Pewartaan Warga…. Masa Depan Jurnalistik


Di tengah kesibukan yang tengah datang silih berganti tiada henti, ditodong berbagai macam hal, saya rupanya masih sempat juga membaca. Yaph! Membaca! Karena seperti kata guru kita di SD, membaca adalah jendela ilmu pengetahuan, walaupun setelah duduk di Perguruan tinggi membaca terkadang bukan lagi sebagai pemuas hobi, tapi sudah menjelma menjadi kewajiban yang mau tidak mau harus dilaksanakan…kalau tidak? Tamat sudah! Photobucket

Hal menarik yang sempat saya baca (walau memang agak terpaksa) adalah mengenai citizen journalism,yang belakangan saya tahu setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Pewartaan Warga”  atau “Jurnalistik warga” (pasti terdengar aneh bagi banyak orang). Isu yang sebenarnya sudah tidak asing menurut saya! Bagaimana tidak? Sejak saya duduk di bangku SMA, guru saya sudah mulai menceritakan kepada kami murid-muridnya yang masih polos saat itu tentang masa depan dunia jurnalistik… yaitu Citizen Journalism ini.

Photobucket

Sebelum Anda saya ajak pusing dengan tulisan saya kali iniPhotobucket, saya akan jelaskan terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud citizen journalism atau wartawan warga ini.

Menurut Wikipedia.

Citizen journalism is the concept of members of the public “playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing and disseminating news and information

Artinya masyarakat dalam hal ini ikut serta dalam mengamati, mengkaji, dan mengkritisi permasalahan yang ada di sekitar mereka sekaligus kemudian melaporkannya. Media yang sering dipakai untuk pewarta warga ini adalah Blog yaitu semacam jurnal online yang bisa diakses oleh orang-orang di seluruh penjuru dunia yang memiliki koneksi internet. Para pemilik blog ini sering disebut blogger…. Merekalah yang kemudian menjadi aktor utama dalam citizen journalism…. Kuli tinta dunia mayaPhotobucket.

Sudah cukup jelas? Okey…. Kalau begitu sekarang mari kritisi fenomena ini.

Apa kehebatan dari pewartaan warga ini?

Yang menurut saya paling menonjol adalah KEJUJURAN!

Ya! Kejujuran….suatu hal yang terkadang tergadaikan dalam dunia jurnalistik dunia nyataPhotobucket. Para blogger bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan… apa yang mereka pikirkan… apa yang mereka rasa bahwa hal tersebut perlu di ketahui dunia!

Media mana yang bisa menuliskan secara gamblang perasaan menulisnya?

Media mana yang secara jujur bisa menuliskan

“Sial gw patah hati! Rupanya ‘X” selingkuh!”

“Kucing gw mati kena racun tikus…. Tetangga gw nggak punya peri kebinatangan!!!!”

“Negara maju…. Bisanya nindas aja negara miskin, kapitalis terus mencengkram dunia!”

Tidak ada! Selain pewartaan warga Photobucket! Kritik-kritik dari permasalahan yang paling sepele (dan bahkan kita pikir nggak penting banget) sampai yang berskala internasional bisa diangkat dan dikritisi oleh si penulis.

Kehebatannya bukan hanya sampai situ!

Berita yang tersampaikan melalui dunia maya terbukti lebih cepat sampai ke khalayak. Contoh kecil saja, saat tragedy Bom Marriot kembali terjadi, informasi pertama yang beredar berasal dari posting seseorang yang menginap di hotel tersebut melalui situs social micro-blogging, Twitter! Pewartaan warga lebih cepat tersampaikan bukan hanya karena teknologi yang ada sekarang begitu memudahkan, tapi karena bahasa yang lebih lugas dan mengenaPhotobucket.

Di mana saja, pembaca dapat mengakses internet sesukanya dan membaca berita yang hanya ingin dibacanya. Berita dapat diakses tiap saat, disajikan secara faktual dan aktual.

Penulis dan pembaca pun tidak harus seorang jutawan atau seorang ilmuwan kelas kakap. Begitu mudahnya pewartaan warga ini dicerna sehingga kendala finansial tidak menjadi masalah dan tidak mempengaruhi kemurnian jurnalisme.

Apalagi yang menjadi kekuatan pewartaan warga? Kemudahan mendapatkan feedback! Ini yang penting, tulisan yang dianggap baik dan buruk akan terkoreksi dengan sendirinya melalui mekanisme yang ada di dunia blog. Para pembaca blog bisa dengan bebas mengomentari informasi yang ada. Kalau suka? Mereka akan bilang suka…. Kalau tidak? Bersiaplah menerima kritik! Itulah mengapa dalam dunia ini dikenal istilah Create, Consume, Delete…. Kalau sudah dibuat dan bisa diterima silakan di “Consume” kalau tidak “Delete” saja…. Simple bukan?

Image and video hosting by TinyPic

Sumber gambar: odeo.com

Tapi bukankah banyak blog yang pemberitaannya hanya “sampah”?Photobucket

Yap! Betul! Saya setuju bila Anda berpikir demikian. Dari sini mencuatlah perbedaan antara citizen journalism dengan blog-blog biasa! Ada hal yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan warga…yaitu PEMERIKSAAN dan PENYARINGAN! PhotobucketInformasi yang didapatkan si pewarta warga seharunya terlebih dahulu dipilah-pilah mana yang memang layak dibaca… isu apa yang kompeten untuk diketahui banyak orang dan TANPA menghilangkan kejujuran dan objektifitas yang sepatutnya dijunjung tinggi dalam dunia jurnalistik

Ada beberapa hal yang diperhatikan agar pewartaan warga ini berjalan dengan baik dan menciptakan iklim jurnalisme baru yang sehat. Para blogger seharusnya menyadari kedudukan mereka sebagai seorang pewarta dan harus berusaha menjadi seorang wartawan yang baik. Bagaimana caranya? Mengutip tulisan dari Anwariansyah di situs wikimu.com, wartawan yang baik adalah Pertama dia harus berusaha untuk meningkatkan komitmen dan partisipasi kewarganegaraannya. Seorang wartawan warga sangat perlu melatih dirinya untuk memiliki sikap yang benar agar dapat berperan untuk peningkatan kepahamannya akan kewajiban dan hak-hak sebagai warga negara. Kedua seorang wartawan warga hendaknya menularkan pemahamannya itu kepada warga negara lainnya dengan baik melalui tulisan-tulisannya.

Oleh karena itu sudah sepantasnya para blogger memperhatikan kontent blog mereka. Apakah pewartaannya sudah mengena?
Apakah orang akan mudah mencerna pewartaan tersebut?
Apakah pewartaan tersebut sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku?
Kalau sudah oke… ya jalan saja!

Demikian mudahnya pewartaan masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk masuk kedalamnya, memberitahukan kepada dunia hal menarik apa saja yang tengah terjadi…
Pewartaan warga menawarkan informasi tanpa intervensi dari pihak manapun selain niat menggebu Wartawan dunia maya untuk menumpahkan pemikirannya.

Pewartaan warga…. Menawarkan sebuah masa depan untuk dunia jurnalistik!Photobucket

Aksi Galang Dana Untuk Sumatera Barat: Karena Solidaritas Sosial adalah Keharusan


Minggu, 4 Oktober 2009 kemarin, Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) bekerja sama dengan Departemen Sosial Kemasyarakatan BEM KM IPB dan seluruh perwakilan dari lembaga kemahasiswaan di seluruh fakultas IPB melakukan aksi galang dana untuk korban gempa di Sumatera Barat. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bukti kepedulian mahasiswa IPB dan guna menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu korban gempa di Sumatera Barat yang terkena gempa bumi berkekuatan 7,6 skala richter.

Perwakilan dari seluruh fakultas tersebut kemudian dibagi-bagi ke beberapa titik di wilayah kota serta kabupaten Bogor, diantaranya di kawasan Sempur, Terminal Baranang Siang, Tugu Kujang, serta di Cibinong. Bahkan, BEM KM sendiri mendapat bagian untuk menggalang dana di beberapa POM Bensin di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor.

Sebagai bagian dari warga IPB, Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB juga tidak ketinggalan ikut serta dalam acara ini, melalui komando dari Departemen Sosial dan Lingkungan Masyarakat civitas FEM ikut serta membantu penggalangan dana tersebut.
Wilayah Sempur menjadi pilihan FEM untuk menjadi tempat mereka menggalang dana karena pada kesempatan yang sama BEM FEM IPB juga mengadakan acara Greenation yang tengah melakukan aksi penanaman pohon di Taman Kota, Lereng Sempur. ”Kami memilih di Sempur bukan cuman karena ramai tapi juga supaya kita bisa menggunakan Bus IPB bersama para peserta Greenation. Dengan begitu, transportasi kita bisa lebih praktis dan kalau sudah selesai menggalang dana, peserta penggalangan dana boleh ikut serta dalam aksi penanaman pohon” tutur Ranti yang mengkoordinasi kegiatan galang dana saat itu ketika ditanya alasan mengapa lokasi Sempur yang dipilih.
Image and video hosting by TinyPic
Dengan memakai jas almamater serta membawa nama IPB, sekitar pukul 08.00 WIB mereka pun melakukan penggalangan dana dan menjadi perantara bagi masyarakat yang ingin membantu korban bencana alam di bumi serambi madinah tersebut. Antusiasme masyarakat sekitar rupanya cukup tinggi bahkan ada yang langsung mendatangi mahasiswa yang tengah menggalang dana untuk memberi bantuan. Nama IPB menjadi salah satu hal yang mendorong mereka untuk mempercayakan sumbangan mereka ke tangan mahasiswa-mahasiswa tersebut. ”Ini dari IPB kan, ya? Percaya deh!” ujar salah seorang pengendara motor yang memberikan sumbangan. Penggalangan dana di Sempur ini berlangsung hingga pukul 10.00 WIB.
Image and video hosting by TinyPic
Kemudian, atas inisiatif dari tim penggalangan dana FEM sendiri, mereka melanjutkan aksi ini di kawasa lampu merah Jl Djuanda yang dinilai ramai dilalui oleh kendaraan baik yang beroda dua maupun beroda empat. Di sini, antusias masyarakat juga tinggi. Ada juga pengendara mobil yang merepat ke sisi jalan untuk menanyakan langsung ke pada para penggalang dana untuk memberikan bantuan bukan hanya dalam bentuk uang tapi juga dalam bentuk bantuang sandang dan papan. Sayangnya, karena tidak ada komando yang terlalu jelas dan mungkin karena tidak mengira pertanyaan seperti ini akan terlontar dari penyumbang, jawaban yang diberikan dirasakan kurang memuaskan bagi calon penyumbang tersebut.
Akhirnya, aksi galang dana yang dilakukan oleh tim dari FEM tersebut berakhir pukul 12.00 WIB. Dana yang telah terkumpul nantinya akan disatukan dengan dana yang terkumpul oleh lembaga kemahasiswaan dari fakultas lain dan kemudian disalurkan langsung ke para korban bencana melalui IPMM. Lelah? Sudah pasti, akan tetapi inilah salah satu tindakan nyata mahasiswa untuk bergerak dan menunjukkan solidaritas sosial mereka, ya! Sebuah solidaritas! Karena solidaritas sosial adalah sebuah keharusan. Hidup Mahasiswa!