Belajar menjadi manusia seutuhnya: Catatan seorang PhD newbie


Tidak pernah terlintas dalam hidup saya bahwa saya akan menjadi seorang PhD candidate. Sampai bisa sekolah master di luar negeri saja sudah begitu “Wah” untuk saya. Wong saya ini anak ndeso kok! Lahir boleh di Jakarta, tapi sekolah SD di Leuwiliang… namanya saja tidak bonafid!
Setelah itu pindah dan tinggal di kawasan Ciomas… lagi-lagi namanya kok ya agak ndeso gitu ya, dan memang ndeso karena pizza h*t saja enggan delivery ke kampung ini :’) untungnya sekarang sudah ada g*jek dkk… jadi tidak terpencil-pencil banget lah. Tapi tetap angkot 32 hanya mau mengantar sampai ke “dusun” saya pada jam kerja. Jangan harap dapat angkot yang mengantarkan Anda ke area dusun saya jika sudah lewat jam 6 sore.

Kuliah pun di kampus IPB Dramaga. Wuaduuuh rek! Boleh lah kampus ini jadi salah satu kampus terbaik di Indonesia,tapi posisi si Dramaga ini jauh dari peradaban. Sungguh, kami para mahasiswa kere ini sesungguhnya memendam keirian mendalam pada kampus diploma dan pasca sarjana yang punya posisi lebih elit. Namun kami pun sadar, kalau toh kampus kami dipindah ke daerah yang lebih elit, sesungguhnya uang jajan kami yang hanya cukup untuk beli nasi uduk plus telor penyet (itu pun masih mencari warung yang paling murah) tentu tidak akan sanggup menggapai kemewahan pusat kota. Yo wis lah mau bagaimana lagi.

Belum lagi saya ini orangnya kuper. Hobi: Tidur, makan, dan uwel-uwel kucing.
Bahasa Inggris saya juga yaaaah gitu-gitu aja. Bahasa Jepang cuman bisa kore-kore. Bahasa perancis, cuman bisa baca, listening dan speaking sih wassalam  :’D.
Kemampuan matematis so-so
Kemampuan menghapal lebih parah
Loooh, mau jadi apa toh, Nduk?

Ketika saya terbang dan menempuh studi di Jepang,di Tokyo Institute of Technology pula, banyak pesan yang masuk ke mailbox saya. Beberapa tentu memberi selamat. Beberapa ada yang keceplosan “Kok bisa, Mon?” sampai “Lo beneran sekolah? Bukan exchange? pasti pake uang lo sendiri kan?”
Saya kok paham kenapa banyak yang bilang begitu hahahhahaa.

Saya berangkat bukan serta merta membawa senyuman loh kawan-kawan. Saya membawa beban berat. Mungkin Allah menyeret saya dengan cara yang cukup ekstrim. Sebelum saya berangkat, saya sudah menuai banyak kontroversi (Hish! Bukan Pak Super aja yang bisa menuai kontroversi, gw juga!). Saya dianggap cukup “durhaka” meninggalkan mama saya yang memang kondisi kesehatannya tidak se-fit dulu dan meninggalkan adik kecil saya yang masih sekolah. Saya dianggap sombong… dan jangan salah, ada juga loh yang sampai bilang saya bakal “seret jodoh” itu agak sedih sih.

Di tengah konflik batin itu, tiba-tiba Dosen saya menawarkan saya untuk studi di luar negeri. Tiba-tiba juga LPDP mengabulkan permohonan perpindahan universitas saya yang sebelumnya sudah ditolak mentah-mentah. Dan pada puncaknya adik saya yang dingin, tidak romantis, garing, dsb dsb dsb “datang dan bilang “Kak, you should go! Study hard there, and I want to see you happy”
Karena sesungguhnya tiada hal paling romantis selain kata-kata sweet dari orang yang dingin!
Pernah suatu saat adik saya membawa celengan kesayangannya “Kak, tell me how much you should pay to go abroad?”
Mungkin… ini mungkin… jika saya tidak memiliki adik seperti adik saya, saya tidak akan ada di sini. Di posisi ini.

Saya… si anak “biasa-biasa” ini kemudian terbang ke Jepang. Sekolah lagi! Di Tokyo Institute of Technology hahahaha asa keren ada technology-nya hahahah anak dusun jadi lebih “melek” teknologi

Image and video hosting by TinyPic

Menempuh jenjang master di luar negeri itu pun tidak semudah yang kalian bayangkan. Selfie mungkin cantik dan ceria, namun di balik itu? Saya shock karena saya merasa otak saya kosong!  Saya shock dengan kendala bahasa, saya putus asa karena mata kuliah yang ingin saya kuasai dalam bahasa Jepang, saya kaget dengan budaya kerja di negeri ini yang tidak kenal ampun. Saya lelah… saya lapar… dan sesampainya di rumah? Di apato mungil saya hanya ada kulkas kosong. Ketika emosi, saya menjadi garang dan membunuh para kecoa dengan membabi buta. Pernah suatu hari petugas dari Tokyo Gas sampai datang ke rumah karena alarm gas saya berbunyi… padahal itu hanya efek saya menghabiskan satu kaleng insektisida untuk memusnahkan para kecoa hingga ke anak, cucu, dan cicit.
Yah tapi  alhamdulillah lulus juga :’D

Image and video hosting by TinyPic

Namun di balik itu semua, saya menemukan hidup yang baru.
Saya bekerja sama dengan Sensei-sensei yang humble dan bijaksana.
Saya menemukan teman-teman baru.
Saya melihat tempat-tempat baru.
Saya jatuh cinta.
dan yang pasti saya mulai menemukan diri saya yang sebenarnya. Sebuah sisi manusiawi yang paling nyaman saya “kenakan” saat ini.

Lalu kemudian saya sampai di titik yang sekarang. Saya menempuh jenjang doktoral.
Sungguh tidak ada yang mahakeren dari ini semua. Menjadi seorang PhD mungkin hanya sebuah cara yang tidak biasa untuk menjadi lebih manusiawi dan rendah hati.

Marissa, si PhD candidate ini toh masih jadi orang yang wara-wiri ke semua orang hanya untuk revisi proposalnya yang masih busuk (dan ditolak LPDP hahaha #curhat).
masih menjadi orang yang kikuk ketika bicara tentang orang asing,
masih menjadi orang yang bermasalah dengan percaya diri namun kemudian berusaha untuk lebih menerima diri sendiri, untuk tidak terlalu keras kepala terhadap diri sendiri.
Masih menjadi mahasiswa bloon yang kena omel sensei “Loh… ini loooh kok ndak dibaca. Udah berapa kali saya bilang” hehe
Masih bodoh di matematika dan pada akhirnya semakin muka tebal mengunjungi anak bachelor dan master untuk di ajari matematika :’D ini kisah nyata loh.
Saya tetap mahasiswa ngirit yang pergi ke toko sayur pun hanya jelalatan melihat sayuran diskon.

Beberapa kali saya katakan kepada setiap orang, sungguh tidak pantas pendidikan yang tinggi membuat kita menepuk dada terlalu keras. Pertama, karena itu kan sakit ya, Bok. Pertama, karena sesungguhnya pendidikan yang semakin tinggi membuat kita semakin sadar bahwa kita ini yaaa belum tau apa-apa. Kedua, pendidikan yang semakin tinggi membuat kita sadar bahwa kita butuh bantuan orang lain. Pada intinya, pendidikan membuat kita sadar bahwa kita adalah MANUSIA.

Kepada kalian pembaca blog ini, terutama yang masih muda-muda, adik-adik saya….
Kalian masih muda, you are still young! Jadi berkelanalah jemput impian-impian kalian. Bumi Allah ini luas, maka explore bumi ini. Temukan pengalaman dan teman-teman baru. Jangan takut dengan kelemahan-kelemahan yang kalian punya. Saya toh bukti nyata dan hidup kalau si manusia dusun yang biasa-biasa saja ini bisa lohhh sampai ke level ini. Kalian mungkin akan ragu, minder, takut, tapi jangan lupa tetap maju…hanya dengan melangkah maju kita bisa tahu apakah kita bisa mengatasi setiap kelemahan kita. Semoga setiap langkah itu membuat kalian, kita semua, menjadi manusia yang jauh lebih kuat dan lebih mengenal diri kita sendiri. Insha Allah 🙂 * Kalau udah umur segini emang omongannya lebih emak-emak*

Kepada teman-teman yang sedang melanjutkan studinya semoga Allah melimpahkan kekuatan dan berkah dari ilmu yang kalian tuntut. Hingga kelak kalian bisa memastikan ilmu kalian berguna bagi khalayak banyak. Dan semoga Allah juga melindungi kita dari sifat sombong. Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk 🙂 Okay.

Terima kasih kepada keluarga dan guru-guru saya, saya tidak bisa membalas apa-apa namun semoga setiap jerih payah saya kali ini dan kelak akan menjadi alasan kecil untuk membuat mereka semua tersenyum

Terima kasih kepada teman-teman saya, hidup ini sepi loh tanpa kalian… dan apapun alasannya, tetap perlakukan seorang Marissa seperti Marissa yang biasa 😀 seorang pecinta kucing sejati.

Dan mungkin terima kasih kepada semesta dan Sangpencipta semesta… karena caranya untuk mengajarkan saya tentang banyak hal begitu Indah.

Sedikit Mengintip Kehidupan di Lab.: Karena hidup kami tidak seindah foto-foto selfie kami


Kadang gemes juga ya kalau ada yang bilang “Aduuuuh….enak banget sih sekolah di luar, selfie terus… fotonya bagus-bagus. Kayaknya happy-happy semua ya?” ahahahhahaa iya sih, namun tak jarang di balik layar kami semua hampa dan galau. Yang ngomong gitu tuh belum tau rasanya ketika stuck, sensei bilang lo harus ulang semuanya dari awal, pusing, laper, lembur di lab, nyampe rumah yang menyapa cuman seonggok kulkas kosong! That’s hurt, Bray! huhuhuhuhu… jauh dari rumah, apalagi untuk family person seperti saya ini sesungguhnya berat bgt. Saya kan tuan putri manja, kalau ada apa-apa di Indonesia pasti nguwel-nguwel adik saya dan curhat macem-macem ke Mama. Di sini? Gak ada, bahkan kucing pun gak ada. Ada kucing tetangga, tapi gak bisa ngomong bahasa Indonesia. Hiks.

Walau gak seburuk itu sih, saya happy dan bersyukur juga karena banyak hal 🙂 Tapi kalau dibilang “Wah sepele banget ya rupanya sekolah di luar” wowowowowow…. hold on a second! Baiklah, karena saya sering nginep di lab. pada kesempatan kali ini saya akan perkenalkan isi lab saya 😀 semoga bisa menjawab rasa penasaran kehidupan ngelab di Jepang ini seperti apa. Mumpung lagi gak ada siapa-siapa.

Waktu menunjukan jam 4 subuh
Image and video hosting by TinyPic

Entah kebetulan atau bagaimana, namun memang di lab saya ini seperti ada zona Ikhwan-Akhwat ahahahaha…. ada zona terpisah antara mahasiswa cowok dan cewek. Gak sengaja sih. Cuman ini juga karena pertimbangan anak-anak lab kan suka pada tidur atau bahkan nginep di lab, nah kan gak kece kalau kita yang cewek ngiler keliatan yang cowok-cowok begitu pula sebaliknya fufufufufufu.

Untuk yang belum tahu, saya ini mengidap dyslexia ringan… Saya tidak bisa membedakan dengan cepat antara kanan dan kiri, plus saya susah banget menghapal nama orang. Untuk memudahkan saya, dibuatlah denah tempat duduk ini. Karena saya iseng, jadi sekalian saya tambah doodle buatan saya ahahahhaaa…. sengaja biar saya ingat sifat dan hobi masing-masing teman saya di lab ini 🙂

Image and video hosting by TinyPic

Zona cowok memang lebih chaos hahahaha… tentu karena mereka lebih sering menginap di lab daripada kami para wanita-wanita lugu ini.
Di bagian tengah sih rapi…apalagi zona ini didominasi oleh pria-pria rapi.
Image and video hosting by TinyPic
tapi di bagian pojok…. pffffft :p kasur lipat, sleeping bag, dan selimut merajalela
Image and video hosting by TinyPic

Dan asal tahu saja, tiap laci penuh! Penuh dengan cemilan. Bukan untuk gempa atau bencana alam, tapi lebih untuk bertahan ketika begadang.

Untuk zona akhwat…uhuk…. ambil sudut pandang agak jauh lah biar gak malu. Lihat kursi paling berantakan dan penuh bantal itu? Naaaah itu meja saya! hahahahaha berantakaaaan. Kalau para pria punya kasur dan sleeping bag, saya punya bantal. Salah satu bantal bisa dibuka dan jadi selimut… kadang bisa jadi sajadah juga. terus si kucing item bisa jadi bantal. Jadi peralatan perang saya sesungguhnya tidak kalah lengkap.
Image and video hosting by TinyPic

dan karena kadang pengen ngopi (atau dapat voucher starbuck gratis), maka koleksi tumblr saya pun siap sedia di lab. Siapa tau khaaaaan…. rezeki nomplok.
Image and video hosting by TinyPic

Nah… di sebuah lab, selalu ada Asisten Professor yang menurut saya lebih intens berkomunikasi dengan mahasiswa dibandingkan dengan professornya sendiri. Saya punya asprof yang baiiiiiik banget (over malah), dan setiap kali kami stuck dan buntu… doski akan siap membantu. Kalau kemudian Beliau juga stuck… oh ne vous inquiétez pas 😀 Dia akan langsung mengecek literatur yang ada… widiiiih, cek dulu dong rak buku Beliau, cadazzzz!
Image and video hosting by TinyPic

Sedangkan kami, pemuda-pemudi negeri….
Ketika kami stuck, lemah, tak berdaya, dan gak ngerti harus apa… kami juga baca buku. Buku komik :p ya habis bagaimana, daripada semakin menggila kan 😀 tapi buku non fiction juga banyak kok di meja masing-masing.
Image and video hosting by TinyPic

Asprof saya juga beberapa kali bilang, minat baca pemuda Jepang menurun. Pffttt… belum ke Indonesia aja doi ahahhaahaha… lebih parah lagi :p

Lab itu semacam rumah kedua bagi mahasiswa di sini, apalagi untuk anak-anak yang menggunakan eksperimen untuk penelitiannya… wah handuk, sikat gigi, sabun, juga mungkin udah pindah semua ke lab. Saya juga ke lab sampai semalam ini karena saya agak malas bertemu manusia di siang hari hahhahaa. Some people love to work alone. Rasanya lebih baik bekerja saat malam hari di banding siang entah kenapa. Tapi jangan terlalu ditiru sih, kelak di dunia kerja bakal repot.

Kadang menginap di lab itu karena faktor kepraktisan juga sih… sudah menyimpan semua data dan sudah merun program semuanya di komputer lab, jadi kagok kalau harus menyambungnya dengan laptop di rumah 🙂 tapi saya juga pernah punya teman yang tidak bisa lepas dari laptopnya, dan sekalinya dia lupa bawa kabel, dia pun langsung pulang “My life is not complete without my laptop” dan orang macam ini asal memeluk laptopnya dia sudah happy dan bisa kerja.

Semua orang punya style masing-masing dalam mengerjakan penelitiannya. Saya pribadi sih paling males ya mengomentari “Ih si A kok jarang ke lab….”, “Eh si B kok gini ya…” bla bla bla…
Kita tidak pernah tahu seberapa keras seseorang berjuang di balik layar.
Biasanya saya pula setelah shalat subuh dan setelah mengecek jadwal kereta 🙂
Hal paling keren yang bikin saya betah kerja malam sampai pagi adalah: lihat matahari pagi.
Semua orang mungkin melihat matahari tenggelam dari jendela lab mereka hampir setiap hari, tapi tidak semua melihat matahari yang terbit dan perlahan menyorot Honkan 🙂
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

selain itu karena saya cinta banget star gazing, kalau mulai mengantuk dan bosan saya bisa keluar dan lihat bintang, and no one disturb me, no one said I am weird… I am alone, me and nature. Terakhir kali saya melihat bintang sebebas ini adalah ketika ayah masih ada, jadi ketika kesempatan seperti ini datang lagi, I can’t miss it.

Di balik dinding universitas….
Di balik dinding lab…
Tersimpan impian dan harapan mahasiswa-mahasiswa yang sedang berjuang menempuh pendidikan mereka.
Di balik dinding ini semua, saya mengalunkan doa-doa terbaik yang saya miliki, meyakinkan Tuhan bahwa Dia tidak salah mengamanahi saya untuk berada di sini.

Dan percayalah, semuanya sedang berjuang sebaik yang kami bisa dengan cara kami masing-masing 🙂

Dilarang Jatuh Cinta pada Pria Terlalu Baik…! Aduuuh… kok susah ya


Image and video hosting by TinyPic

Ini ayah saya waktu masih muda… sedih loh adik saya pajang foto ini jadi profile picture dulu katanya karena dia gak punya foto bareng ayah. Ah… 🙁

Saya punya ayah yang baik. Besar di Curahlele, Jember [silakan cari-cari di peta] tidak membuat doi tulalit. Siapa bilang anak daerah itu lemot! Oh guys, come on! Ayah saya baik dalam matematika tapi juga fasih dan hapal Quran, mohon jangan bandingkan dengan anak-anaknya yang meh banget. Keterima di 2 PTN sekaligus dengan tanpa tes. Ahh… kalau kita yang muda-muda ini loyo berjuang mah malu dah. Ayah saya bilang sewaktu sekolah di Curahlele dulu Beliau suka nyambi dagang dan ngangon kambing sambil sekolah. Gila, kalau saya sih kayaknya boro-boro jadi pinter, cuman dapet kucel doang.  Sebagai anak perempuan dan anak sulung saya tentu akan bilang My Dad almost perfect… yeah almost! Tapi ada dua kekurangan Beliau: 1. Beliau terlalu baik, bagi Beliau semua orang itu BAIK!, dan 2. Beliau meninggalkan dunia ini terlalu cepat.

Sudah punya ayah yang seperti itu, mama saya juga tidak kalah jauh. Adik saya malah pernah bilang “Kak, kalau mau dapet cowok kayak ayah… liat dong, kakak harus sebaik Mama” which is almost impossible. Sekadar pemberitahuan aja, Mama saya maling aja dikasih teh anget sama biskuit! “Yah kak, kan kasian. Mama liat mereka kehujanan gitu, nanti masuk angin. Ya udah mama perbolehin masuk dan mama kasih cemilan. Mana tau mereka tega maling” kata Mama saya sambil bercucuran air mata. Saya dan adik saya? Kami sih hobinya ketawa aja. Aduuuuh…. Alhamdulillah deh, mungkin kiamat belum cepet-cepet dateng karena masih ada orang semacam Mama di planet ini.

Sebenarnya saya ingin melupakan ayah saya. Tapi layaknya setiap gadis yang seringkali merindukan cinta pertamanya…. Saya juga begitu. Kadang saya rindu ayah saya. If he still alive, maybe I will never need social media. Tapi ketika ayah saya meninggal dunia, lalu saya beranjak dewasa… Mama saya pernah bilang “Pokoknya nanti jangan jatuh cinta sama orang yang persis banget kayak ayah kamu deh. Kebaikan… orang baik entah kenapa meninggalkan dunia cepet juga”
Saya lalu berjanji… okay, Mom. Hmmmpppph… sumpah palapa dah pokoknya.

Tahun berganti… dan seperti biasanya saya kadang kangen dengan ayah saya. Kadang saya mempertanyakan kok gen sabar ayah dan mama saya gak nurun ya ke saya…. Kadang saya berpikir kalau ayah masih ada mungkin saya ajak mama dan ayah saya tes DNA, ini beneran saya sama adik saya gak ketuker di rumah sakit? Karena kami berdua aduuuuuh ampun deh gak sabarannya. Saya yang sekarang sih lumayan jarang ngamuk, waktu saya SD kalau saya jengkel dengan orang lain bisa saya gigit =.= LITERALLY gigit! Untungnya saya anak yang bandel tapi jujur, saya akan lapor ke ayah…. Kalau ke mama pasti kena omel “Masya Allah… anak orang digigit, emang kamu kira ayam goreng”, lebih baik ke ayah yang gak pernah marah tapi nasehatnya selalu sama “Ya udah, dia nyebelin kan. Kalau kamu balas dendam apa bedanya kamu sama dia. Sama nyebelinnya dong. Mau kayak gitu?” Huwaaaaa gak,Yah. Biasanya setelah itu saya langsung ambil mukena, terus minta maaf ke Allah… terus dengan doa polos ala bocah “Allah, aku gak akan gigit orang lagi… tapi dia jangan deket-deket aku ya kalau nyebelin terus. Aamiin”
Aduh rindu ya masa-masa bloon lugu kayak gitu.

“Ayah… ayah waktu kecil bandel gak?”
“bandel lah… semua juga bandel waktu kecil”
“Saya boleh dong jadi anak bandel. Kan keren, Yah”
“Boleh… tapi tetep harus jujur ke Mama sama Ayah ya.”
“Loh kenapa?”
“Supaya kalau kamu salah Mama sama Ayah bisa kasih tau yang benar apa”
“Oh gitu…”
“Iya, sebenarnya semua anak baik kok, mereka bandel karena belum tau aja yang benar seperti apa”
“Ooooo”
dan saya tetap bahagia jadi anak bandel waktu kecil dulu… yang manjat pohon, nyoba-nyoba ngetapel jambu air tetangga, berantem sampai codet… SEMUANYA. Tapi selalu diakhiri pengakuan dosa ke Mama dan Ayah. Akhirnya bosen sendiri jadi anak yang bandel.

Tapi skemanya sudah jelas. Forget it… jangan sampe kepincut orang kayak doski…
Aduh FTV banget dah.

Hingga malam ini… saya sukses gagal move on.
Uhuk!
Begini…begini…ceritanya saya punya “teman curhat” sekarang. Hahahaha…
Baik gitu, apapun cerita saya… dia dengar. Dan awalnya sih ya udah lah ya… happy aja punya teman seperti itu, hampir bikin tumpeng sih… edaaaan emon nambah juga temennya kan. Hingga pada akhirnya saya menyadari satu hal: Sifatnya mirip dengan ayah saya!
Okay… tarik nafas marissa.. tenang… move on…. Move on perlahan…
Tapi saya terlanjur bergantung sama dia, hingga saya kemudian cerita saya sedang sebeeeeeeeel banget sama beberapa orang. Gilanya jawabannya “Kalau kamu marah, terus membalas mereka… kamu akan sama seperti mereka. Let it go and moving on”
Saya melongo… ya ampun ya ampun ya ampun… 25 tahun saya hidup, baru detik ini saya menemukan orang yang memberikan jawaban serupa dengan ayah saya. I shouldn’t be fall in love with him. Gak boleh gak boleh…. Ini terlalu berbahaya.
Ini dia! Ini dia kenapa saya tiba-tiba deket dengan orang ini, baiknya… jawabannya… cara dia menjawab… ya ampun, itu semua rasanya baru saya temukan dua kali di planet ini. Pada Ayah dan pada dia. Mukyaaaaaaaaaa….. tutup buku emon… tutup buku….

Ih kenapa sih, Mon! Majuuuu… Serbu….Seraaaang…. Terjaaaaaaaang!

Ih kenapa ya… gak tau… parno aja. Namanya juga parno…

But more you try to forget… more you remember.
Dan rasanya malah makin bergantung dan makin gak bisa lupa.
Ya sudahlah mau bagaimana lagi… lalu saya ambil mukena dan bilang “Aduh ya Allah… kok ditemuin sama yang model begini lagi sih. Hamba pasrah. Tapi jika boleh ada beberapa request, jaga dia baik-baik, dekatkan dia pada jalan yang Kau ridhai, dan dia orang yang baik jadi hamba mohon dia bisa hidup lama di planet ini”

Ya begitu saja….
kalau mama saya tahu, Beliau pasti akan parno dan panik “Aduuuh… tuh kan, mama sudah duga”
Yaaaa gimana lagi, Ma… hahahhahahaaha

CHANGE! Are you ready for it?


キミは今何してる? Kimi wa ima nani shiteru?
月がボクたちを見ている Tsuki ga bokutachi wo mite iru
[What are you doing now?
The moon is watching us
]

“Do you know what? Wherever we are… no matter how far we separated… we see the same moon”
Kira-kira begitulah yang pernah disampaikan seseorang pada saya. Kira-kira begitulah yang selalu saya baca di buku-buku dengan genre roman. Tapi hei! Ini bukan masalah perbintangan, astronomi, atau apapun lah itu. Ini masalah: PERUBAHAN. perubahan ruang, waktu, sikap, pemikiran. Saya akan mulai dari perubahan yang paling ketara dulu: USIA. Siapa sangka perubahan usia rupanya bisa “lebih” daripada sekadar pertambahan tanggal di kalender. “Lebih” dari sekadar cerita avatar ketika negara api menyerang.

===============================
Untuk intermezzo, saya selipkan dulu cerita ini.

“Kak, kakak lebih senang di mana? Di Bogor atau di Tokyo?” Tanya wanita paling baik hati sedunia, Mama saya.
“Mmmm… kalau gak ada Mama dan kiki, saya lebih senang di Tokyo, Ma”
“Kok gitu”
“Soalnya teman saya di sini yaaaa cuman Mama, kiki, kucing-kucing di rumah. Teman saya di Jepang lebih banyak ma. Di sini semua sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Terus, saya kayaknya udah gak nyambung gitu,Ma kalau ngomong sama beberapa orang. Mama tau kan,saya ini musuh-able banget sama beberapa orang. Yaaaah kalo Mama bisa dibawa ke Tokyo, ya jelas Tokyo lah,Ma. Pokoknya semua kerasa deh, Ma… semua berubah”
“Mmm… Mama ngerti sih.”
“Makanya mama yang bener-bener sehat gitu loh, biar bisa lari, saya bawa naik pesawat, kita jalan-jalan bareng. You no need to speak japanese,Mom.trust me”
“Mama belum tau sih negara lain seperti apa, tapi di sini banyak yang masih membutuhkan Mama. Iya gak?”
“Iya sih… Ma. Terus saya bagaimana?”
“Kalau sekarang yang membutuhkan kakak lebih banyak di Tokyo, kalau kakak di sana bisa merasa lebih bahagia, lebih berkembang, yaaaa udah di Tokyo dulu aja. Doa Mama selalu untuk kakak”

Dan sungguh, tiada kata paling bijak selain kata-kata Mama.
Tapi kan dunia ini dipenuhi oleh berbagai karakter manusia. Gak semuanya gitu kan. Gak semuanya memahami kita seperti orang tua kita sendiri, seperti diri kita sendiri.

===============================

Ehmmm….

Di usia saya yang sudah semakin menua ini, saya masih punya beberapa ambisi. Yang paling utama “KELILING DUNIA SEBAGAI AKADEMISI”
Apa sih salah saya? Apa salah saya ketika saya punya ambisi kalau:
Wanita itu harus cerdassss banget, jadi it’s awesome kalau wanita bisa berjuang untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi.
Saya ingat seseorang bilang “Wanita itu harus pintar, Marissa. Karena mereka yang akan mendidik generasi-generasi selanjutnya. Anak-anak mereka.” celakanya saya jadi naksir kan sama yang mengeluarkan gagasan ini.

Apa sih salah saya, ketika saya begitu mencintai buku dan ilmu pengetahuan. Mungkin secinta saya pada kucing-kucing saya, buku-buku saya, pada sahabat-sahabat saya.
Jika matematika, ekonometrika, atau fisika itu seorang pria, maka saya akan langsung lepas masa lajang buat mereka. Mereka itu misterius, gak mudah ditebak, butuh analisis mendalam. Ihhh ngegemesin gak sih.
Saya begitu belajar, mempelajari hal baru itu eksotis. Seperti memberi vitamin pada otak.

Apa salah saya jika saya suka sekolah, suka belajar, umur sudah seperempat abad, lalu kemudian saya jomblo, dan tentu beberapa orang baik dalam beberapa hal dan buruk dalam beberapa hal yang lain, saya? Saya sangat buruk dalam menjalin komunikasi dengan “orang baru” dan I am not easily impressed with someone. Can you guys understand what I mean? Can you get it?

No? Oh okay… let’s make it clear and clearer.

Ketika saya pulang ke Bogor sebelum conference di Bali, saya sengaja menonaktifkan telepon selular saya, alasannya satu: Saya tidak mau dikontak terlalu banyak orang! Hanya keluarga dan beberapa orang yang bisa menghubungi saya.

Kenapa?

Why? Simple…. Saya ingin benar-benar fokus dekat Mama dan adik saya, dan saya merasa I am not getting along lagi dengan beberapa orang.
“Ih sombong banget lo, Mon”

Iya kali ya…
tapi daripada kalian bilang saya sombong, kalian lebih berpikir betapa sedihnya saya.
Saya merasa, saya sudah tidak bisa berbaur dengan teman-teman seangkatan saya yang concernnya sekarang ke keluarga mereka, anak mereka, pacar mereka, mungkin juga karir. Lha saya?
bayangkan saya berada di forum dimana semua orang sudah secara homogen sudah punya visi misi mengenai karir dan pasangan hidup mereka. Saya? Saya sedang gemes-gemesnya lagi dengan Computer General Equilibrium dan pembuktian berbagai Lemma pada mikroekonomi.
“Eh… ada yang mau ikut pelatihan GAMS for environmental economics gak? Ada loh gratis di kampus gw?”
Hahahahahaha… mungkin yang terdengar suara jangkrik yang bernyanyi nyanyi. Krik…krik…krik…

Ketika yang lain upload foto bayinya, foto usg, foto kencannya, saya? Bagaimana kalau saya upload “Call for Paper”? Kan meh gitu ya. Anti mainstream sih, tapi… apa? Apa? Apa?

Dan lagi-lagi seseorang bilang pada saya “If it is disturbing you, unactivied all of your social media! It is no use!” ya gak seekstrim itu juga, social media kan connecting me to the world. Udah saya gak gaul, non aktifin semua network itu malah membuat saya makin “terkucil” walau kadang saya mikir “Ih, brilian! Bener banget loh, socmed it useless” but forget it, mungkin itu karena saya terbawa naksir sama yang ngomong (hadeuh).

Itulah mengapa saya bilang saya lebih punya banyak teman baik di Jepang, sahabat saya lebih banyak di Jepang dibandingkan di Indonesia. Trust me! Mungkin karena masih ada yang “nyambung” ya ketika diajak beradu argumen dan bertukar pikiran.
Jujur saya tuh udah gak peduli gitu
Tentang piala kawinan bergilir, aduh udah lah mau dapet mau gak… that’s not my business, dan kalau bisa nikahan saya juga gak usah repot-repot banget lah. Mama saya kan gak terlalu fit, saya mau acara yang compact, khidmat, dan gak lama.
Tentang siapa mau nikah sama siapa, mau pacaran sama siapa, mau tugas dimana, mau sekolah dimana, oh come on! Itu kan pilihan hidup masing-masing orang, biar…. biar semua orang meraih apa yang membuat mereka sepenuhnya bahagia.
Tentang si A tajir, si B tempat kerjanya enak, si C resign, si D udah beli rumah, ya udah lah ya… jodoh, rezeki, maut itu tuh udah Allah tulis dari jaman kapan tau, then so what? Rezeki kita gak akan ketuker
Saya jadi super cuek ya sepertinya.

“Mon, lalu bagaimana jika kemudian orang berpikir hal serupa ‘Emon? Ah bodo amat dia ada dimana dsb dsb dsb’?”
Then so what? Saya sudah sering merasakan hal yang serupa. Saya pikir saya hanya perlu membagi kehidupan saya dengan orang-orang yang manis-manis aja ke saya, yang gak neko-neko, yang punya pemikiran terbuka. Sahabat juga gak butuh banyak-banyak banget kalau kata saya, butuh beberapa tapi yang high quality.

Saya berubah!
Saya semakin tua, semakin dingin untuk beberapa hal, semakin mencintai ilmu pengetahuan dan merasa “This is my way! This is my life!”
Seiring dengan itu semua orang disekitar saya juga berubah.
kalian tahu, kapan perubahan itu terasa begitu “kejam”?
ketika kalian berubah ke arah yang tidak sejalan dengan orang-orang di sekitar kalian.

Flashback ke belakang, beberapa orang bilang kalau saya tidak akan menikah, tidak akan ada cowok yang suka, dan tragisnya gak akan jadi orang kaya karena bidang yang mau saya tekuni adalah bidang penelitian.
Saya sih gak apa, beneran deh.
Ya udah… jadi tua, kesepian, dan gak kaya-kaya banget juga gak semenderita itu. Mungkin behind the scene banyak melakukan kegiatan sosial, banyak belajar, banyak melakukan hal-hal baik lain yang orang gak perlu tau dan gak perlu juga dipublish kemana-mana. What? Bukan saya mau jadi kayak begitu ya, ya gak lah. Tapi please, jangan mengotak-ngotakan “kebahagian” dengan kebahagian ideal versi kita masing-masing. Semua orang punya standar bahagia masing-masing.

Dan mohon diingat, saya itu punya Mama yang sensitif banget. Jadi kalau denger kata-kata yang kayak gitu buat tuan putrinya ini, Mama suka nangis gitu kan. Oh come on! Kalau dunia ini mau tega ke saya, mungkin saya kuat-kuat aja, tapi please jangan buat seorang sebaik mama saya nangis, can you see her? Mama saya… maling aja dikasih biskuit dan teh manis loh! Kasian kan, Mama saya itu stroke loh, emosinya harus stabil kalau gak ya kambuh. Mbok ya kalau mau ngomong macem-macem ke saya aja gitu loh. Masa ada yang bilang saya gendut, kayak ibu-ibu, gak ada manis-manisnya, di depan mama saya hanya untuk PROMOSI PRODUK (Ini nyebelin banget gak sih?).

Gimana saya gak lebih happy di Tokyo?
Ketika pemikiran dan karya saya lebih dihargai?
Ketika saya bisa belajar dengan nikmat dan tenang?
Ketika saya punya teman-teman yang baik dan sepaham?
dsb
dsb
dsb

Lalu sekarang, banyak yang nyinyir “Tuh kan, orang Indonesia itu tuh, kalau udah jadi mahasiswa asing, atau kerja di luar, jadi berlagak! Gak mau pulang”

That’s insane! Gak mau pulang? Siapa yang gak mau pulang? Tidak ada makanan seenak makanan Indonesia! Keluarga juga gak bisa dinilai dengan apapun. Alam Indonesia juga widiiih sedap banget.
Tapi bayangkan… bayangkan… jika rupanya ada loh ada orang-orang yang jadi “kesepian di tengah keramaian” ketika mereka kembali ke negara mereka. Ada loh orang-orang yang rupanya, RUPANYA, begitu mencintai negeri Indonesia Raya ini… tapi merasa sendirian. Ada orang yang secara moril dan psikologis begitu mencintai negerinya, lebih dari apapun, tapi secara sosial dan intelektualitas dia merasa terasing di negerinya dan merasa “Ah… mending di negara tempat gw sekolah deh” dsb dsb dsb.

Jadi manusia itu tidak siap dengan perubahan?
Siap! Di pelajaran Biologi kita belajar kan manusia itu makhluk yang paling baik dalam beradaptasi.
Tapi perubahan macam apa?
Itulah mengapa kemudian muncul TEORI KEBUTUHAN MASLOW yang bisa kita temui dalam ilmu psikologi atau sosiologi atau ilmu sosial apapun. Apa itu TEORI KEBUTUHAN MASLOW (dikasih huruf gede terus biar pada inget)? teori yang menjelaskan apa siiiiihhh yang sesungguhnya dibutuhkan manusia?
TADAAAAAA!!!!!

Nih ini teori Kebutuhan Maslow

Manusia manapun kemudian akan mikir untuk memenuhi kebutuhan mereka step by step.
bayangkan seseorang yang pindah ke tempat lain sebutlah neverland untuk beberapa lama, kemudian dia balik lagi ke tempat semula dan dia merasa asing karena dia tidak dikenal siapapun dan orang merasa dia orang aneh karena ide dan pemikiran dia berbeda, buangeeeet. Walau gak salah cuman gak lazim aja. Naaaaaahh….. Dia kan jadi gak dapet tuh love, self esteem, dan self actualization. Lalu bagaimana? Ya jelas lah dia balik lagi ke Neverland dimana dia merasa piramida kebutuhannya bisa lebih lengkap.

It is scientifically proven! Bukan seorang emon ya yang ngomong, tapi science!

Jangan-jangan…
Ini jangan-jangan,
ketika kita ngerasa “Ih dunia kok berubah jadi makin gak karuan begini ya”
Rupanya… kita yang sebenarnya “GAK KARUAN”

Loh siapa tau kan?
*Sambil baca berita tentang suara sangkakala misterius. Hayooo…. gimana kalau rupanya malaikat mulai gregetan pengen tiup terompetnya”

Because there is always a love story in every journey…


Image and video hosting by TinyPic

Well,  you only need the light when it’s burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you’ve been high when you’re feeling low
Only hate the road when you’re missin’ home
Only know you love her when you let her go
And you let her go

-Let Her Go, Passenger-

And…. I am going home! Yeay!
So happy!
Saya memang sedang penat dengan kuliah, belajar sampai demam… mimisan… udah ngerasain semuanya. Dan Alhamdulillah, Allah mengizinkan saya untuk conference di Bali minggu depan. Tanpa pikir panjang saya putuskan pulang dulu sebelum conference. Pengen uwel-uwel kucing, ketemu adik, peluk mama… semuanya. Benar kata The Passenger “Only hate the road when you’re missin’ home”, rasanya gak bisa tidur… gak tahan walau delay cuman 5 menit, dan pas nginjek bandara Soekarno-Hatta, rasanya mau nangis! Hahahahhaa…. alay abis. Tapi rasanya ketika banyak banget masalah, udah curhat ke Allah habis-habisan, penyempurna kedamaian itu adalah: Ketemu Mama. I can’t imagine how can I live in this planet without my mom. Gak kebayang….

Ngomong-ngomong, ada hal maharomantis yang saya temui selama perjalanan dari Narita ke Jakarta.
Sebagai wanita yang terlalu gelisah untuk duduk manis dan diam, saya gak berhenti jalan-jalan bulak-balik di sekitar gate. Mendadak saya terdiam, melihat seorang kakek yang sangat Jepang! Terlihat rapi, bersahaja, sehat, pokoknya di mata saya Beliau itu standar ganteng, rapi, dan bersih untuk kakek-kakek. Selama menunggu pesawat, Beliau hanya duduk dan asyik membaca buku. Sesekali dia senyum sendiri, sesekali dia termenung lihat ke luar jendela bandara, sesekali dia melepas kacamatanya, kucek-kucek mata lalu kembali membaca. I love books like I love my life, dan saya terkesan dengan Beliau, sepertinya dia jatuh cinta kembali, jatuh cinta dengan buku di genggamannya. “DON’T TRY TO ANALYZE PEOPLE, MON!” Oh, come on! Bagaimana saya tidak terpana melihat pemandangan yang begitu indah ini. Sengaja saya diam-diam memperhatikan Beliau dari jauh. Hanya Beliau yang membuat saya duduk saat itu. Beberapa menit saya berkomat-kamit, “Ya Allah, please… please… hamba ingin bicara sedikit dengan kakek ini”

Dan gate dibuka. Saya berpikir doa saya tidak terkabul… aaaaah…. sudahlah.
Okay, sekarang lebih baik berdoa supaya pesawatnya tidak kenapa-kenapa. Aamiin.

Rupanya Allah memang Mahakeren.
Saya bertemu lagi dengan kakek ini saat transit di Kuala Lumpur. Waaaah! Caper dong. Saya sengaja duduk di samping Beliau. Penasaran, buku apa sih yang bisa membuat seorang kakek kemudian melupakan seluruh dunia sekelilingnya.
Saat saya duduk, kartu resident card saya terjatuh, dan Beliau pungut lalu berikan pada saya
Ah…. Nihon kara kimashita, ne? Ryuugakusei ? [Ah! Dari jepang ya, mahasiswa asing?]” kata Beliau ramah.
“Hai, ryuugakusei desu. Ano,sumimasen. Eigo ii desuka? [Iya betul. Ah, maaf bolehkah kita pakai bahasa Inggris?]”
Si kakek ketawa “Yes, of course. But my english is not really good” padahal kata saya sih oke banget.
“No, your english is perfect for Nihonjin. Where do you want to go? Jakarta” kata saya langsung tancap gas
“Ah, several place. Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Bali, and Dili”
“Waw! Awesome! Even me… Indonesian, but never go to Dili.” Jujur kan gueh -.- *miris abis*
“Hahahaha, you are still young, you should go around the world. You have time”
“I hope so. I am studying too much, and only see the world from google hahahhaa”
“Hahahaha, that’s not bad. But google can’t describe everything very well”
“Why you travel alone? You not go with your wife? or your child maybe?” Ah nah nah nah nah mulai lagi kan. EMON, DON’T TRY TO ANALYZE PEOPLE. Tapi gimana dong, mendadak penasaran.
“Ah, I wish I can go together with my wife. She said she want to see Indonesia.”
“And you need best companion, aren’t you?”
“Yes, but unfortunately. She leaved me last year. She had a cancer. She was very strong, but cancer is stronger, so… yeah”
“Ah, I am sorry to hear that. But she live in your heart, so enjoy your trip”
“Yes, exactly. Actually….” Tiba-tiba si kakek mengeluarkan buku bersampul biru yang sedari tadi dibacanya “my wife gave me this. Her diary. Here, she wrote everything. Her dreams, her opinions about me, every story about me, she always wrote about me, she not wrote much about her. But here, she wrote that if I have time, she wanted to go traveling together to some place, including Indonesia.” Kata si kakek sambil menunjukan bukunya. Saya tidak bisa membaca semua yang tertulis di situ, karena semuanya pakai kanji, tapi saya bisa baca beberapa katakana di buku itu, jakarta, dili, semarang, dan beberapa kota lain di seluruh dunia. Aih, mata saya sebenarnya berkaca-kaca
“So, you follow her list” tanya saya?
“Yes, this is like my guide map. I was very busy, but now I have retired, so while I am still alive, I want to make her dreams come true. I know, I am too late… but late is better than never. I don’t know she can see me now or not, if in case she can see me, I want she knows I love her. I’ll give her some photos in the heaven when I meet her someday in the heaven, hahahhaha of course I can’t bring it all, but maybe I can bring some stories for her”

Rasanya saya mau peluk kakek ini deh, lalu sungkem “You’re one of the most romantic man in this universe”

I should tell you, I am easily to cry for every sweet things.

Saya pun terbang dari Kuala Lumpur menuju Jakarta dengan mata yang agak perih. Terharu dengan kisah yang baru saya dengan dengar mix dengan perasaan gak sabar pengen ketemu mama dan pikiran PR dan presentasi conference yang belum selesai *ini penting banget* rasanya… rasanya…. gak karuan. Belum lagi ada seorang mas-mas dari Ireland dengan rambut pirang bergelombang membantu saya angkat koper pas turun pesawat, saya selalu mudah terpana dengan pria berambut pirang bergelombang *buset ini gak penting banget*

=====================

Lalu banyak yang bertanya, mengapa kita harus pergi ke tempat baru.
mengapa kita harus bertemu orang yang baru
mengapa kita harus punya kisah perjalan kita sendiri.
Saya tidak tahu, tapi kadang ada pelajaran dengan kredit 4 SKS yang tidak bisa kita dapatkan dengan kuliah dimanapun!

Setiap perjalan punya romantikanya masing-masing

==================

Di pesawat, kemudian saya menulis buku harian saya… kemudian lanjut nulis lagi di rumah. Saya tidak bisa tidur sebelum menulis semuanya.
Tentu dengan pengaruh suasana melankolis

Image and video hosting by TinyPic

Rasanya benar-benar jadi sebuah kehormatan ya kalau jadi wanita yang mencatat seluruh sejarah prianya. Dan betapa Allah mahabaik ketika saat yang sama si prianya membalas dengan cinta yang tidak kalah tulus.
Ah si kakek itu membuat saya tenggelam dalam skenario kehidupan yang manis banget, seperti cup cake yang ditabur aneka gula berwarna-warni dengan aneka bentuk dan kilauan.

jangan-jangan, ini jangan-jangan, bukan masalah cintanya yang manis. Tapi KETULUSAN.
Saya yang ceritanya masih “muda” ini rasa-rasanya kayak gak tau apa-apa.