Karena aku tidak ingin seperti layang-layang….


“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam dan tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tidak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
jika di dalam hutan.”

Imam Syafii—ditulis ulang dari buku “Negeri 5 Menara yang dikarang A.Fuad—


Pahamilah apa yang sebenarnya ada di dalam pikiranku…


Image and video hosting by TinyPic

Aku hanya tidak ingin menjadi layang-layang yang seakan-akan terbang bebas melintasi angkasa, menantang angin, mengejar burung-burung… namun pada kenyataannya layang-layang terbang dengan sangat tidak leluasa… layang-layang terbang karena intervensi orang lain. Sampai kapan pun ia tidak akan bisa melintasi angkasa yang luas, selamanya ia tidak akan terus menerus menantang angin, apalagi berusaha mengejar burung-burung di angkasa, bahkan bila kemudian senar layangan itu putus… ia hanya bisa terbang tanpa kendali, menyangkut di pepohonan atau kabel-kabel listrik. Tolong pahami bahwa aku tidak mau dan bahkan mungkin aku sudah bosan menjadi LAYANG-LAYANG!

Aku iri pada bangau… bagiku Tuhan mengajarkan banyak hal dari mahluk soliter dan pendiam ini. Ya! Mereka memang penyendiri dan tidak dianugerahi syrinx sehingga mereka tidak bisa membuat kehebohan dengan suara yang memekik, mereka pun mungkin bukan termasuk burung yang begitu cantik. Namun lihatlah saat mereka memutuskan untuk pergi terbang bermigrasi ke tempat yang begitu jauh… dengan sangat tulus mereka membentuk kelompok-kelompok kecil yang begitu akrab, tanpa egoisme, tanpa keterpaksaan, hanya sebuah ikatan kokoh karena kesamaan visi dan tujuan mereka. Mereka kemudian terbang tanpa intervensi! Mereka begitu teguh mencapai tujuan mereka tanpa terlalu ambil pusing dengan apa yang kira-kira akan menghalangi mereka. Mereka bebas lintasi angkasa, menantang angin, dan bertemu dengan sekawanan burung lain di angkasa. Mereka terbang dengan bebas mungkin karena seluruh tubuhnya menjadi ringan karena mereka tidak pernah membawa rasa egois dan angkuh yang seringkali dibawa makhluk-makhluk yang konon paling sempurna di muka bumi ini…. Sempurna sekali sehingga seringkali lupa untuk belajar melalui hal-hal kecil.

Percayalah…kelak aku akan terbang seperti bangau…

Biarkan aku terbang seperti bangau, dengan segala kekuranganku… tanpa peduli dengan apa yang dikatakan makhluk lain tentangku. Biarkan aku terbang sesuai dengan tujuan yang telah aku tetapkan dalam hati dengan begitu teguhnya, dan lalu biarkan aku menemui species-species serupa yang punya prinsip yang hampir sama denganku, biarkan kemudian aku terbang dan menunjukkan bahwa untuk terbang tidak perlu intervensi dari manusia jenis apapun… tidak perlu takut dengan halangan yang mungkin akan terjadi… tidak perlu mempertahankan keegoisan dan kesombongan, hanya perlu bahu membahu saling menolong. Yaaaaa…mungkin lelah luar biasa, tapi itu semua akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Setidaknya percayalah kelak akan aku tunjukkan betapa hidupku akan bagai bangau yang terbang…bukan seperti layang-layang rapuh yang menatap langit dengan senyum miris…

(buat yang kaget tiba-tiba gw nulis hal yang abstrak kayak begini….hmmmm… jangan khawatir 🙂 seorang marissa masih baik2 saja, hanya saja dia sedang dalam pemikiran mendalam tentang kehidupan he1000x….ukuk—-uhuk—-uhukkkkk—– 🙂 )

Image and video hosting by TinyPic

Lepas dari itu semua….I love you all~~~ thank you for enjoying my blog 🙂

Yihaaaaaaaaa!


Photobucket

Akhirnya atas pertolongan Allah…. M-on didaulat menjadi

Mahasiswa Berprestasi I Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB….

Entah mau bahagia atau mau nangis….

Bangga…. iyalah pasti, lawan M-on keren-keren banget… ada beberapa yang udah dan mau  ciao ke LN malah 🙁

Karya tulisnya juga pada oke!

Bahasa Inggris mereka…. GREAT!

IPK… *haaaaah tolong jangan bahas ini*

Asal kalian tahu aja… M-on punya IPK yang paling rendah dibandingkan yang lain *nyesel deeeeh… kemaren-kemaren gw kemana aja yaaaa?*

Yang lebih sedih lagi… pas pada nanya Mapres FEM siapa… dan pas dibilang orang itu adalah Marissa “M-on” Malahayati… 9 dari 10 orang bengong menghadapi fakta itu! Aduuuuuh setidak meyakinkan itukah gw? Yo wiiiis…. no problemo 😀 bukan masalah deeeeh apa penilaian orang pada M-on.

Yang paling membahagiakan adalah karena bisa mengembalikan tahta Ilmu Ekonomi sebagai juara I mapres…..

Bebannya berat yaaaa…. seumur hidup gw baru sekali ini grogi ikut lomba… sebelumnya? NEVER! gw selalu optimis…percaya diri sekali! tapi kompetisi Mapres membuktikan bahwa gw ini huwaaaaaaa sepeleeeee banget deeeh!

Okey… tinggal berjuang ke tingkat IPB… semoga bisa melenggang juga ke nasional 😀 ho100000x… tapi yang pasti harus banyak banget belajar! Oke laaaah semangat aja 🙂 Bismillah…

Terimakasih untuk:
Allah SWT…* speechless*
Mamaku…. bidadari yang nyasar di dunia 🙂 betapa baiknya dirimu, Ma 🙂
Ibu Luckytawati… yang sudah bersemangat mencoret-coret paper dan slide saya… Ibu luar biasa… Ibu inspiring… dan Ibu yang membuat saya tersadar bahwa kelak saya harus sekolah ke luar negeri… 🙂 terima kasih atas bantuannya…
Pak Findi…. kalau Bapak tidak bilang saya harus pake data primer… saya nggak tau deeeh menang apa nggak 🙂
Ilmu Ekonomi 44: Kalian tau nggak siiih…dukungan kalian jadi beban buat M-on… tapi itu jga yang bikin M-on semangat 😀
Kakak-kakak kelas dari IE 43: Terima kasih banyak… kutukan yang bilang M-on akan jadi Mapres FEM rupanya mujarab… mungkin harus dikutuk jadi mapres IPB juga 😀
Bapak Hoeruddin dari KBMT Tadbiirul Ummah atas data primernya
dan semuaaaaaaaaanyaaaaaaaa yang tidak bisa disebut satu per satu 😀

Special for:
Fanny Aprilta dan Sri Retno W: Maaf jadi meninggalkan proyek GT kita 😀
Solihin: Hentikan mengatakan gw sibuk :p iya siih… tapi kesannya gimana gitu T^T… aku pun tidak mau… Hei! something happen with you? I think you are changing…. feel free to tell me if you have a problem
Pram: Kau orang pertama yang dukung M-on 🙂 makasih banyak… ini hadiah buat, Pram…
Mahe: Oh gitu yaaaa…. yang jadi Mapres MIPA ^^ harusnya kemaren nggak M-on bantuin edit slidenya *jahat* ah… aku membantu pesaing beratku dengan tanganku sendiri.
Kementrian Pendidikan BEM KM IPB dan Koran Kampus IPB:Hohohohoho~ maaf yaaaa 😀

For Deep Inside My Heart to:

Ayah: Seharusnya…. ayah bisa melihat ini semua ya… Maaf ya, Yah…terlambat menunjukkan ini kepada ayah. Saya akan penuhi semua permintaan ayah dan keinginan ayah yang belum terwujud :)…

Jadi mapres itu….


Because I have try so hard and do the best for this… I can’t give up now… I just have two choice now, go and fight for this and become a winner at least winning the battle with my hestitation? or give up and become a loser because never try anything?  Of course finnally I have no choice,  I just can go and fight for this as best as I can… I’m not afraid with everthing… I believe Allah will give me the best and I don’t want to make Allah dissappointed to me.. that’s all!

Itu adalah jawaban gw saat ditanya oleh juri kenapa gw dengan IPK yang nggak nyampe 3,5 bisa nekad menerima tawaran ikutan kompetisi MAPRES dan mengapa juga  banyak yang merekomendasikan gw? *jiaaah ini siiih saya juga nggak tau Photobucketdan gw agak sedikit khawatir ada yang merasa diperlakukan “tidak adil” gara2 ini :p bodo ah~ * terus  apa gw takut dengan pesaing lainnya yang IPKnya ganas-ganas? Jawaban gw kayak gitu! dan itu murni dari hati nurani :p jadi nggak ada skenario… sekeluarnya dari ruang juri sepersekian menit gw mikir “Gw ngomong apa siiiiih tadi?” Photobucket dan memang itu yang rupanya baru gw sadari.

Tidak ada musuh kok! Yang lain adalah pesaing yang sekaligus teman-teman terhebat yang pernah gw kenal!Photobucket Takut? Tidak… karena yang tersulit adalah menghadapi diri kita sendiri…. Takut? Tidak… karena hanya kepada Allah lah gw pantas takut…  Takut? Tidak… karena ini adalah suatu kehormatan dan kesempatan bukan suatu musibah :p *walau berat juga siiiih ngejalaninnya*…

Gw kasih tau ya ke kalian semua… gw bukan anak yang pintar, gw juga gak punya prestasi yang wah banget atau gimana gitu, tapi satu hal yang gw banggakan dari diri gw adalah gw punya prinsip hidup dan itu yang dengan teguh gw perjuangkan hingga hari ini. Gw punya ambisi… ambisi memberikan hal yang terbaik yang gw bisa. Tidak ada dendam… tidak ada iri hari… tidak ada rasa pesimis… yang ada hanya sebiah kebernaian dan optimisme… yang ada adalah sebuah bayangan kebahagiaan hakiki saat gw bisa memberikan hal terbaik dalam hidup gw… itu saja… gw percaya Allah begitu adil, sehingga Dia akan membalas setiap jerih payah dan niat gw….  Photobucket

Mapres itu… manusia biasa yang tengah mencoba menjadi luar biasa… tapi bukan dengan keangkuhan, tapi dengan sebuah perjuangan… Mapres bukan predikat penuh prestige dan kemudian pantas dilingkupi kesombongan, tapi seseorang tidak bisa dikatakan berprestasi bila dia tidak mempunyai arti positif bagi lingkungannya….Photobucket 

Di mata gw…. setiap kepala temen gw yang lagi berjuang bikin bisnis, nyari tambahan uang kuliah sana-sini, lagi sibuk jadi valounteer untuk berbagai bakti sosial, ngajar ini itu, dan sebagainya adalah mahasiswa berprestasi! Ya mereka itu yang diam-diam selalu gw kagumi!Photobucket

Baiklah….Photobucket
Segala puji bagi Allah yang kemudian memberikan amanah sebagai

Mahasiswa Berprestasi I tingkat Departemen Ilmu Ekonomi, IPB….

dan akan gw perjuangkan predikat ini dengan sungguh-sungguh… bukan demi diri sendiri, tapi untuk semua orang yang tidak kunjung lelah mendukung gw, untuk Mama, untuk Ayah yang telah terlalu cepat “pergi”, untuk keluarga gw, dan untuk Allah (karena aku tidak mau penciptaanku di dunia ini sia-sia… bukankah Allah menciptakan makhluk hidup untuk terus berjuang sebaik mungkin?) Photobucket

Yes..in the name of Allah SWT,  I put my trust in Allah…Photobucket perjuangan masih puaaaaaaaannnnnjaaaaaaaang… dan tidak ada waktu untuk mengeluh serta berkata “LELAH”!

Finally! I got a new printer!!! ^0^/


Okey…! Saya selaku ketua umum sekaligus anggota tetap HIMAGITA (Himpunan Mahasiswa Gila Harta) Photobucketakhirnya dengan bangga mengumumkan bahwa “I GOT A NEW PRINTER!!!” Yihaaaaa~~~~ potong pitaaaaa!!! Potong tumpeng!!!Photobucket Nyalain kembang api!!! PhotobucketBakar petasan!!!Photobucket

Alhamdulillah…

Dan yang bikin M-on bangga adalah: M-ON BELI PAKE UANG SENDIRI!!! PhotobucketHoraaaaaaay….. nyalain kembang api lagi…..Photobucket

Jadi… walau M-on gila harta stadium 4 *dan menurut prediksi sudah sulit disembuhkan*, tapi, seperti yang M-on bilang,  M-on akan menggunakan uang M-on dengan bijak kok, insya Allah…Photobucket

Uangnya juga dari sumber yang halal kok, iyaaaalaaaahPhotobucket~~~ honor ngasdos dan lain-lain ditabung terus menerus. Jadi dengan ini wishlist barang yang udah dibeli udah tercontreng satuPhotobucket…. Nggak tau harus bilang apalagi…

Kenapa siih M-on harus beli printer baru?
Okey… some of you mungkin mikir “Jiaaah…hari gini printer… blackberry dong Photobucket ha1000x… saya tidak membutuhkan blackberry, butuhnya printer :D…  M-on perkenalkan dulu yaaaaa printer jadulnya M-on…. Ini dia HP Deskjet 400 tercinta

Photobucket

Jadul ya?
Tapi kalian nggak boleh ngehina dia yaaa!!! (AWAS KALO NGEHINA SI 400) Dia itu udah membantu M-on kalo ada tugas makalah… udah bantu M-on dan temen-temen laen kalo mesti ngeprint buat lomba karya tulis… dia juga udah jadi temen sejati sewaktu M-on jadi sekretaris Dep. Perekonomian BEM FEM IPB … yaaaaaa dia sangat berjasa sekali…. Pahlawan deeeh pokoknya. Dia nggak marah kalo misalnya tiap malam M-on caci maki dengan murka karena dia sering banget pake acara kertasnya ngegulung laaahPhotobucket…. Ngadat laaah… apalagi kalo udah disuruh kerja rodi. Andai dia manusia pasti dia pria tangguh yang penyabar dan ke-bapak-an Photobucket

Tapi, dia cuman bisa ngeprint item putih, terus kalo ngeprint gambar item putih juga gak jelas…  selain itu karena M-on sudah terlalu sering jadi divisi PDD (publikasi, dekorasi, dan dokumentasi)dan mungkin terancam masuk MURI saking seringnya, M-on butuh scanner dan juga print warna… Ya… begitulaaaah~~~ tuntutan hidupPhotobucket. Terus karena M-on juga sering bikin gambar buat komik *banyak yang mesen! Tapi nggak bayar :p laen kali komersil ah*, jadi memang harus mau nggak mau punya printer multifungsi…  belum lagi kalo mau lomba macem2 dan ada data yang adanya di buku atau majalah jiaaaaaah….itu mah harus ngetik ulang. Kalian nggak pernah tau perjuangan M-on deeeh…. Kalo kepepet M-on suka harus terpaksa ngeprint di rental deket rumah… dan M-on bersumpaaaaah…. MAHAAAAAAALLLL BANGEEEEET!!!Photobucket Ih udah deeeh… nyebelin banget.

So… M-on udah bertekad untuk membeli printer baru…. Dan inilah diaaaaaa….. sahabat baru M-on bernama: HP Deskjet F2410….

Photobucket

Bagi kalian yang kaya raya, mungkin harganya nggak seberapa yaPhotobucket, tapi pokoknya ini pake perjuangan deeeh belinyaPhotobucket.  Tapi lumayan banget laaah, fiturnya cukup lengkap untuk mahasiswa yang insya Allah akan menyusun skripsi sebentar lagi hue he1000x… (tinggal beberapa semester lagi euy!) pokoknya 3 in 1 he10000x…. bisa ngeprint, ngescan, dan fotokopi. Udah M-on sambangi semua fiturnya… dan memang bagi M-on itu semua lebih dari cukup… SANGAT LEBIH DARI CUKUP!

Printer ini bukan cuman buat M-on aja… bentar lagi adik M-on juga masuk SMP, dia akan lebih membutuhkannya juga…

Kalian tahu? Rasanya bahagia sekali… walaupun sakit maag lagi kambuh, tapi ilang tiba-tiba saat liat hasil jerih payah tuh ada hasilnya ya? Pokoknya CARI UANG ITU SUSAH!!! Banget!!! Banget!!! Banget!!!Photobucket

Sejak kedatangan si F2410 *kayak plat nomer angkot Bogor ya*, M-on jadi makin benci orang-orang yang hedonPhotobucket! Ihhhh~~~ gila yaaaaa…. M-on aja ngumpulin uang ampe jungkir balik, ada makhluk di dunia ini yang malah bahagia damai sentosa ngabis-ngabisin uang… sukur uang sendiri, ini masih uang orang tua-nya. Ih… parah banget, uangnya buat M-on deeeh… buat bikin bisnis restoran ha10000x…. (fyi: Mama M-on jago masak, makanya kami anak2nya jadi kepikiran kayaknya someday Mama harus dikasih restoran deeeh, bukan sekadar karena profit oriented, tapi pengen nyombongin kemampuan Mama dalam bidang kuliner :p sesekali sombong seumur hidup boleeeeeh doooong Photobucket not bad idea kan?).

Makasih Mama…Photobucket (karena meridhai anakmu beli printer, insya Allah berguna kok, Ma)
Makasih Bu Tanti, Mba Dian, dan semua rekan-rekan di ekonomi umumPhotobucket…  huwaaaaa… tanpa jadi asisten ekonomi umum… nggak pernah ada cerita ini…nggak akan pernah J

Dan tentu terimakasih yang teramat sangat untuk…
Allah SWT Photobucket… hehehehehe…  terkadang heran kenapa Allah senantiasa memudahkan hamba-Nya ini untuk meraih sesuatu… mengapa Allah sangat sayang pada hamba-Nya yang satu ini padahal bandelnya minta ampunPhotobucket… keras kepala lagi Photobucket… Alhamdulillah….semoga barokah ya 😀

Kalau sudah begini, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kan?

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Saat Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Menjadi Satu Kesatuan: Sebuah Gambaran Perguruan Tinggi Idaman


Bila pada suatu kesempatan Anda ditanya mengenai bagaimana gambaran Perguruan Tinggi  idaman, jawaban seperti apa  yang akan terlintas dalam pikiran Anda 🙂 ? Saya yakin, ada puluhan atau bahkan ratusan persepsi yang sekejap terlintas dalam benak Anda. Hal yang sama terjadi pada saya ketika melihat tema yang diusung untuk lomba blog UII yang diadakan oleh Universitas Islam Indonesia  mengenai: Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman. Percayalah! Tema menarik yang sederhana itu rupanya sulit  bagi saya untuk dipecahkan, karena pemahaman mengenai perguruan tinggi favorit dan terbaik tidak bisa dijabarkan secara sederhana (setidaknya menurut saya 😕 ).

Baiklah! Mari kita mulai dari persepsi paling awam sekalipun mengenai perguruan tinggi favorit  di Indonesia. Mungkinkah yang terlintas dalam  khayalan Anda (atau mungkin jutaan calon mahasiswa di luar sana)  adalah sebuah universitas mewah, dengan sarana dan prasarana yang mentereng, lalu tenaga pengajarnya begitu terkenal dan sangat sibuk sehingga untuk ditemui saja susahnya minta ampun, atau mungkin sebuah universitas yang mencetak lulusan-lulusan yang setiap harinya jadi topik pembicaraan di media massa. Tunggu dulu! Apakah itu yang dicari dari sebuah universitas? Sebagian kecil, mungkin ya! Tapi itu tidak sepenuhnya benar… bukankah universitas ada untuk mencetak akademisi? Lalu siapa dan untuk apa akademisi itu? Saya rasa itu bukanlah tujuan inti suatu perguruan tinggi terbaik dan favorit (setidaknya bila perguruan tinggi tersebut masih punya idealisme tinggi tentang arti sebuah pendidikan), ada tugas agung lain yang seharusnya disadari dan diemban dengan sangat serius oleh suatu perguruan tinggi.

Merujuk pada tulisan Bapak Alm. Andi Hakim Nasoetion dalam artikel Kembalikan Otonomi Pengelolaan di Perguruan Tinggi, Beliau menyinggung bahwa tugas universitas secara sederhana adalah melatih sumberdaya manusia menemukan pengetahuan baru yang benar serta menemukan cara pemanfaatan pengetahuan baru yang benar tersebut dengan lebih baik. Di sinilah kemudian sebuah misi mulia dari perguruan tinggi muncul yaitu TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI yang terdiri dari dari penyediaan jasa pendidikan, pengadaan penelitian, dan pengabdian kepada  masyarakat.

Saya berani bertaruh, universitas manapun di negeri ini tahu istilah Tridharma Perguruan Tinggi, dari yang sudah di-cap sebagai perguruan tinggi terbaik hingga yang kelas teri sekalipun tahu betul istilah itu. Lalu mungkin Anda akan bertanya, “Apakah relevan bila Tridharma itu kemudian menjadi pembeda antara perguruan tinggi terbaik dengan perguruan tinggi kelas teri itu?” Inilah jawaban saya: Bukan Tridharmanya, tapi implementasinya! Yang akan membedakan antara perguruan tinggi yang baik dan yang buruk sebenarnya sangatlah sederhana konsepnya…. Sudahkah perguruan tinggi tersebut mengimplementasikan Tridharma Perguruan Tinggi dengan baik?  Sudahkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat menjadi satu kesatuan jiwa dalam perguruan tinggi tersebut? Kalau belum, maka sudah seharusnya perguruan tinggi tersebut legawa untuk menyatakan bahwa mereka belum pantas disebut Perguruan Tinggi Terbaik. Mungkin Anda melihat saya sangat kejam dalam paragraf ini, tapi saya tidak menulis ini tanpa alasan yang kuat.

Apa pentingnya Tridharma Perguruan Tinggi?

Lagi-lagi mengacu pada tulisan bapak Alm. Andi Hakim Nasoetion (haruskah saya mengakui bahwa saya sangat mengagumi kecerdasan dan tulisan-tulisan Beliau?), bahwa Tridharma Perguruan Tinggi merupakan tiga serangkai yang tidak terpisahkan! Untuk memahaminya saya akan mengajak Anda untuk sedikit berkhayal.

Coba bayangkan sebuah perguruan tinggi tanpa kegiatan pendidikan? Tentu saja akan jadi perguruan tinggi yang sangat pincang karena tenaga akademik tidak bisa melakukan penelitian dengan baik, pencetakan sumber daya manusia yang terdidik pun tidak ada, jangan coba tanyakan mengenai pengabdian masyarakat! Sudah barang tentu tidak mungkin terjadi, apa yang mau diabdikan kalau sumber daya manusia yang terdidik untuk diterjunkan ke lapangan saja tidak ada, dan penelitian pun seadanya.

Sekarang bayangkan sebuah perguruan tinggi dengan pendidikan yang baik dan intensif serta melakukan pengabdian masyarakat, sayangnya tidak tertarik melakukan penelitian. Kelihatannya tidak ada masalah bukan? Baiklah, mungkin khayalan Anda belum terlalu jauh, tapi bukankah mahasiwa di dalam perguruan tinggi itu hanya akan mempelajari teori-teori yang sudah ada dalam buka text book tanpa melakukan pengembangan yang lebih lanjut terhadap teori tersebut. Ambil saja contoh sederhana bila ada seorang mahasiswa ekonomi yang terus menelan bulat-bulat teori ekonomi klasik dan mengasumsikan bahwa segala hal yang terjadi dalam perekonomian adalah cateris paribus (mengasumsikan kondisi di luar pengamatan konstan). Maka, kalau ada lonjakan harga di pasar secara tiba-tiba, atau bila resesi ekonomi global terjadi, maka mahasiswa sarjana-sarjana text book itu hanya akan diam, melakukan kebijakan yang sekenanya (dan sama persis dengan kebijakan tahun-tahun sebelumnya TANPA PERUBAHAN SAMA SEKALI), dan dengan santai berkata “Okay! Cateris Paribus sajalah~” Mengerikan bukan? Ya! Saya tegaskan sekali lagi, apa gunanya sebuah perguruan tinggi bila tidak mendorong civitas academica-nya untuk melakukan penelitian terhadap kejadian di lapangan? Apa gunanya bila perguruan tinggi hanya membuat civitas academica-nya menelan mentah-mentah buku text book yang  cepat atau lambat akan menguning?

Sekarang imajinasikan hal yang lebih mudah lagi, sebuah perguruan tinggi, dengan sistem pendidikan yang aduhai dan kegiatan penelitian yang wah, tapi… si perguruan tinggi itu pelit untuk mengimplementasikan pendidikan dan penelitiannya ke lapangan. Satu komentar singkat: Alangkah pelitnya perguruan tinggi tersebut! Dosen ekonometrika saya pernah bilang kepada kami mahasiswanya bahwa kami kuliah dengan menggunakan uang masyarakat, lahan masyarakat, dan berdiri di atas jutaan harapan masyarakat yang ingin negeri ini lebih baik di tangan para akademisi muda, jadi mau tidak mau, kami harus mengabdikan diri ini untuk masyarakat. Apakah gunanya ilmu yang telah dipelajari dan penelitian yang telah menghabiskan berlembar-lembar rupiah bila kemudian tidak diamalkan? Rasa-rasanya, Tuhan pun kesal bila hal ini terjadi!

Lalu bagaimana?

Kata “bagaimana” selalu menjadi pertanyaan inti dari suatu permasalahan. Tentu saja jawaban singkat dari permasalahan ini adalah memahami dan mengimplementasikan Tridharma Perguruan Tinggi tersebut secara menyeluruh.

Pertama-tama, bagi saya sebuah perguruan tinggi terbaik adalah yang kemudian merekrut calon-calon mahasiswa terbaik dari seluruh wilayah Indonesia, hingga ke pelosok daerah, tanpa terkecuali! Bukankah pendidikan sudah didaulat sebagai hak untuk rakyat di negara ini? Maka saya ingin menagih jamji tersebut lewat perguruan tinggi yang ada di Indonesia, beranikah mereka merangkul mutiara-mutiara dalam lumpur yang mungkin ada di pelosok nusantara ini? Atau mereka hanya peduli dengan komersialisasi pendidikan sehingga pendidikan untuk generasi muda bangsa yang cemerlang seringkali tersisihkan? Ini yang mau disebut Perguruan Tinggi Favorit? Sadarkah Anda, bila Anda ingin memperbaiki bangsa ini, maka yang perlu dilakukan adalah pembuatan kebijakan yang tepat untuk segala sektor, pembuatan kebijakan yang tepat tidak akan terwujud tanpa SDM yang baik dan berkualitas, dan SDM yang baik serta berkualitas itu tidak akan ada tanpa pendidikan yang baik dan seimbang!

Bila target secara nasional secara nasional telah tercapai, maka akan tiba waktunya membidik mahasiswa dari luar negeri. Tapi tidak perlu khawatir! Selama perguruan tinggi tersebut melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang baik, maka dengan sendirinya mahasiswa asing akan menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut. Yang terpenting adalah mereka akan dating karena kualitas! Bukan menjadi perguruan tinggi penampungan bagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak diterima di universitas elit di negara mereka masing-masing.

Langkah selanjutnya adalah mewujudkan situasi akademik yang mendukung terlaksananya tridharma perguruan tinggi. Disinilah peran dan interaksi dosen-mahasiswa sangat diperlukan. Perguruan tinggi favorit juga sudah sepantasnya memiliki tenaga pengajar favorit, bukan hanya favorit bagi wartawan, tapi juga bagi mahasiswanya dan calon-calon mahasiswanya. Ya! Saya yakin kita semua sepakat, sebuah perguruan tinggi yang baik membutuhkan tenaga pengajar yang kawakan, cerdas, memiliki pengetahuan yang luas, dan mudah bersosialisasi dan diajak berdiskusi dengan mahasiswanya. Poin terakhir itu sangat penting. Saya senang mengutip perkataan dosen kimia saya, sewaktu saya masih duduk di Tingkat Persiapan Bersama, yang menyatakan bahwa antara dosen dan mahasiswa itu memang ada pagar pemisah tapi pagar itu tidak boleh begitu tinggi agar mahasiswa bisa berdiskusi dengan si dosen dan si dosen bisa menambah masukan dari si mahasiswa sehingga bisa menjadi teladan yang lebih baik lagi.

Pernah dengar istilah yang muda belum boleh bicara? Seharusnya ini dijauhkan sejauh mungkin dari dunia pendidikan. Dosen tidak boleh semena-mena menganggap bahwa diri mereka lah yang paling baik! Lalu arogan dan menganggap bahwa mahasiswa terlalu cetek untuk berpendapat. Di lain pihak, mahasiswa pun tidak boleh jadi pribadi yang kurang ajar! Bagaimanapun dosen adalah orang yang perlu dihargai, apapun alasannya. Sederhana bukan? Persis seperti pelajaran PPkn yang kita pelajari mati-matian saat duduk di bangku SD dulu. Bila itu terjadi, maka suasana diskusi ilmiah bisa terwujud. Bayangkan bila antara mahasiswa dan dosen tidak memiliki interaksi yang baik… apakah si mahasiswa bisa melakukan kegiatan penelitian sendiri? Atau bahkan apakah jiwa akademisi mereka akan muncul? Lalu apakah seorang dosen hanya ingin jadi makhluk paling pintar sendiri seumur hidupnya? Tentu tidak, bukan? Oleh karena itulah, saya percaya interaksi yang baik antara dosen dan mahasiswa yang baik sudah cukup mengembangkan jiwa akademisi yang haus akan ilmu pengetahuan dan siap mengabdi untuk masyarakat.

Jadi disini juga mahasiswa punya hak yaitu freedom to learn yaitu kebebasan untuk mempelajari sesuatu secara luas, tidak terhalang oleh dinding kampus dengan bimbingan dan arahan dari tenaga pengajar yang kompeten, serta freedom to communication dimana Kebebasan berkomunikasi yang baik adalah adanya peluang mahasiswa untuk berpendapat, bertanya, berhak untuk melontarkan gagasan ilmiah secara obyektif serta kebebasan untuk penyebaran ilmu pengetahuan dan publikasi hasil-hasil penelitian kepada seluruh komponen Perguruan Tinggi dan terhadap lingkungan masyarakatnya. Lagi-lagi, ini semua tidak akan tercipta tanpa ada kerjasama yang baik antar komponen perguruan tinggi.

Mungkin saya sudah membuat mata Anda terlalu letih membaca tulisan saya, baiklah…bila untuk terakhir kalinya Anda kembali menanyakan pada saya mengenai bagaimana perguruan tinggi favorit di Indonesia menurut saya, maka itulah jawaban saya. Saya membutuhkan sebuah perguruan tinggi yang penuh dedikasi, bukan sekadar untuk bertahan di tengah resesi ekonomi dan krisis kepercayaan pemerintah lalu mendewakan komersialisasi. Saya ingin duduk dalam perguruan tinggi dengan idealisme untuk mengabdi kepada bangsa dan bahkan pada dunia ini, saya ingin menginjakkan kaki saya di sebuah perguruan tinggi yang tengah berjuang mempertanggungjawabkan idealismenya itu demi kebenaran dan ilmu pengetahuan di depan Sang Maha Mengetahui. Kini… saya dan mungkin Anda, tengah menjadi tonggak yang menentukan apakah perguruan tinggi tempat Anda berada sekarang sudah pantas Anda sebut sebagai perguruan tinggi terbaik, marilah kita memulainya dengan menilai diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Nasoetion, Andi Hakim. 2002. Pola Induksi Seorang Eksperimentalis. Bogor: IPB Press

NN. Peran Mahasiswa dalam Mengemban Tridharma Perguruan Tinggi. dakwah.uin-suka.ac.id/file_ilmiah/afif-peranmahasiswa.rtf. [terhubung berkala]. Diakses tanggal 25 Januari 2010.

NN. Mutu Dalam Tridharma Perguruan Tinggi.  http://eng.unri.ac.id/download/teaching- improvement/BK1_QualityAwareness_1/Mutu_dalam%20-%205.pdf [Terhubung Berkala]. Diakses tanggal 25 Januari 2010.