Jokowi Bertanya, Marissa Menjawab: Kenapa lulusan IPB banyak yang kerja di Perbankan? Yang jadi petani siapa?



A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams.  A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.


Ketika acara orasi terbuka Dies Natalis IPB, rupanya Pak Presiden resah, gelisah, gulana, dan galau karena mahasiswa Institut Pertanian Bogor, rupanya lebih banyak yang meniti karir di bidang non-pertanian. Begitu galaunya Beliau hingga pertanyaan ini muncul pada pidatonya ck…ck…ckkkk…. :’) sabar ya, Pak… biar saya bantu jawab deh, Pak sebagai alumni. Dan gak mau kalah dong sama Pak Presiden, kali ini saya juga bikin vlog! FUFUFUFUUFUFUUFUFU… biar gak kalah gaul. Tapi vlognya buru-buru jadi butut gitu :’D yo wis lah ya, yang penting niat 🙂

Saya tidak akan sesumbar ini karena kemampuan matematis alumni IPB yang aduhai, kemampuan kamu yang mudah menyelesaikan masalah, bla bla bla… aduuuh, pas sampe sekolah ke luar negeri sih kita akan sadar, alumni dari manapun kita, dengan catata kita rendah hati dan gak besar kepala, kemampuan kita itu STANDAR…. :p (sorry for being honest). Yah selalu ada sih yang over PD “Gila gw keren abis karena gw alumni X” pffft… itu hanya menunjukan orang-orang seperti itu kurang jauh pikniknya (piknik, Mas…Mbak…. yang jauhan dikit).

kapan-kapan kalau saya gak ada deadline yang mendesak, saya wawancara teman yang lain yang lebih dahsyat daripada saya atau kalau lebih luang lagi kita tanya-tanya aja langsung ke dosen2 IPB 😀 mereka kan gaul dan baik-baik. Tapi nanti yaaaa kalau saya tidak dikejar-kejar deadline-deadline yang mematikan ini.

Oke, gitu aja ^^/
Tetep bangga lah jadi mahasiswa pertanian, dan yang bukan mahasiswa pertanian… yaaah mari saling menghargai, inget loh kalau gak ada pertanian gak ada makanan fufufufufu and who doesn’t love food? 😀

Mempertanyakan Empati Bangsa
Mahasiswa ikut demo? Salahkan?: Mengkritisi kematangan emosional dan Politik “Kidz zaman now”

Comments

  1. Numpang komen panjang lebar ya Bu. Mangga dikritik dan dikomen balik. Sambil ngopi atau ngeteh, biar lebih nikmat. 🙂

    1. Di Jepang. Karena semua sudah well-established, negara maju, harga stabil. Orang2 sudah lelah kerja keras di kantoran tiap hari ketemu orang sama komputer. Banyak anak2 muda umur 30 taun-an (iya, anak muda) yang berhenti kerja dari perusahaan-perusahaan rakasasa dan mencari kerja sebagai petani. Dan ini didukung oleh pemerintah:
    a. Lebih dari 50% petani (data kementerian pertanian Jepang) di Jepang itu sudah sepuh. Lahan berhektar2 terancam nganggur dan well, anak-cucunya belum tentu mau jadi petani.
    b. Tidak hanya lahan yg nganggur, rumah di sekitar lahan pertanian juga nganggur.
    c. Jepang sampai sekarang belum bisa swasembada pangan dan masih banyak impor bahan makanan (ini kalau dibahas, bisa satu episode sendiri).
    d. Pegawai kantoran di kota-kota besar memikul tugas yg semakin berat dgn berkurangnya jumlah anak muda. Belom lagi main sikut2an sama rekan kerja.
    e. Anak muda yang lelah dengan kehidupan kota, tertarik dengan bertani karena bisa lebih “santai” menikmati hidup.
    f. Pemerintah memberikan: pinjaman modal, trainer petani selama 1-2 tahun sebelum si petani muda diterjunkan langsung ke lahannya sendiri (masa training ini kayak on the job training), lahan plus perumahan biasanya gratis atau disewakan dengan harga yang sangat-sangat murah (lebih murah dari harga satu kamar apartemen di Tokyo).

    2. Kenapa mahasiswa IPB banyak kerja di bank? Karena bank-lah satu2nya (mungkin gak satu2nya ya) tempat yang mau menerima fresh graduate se-fresh2nya. Dengan pengetahuan yang cupu, tanpa pengalaman, bisa diterima sebagai karyawan, trus di-training tentang perbankan sambil digaji. Setelah lulus training gaji bisa meningkat pesat. Perusahaan mana yang sebaik ini coba?
    Kalo terjun ke pertanian? Di Jepang aja harus training dulu 1-2 tahun. Alhamdulillah disana di-fasilitasi. Di Indonesia? Semoga nantinya akan ada petani2 yang berbaik hati dan sabar mengajari sarjana2 pertanian untuk bertani dan pemerintah punya alokasi dana untuk pinjaman modal petani newbie.

    3. Mengingat perbincangan masa lalu dengan salah satu profesor Jepang, apa yang dialami Indonesia ini adalah sindrom “sindrom negara berkembang yg meniti karir negara maju”. Maksudnya gini, sekarang ekonomi Indonesia dimata dunia (entah dunia yg mana) lagi terlihat meningkat pesat. Ditambah luas daratan dan jumlah penduduk yang menggiurkan sekali bagi negara2 maju yang lahan seuprit, tenaga kerja pun seuprit. Banyak negara yang mau investasi bok! Dan investasi yang paling cepet untungnya… ya bukan pertanian. Nah, Indonesia menyambut investasi2 ini dengan semangat. Ditambah jumlah sarjana banyak, laki-laki maupun perempuan bisa punya jabatan yang tinggi, kerja pengennya yg hasilnya “instan”. Yah, apalagi kalo bukan bisnis jual-beli dan perputaran duit. Nanti, kalo Indonesia sudah jadi negara maju (aamiin) dan semua orang sudah lelah dengan bisnis non-makhluk hidup, lelah berurusan dengan manusia thok setiap harinya, barangkali akan banyak masyarakat yg mulai melirik makhluk hidup ciptaan Tuhan yang lain seperti padi dan sapi. Karena tumbuhan dan hewan yang konon tidak punya akal pikiran itu lebih mudah “diatur” daripada yang konon berakal tinggi.

  2. Gema Puspa Sari
    2017/09/07 - 3:25 pm

    Semoga emang dapet sepeda 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published / Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.