Tentang Seorang Pria…


Sebuah persembahan cerita untuk my lovely brother yang akan berulang tahun besok, kelak kamu akan membacanya dan jadilah seorang pria yang hebat 🙂

Saya….
Hanya merasakan hidup selama 12 tahun dengan ayah saya. Itupun tidak full time karena tentu saja Beliau bekerja dsb. Selama 12 tahun, dengan pengetahuan saya tentang kehidupan yang masih sangat minim, saya mencoba memahami nilai-nilai yang Beliau pegang. Lagi-lagi, dengan pengetahuan saya yang masih sangat minim tentang kehidupan, saya sangat mengagumi ayah saya karena alasan-alasan yang sangat sederhana. Namun, setelah Beliau meninggalkan saya dan keluarga, saya marah pada Beliau sekaligus pada Tuhan, well… why should my father? why?
Sempat sedikit shock, saya lalu mengumpulkan setiap kepingan ingatan saya tentang Beliau, alasannya? Karena hanya kenangan-kenangan itu yang bisa saya jaga dan saya ingat selamanya. Kenangan itu akan jadi harta paling berharga dalam hidup saya, dan semoga juga untuk orang lain.

Izinkan saya bercerita sedikit tentang Beliau.

Ayah saya adalah seorang anak pertama dari keluarga yang biasa saja. Karena Beliau seorang anak yatim, maka untuk membantu ekonomi keluarganya, Beliau menjadi gembala ternak saat masih sekolah, membantu ibunya berjualan, dan karena pintar Beliau juga menyambi menjadi guru di kampung halamannya. Karena prestasi akademisnya yang baik, Beliau kemudian bisa bersekolah di IPB melalui jalur undangan. Harapan Beliau saat itu hanya satu, kelak bisa menjadi guru, lalu kembali ke kampung halamannya dan mencerdaskan anak-anak di kampung halamannya.

Hampir menjadi dosen tetap namun akhirnya Beliau give up for his biggest dream, alasannya masalah ekonomi. Saat itu, menjadi dosen apalagi belum tetap sangat tidak prospektif. Beliau kemudian menjadi seorang pegawai swasta.

Saat mendengar cerita itu, saya kemudian protes kepada ayah saya. Bagaimana mungkin impian yang sudah Beliau perjuangkan bertahun-tahun harus kandas begitu saja. He just great… so why he should stop? Why? ini terlalu tidak fair.

Menjawab pertanyaan saya yang menggebu saat itu, Beliau hanya tersenyum lalu menjawab dengan kalimat-kalimat yang menurut saya terlalu berat untuk saya mengerti saat itu.

“Jadi pria itu berarti menjadi imam… menjadi pemimpin… menjadi seorang mengambil keputusan. Itu amanah dari Allah” Jawab ayah saya pendek

“Masa bodoh… ini masalah cita-cita, yah. Ayah yang bilang perjuangkan impian sampai mati. Gantung cita-cita di di bintang, jangan hanya sampai di bulan karena bulan sudah pernah dicapai oleh NASA. Lha… ini ayah sendiri kok melanggar kata-kata itu?” Protes saya

“Ayah belum selesai. Nak, menjadi seorang pria itu haruslah bijaksana… karena imam yang tidak bijak hanya akan merugikan umat. Sampai situ, setuju?”

“Iya, lalu?”

“Lalu… ayah yang saat itu harus mengambil keputusan yang paling banyak memberikan keuntungan bagi orang-orang di sekitar Ayah. Kalau ayah bersikeras untuk sekolah lagi…. bersikeras untuk melanjutkan pekerjaan yang uangnya tidak jelas… maka Ayah akan mengorbankan kalian. Tentu ayah tidak mau menjadi egois”

“Okay, alasan diterima. Tapi ini berarti ayah menyerah dengan impian ayah?”

“Tidak… siapa ya menyerah? Justru Ayah sedang mengembangkan impian ayah jadi lebih fenomenal… lebih nyata…. lebih keren”

“Sok banget. Memangnya mempersiapkan apa?”

“Mempersiapkan kamu” jawab ayah saya singkat.

Saya bingung lalu bertanya, “Maksudnya apa? Saya gak mau jadi guru ah… jadi dosen juga… saya mau jadi presiden Amerika Serikat aja. Kayaknya lebih kaya dan keren”

“Hahahahahaha… terserah kamu mau bercita-cita jadi apa. Akan tetapi satu hal yang kamu tidak boleh lupa, ketika kamu semakin berilmu nanti maka jadilah orang yang semakin rendah hati. Jadilah orang yang bisa membagi ilmu kamu untuk kepentingan banyak orang. Ilmu itu harta dan amanah, dan kamu tahu kan setiap harta harus dikeluarkan zakatnya.”

“Iya, yah? gimana bayar zakat ilmu?”

“Dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan mengamalkannya sebaik yang kamu bisa. Ingat juga bahwa ilmu adalah harta, maka dia bisa dicari terus menerus hingga ke pojok bumi manapun. Ingat bahwa ilmu adalah amanah, dan amanah hanya diberikan pada orang yang pantas, maka jadilah orang yang baik sehingga Allah menilai kamu pantas untuk diamanahi ilmu pengetahuan”

“Aduh pusing banget ya, yah… gak ngerti deh”
“Yaaaaa… nanti juga ada saatnya kamu ngerti. Yang penting ingat saja dulu”

Lalu pembicaraan pun semakin mencair, dan saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa pembicaraan itu akan menjadi pondasi berpikir saya di masa yang akan datang.

* * *

Saya tidak akan bercerita lebih panjang mengenai ayah saya, mungkin harus dibuat sebuah buku khusus untuk menceritakan Beliau. Singkat cerita, Beliau kemudian sakit saat saya duduk di kelas 6 SD karena sebuah kecelakaan di kantornya dan kemudian meninggal dunia saat saya duduk di bangku SMP kelas 2.

Saat Beliau jatuh sakit, saya sangat marah pada Tuhan. Yaaaa… supaya kalian tahu saja, saya pernah sampai tiap hari hanya menggugat Tuhan. Bagi saya terlalu tidak adil jika seseorang yang baik seperti Beliau harus jatuh sakit seperti itu. Gila!

“Ayah gak kasian sama kita-kita, sampai sakit begini?” Kata saya pada Ayah saya, “Kenapa sih Ayah masih aja baik sama Allah, Allah aja gak baik sama Ayah. Yaaaaa jangan dibaik-baikin dong Allah-nya, keenakan nanti”

“Ayah merasa ayah beruntung banget aja”

“Ayah demam kali -____-, syarafnya bener-bener rusak rupanya”

“Nggak… ini serius. Tidak banyak yang mau menerima orang yang sakit seperti Ayah sekarang dengan baik… dengan sabar… tapi ayah punya kalian, semuanya baik, semuanya sabar, semuanya tetap semangat. Kamu juga rupanya bisa kan dapat NEM tertinggi”

“Cuman sekabupaten, Yah… gak se-Indonesia.”

“Tapi itu luar biasa kan? Kamu pikir itu biasa, bagi ayah luar biasa. Nak, tidak mudah menjaga semangat berjuang di saat-saat sulit dan kamu bisa melakukan itu. Kelak kamu bisa menjadi wanita yang hebat, masih mau jadi presiden Amerika?”

“Gak Yah, jadi presiden Amerika banyak musuhnya. Kayaknya jadi dokter mata aja deh”

“You change your dream because of me?”

“Sepertinya begitu”

“Iya, gak apa. Tapi kelak… setelah kamu semakin dewasa, kamu harus semakin mantap dalam menentukan impian dan jalan hidup. Jangan terlalu sering berubah, karena itu membuat kamu menjadi kurang fokus terhadap apa yang kamu kejar. Tentukan langkah yang mantap, pantaskan diri, lalu berjuang… jangan takut gagal, toh semua orang pernah gagal”

“Saya orang yang takut kepada kegagalan, yah…. saya sih jujur saja”

“Untuk apa? Nak, setiap pencapaian besar itu butuh waktu… butuh proses… dan salah satu proses yang harus kamu hadapi adalah kegagalan. Berhasil dan gagal itu satu paket.”

“Mengapa harus satu paket?”

“Agar kita menghargai setiap jerih payah yang telah kita tempuh… agar kita menghargai setiap hal yang kita peroleh… agar kita bersyukur dan semakin rendah hati”

“Ayah terlalu banyak teori!”

“Hahahahahaha…. oya? Iya sih ya… tapi gak apa selama teorinya baik dan benar.”

Beberapa tahun kemudian saya tidak memiliki kesempatan untuk kembali berdebat dengan Beliau.

* * *

Hari ini, saya sudah bertemu dengan banyak pria. Beberapa orang yang sangat bersemangat dalam meraih setiap impiannya, beberapa terlalu mudah bertekuk lutut pada kegagalan. Saya geram! Manusia di muka bumi ini seharusnya menyadari bahwa banyak orang yang meninggal terlalu cepat sebelum mereka meraih impian dan cita-cita mereka, lalu apakah pantas jika masih saja ada yang ingin menyerah begitu dini dengan impian-impian mereka?

Jika ingin menyerah, bolehkan saya memohon untuk setidaknya kalian mencoba satu kali lagi…. terus menerus seperti itu. Setidaknya modifikasi impian dan rencana-rencana yang ada sehingga lebih memungkinkan untuk dicapai. Tapi jangan menyerah! Bergerak maju bukan hanya harus dengan cara berlari, merangkak pun tidak apa…. yang penting maju! Itu saja!

Saya yang hari ini, ingin mewujudkan impian saya sekaligus impian ayah saya yang belum tercapai. Jika kalian pikir ini mudah, maka kalian salah besar… saya sudah jatuh berkali-kali, ratusan kali menangis, berkali-kali pula ingin menyerah, tapi apakah saya pantas untuk menyerah? Tidak kawan, saya harus maju… jika tidak saya akan semakin tertinggal dan semakin jauh dari semua impian saya.

Setiap pencapaian besar butuh waktu!

Bagaikan perlombaan marathon, jutaan orang sedang berlari mengejar impian mereka masing-masing…. terus berlari hingga lelah. Jika kita terjatuh, lalu kita berhenti karena lelah…. maka kita hanya akan terinjak oleh peserta marathon yang lain. Perjuangan ini tidak mengenal kata lelah…. jika kau lelah, maka mungkin kau belum menemukan hal apa yang tengah kau perjuangkan.

Me and my father, long….long….long time ago 🙂

 

Man jadda wa jadda, Mahasiswa Galau, dan sebuah tinjauan filosofis “The Impossible Triangle”


Huwaaaa berat banget ya judulnya? tenang isinya tidak akan seberat judulnya 🙂
Ini hanya sebuah pemikiran saya saja sih…
Karena beberapa hari ini galau memilah-milih calon judul tesis dan jadi banyak baca jurnal lagi, saya menemukan suatu hal yang menarik dan menarik sebuah filosofi tersendiri dari hal yang saya baca tersebut.

Sedikit membuat kalian belajar ekonomi moneter sedikit yaaaa… dalam ekonomi moneter ada yang disebut “The Impossible Trinity”, apakah itu? Simple aja… ada 3 pilihan kebijakan makroekonomi yang diinginkan oleh suatu negara yaitu: 1. Lalu lintas kapital yang bebas, 2. Stabilitas nilai tukar, dan 3. Kebijakan moneter yang independen. Nah, berdasarkan teori Mundell-Fleming suatu negara HANYA bisa memilih 2 kebijakan saja dan harus mengorbankan 1 kebijakan lainnya, intinya sih nggak boleh maruk!
Image and video hosting by TinyPicsaya memodifikasi pemikiran itu!Tepatnya mengubah sedikit….untuk menggambarkan kondisi mahasiswa-mahasiswa yang baru lulus atau akan lulus yang mengalami kegaulan hwahahahahahaha….. CHECK THIS OUT!
1. Lalu lintas kapital–> Menyimbolkan kebebasan seseorang untuk pergi ke luar negeri atau ke luar daerah antah berantah, take for example mau sekolah lagi ke luar negeri dsb.
2. Stabilitas nilai tukar –> Menyimbolkan stabilitas keuangan seseorang terserbut (hwahahaha).
3. Independensi kebijakan moneter–> Menyimbolkan independensi seseorang kepada orang lain (orang tua, keluarga, bla…bla…bla…)

Jadi! Kalau seseorang yang secara khusus ini dianalogikan sebagai mahasiswa yang baru lulus atau akan lulus yang memiliki asumsi cateris paribus (kondisi ekonomi pas-pas-an…. belum jadi milyarder…. tampang ngepas… masih cupu….dsb…dsb…) dan secara khusus lagi ingin melangkah ke luar negeri untuk sekolah lagi misalnya, maka ia harus memilih dua kebijakan hidup dari tiga pilihan yang ada, dengan pilihan:

a. Pergi ke luar negeri dan menjadi manusia independen yang tidak tergantung dengan orang tua –> konsekuensi: Tidak akan memiliki kondisi keuangan yang stabil hahahaha….
b. Pergi ke luar negeri dan sebisa mungkin hidup mapan di sana –> konsekuensi: Belum bisa independen sepenuhnya dari orang tua atau keluarga atau lain-lain
c. Mau independen banget dan punya keuangan yang mapan–> konsekuensi: Jangan gegabah langsung main pergi-pergi ke luar negeri. Di dalam negeri aja yah.

INGAT! ini hanya berlaku pada orang-orang yang terikat dengan asumsi cateris paribus! hahahaha….

Tapi ilmu berkembang! The impossible trinity ini kemudian berkembang lagi menjadi Quadralemma. Naaaah kalau tadi pilihannya 3, sekarang jadi ada 4 opsi kebijakan!
Suatu negara bisa-bisa aja memiliki kebijakan moneter yang independen, stabilitas nilai tukar, dan mobilitas kapital yang bebas! Bisa bangeeeeet…. gak ada yang larang. TAPIIII ada konsekuensi lagi dan itu adalah : Mengorbankan cadangan devisa, kata lainnya sih BUTUH DANA YANG SANGAT BESAR! Naaaah kelak jika kalian mendalami hal ini terjawablah sudah mengapa Impossible trinity cenderung tidak terjadi di Cina, Jepang, dan beberapa negara besar lainnya… karena mereka punya dana yang besar.

Naaaaah…. kembali ke si mahasiswa cupu kita tadi. Jika seseorang ini ingin pergi ke luar negeri dalam kondisi mapan serta independen  dari orang tuanya maka dia haruslah memiliki dana yang besar hwohohohoho.

Seru kan? Ingat kawan! Ilmu itu… selama ia baik maka ia tidak akan pernah bertentangan dengan  kehidupan kita. Ilmu kan mengajarkan kita untuk lebih bijak menghadapi hidup bukan.

Nah itu dia poin yang ingin saya bahas. Harus saya akui, mungkin one of my dream adalah go around the world buat sekolah dan penelitian.Agak aneh mungkin…. Tapi saya sudah bertekad kelak dunia harus mencatat saya sebagai salah satu cedekiawati islam. Menurut saya keren aja, udah bawa nama sendiri, bawa nama gender, bawa nama bangsa, dan yang terpenting bawa nama agama! Keren kan? Saya sih nggak habis pikir kenapa nggak ada yang mau membawa kembali masa kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan, kalau saya sih ngebet banget tuh… sangat! Lagipula, for a person like me kayaknya cuman itu deh jalan “jihad” saya hahahahha abis apa lagi dong? Jadi sekarang mulai berburu scholarship ke luar negeri huhuhuhuuu… walau aneka aral melintang.

Image and video hosting by TinyPic

Bagi saya,  The impossible trinity itu sangat berlaku! Karena Mama masih belum sehat sepenuhnya dan ayah sudah nggak ada it means saya harus independen dan nggak boleh manja-manja lagi dong, di lain pihak saya juga mau meraih beasiswa dari manapun deh terserah hahahahha pokoknya someday I should go abroad. Dan taraaaaaa…. instabilitas keuangan harus dihadapi, suka nggak suka, mau nggak mau. Alhamdulillah sih Allah senantiasa ngasih rizqi dari hal yang tidak terduga dan rutin, tapi bagaimanapun masih terbatas lah apalagi setelah saya menggoyang kartu saya untuk beli handphone baru *maafkan aku ilmu pengetahuan, aku mengkhianatimu demi sebuah gadget* errrrr…. percaya deh! nyari beasiswa juga nggak “murah” dan gak “mudah” yaaaaa. Tes bahasa Inggris ITP dan EPT aja kalau berkali-kali udah lumayan banget abisnya, lebih miris lagi kalau ingat bahwa sekarang beasiswa ke luar negeri mensyaratkan IELTS atau iBT TOEFL, oh boy! udah lebih susah tesnya lebih mahal pula. Les preparationnya juga ngek ngek 3jt++ heeeeeeuuuuu~ *lirik rekening tabungan*Ya sudahlah jadi terpaksa apply yang mau nerima ITP dan EPT dulu :'( sabar ya, Mon. Sabaaaaar…. Belum lagi buat orang seperti saya yang [sok] perfectionist buat bikin riset, pasti fotokopi dan ngeprint jurnal macem-macem. Belum lagi bikin kopi formulir dll…. huwaaaa better off jangan diitung deh.

Kadang sedih juga karena merasa I think I deserve to get more~! Saya dengan idealisnya pernah bilang kepada seorang teman saya “Gw akan menjadi simbol kerjakeras di muka bumi ini. Kelak jika ada gw-gw lainnya di muka bumi ini… mereka nggak perlu ragu mengejar impian mereka hanya karena keterbatasan yang mereka punya. Gw akan ajarkan itu bukan hanya ke 1-2 orang, tapi pada dunia!” Anjrit! nggak ketinggian apa ya ngomong kayak gitu hahahahhaa, emonikova lebaaaaaayyyyy…. tapi gimana lagi itu dari hati sih :dance:

Tapi kemudian saya menyadari sesuatu…
“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”-Iman Syafi’i-
dan itu benar secara mutlak dan absolut.
Bisa dibayangkan tidak kalau saya sedikit demi sedikit meraih impian saya dengan usaha saya sendiri.
Kepuasannya itu bedaaaaaa….. bedaaaaaa banget. Itu membuat saya menjadi menghargai setiap proses yang saya jalani itu sendiri.

Image and video hosting by TinyPicSaya meneriakan kalimat “MAN JADDA WA JADDA” pada diri saya sendiri,
Kini saya sedang pada jalan man jadda wa jadda itu…
Saya sedang berjuang keras… keras sekali untuk memerangi tantangan serta kekurangan saya sendiri.
Saya sedang berada di jalan kesungguhan dan tengah memantaskan diri untuk membuat dunia ini bangga dan membutuhkan saya.
Kenapa ya? Entah over PD atau bagaimana tapi saya merasa Allah tahu seberapa besar saya berjuang… seberapa kuat pengharapan saya… walau Allah memang sulit ditebak, sangat sulit ditebak, tapi pasti ada sebuah jalan yang sedang dipersiapkan oleh-Nya untuk mengantarkan saya pada setiap centimeter impian saya tersebut.
Sekali lagi! Man jadda… wa jadda….
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil,
Saya yakin saya akan berhasil

No matter what! Saya merasa saat ini… detik ini… pada setiap helaan nafas saya… saya sedang melakukan hal-hal yang luar biasa. Hal-hal yang belum tentu bisa dilakukan oleh banyak orang lain di muka bumi ini.
Ya! kelak saya akan tepati janji saya kepada dunia ini.
Luar biasa bukan? Saya ingin seluar biasa impian saya… itu saja. Semoga Allah mengizinkan.Aamiin.Image and video hosting by TinyPic

My dreams [someday] come true!


Yeaaaaay…. Ketemu lagi dengan blog emonikova yang sudah ditelantarkan pemiliknya di tahun 2011 🙂 tapi alhamdulillah sekarang bisa kembali terisi dan akan kembali menggugah benak kalian semua *halah*

Many things happen in 2011… dan nggak kerasa udah tahun 2012 aja. Waaah cepet banget yaaa… dan walau kalender udah ganti angka jadi 2012, kayaknya masih banyak impian saya yang belum tercapai… masih jauh malah.

BTW…Awal tahun ini seneng banget karena bisa menghabiskan waktu bareng keluarga 🙂 rasanya lengkap banget. Semangat juga karena banyak yang punya resolusi luar biasa di tahun ini… semoga Allah mengistiqomahkan hati mereka untuk mewujudkan segala impiannya http://www.emocutez.com

Seseorang tidak mau mendengar resolusi saya tahun ini karena katanya saya pasti akan menulisnya di blog. Huwaaaaa…. nggak tau aja blog saya kena gusur sama IPB karena saya sudah jadi alumni jadi harus ganti domain ke alumni.ipb.ac.id. hmmmm… tapi rasanya benar juga, bukan blog saya kalau nggak ada ocehan tentang impian-impian saya di dalamnya.

Ini bukan resolusi sih… tapi impian-impian saya yang harus saya capai cepat atau lambat. Apa ajakah itu??? TARAAAA beberapa diantaranya:

Image and video hosting by TinyPic Become a writer!  : Mengutip perkataan Alfred Kazin The writer writes in order to teach himself, to understand himself, to satisfy himself; the publishing of his ideas, though it brings gratification, is a curious anticlimax.”

Yup! Saya ingin menjadi penulis. Kenapa ya? Mungkin karena saya merasa dengan menulis saya menjadi membaca banyak hal, bertanya pada banyak orang, memikirkan segala hal secara lebih mendalam, dan lama kelamaan saya merasa menulis adalah guru yang begitu hebat dalam hidup saya. Menulis adalah sebuah proses pencarian berbagai filosofi kehidupan…

It’s one of my dreams suatu hari saya bisa membuat sebuah tulisan yang layak masuk rak buku banyak orang di dunia ini. Jika saya tidak bisa mengelilingi dunia ini, maka saya akan memohon dengan sangat kepada Allah agar tulisan saya yang kelak mewakili saya menyampaikan pemikiran saya pada dunia. Saya ingin suatu hari nanti… dengan atau tanpa saya ketahui, banyak orang yang menjadi lebih baik setelah membaca tulisan-tulisan saya. Biarkan dunia belajar dari apa yang saya tuliskan…

Sebegitunyakah tekad saya? mmm… bagaimana ya? Saya ingin anak, cucu, dan cicit-cicit saya kelak mengenal saya seperti layaknya mereka mengenai Isaac Newton di buku sejarah dan buku science mereka. Saya ingin menjadi partikel dari setiap kesusksesan dan kebahagiaan orang lain, saya ingin memastikan pemikiran saya terus “hidup” di dunia ini. That’s it! Dan saya merasa menulis merupakan salah satu caranya.

Image and video hosting by TinyPic Sekolah lagi! Entah deh Allah mau memberi saya kesempatan belajar dimana. Tapi saya menyadari sebuah hal. Saya ingat betul bahwa kelak masa-masa di depan saya nanti akan senantiasa semakin berat. Saya akan semakin tua… saya cepat atau lambat… harus bisa [dan mau] membagi ilmu saya kepada generasi-generasi setelah saya agar mereka lebih siap menghadapi masa mereka *hiyaaaa ribet bahasanya*. Intinya sih mau mencerdaskan anak bangsa aja sih 🙂 Tapi bagaimana saya mampu bisa mengajarkan banyak hal pada orang lain jika saya, si Marissa Malahayati ini, tidak mau belajar lebih jauh… lebih giat… lebih keras…? Saya ingin dunia sempat mencatat nama saya sebagai cendekiawati Islam di muka bumi ini. Hahahahaha… berat banget ya. Tapi apa gunanya sih ilmu kalau buat dipendam sendirian begitu aja?

Saya juga ingin menjadi salah satu maskot kesuksesan orang-orang dengan kemampuan ekonomi yang tidak “wah” tapi bisa meraih ilmu yang “wah” melebihi orang dengan kemampuan ekonomi yah “wah” …. Ya! saya ingin meraih predikat bergengsi seperti itu dalam kehidupan saya!

Lagipula! Saya masih merasa begitu bodoh.
Saya teringat salah satu puisi panjang Goethe “Faust” dalam bagian  Der Tragödie :

“Dafür ist mir auch alle Freud’ entrissen,
Bilde mir nicht ein was rechts zu wissen,
Bilde mir nicht ein, ich könnte was lehren,
Die Menschen zu bessern und zu bekehren.
Auch hab’ ich weder Gut noch Geld,
Noch Ehr’ und Herrlichkeit der Welt.”

(To offset that, all joy is rent from me.
I do not imagine I know aught that’s right;
I do not imagine I could teach what might
Convert and improve humanity.
Nor have  gold or things of worth,
Or honours, splendours of the earth.)

NB:Kesalahan penerjemahan tidak ditanggung penulis ya, karena memang terjemahan di bukunya begitu :p hehehe.

Dalam puisi panjangnya tersebut, Goethe, yang sudah mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan mulai dari kedokteran, filosofi, hingga teologi, kemudian bertanya-tanya bahwa apakah ilmu yang selama ini dia pelajari sudah cukup? Apakah apa yang dia pelajari dan ajarkan merupakan kebenaran? Itu membuat Ia merasa bahwa ilmu yang ia miliki tidak akan pernah cukup! Saya mulai mengerti apa yang dirasakan Goethe saat itu! http://www.emocutez.com

Ilmu Allah itu begitu luas… dan itu membuat kita semua harusnya menyadari bahwa belajar itu memang betul-betul never ending process! Semakin banyak belajar… semakin merasa penasaran dengan keajaiban-keajaiban luar biasa di dunia ini bukan hanya membuat hidup ini menjadi lebih berarti (dan nggak gabut) tapi rasanya membuat hubungan seorang hamba dengan Tuhannya semakin dekat. Aih… luar biasa sekali.

Image and video hosting by TinyPic Dunno how…. ingin memberdayakan masyarakat menengah kebawah 🙂 Walaupun saya dulu pernah mendaulat diri sebagai HIMAGITA (Himpunan Mahasiswa Gila Harta) but sorry… buat saya dengan harta seharusnya bisa memperbanyak pahala dan bisa membantu lebih banyak orang. Buat saya kekayaan bukan segala-galanya… tapi membuat orang lain kaya huwaaaaa that’s a great life! EVER!

Ada sebuah impian besar dan kayaknya proyek seumur hidup deh. Jika  Allah mengizinkan kelak saya ingin mengabdikan diri saya untuk mengembangkan sistem keuangan mikro di pedesaan negeri ini. Gila kan! Nggak usah bilang deh, saya juga mikir gitu kok http://www.emocutez.com. Si anak mami ini pada akhirnya maunya kok jadi pengabdi masyarakat gitu… waaah udah deh pasti ngebayanginnya aja susah.

Tapi itu prestasi luar biasa yang ingin saya raih dalam hidup saya. Saya sudah cukup banyak melihat banyak orang-orang yang luar biasa berjuang mati-matian untuk hidupnya… Saya ingin menebus setiap centimeter penyesalan saya karena saya tidak bisa banyak membantu orang-orang di sekitar saya yang membutuhkan bantuan saya.  Saya ingin keberadaan saya bisa membawa kebahagiaan bagi orang lain. Itu jauh lebih berharga dari kekayaan jenis apapun di muka bumi ini. Rasanya luar biasa sekali jika ilmu yang saya pelajari itu bermanfaat bukan hanya untuk saya sendiri tapi juga untuk orang lain… apalagi ilmu itu rasanya sudah begitu sejalan dan seimbang antara ilmu dunia dan akhirat. Aih…nikmat mana lagi yang bisa saya dustakan saat itu.

Image and video hosting by TinyPic See my family proud of me… and make them happily ever after! Rasanya ingin membuat keluarga saya ini menjadi keluarga yang begitu bahagia… no more tears… no more bad things… no more bad memories… Saya hanya ingin keluarga saya bahagia! Yaaaah… pokoknya sekali lagi saya tegaskan kelak saya akan umumkan pada seluruh penjuru bumi bahwa  mungkin keluarga saya bukan keluarga yang sempurna tapi mungkin salah satu yang paling bahagia di muka bumi ini.

Image and video hosting by TinyPic Belajar lebih banyak untuk memahami Al-Quran! nggak cuman apal ya! apal doang mah biasa… tapi pahamnya itu loh. Sebenarnya tertohok sejak lama karena pas nonton film V for Vendetta ada dialog “Tidak perlu menjadi seorang muslim untuk menikmati sastra terindah di muka bumi ini” Iyakkk itu dikutip seadanya dan seingetnya ya. Tapi sebuah hal yang luar biasa aja, orang non-muslim aja banyak banget yang menghargai dan mengagumi Al-Quran, kenapa saya nggak? Kayaknya kok cupu banget gitu ya? Padahal bukan cuman indah tapi seluruh maknanya begitu mendalam! Coba bayangkan! kalau dalam periode kehidupan saya cuman sekadar baca doang dan nggak berusaha mencintai, memaknai, dan memahami itu… arrghhh cupu aja! Apa yang bisa saya ajarkan kepada generasi-generasi setelah saya nanti? Apa yang bisa saya jawab jika tiba-tiba ada orang yang berbeda agama dengan saya menanyakan mengenai filosofi-filosofi Al-Quran kepada saya? Mau dijawab dengan muka cengo tidak berdaya?http://www.emocutez.com Arggh… nggak deh, terlalu nightmare kalau kayak begitu heheheh

 

Itu dia! Impian-impian besar saya 🙂
Lainnya…? Wah masih banyak! Mau jadi orang kaya… mau jadi peneliti… dan yang paling  HOT mau berkeluarga…. hahahahaha masih banyak sekali deh pokoknya. Tapi saya percaya… jika Allah mengizinkan saya  meraih impian saya, maka Ia akan mengarahkan saya pada hal-hal terbaik yang mengarahkan pada impian saya tersebut. Saya percaya sekali… Allah akan memberikan saya ilmu dan karir yang baik dan akan menganugerahi saya guru-guru dan teman-teman yang luar biasa sebagai bekal saya dalam meraih impian saya. Allah juga kelak akan membuat saya memiliki pendamping hidup yang sangat baik dan bijaksana yang bisa membuat saya lebih bijak dalam bertindak http://www.emocutez.com, tidak tanggung-tanggung saya masih akan memiliki keluarga yang selalu mendukung saya dengan keceriaan-keceriaan khas mereka:Mama, adik, dan seluruh komponen keluarga saya.

Masalahnya… apakah Allah mengizinkan setiap impian dan doa saya ini…
Apakah Allah akan terus menjaga hati saya agar tetap istiqomah mempertahankan niat ini…
Jika ini merupakan hal yang baik bagi saya dan banyak orang… saya yakin Allah akan mengizinkannya. Wallahu’alam bi shawab.

Ini impianku… apa impianmu? apapun itu… gapailah!http://www.emocutez.com