senantiasa Beliau banggakan.

Bagi saya sekolah itu tidaklah mudah, maka jika boleh bersekolah di dalam negeri saja itu sudah anugerah yang luar biasa…
Ketika mendapat beasiswa, saya tidak terlalu ambil pusing mau bersekolah dimana, mau dikasih uang berapa… Who’s care??! Jika saya harus mati karena meraih impian saya, it’ll be okay. Lagipula saya punya Tuhan yang pasti akan memberikan jalan keluar untuk segala hal. Saya sudah terlalu lelah, bahkan untuk sekadar mengeluh.

Lalu kemudian dosen saya membantu saya, memperkenalkan saya dengan guru-guru yang hebat. Dosen saya yang kini menjadi bos saya pernah bilang “Hidup ini pilihan, maka kamu harus perjuangkan pilihan yang menurut kamu paling baik. Ini pilihan kamu, bukan urusan orang lain”

Lalu saya memperoleh Sensei yang luar biasa baik hati, yang membantu saya untuk banyak hal… yang mau mendengarkan saya dengan baik bahkan ketika saya belum resmi bersekolah di universitas tempat Beliau mengajar.

Lalu saya memperoleh sahabat-sahabat baru yang satu perjuangan. Yang berbagi banyak hal… yang menyemangati saya setiap saat, yang berbagi impian-impiannya yang luar biasa dengan saya. Yang tanpa sungkan mengajak saya untuk berjuang bersama tanpa mempedulikan suara-suara sumbang yang ada. Sahabat-sahabat yang satu visi dengan saya.

Jelas sudah, terima kasih saja tidak akan cukup. TIDAK AKAN PERNAH CUKUP!
—————————-
Jutaan tahun ibadah mungkin tidak cukup untuk menyampaikan terima kasih saya pada Tuhan, mungkin jika Allah memiliki sebuah superkomputer yang bisa menghitung setiap remah mikron pahala saya, maka selama apapun proses komputer itu berjalan maka monitornya tetap akan menunukan “Pahala tidak cukup, coba lagi nanti” Hffffft…
Saya bahkan tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa Mama
Saya juga belum bisa sebijaksana ayah,
belum bisa sebaik uwak saya…
belum bisa seceria adik saya…
saya juga belum bisa mengalahkan pengetahuan dosen-dosen, guru-guru, serta banyak orang yang sudah menunjukan betapa dunia ini dipenuhi pengetahuan, misteri, atau hal-hal unik.
Saya bahkan tidak akan sanggup mengembalikan kuota internet, pulsa telepon, dan waktu sahabat terbaik saya yang sempat terbuang percuma hanya untuk mendengarkan saya.
Saya butuh waktu seumur hidup untuk mendengarkan semangat dan cita-cita sahabat-sahabat baru saya yang sangat visioner.

Ketika saya semakin dewasa, saya makin menyadari bahwa terima kasih saja tidak akan pernah cukup.

Saya tidak memiliki apa-apa, saya masih kalah hebat dengan banyak orang.
Maka oleh karena itu, maka izinkan saya membuktikan bahwa saya bisa menjadi anak yang baik, adik yang baik, saudara yang baik, teman yang baik, murid yang baik, lalu kelak bisa menjadi istri yang baik, ibu yang baik, guru yang baik, bahkan jika ada waktu menjadi nenek yang baik.

Saya bukan siapa-siapa dan bukan manusia yang terlahir jenius, karena itulah saya berjuang lebih keras dari siapapun…hingga kelak tidak ada yang menyesal pernah mengenal saya. Saya berjuang dengan keras, karena hanya itu yang bisa saya lakukan untuk saat ini.

Terima kasih saja tidak pernah cukup,
tapi izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semua.

Percayalah, saya… kamu… kita semua bisa berkali-kali bangkit setelah jatuh.

Buku bersampul merah dari Mama….


Kemarin, sambil beres-beres koper untuk berangkat ke negeri sakura, seperti biasa rumah pasti ramai dengan percakapan antara saya dan Mama saya.

Mama (M): Waaaah… anak Mama bener ya kesampaian ke luar negeri. Mama bangga deh. Inget ya musim dingin loh jangan kambuh pileknya, packing yang rapi…. eeeeh itu gimana ngelipetnya? aduuuh… jangan berantakan biar kopernya cukup.

SKIP
SKIP
SKIP
jadi ketahuan deh saya berantakan ahahahaha….

M: Nanti sepi dong. Rumah ini kan orangnya cuman sedikit… kalau kakak pergi sepi banget ya. Mama cuman sama kucing terus sama kiki.

Saya (S): Ih cuman bentar lagi, nanti juga pulang. Hehehehe… saya juga kangen sama rumah.

M: Nanti kalau kakak sekolah, sepinya lebih lama.

S: Saya pulang nanti Ma, masa saya gak kangen rumah.

M: Iya ya.. Eh Kak, katanya kakak mau jadi penulis. Nih, kakak lupa ya Mama beliin ini dulu
Kata Mama sambil menyodorkan buku tebal dengan cover merah yang dulu pernah Mama belikan untuk saya. Belum pernah dipakai karena lebih sering menulis di komputer.

CAM01011Buku catatan bercover merah dari Mama [emoji black heart suit]

M: Nulis itu kak, lebih lengkap dan lebih diingat kalau ditulis tangan. Bisa dibawa kemana-mana juga. Mulai sekarang, tulis semua pengalaman kamu setiap hari di buku ini. Nanti pas kamu mau nulis buku, kamu tinggal liat ulang catatan kamu.

S: Iya Ma, nanti saya jadi penulis ya.

M: Iya… kan kamu yang bilang, pengalaman kamu harus jadi pelajaran bagi orang lain. Nulis yang bener ya… waktu cuman 24 jam, mungkin kamu harus luangkan setiap hari minimal satu lembar.

S: Tapi saya gak tahu apa tulisan saya bisa bagus… apa akan dibaca orang… apa akan menarik…. apa gak apa, Ma

M: Loh… kalau melakukan sesuatu itu jangan pikirkan persepsi orang lain dulu, pikirkan bagaimana kamu bisa melakukan semuanya dengan baik. Udaaaah…. kalau kamu sudah melakukan yang terbaik, hasilnya gak akan jelek. Setidaknya Mama pasti mau baca.

Untuk beberapa hal, rasanya bahagia banget… saya yang biasa-biasa ini, punya Mama yang luar biasa, mau mendukung segala hal yang dilakukan anaknya. Kalau saya menjadi seorang Mama nanti, saya belum tau apakah saya akan bisa sebaik itu atau gak. Untuk beberapa hal, rasanya nyesel banget sering ngomel-ngomel ke Mama… huhuhuhuhu~ she is very kind woman.

Kalian tahu bagaimana rasanya ketika tahu bahwa di alam semesta ini ada satu orang yang secara tulus dan sungguh-sungguh terus mendukung kita, satu orang yang selalu bilang “Oh come on… kamu pasti bisa! Kamu pasti berhasil!” Saat kalian tahu itu, apapun alasannya rasanya ingin bangkit berkali-kali setelah jatuh… rasanya tidak mau membuat dukungan itu sia-sia. Ada resonansi antara dukungan itu dengan semangat untuk terus berjuang, sebuah resonansi yang tidak bisa dijelaskan dengan rentetan ilmu pengetahuan. Dan dukungan setia itu saya peroleh dari Mama.

Apapun yang akan terjadi, I’ll make my mom proud!
Mungkin tidak akan bisa membayar semua jasa Mama, tapi mungkin itu bisa bikin Mama happy.
And if someday I write a book, it must be very great book… supaya bisa banyak yang baca dan semua bisa baca cover depannya “Special for the best Mom in the world 🙂 ”

Ah semoga~

 

A little about my mom :)


Sepertinya saya benar-benar terjangkit insomnia deh, jadi kalau malam benar-benar tidak bisa tidur. Sedikit menderita karena beberapa hari ini saya lupa password blog ini, errrr…. jadi mau curhat di blog juga nggak bisa. Selain itu kerjaan juga numpuk sampai harus dikerjakan sampai subuh beberapa hari ini 🙁 huwaaaaa jadi nggak karu-karuan.

Hari ini cerita apa ya? Nggak usah certain kerjaan lah ya, membosankan banget. Ah iya, cerita tentang Mama saya aja kali ya. Untuk yang belum tahu, Mama saya sekarang masih dalam masa pemulihan dari stroke-nya. Kalau dulu waktu masih fit banget bisa keluyuran kemana-mana, sekaran jalannya kurang lancar jadi belum bisa jalan jauh-jauh.

Saya sebenernya males ditatap dengan muka iba oleh beberapa orang yang baru tahu kalau Mama sakit, oh c’mon gw nggak secupu itu sampai harus dapat rasa iba dari orang lain. Apalagi kalau tau ayah saya sudah nggak ada bla…bla…bla… aduh udah deh, life must go on, never cry for me, just pray for me. Apa saya yang gengsian ya? Kayaknya saya saja yang merasa risih. Memang bukan hal yang mudah… tapi selalu ada hal baik dari setiap peristiwa kan, I love my life… I love my family… Because I love them so I accept their pluses and minuses, simple kan? Posting ini sekaligus menjelaskan bahwa I’m okay, no matter what 🙂

Saya cerita tentang Mama dulu deh.

Don’t worry about my Mom, she is  much much much better now. Sekarang udah bisa jalan, masak, pokoknya udah bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. Cuman ya, belum lancar. Mama kan udah kena stroke yang kedua kali, jadi pemulihannya memang agak lama. Hingga hari ini saya masih selalu nemenin kok kalau Mama berobat. Tapi sekarang sih memang harus banyak fisioterapi-nya supaya geraknya kembali seperti semula. Cuman Mama kadang suka males juga :p Bayangkan, kemarin tuh Mama udah semangat 45 mau jalan-jalan pagi, sekalian mau beli sayuran gitu *padahal Mama tuh biasanya semua tukang di telepon buat delivery order ke rumah :p, keren kan ?* baru sampe depan pintu pager udah langsung pegang handphone “Aduh, panas deh… telepon aja kali ya mamang sayurnya, atau nyuruh pak danu ya?” (NB : Pak Danu itu yang suka ngurus kebun di rumah), errrrrr…. saya sama adik saya langsung doeng gitu. Dasar deh, udah kebiasaan dimanja jadi sekarang kayak gitu.  Karena saya memang punya gen kejam, jadi langsung melototin Mama dan bilang “Mana yang mau belajar jalan?” dengan nyengir kuda akhirnya Mama menggagalkan aksi telepon asisten-asistennya dan taraaaa bisa sampe juga tuh ke tiang listrik belakang rumah. Bisaaaaa~ cuman suka gitu deh.

Orang-orang yang ngeliat saya pasti mikir, how cruel am I. Sebenernya sedih loh diomongin gitu sama orang-orang *Yeaaaah buat informasi aja… gw ini nggak tuli*http://www.emocutez.com, tapi orang yang paling sayang ke Mama saya ya saya ini. Yang paling tau hal terbaik buat Mama, ya saya… yang paling paham kondisi Mama saya juga saya. Kalau nggak dipaksa gitu gak akan belajar… Mama kan pengen setelah sehat kembali jadi pendekar kayak dulu lagi, ya harus sedikit demi sedikit dilatih lah. Kalau di rumah mah pasti langsung diem setelah kena film korea  -.-. Jadi setiap pagi terpaksa anaknya ini harus sedikit kejam.

Oiya, untungnya lagi… pas mama jalan-jalan beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja nemu terapis yang bisa dipanggil ke rumah gitu. Bapak terapisnya kebetulan lewat depan rumah setelah ngobatin salah seorang tetangga yang kena stroke juga. Waaaah, rupanya manusia memang banyak yang jahat tapi Allah selalu baik. Happy banget deh, jadi nggak usah capek-capek ke rumah sakit atau ngunjungin tempat berobat yang harganya gilo-giloan.  Sekarang lagi mulai terapi di rumah, dan kata Mama ngerasa jauh-jauh lebih enak dan saya liat progress-nya juga udah mulai keliatan.

Oiya, kalau kalian mau tau… apa yang saya hadapi memang berat, apalagi pertama kali Mama kena stroke wuiiih hampir gila kali. Tapi bukan karena saya ngerasa nggak bisa menghadapi hal ini, cuman kadang capek aja dengan apa yang beberapa orang bilang. Kayaknya saya kok bodoh banget sampai Mama sakit bla…bla…bla… saya terlalu sibuk kuliah dan keasikan dengan rutinitas saya di kampus, dsb…dsb…dsb… waaah pokoknya sedih banget. Saya ini kalau di game RPG pasti masuk tipe petarung, apapun yang terjadi pada saya, saya selalu percaya saya bisa mengatasinya… tapi saya ini agak benci apa yang saya lakukan harus dikritisi oleh orang lain. Bukan berarti tidak menerima kritik orang lain, tapi please don’t say anything if you know nothing!

Ada lagi pengalaman yang bikin saya BT. Pernah waktu mama sakit dan masih susah bangun, ada ibu-ibu yang datang ke rumah. Modusnya sih nengok, tapi demi apapun saya dan mama saya nggak kenal sama 2 ibu-ibu itu. Udah manis-manis ngomong, mereka bilang teman dari tetangga belakang rumah saya. Oh yeah… okey baik sekali. TAPIIIIII…. betapa kagetnya saya setelah lama kelamaan mereka jual obat gitu, owalaaaaaah sales “PERSEPOLIS” (NB: Nama sengaja disamarkan, tapi pasti pada tau kan). Nawarin paket yang 5 juta lah…la li lu… coba menurut kalian saya pantas marah nggak? saya kesel lah… Mama saya itu lagi sakit kali, nggak punya hati nurani banget. Begitu marahnya saya sampai kayaknya saya tidak cukup halus mengusir ibu-ibu dari rumah saya.

“Silakan, Bu… ini no.HP saya kalau Ibu berminat nyoba. Cuman 5 juta kok”
“Maaf, Ibu… Mama saya harus istirahat lagi”
“Oh, iya silakan. Teteh aja yang pegang no.HPnya”
“Oh tidak, Bu… terima kasih. Saya rasa kami tidak membutuhkannya sekarang. Masih ada yang bisa saya bantu, Bu? Jika tidak mohon maaf mungkin Ibu bisa membiarkan kami beristirahat” Kata saya sambil buka pintu lebih lebar :p
“Kok gitu, Teh? ini banyak mengandung vitamin E loh, Mbak? Bagus buat syaraf”
“Oya? Maaf ya, Bu. Mama saya stroke, Bu… bukan ibu hamil.”
“Hah?”
“Mohon sebelum Ibu mempromosikan produk Ibu, Ibu pelajari dulu tentang produk Ibu sebaik mungkin. Syaraf itu biasanya vitamin B, Bu… bukan E. Maaf ya, Bu mungkin saya salah tapi dari yang saya ketahui yang fungsi utamanya untuk syaraf itu golongan vitamin B deh bukan E. Atau perlu kita baca bukunya bersama, Bu? Atau saya tidak beli obat Ibu tapi saya belikan ibu buku tentang vitamin?” Jawab saya jengkel.
Muka mereka mulai nggak karu-karuan dan taraaaaaa usiran saya efektif, mereka langsung pulang . Mama saya marah-marah karena kata Mama saya bisa mengusir dengan lebih baik dan benar. Bodo amat deh…  bukan cuman masalah tindakan mereka yang menurut saya nggak berperikemanusiaan itu tapi juga kebodohannya yang aduhai. Saya kan paling sebel denger orang yang nggak prepare untuk presenting sesuatu di depan saya. Kalau mau menjelaskan sesuatu ke saya maka kuasai dulu dong ilmunya, saya emang nggak pinter tapi saya kan nggak bodoh-bodoh banget juga.

Sejak saat itu, muncul lagi bisik-bisik kalau saya wanita terjutek. Udah ansos… jutek…sok pinter wuih udah deh perfect banget kan gw :p. Saya seperti biasa cuek-cuek aja, buat apa denger orang… saya berani karena saya benar. Lama kelamaan hilang juga tuh bisik2an itu. Hahahaha, cuman memang geng Ibu-Ibu yang jual obat itu jadi nggak pernah sekalipun menampakan batang hidungnya ke rumah saya lagi. Yaaaa… bagus deh, saya juga nggak butuh.http://www.emocutez.comOiya, itu juga alasan kenapa saya benci banget MLM dan obat “PERSEPOLIS” itu, sungguh bukan masalah obatnya atau apalah… saya cuman inget kasus ini aja, kalau inget lagi heeeeeeuuuuuuuh keselnya sampai ubun-ubun deh.

Sejak saat itu ya semua pengobatan yang memungkinkan buat Mama saya jajal. Senang sekali banyak yang membantu. Karena Mama itu orang yang care sama banyak orang jadi banyak yang care sama Mama, belum lagi keluarga saya adalah kumpulan orang-orang yang sangat baik hati. Jadi hingga saat ini merasa sangat bahagia dan terbantu oleh banyak orang. Di rumah juga kayaknya Mama happy-happy aja, walau cuman punya anak 2 ekor dan kucing 6 ekor tapi rumah saya itu rame banget… karena penghuninya orang-orang yang heboh-heboh banget. Kalian akan ngerti kalau dateng ke rumah saya… not a perfect family but always such a happy family.

Udah happy-happy begini, masiiiih ada aja yang iseng ngomongin lagi. Sejujurnya saya ini asisten riset di IE, IPB. Saya itu males menjelaskan pekerjaan saya… ya, gimana ngejelasinnya coba? Emangnya ini di Jepang dimana title sebagai researcher, scholar, asisten lab, dan semacamnya dipahami dan dihargai dengan baik? Masih ada aja yang bilang saya kok tega banget nggak ambil kerjaan saya di bank, nggak nyari lagi, bla…bla…bla… intinya sih saya terlihat kejam, kok Mamanya sakit nggak cepet-cepet cari kerja yang jelas, buat apa sih sekolah lagi emang penting  bla bla bla. Sakit nggak? Emang sih gaji saya gak wah dan nggak tentu. FYI, kalau lagi sepi project gaji saya ya gak lebih wah dari pegawai tempat foto kopi di kampus, tapi kalau lagi banyak project riset saya langsung kaya raya. Apapun itu, saya toh masih bisa ngasih ke Mama saya walau belum banyak dan saya masih bisa-bisa aja traktir adik saya… temen2 saya… murid kelas saya… Hal lainnya? Ya keluarga saya itu orang-orang yang sangat baik, jadi saling bantu membantu. We have no problem! Kenapa sih orang lain harus bermasalah dengan saya?

Why is everybody so obsessed?
Money can’t buy us happiness
Can we all slow down and enjoy right now
Guarantee we’ll be feelin’ alright

Everybody look to their left
Everybody look to their right
Can you feel that? Yeah
We’ll pay them with love tonight

(Price Tag-Jessie J)

Saya juga cuman apply beasiswa sampai Juli ini kok, setelah itu mah saya cari kerja beneran. Saya kan salah satu generasi muda yang mau jadi PNS hwahahahaha jujur banget :p karena bagaimanapun saya jadi policy maker atau praktisi. Saya sudah capek mendengar semua anggapan beberapa orang pada saya, jadi akan tiba suatu waktu dimana negeri ini harus mendengarkan saya! hahahaha ambisius banget ya? Keadaan dan waktu yang mengajarkan saya hal ini semua.

Permintaan saya pada dunia ini kan cuman satu, just wait and see. Saya sudah memikirkan segalanya dengan sangat baik kok. Sejujurnya, kadang bener-bener mau nangis dan mikir apa mau nyerah aja ya. Tapi harus ada hal-hal keren yang saya lakukan dalam hidup saya, tepatnya… semua hal harus saya lalui sekeren mungkin! Jadi, jika kelak saya harus pertanggungjawabkan ke hadapan Allah, Allah harus memuji beberapa pekerjaan yang saya lakukan dan bilang “Okey! You’re so great. Tidak semua… tapi beberapa hal kau lakukan dengan sangat baik” Nggak apa deeeeh nggak semua hal dipuji, sedikit aja udah seneng banget.

Masihkan dunia ini sedikit toleran memberikan saya waktu?

Waktu untuk menunjukkan bahwa saya akan menjadi seseorang yang membanggakan.
Apapun pendapat kalian, saya sedang melakukan hal-hal yang luar biasa, akan menciptakan hal-hal yang luar biasa, dan menjadi orang yang luar biasa. Yah, semoga 🙂
Udah ah… mau shalat dulu, terus mencoba boboks. Semangat semuanya! kita berjuang sekuat-kuatnya ya.http://www.emocutez.com