Mendefinisikan kembali makna PERTEMANAN


Saya punya satu pertanyaan krusial untuk kalian semua yang tersasar membaca kalimat ini..
“Apa makna Cinta dan Pertemanan menurut kalian?”
dan jika kemudian saya boleh melanjutkan pertanyaan ini ke jenjang yang lebih filosofis, “Sudah layakah kalian untuk mendapatkan Cinta dan Pertemanan yang tulus dari orang-orang sekitar kalian?”
“Apakah kita sudah cukup dewasa mengelola emosi dan psikis kita?”

Hah apa ini, Mon? apa?
Apa yaaa…. mmmm udah pernah liat video stand up comedy-nya Raditya Dika yang ini?

It is true… Ini fakta, kita, terutama wanita, kadang terlalu emosional ketika ngegosip. Bahkan ketika yang digosipin itu mereka sebut TEMAN sendiri!

Gak percaya? Hei… jika tidak ada pertemanan yang “sesadis” ini (maaf saya harus bilang ini memang sadis), maka kita tidak akan melihat kasus “Wanita yang tewas setelah meminum kopi bersama sahabat-sahabatnya”. Sahabat macam apa ya yang bisa saling bunuh-bunuhan? apalagi konon motifnya hanya karena “cinta segitiga”yang menurut saya ya ampuuuuun meh banget!

Jika kalian ingat lagi beberapa tahun yang lalu, sekitar awal 2014, ada kasus Ade Sara. Dua sejoli yang sebenarnya teman Mbak Ade Sara ini tega menghabisi nyawa gadis belia ini. Motifnya? Yang Cowok sakit hati karena pernah diputusin, yang cewek? Ikutan gemes karena merasa cowonya belum move on dan atas nama cinta apapun yang dilakukan si cowok akan doi support. Ini ke temen loh… TEMEN. Gila gak?

Dan saya masih punya ratusan catatan kasus kejahatan yang dilakukan seorang teman atau sahabat. Pertemanan seperti apa sih yang kalian maksud? Apa? Apa? dan Apa?

Saya hanya berpikir mungkin kasus-kasus ini bisa diminimalisir jika kita mendefinisikan pertemanan dan persahabatan dalam definisi yang lebih baik dan tentunya lebih TULUS.

===========================
Saya tidak tahu, tapi bagi saya beberapa pertemanan di lingkup sosial kita ini terlalu sadis dan kejam…

Lingkup sosial kita mulai tidak bisa mentolerir sakit hati, kekecewaan, dan kemarahan. Which is very childish in my opinion. Apalagi jika kalian sudah ada di area usia seperempat abad ke atas. Tau kan satu abad itu berapa? 100 tahun…. jika kalian udah Alhamdulillah mencapai usia ini maka bersyukurlah salah satunya dengan cara menjali hubungan yang lebih baik dengan orang sekitar.
Ini beneran, untung Allah baik, masih mau merawat kalian…
Kalau saya yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengatur lama hidup manusia, waaaah kacau
“Aduuh… orang ini drama deh, udah ah ganti aja sama Tyranosaurus, klo sadis tuh mbok ya sekalian. Ah yang ini juga…ganti sama Panda ah lebih imut. Nah ini, wah yang ini nyebelin, ganti aja deh sama Rafflesia Arnoldi, mayaaan memperbanyak spesies bunga langka”

Ya kawan, bersyukurlah atas usia kalian.

Pernah gak sih kalian lagi ngumpul sama temen kalian… terus kalian saling ngobrol cantik. Nah, terus ada aja nih satu atau dua orang yang kemudian ngomongin aib-aib temen yang lain. Dan bener kata Raditya Dika, nanti pas yang diomongin dateng, yang ngomongin akan bertindak layaknya bidadari baik hati dari khayangan.

Atau pernah gak sih, ada temen kamu yang emang salah… banget banget salah, daaaaan selalu ada sekelompok atau beberapa kelompok yang ngomongin kesalahan itu entah sampai kapan. Prediksi saya mungkin sampai hari kiamat tiba.

Saya pernah dulu saya melakukan sebuah kesalahan fatal ke guru saya… saya akui itu. Saya salah. Personally saya kemudian belajar untuk memanage sifat rebel dan kurang ajar saya. Tapi siapa peduli dengan proses transformasi psikis lo? PFFFFTTTT BULLSHIT! Selalu ada orang yang ungkit-ungkit kesalahan saya. Saya marah? Tidak, tapi saya jengkel. Jika saya salah maka dengan segala hormat, jika Anda teman saya, mohon beri saya solusi dan nasehat sebaiknya harus bagaimana. Loh emang olok-olok itu membuat orang lain jadi  better off? Gak kan?
Sama halnya dengan apa yang seringkali saya lihat sekarang… saya pikir manusia akan berubah secara revolusioner sesuai dengan peningkatan kedewasaan, rupanya tidak! selalu ada beberapa orang yang minim toleransi terhadap kesalahan, dan sindiran… nyinyiran… dsb masih tersebar di planet bumi hingga detik ini dan mungkin akan terus berlangsung hingga anaconda betulan ditemukan di video klip Nicki Minaj.

Dan jika itu tidak menyeramkan… ah mungkin kalian belum tahu hal yang satu ini:

Listen carefully to how a person speaks about other people to you….

Yuph, jika seseorang bisa ngomong hal-hal jelek dengan tega tentang orang lain ke kalian, dia juga bisa melakukan hal yang SERUPA ke orang lain. Dan topiknya, ya tentang kamu laaah…. 😀 selamat ya, Guys.

Atau ada juga ketika kalian saling adu argumentasi dengan temen kalian… dua-duanya gak mau saling ngalah yang bisa disebabkan dua hal: dua-duanya sama sama benar, atau dua-duanya sama-sama salah, cuman beda perspektif. Alih-alih saling menghargai pendapat satu sama lain, yang ada malah terjadi puasa ngomong, puasa mutih, puasa weton, puasa daud, dan puasa-puasa lainnya. Yang kemudian bisa membuat kita berpikir “Oh kualitas pertemanan kita segini ini aja toh” beda pendapat dikit aja bisa saling diem-dieman.

Nih ini nih salah satu bukti gaul bocah-bocah era 90-an sekaligus bisa jadi pemicu konflik antar bocah-bocah kolektor Tato stiker pada masa itu (hayooo inget gak?)

Bahkan waktu TK, ketika saya kehabisan permen jagoan neon dengan hadiah tato kupu-kupu yang saya belum punya karena keduluan oleh teman saya, owwwh kami berantem dong… saya nangis sejadi-jadinya. Tapi itu paling cuman 15 menit… setelah itu kami makan es krim dan pulang bareng ke rumah dengan hati riang. Wait! Masa hal kayak gini aja kalah sama bocah TK di tahun 90-an, yang rupanya lebih cerdas secara emosional ketika menghadapi konflik saat itu. Think again, guys!

Jujur saya kecewa jika hal-hal seperti ini justru dilakukan oleh orang-orang dengan level pendidikan yang tinggi, dengan kondisi sosial ekonomi yang gak jelek, yaaah pokoknya di posisi yang perlu disyukuri lah. Salah satu sahabat saya selalu bilang begini kalau dia denger kasus-kasus macam ini “Yah, Mon… jadi kemana ilmu lo ampe mati ngerjain skripsi? Lo belajar berpikir kritis, sistematis dan runut berdasarkan fakta! Secara mental lo juga dididik gimana ngehadapin kritik dan saran pembimbing lo, gimana ngehadapin ketika lo stuck, gimana cari solusi. Kalau lo gak bisa implement itu di hidup lo, yaaaah… gak ada gunanya tuh skripsi dsb… kecuali sekadar bikin lo lulus tapi gak bikin lo jadi better human” (Yang ngerasa pernah bilang ini ke gw, ahahahha… lo emang bisa lebih antagonis dari gw ketika lo berapi-api)

Ya! Itulah mengapa menurut saya, pendidikan bukan membuat kita menjadi lebih jenius. NOPE! Pendidikan seharusnya membentuk pola sikap dan perilaku. Kita udah belajar bahwa dalam riset misalnya ada berbagai metode penelitian, dan berbagai metode itu bisa baik untuk menyelesaikan suatu permasalahan namun belum tentu baik dan bisa menyelesaikan masalah lainnya. Ya begitu… dalam kehidupan sosial kita juga akan nemu banyak-banyak masalah, dan kita harus bisa menerima kenyataan bahwa setiap orang itu punya preferensi, sikap, dan masalah yang beda-beda… dan mungkin memang pola perlakuannya harus berbeda-beda pula.

Saya pun sama, saya ini nyebelin… saya orangnya suka pukul rata, kejam, gemesan kalau liat orang yang saya kira nyebelin, kritikus, waaaah pokoknya nyebelin banget. Tapi saya sadar tidak semua orang bisa mentolerir sifat buruk saya itu. Sedikit demi sedikit sahabat-sahabat terbaik saya, nurani saya, guru-guru saya, buku-buku yang saya baca, mengikis sifat-sifat buruk saya itu. I have a brand new life… and I love it.
Saya tidak berharap apa-apa selain, saya merasa saya sudah menjadi the best version of me now… dan saya ingin seperti ini tanpa perlu mengotori hati dan pikiran saya with negativity.

Saya tidak memiliki banyak sahabat, tapi saya percaya sahabat saya adalah orang-orang terbaik dalam bidang mereka, dan mereka saya pilih bukan karena mereka perfect… tapi karena mereka NO-DRAMA. Bagi saya hal terpenting dalam suatu persahabatan adalah ketika kita bisa berargumentasi secara rasional, sehat, dan masuk akal.
===========================

Saya punya seorang sahabat, kami sering berdebat mengenai beberapa masalah, misalnya tentang jodoh. Dia lebih pada mahzab “It is better, Mon untuk gak nunda-nunda pernikahan dsb” sedangkan saya… saya lebih pada “Ahay! mumpung masih single, gw bisa keliling dan ngapa2in sendiri, selama beli tiket masih cuman buat satu orang”. Kami berdebat, kami saling mengingatkan satu sama lain, dan pada akhirnya kami malah jadi diskusi…. dan seperti biasa berakhir dengan ketawa, menertawakan kekonyolan kami masing-masing sambil kemudian nyeletuk “Yaaaah…. pantes aja kita berdua jomblo“. Pembicaraan kami yang Mahaserius bisa mendadak banting stir menjadi pembicaraan tentang wabah panu, kadas, kurap di era 90-an.

Itu yang jomblo, yang semi jomblo ada lagi. Walau sama-sama di Tokyo, tapi yaaa gak sampe kalau saya mau hang out sendiri dia harus ikut, begitu sebaliknya. Kami saling menghargai kesibukan masing-masing. Dan kalau salah satu ada yang stress, ya baru deh chattingan atau telpon-telponan sampai kuping panas. Udah gitu, ya udaaaaah…. life keeps turning on. Apa saya bilang dia sombong? Apa dia bilang saya yang sombong? Gak…
Pun kami kirim-kiriman pesan, pesan kami tuh aduuuuh…. “Mon ini ganteng kan” dan yang dia kirim adalah foto domba didikannya :’) Lalu pembicaraan kami nothing but about DOMBA dan SAPI!

Untuk yang beda gender, saya punya juga. Apa dia sempurna? Pfffft…. ya gak lah! Gak tau cara milih kado, imajinasinya minim, pengetahuan atas popular tale nyaris nol, sense fashionnya standar. Tapi dia baik! Gak pernah marah dan tersinggung walau saya bilang dia gak kreatif lah, jeansnya kegedean lah, jambangnya terlalu lebat lah,… dsb dsb dsb. Dan ketika saya marah-marah ketika curhat ke dia, dia bisa berpikir jernih dan selalu jadi orang yang menenangkan saya, yang bisa ngasih tau kalau saya salah dan memberikan solusi kira-kira saya harus bersikap seperti apa. Ketika dia gak tahu akan sesuatu dan dia merasa salah dia akan bilang itu, gak kemudian mencoba membela diri dengan aneka alibi untuk membuat dia terlihat keren, manly, dan bener. Dari dia saya belajar untuk jadi orang yang lebih humble yang berani bilang “I am really stupid in this case” dengan lapang dada.

Hal-hal yang hebat dari sahabat-sahabat saya adalah… ketika saya salah, ketika saya bermasalah, mereka gak ngomong ke orang lain… mereka langsung menghubungi saya. Complain segala hal tentang saya. Persahabatan kami sederhana namun gurih layaknya Rumah Makan Masakan Padang. Punya aneka rasa dan punya motto “Gak enak bilang ke kami, enak beri tahu yang lain”
kami saling mengkritik
saling menertawakan
saling complain
saling menyemangati
saling mendukung
saling memahami kekurangan dan kelebihan kami masing-masing.

Dan apa dunia perlu tahu segala persoalan dan keburukan kami? Gak, kawan… gak perlu.
Saya ingin kami menua bersama, mendewasa bersama.
Saya ingin anak-anak kami kelak juga memperoleh persahabatan dengan kualitas yang serupa atau bahkan lebih baik, yang anti-drama, yang siap dengan segala konsekuensi pertemanan. Yang open minded dengan perbedaan orang lain.

Saya juga percaya bahwa bahkan jika kelak saya menikah, cinta itu paling hanya bertahan beberapa bulan atau kalau beruntung beberapa tahun. Saya dan dia akan menua, getting ugly and uglier. Saya menjadi gendut setelah punya beberapa anak, jadi lebih cerewet karena harus menghandle banyak urusan rumah tangga. Suami saya… ya sama aja, setampan apapun dia saat ini, dia kemudian akan membuncit, rambutnya mulai berubah warna, kulitnya menggelap dan sedikit demi sedikit mengkeriput…. dia akan punya lebih banyak tanggung jawab dan tentunya permasalahan. Bagaimana kami bisa bertahan jika tidak ada feel “Persahabatan” diantara kami? Saya ingin menjadi sahabat terbaik untuk suami saya kelak… yang tidak peduli seberapa menyebalkannya kami masing-masing, tidak peduli sebanyak apapun kami beradu argumentasi, kami berakhir dengan saling minum kopi atau teh bersama lalu tersenyum pelan sambil bilang “Ah, everything will be alright.” Kami menua bersama, seiring menuanya cangkir kami… rumah kami… mendewasanya anak-anak kami… namun persahabatan kami tidak pernah menua. Which is perfect 🙂

Dan apakah sekarang kita bisa mendefinisikan makna pertemanan dan persahabatan yang baik menurut versi kita?
Hei… ini versi saya, apa versi kamu?

Ketika seorang sahabat, wisuda….!


Kalian tau daerah di Indonesia bernama Nguling?
Iya… iya saya tahu, dari namanya saja tidak bonafid, Nguling… aduuuh…. apa pula itu…
Mendengar nama “Nguling” saya malah ingat lagunya Winnie The Pooh “Winnie…Winnie temankuuuu bermain ber”Nguling” mencari maduuuuu uuuu” Eh salah… itu pun “berguling” bukan “ber-Nguling” sungguh nama Nguling itu tidak ngetop sama sekali.

Ah….mungkin google lebih tahu apa itu “Nguling”….
Alhamdulillah…. google mendeteksi keberadaan “Nguling”, oooooh rupanya di Pasuruan toh, Jawa Timur.
Bahkan jika melihat google maps pun, Nguling masih terasa sebuah negeri yang asing :’D

Namun, siapa sangka… atas jasa Daendels yang membangun jalan raya Anyer-Panarukan, seorang gadis Nguling akhirnya bisa merantau jauh dan bersekolah di Jawa Barat, Institut Pertanian Bogor. Langkahnya yang panjang membawa pergi berkelana hingga akhirnya dia sampai ke negeri sakura, Jepang…. dia sekolah!!! Di Universitas yang konon terbaik kedua setelah Tokyo University, Kyoto University… Sekolahnya para pemenang nobel di Jepang.
Sungguh Daendels…. terima kasih walau kau pernah memberangus ratusan nyawa sepanjang Anyer-Panarukan :’D

Ciyeeeeeh yang wisuda….

Dan hebatnya gadis Nguling itu sahabat saya loh…

Ada beberapa kabar gembira kalau begitu:
1. Sahabat saya ini, si gadis Nguling… akhirnya wisuda! Di Kyoto Univ. euy….! Daendels akan bangga padamu,Nak
2. Saya, sekuper-kupernya, rupanya punya sahabat juga hahahahhaa…. ih mengharukan loh
3. Kulit manggis kini ada ekstraknya

Bagi saya wisuda itu hal yang seremonial, awalnya sih begitu…
Yang penting nilai bagus terus lulus terus dapet ijazah… kalau gak ada temen dan keluarga yang dateng mending boboks di rumah.
Iya sih tapi…. rupanya melihat seorang yang rela jadi sahabat saya wisuda itu sesuatu yang subhanallah banget ya.
Wisudanya sih meh banget, iya sih dia bilang “Mon, wisudanya garing loh nanti”, saya pikir yaaa yo wis lah ya. Namun setelah saya datang dan melihat dengan mata kepala sendiri, rupanya… memang garing! Maaf… wisuda di kampus saya jauh lebih ramai dan hiruk pikuk :’P

Tapi saya yang perlahan dan dari hari ke hari semakin paham dan tahu perjalanan hidup sahabat saya ini, I can’t say nothing except I am proud of her :’]
Siapa bilang mahasiswa dari daerah tidak punya pemikiran yang kritis dan brilian
Siapa bilang bahwa anak daerah, cewek pula, tidak bisa dan tidak layak untuk sekolah tinggi…. di luar negeri juga….
Hei! bisa… ya… pasti bisa…
Ah… wahai gadis Nguling terima kasih sudah membuktikan itu
terima kasih telah membuktikan dengan sepenuh hati bahwa ayat Allah “Bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan/ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا” itu benar adanya…!
Terima kasih karena jangan-jangan Allah sedang menghela nafas lega dan bilang “Aduuh… masih ada juga manusia yang benar di bumi ini… ya sudah kiamat masih bisa ditunda”

Geng Obaachan bersama para cheerleader!

Terima kasih sudah menjadi teman untuk seorang emon..

dan membawa sahabat baru bernama Amel. Ish Amel… kita sama ya pernah sama-sama dibully waktu muda.
Haish… Nona Nguling.. terima kasih sudah mau menjadi teman yang baik untuk kami-kami yang korban bully ini.
Beberapa hari lagi gadis Nguling ini akan pulang, ah… fase baru dalam kehidupan… langkah baru yang akan dilalui.
Heh…gw nyanyi ya buat lo….

Walau lo [masih] super berantakan (I hope you will change, I don’t know how  but maybe if you get married :’P)
Walau lo selalu pakai koyo
Walau selera fashion lo selalu warna gelap
Walau gw seringkali males ngomong dan mukanya jutek
Seperti biasanya gw akan bangga kepada lo… dan seperti biasa juga melayangkan doa-doa yang baik ke angkasa.

InshaAllah everything will goes well…

Blitz kamera dan kisahnya…


image

Jadi kemarin kami ada farewell party untuk seorang teman. Dan juga sekalian welcome party. 

Hal paling unforgettable justru bukan acaranya… tapi gw merasa dijailin abis. Gw bawa hadiah dong buat perpisahan teman gw itu… it’s quite big karena pake kardus bekas belanja di amazon. Gw bungkus serapi mungkin, pake pita. Keliatan romantis, supaya gak kecewa pas buka isinya. Isinya… salah satunya scrap book yg gw gambar sendiri hanya dengan waktu 2 jam -.- itu pun pake buku gambar yg udah mulai usang *haish*

Jujur gw mau membuat itu se-privat mungkin, gw kan pemalu *huek*
Lbh tepatnya gw gak tau gw nulis apa aja di tengah malam. Bahasa gw kan kalau tengah malam makin berenda-renda. Yah gitu loh pokoknya.

Dan 2 ekor teman gw yg lain kepo… dan penasaran isinya. Gw kalah suara, dan arghhhh… can you imagine how shy am I in that time. Mati gaya….

Gw bikin surat yg panjang buat temen gw dan gw “terpaksa” harus membacakan itu :’D jujur pas gw baca gw ngerasa “hoek, gw nulis apa sih… haahahaa”dan gw akui itu hal paling romantis yg pernah gw tulis ke cowok. Why emon? Why? Argggghhhh… otak mengapa kau memerintahkan tangan untuk nulis macem2 sih *pingsan*

Yang paling parah adalah 2 teman gw yg lain adalah paparazi terhebat di muka bumi yg pernah ada! Butuh paparazi? Kalian bisa minta kontak mereka ke gw. Pokoknya paling professional se-jagad raya.

Gw pernah wisuda
Ikut lomba nasional, internasional
Ikut seminar macem-macem
Jadi mahasiswa depresi tingkat fakultas.
Bahkan jadi juara fem’ers to famous yg owalah gak banget.
Tapi baru kali ini! Baru kali ini gw merasakan jepretan kamera ratusan kali :’D blitz yg terus menerus…
Direkam pula.
Ini 2 bocaaaaaah isengnyaaaaaaa.

Arggghhhhhhh…

Rasanya pengen ngubur kepala ke tanah kayak burung onta.

Dan yg bikin pipi rasanya kembang kempis itu adalah pas di kereta temen gw itu duduk di samping gw… lalu bilang “You know what, I am speechless. That’s the nicest things I ever heard and I ever got” huwaaa… di dalam hati gw mau nangis dan bilang “lo speechless? Gw hampir mati”

Hhaaaha…
Rasanya warna warni.
Orange, pink, kuning, hijau… ya ampun semua warna. Mari sudahi saja kisah behind the scene di dalam kereta. Okay.. skip skip skip…

Muka gw pasti kayak udang rebus. Gw ini hanya percaya diri ketika presentasi mata kuliah atau hasil penelitian, tapi masalah gaul? Payah bgt.
Di balik blitz kamera itu ada sahabat2 gw yang mmmm bikin gemes tapi bagus sih di satu pihak mereka membuat gw jd lbh “sosial” dibanding sblmnya… mereka semua sahabat-sahabat terbaik yang pernah ada.

Kadang nyebelin… bikin gemes… but somehow they make us become better and better.

Lalu sejak malam itu gw semakin memahami karakter masing-masing orang, apa yg bikin mereka senyum, cemberut, sedih, impian mereka.

Kalau teman gw itu bilang apa yg gw kasih dan bilang ke dia adalah the nicest things yg pernah dia dengar. Sesungguhnya hal paling indah tidak akan pernah bisa didengar, karena menurut gw hal paling indah dan paling romantis adalah: doa.

Gw rupanya sayang banget ke teman-teman gw di sini. Begitu sayangnya, hingga rasanya gak mau berhenti untuk mendoakan mereka :]

I love you all, guys!

lego movie, everything is awesome, INTJ, a cup of tea, me… and a little live music :]


Hello world! Semoga kalian baik-baik saja. Ngomong-ngomong, sekarang sedang libur semester dan libur spring di kampus, jadi sebenarnya saya garing banget sih. But, well… I love stay at home, jadi hal yang menyenangkan banget mendekam di dalam kamar, baca buku…. browsing internet, tidur, dan NONTON FILM. Apakah kalian udah nonton The Lego Movie? Sekarang nih film mendadak menjadi film favorit mwahahhahaha…. kenapa ya. Karena walau dodol tapi quotes nya keren2, dan tentu kreatif aja kali ya. Saya selalu suka film-film yang kreatif. Sebelum beranjak ke pembahasan yang lebih berat, bagaimana jika denger musik dulu sedikit. Ladies and Gentlemen… Everything is awesome, OST The Lego Movie!

kalau kurang, tenang aja… ada versi 1 jam dan versi 10 jam hahahhaha…. ampe subuh juga jadi deh.

Tapi bukan itu yang bikin saya jatuh cinta berat sama film ini… Film ini berkisah tentang Emmet Brickowoski, pekerja konstruksi biasa. Dia berusaha melakukan semuanya sebaik mungkin, berusaha terlihat baik ke setiap orang, tapi semuanya itu harus berdasarkan buku panduan. Sejauh ini, dia sih ngerasa “Mmmmm…. kayaknya gw oke-oke aja, kayaknya semua orang baik-baik aja ke gw” tapi semua itu berubah ketika kemudian ditangkep bad cops karena secara kebetulan dia terpilih jadi “The special one” yang bertugas untuk menyelamatkan dunia lego. Di adegan ini si bad cops mewawancarai teman-teman di sekitar Emmet, and guess what apa jawaban mereka?

“Yeah, he’s kind of your average, normal, kind of guy. But you know, he’s not…he’s not like normal like us. No, he…he’s not that special.”
“We all have something that makes us something, and Emmet is…nothing.”
dsb… dsb…

yang kalau kata saya sih nyakitin hati hahhahahaha… Pernah gak sih kebayang sama kalian, jika kelak ketika kalian gak ada… terus teman-teman kalian nanya “Kenal gak sih sama, Emon” terus jawabannya “Oh… Emon….. yaaa.. tau… and she just mmmm you know… nothing” mukyaaaaaaa….. terus yang jawab itu orang yang kalian pikir deket banget gitu sama kalian. Ih sakit gak sih hahahhaa. Dan itu membuat Emmet ini jadi semakin minder dan bilang “Oh ok, I’m just ordinary person” bla..bla…bla… Sering gak sih kalian ngalamin hal yang serupa kayak gini? Tapi sepertinya film ini mencoba men-encourage semua orang dengan masalah standar kayak gini untuk percaya bahwa everything and everyone are awesome…. semua orang bisa melakukan sesuatu dengan kehebatan mereka masing-masing! Pasti bisa! Sampai kemudian di paling akhir cerita, munculan quote keren yang emang pantas keluar dari film-film pemenang Oscar Bagus kan, you should watch it… apalagi kalau kalian punya masalah untuk mempercayai orang dan mempercayai diri sendiri.

Quote ini kece banget deh.

“You are the most talented, most interesting and extraordinary person in the universe. And you are capable of amazing things, because you are the Special. And so am I… And so is everyone…”

Ah, baca itu! baca itu kawan! Saya selalu bilang ke adik saya, film bagus itu selalu punya quotes keren dan harus diinget karena yang bikin film itu pasti udah berjuang keras nyusun si quote keren itu hahahha.

Gara-gara film ini saya juga jadi iseng-iseng belajar psikologi. Bukannya apa-apa, saya merasa aja saya itu kayak Emmet di film ini. Ngerasa kayaknya I have already did a good things, gak pernah ganggu orang tapi well, saya ngerasa juga kalau saya tetap dianggap “dingin” dan “aneh” oleh beberapa orang terutama yang belum kenal saya. Saya juga tidak mudah kagum dengan orang lain, bahkan dengan diri saya sendiri. Mau dikata saya pernah jadi mapres segala lah bah.. pret… itu tuh masa lalu lagi dan makin kesini saya ngerasa yaaah gitu doang sih sebenarnya semua orang bisa, I’m just lucky. Dan melihat orang lain pun, mmmm… ya gitu semua terlihat “biasa” aja. Susah banget bikin seorang emon impressed terhadap sesuatu selain dunianya sendiri. Lalu saya iseng-iseng tes MBTI lagi ke hampir seluruh website yang saya temui. And guess what I found?

Click to view my Personality Profile page

Screenshot_2015-03-03-01-12-42.png

Screenshot_2015-03-03-12-19-10.jpg

Screenshot_2015-02-26-14-08-17.png

Yak…. I’m 98% INTJ. 2%nya mungkin bisa berubah lah entah gimana ceritanya. Dulu banget… kayaknya waktu masih SMA atau SMP hasilnya kalau gak salah INFJ, but pfffftttt seiring dengan usia yang bertambah sepertinya saya berubah. Atau mungkin karena dulu pas ngambil tesnya bahasa inggris gw masih buruk buanget mwahahahhaa…jadi hasil yang sekarang sepertinya lebih akurat.

Kerennya, nyaris semua analisanya benar!
Saya benci angkat telepon *aneh kan, tapi jika telepon kalian saya angkat percayalah… kalian spesial*
Saya ini picky banget milih teman, tapi ketika punya… saya percaya sepenuhnya kepada mereka.
Saya susah banget impressed karena suatu hal
Saya lebih suka sendiri
Saya suka duduk di pojokan kalau di kelas
Saya keliatan jutek kalau saya kurang suka dengan orang atau ketika saya tidak terlalu tertarik dengan suatu pembicaraan
Saya lebih baik dalam menulis daripada public speaking.
I hate to talk about relationship
Saya ngerasa gak penting untuk ngetop… tampil ke permukaan….
I prefer to be just behind the scene.
Saya pemalas profesional, mengerjakan segalanya secepat dan sebaik yang saya bisa agar kemudian bisa tidur nyenyak di kasur tanpa gangguan apapun.

MBTI hanya sekadar tools, tapi setidaknya untuk saat ini, itulah penjelasan paling logis yang bisa saya terima. Selama ini saya merasa “Kayaknya gw nggak ngapa-ngapain deh” tapi pada faktanya ada aja yang masih ngerasa saya itu aneh, kadang lebay, pokoknya semua jawaban sahabat saya kalau ditanya tentang saya itu pasti ajaib-ajaib deh. Lebih ajaib lagi kalau orang yang gak kenal banget sama saya, saya ingat betul di lembar opini yang ditulis teman saya ketika perpisahan kelas, ada banyak juga tulisan “Emon itu sombong! angkuh! arogan!”, “Mon, inget ilmu lu itu bukan buat sombong ya”, “Emon, gak selamanya lu itu bener”, dsb. Bahkan ya…. bahkan… sebelum itu, pernah suatu ketika ketika kelompok saya presentasi, terus yang nilai itu teman-teman sekelas ada nilai kelompok dan nilai individual. Kalian tau, ada yang nulis nilai individual saya 5 ketika teman saya yang lainnya dapet nilai 8 dan 9. Saya? 5!!!! Apa saya sakit hati? Honestly saya sih gak, saya nyaris gak pernah peduli orang mau ngomong apa… tapi Mama saya nangis loh liat ada yang nulis gitu di lembar opini saya, “Kakak… kok ada yang sampe bilang gitu sih ke kakak” *notes: mama saya itu sensing dan feeling banget -.- jadi yang gitu deh* saya juga bingung jawabnya karena jujur saya bahkan jarang sekali berinteraksi dengan teman-teman saya, saya hanya menyapa orang seadanya… bicara seadanya… dan bicara banyak ketika saya merasa saya “klik” dengan orang itu. Lalu… hanya karena itu saya kemudian di cap begitu buruk oleh beberapa orang? Itu gak bikin sakit hati lagi, itu bikin sedih. Ya ampuuuun….

Makanya pas nonton film The Lego Movie, saya ngerasa banget rasanya jadi Emmet. Rasany dianggap gak kompeten terhadap sesuatu padahal udah merasa melakukan sesuatu dengan baik. Saya tidak pernah merasa tersakiti ketika dikritik, tapi otak saya ini terus mikir “why?” terus begitu sampai kangguru bermetamorfosis jadi tyranosaurus, gak pernah berhenti.

Hah… kalau inget itu jadi pengen minum teh manis anget. Mari ngeteh dan mari bicara.

Kalian tahu berapa populasi manusia dengan kepribadian INTJ di muka bumi? Konon hanya 2%, dan hanya ada 0,8% wanita dengan kepribadian jenis ini. Jadi menemui orang dengan pola pikir dan pola sikap seperti saya ini mungkin tidak akan pernah selalu ditemukan oleh kalian di muka bumi ini, dan mungkin tidak di seluruh dinasti *but trust me INTJ banyak banget berkeliaraan di dunia maya, mereka kan males keluar kamar*. Kepribadian ini emang kalau di film-film selalu kebagian jadi penjahatnya, bukan karakter yang sempurna. Begitu pula tipe kepribadian yang lain. Begitu pula saya, begitu pula kalian.

Tapi setelah berpikir dan menganalisis secara lebih mendalam *bohong, ini cuman pencitraan*, manusia mungkin memang sengaja didesain tidak sempurna… dengan berbagai alasan.
1. Mungkin agar tidak sombong,
2.Mungkin agar bisa saling mengenal satu sama lain,
3. Mungkin agar bisa saling membantu satu sama lain.
Saya mungkin bukan teman yang baik, saya gemar mengkritik… saya tidak suka bersosialisasi… saya mungkin terlalu logis dan terlalu teoritis… saya mungkin terlalu saklek mengenai sesuatu, I am not perfect for so many things. Seperti yang saya bilang saya juga gak kagum-kagum banget dengan pencapaian yang saya dapat… itu semua biasa lagi, helowww di atas langit masih ada langit, dan saya? masih memijak di tanah kayaknya dan masih dalam proses bikin tangga *ya ampuuun, Mon… level lu jauh banget*

Tapi ketidaksempurnaan itu semua yang memacu kita untuk maju! Bertindak lebih…. lebih dari yang telah kita lakukan selama ini. Semua kesalahan dan ketidaksempurnaan itu membuat kita berusaha untuk menerobos menembus batasan-batasan yang kita buat sendiri di logika kita. Mengutip kata Sensei saya “Mistakes improve your knowledge, your ability, when you learn from it” maka saya akan terus hidup bersama segala kekurangan saya, segala kesalahan saya, dan terus belajar dari mereka. Saya pembelajar seumur hidup.

Itu semua yang kemudian yang membentuk karakter, dan karakter adalah identitas pertama yang akan dikenal orang lain dari diri kita. Eh si A itu supel, si B pendiam, si C asik… itu semua masalah karakter.

Maka, bukankah tidak ada yang buruk dengan ketidaksempurnaan dan melakukan kesalahan.

Saya, saya merasa bahwa dalam hidup ini saya sudah merasakan titik terendah dalam kehidupan saya. Maka saya menjadi antipati dengan orang yang lembek, yang cengeng, yang menyerah sebelum berjuang. Apa itu baik? Tidak sepenuhnya baik… tapi itu masuk akal. Tapi ya kali kan, masa semuanya mau di-logika-kan? Oleh karena itu, saya membutuhkan orang yang bisa menasehati saya dengan baik, perlahan, dan tidak menggurui. Jangan pernah menggurui saya, saya membaca ensiklopedia sejak saya di bangku SD, saya bisa melakukan counter attack dengan cara….. melempar bakiak. Dengan alasan itulah saya kemudian menyadari betapa pentingnya memiliki sahabat. Ya sahabat! tidak perlu terlalu banyak karena saya tidak suka terlalu berisik. Cukup beberapa, bahkan jika hanya bisa dihitung jari tangan pun tidak masalah. Yang penting mereka bisa mengingatkan saya, melunakan hati dan kepala saya ketika saya menjadi begitu keras kepala, yang bisa menjaga saya… dan saya bisa menjaga mereka sepenuhnya. Saya bersyukur, saya kemudian punya keluarga dan sahabat yang macem-macem. Ada yang ekstrovert, ada yang sensian banget, ada yang abstrak banget, semuanya. Yang biking senang dan kadang jengkel. Tapi mereka, dengan cara yang tidak mereka sadari membuat kehidupan saya semakin berarti.

Dengan segala kelebihannya,
Dengan segala kekurangannya,
manusia melakukan hal-hal yang luar biasa. Dengan atau tanpa mereka sadari.
And yes… we know it! Everything is awesome…. and everyone is also awesome.

Aih… Saya tidak sejahat yang kalian kira kok , mungkin…. mungkin… kita hanya belum saling memahami satu sama lain. Itu saja.

Sebagai tanda kasih dan sayang, juga permintaan maaf yang mendalam kepada siapapun yang mungkin aja pernah tersakiti dengan kecuekan saya, here it is… live music dengan iringan gitar sumbang dan permainan yang sangat amatir, jangan dinilai dari kejelekannya… nilai dari niat saya yang mulia ini fufufufuufufu.

 

Menjadi dewasa… : Sebuah renungan untuk diri sendiri


Once you’ve met someone, you never really forget them.
It just takes a while for your memorize to return
-Spirited Away-

“…. Dan sehebat apapun kamu, kamu bukan siapa-siapa tanpa bantuan siapapun”

Kemarin sore, sebuah amplop besar dari Tokyo Institute of Technology melayang ke rumah saya. Isinya mungkin hanya beberapa lembar kertas tapi lembaran kertas itu mungkin yang akan mengubah kehidupan saya untuk beberapa hal. Mungkin lembaran kertas itulah tangga-tangga kecil menuju impian saya. Singkat kata, secara resmi saya diterima di universitas tersebut. Saya sudah katakan sebelumnya bahwa untuk masalah pendidikan saya kali ini, saya merasa Allah memudahkan segalanya. Saya tidak akan bercerita mengenai hal itu lebih banyak, karena bukan itu yang ingin saya bicarakan kali ini… bukan, ada hal yang lebih dari ini semua.

Saya yang hari ini, bukanlah siapa-siapa tanpa bantuan banyak orang.
Ketika saya menyadari itu saya tahu bahwa terima kasih saja tidak pernah cukup.
Tidak pernah cukup….

——————————-
Saya teringat ketika saya masih kecil, saya pernah terpana dengan kata-kata dari guru mengaji saya,
“Jadi begini ya anak-anak… kita tidak boleh sombong atau merasa lebih hebat dibandingkan siapapun. Ketika kita berhasil, yang perlu kita lakukan cuman dua: Bersyukur karena Allah sudah begitu baik, dan berdoa agar Allah menjaga diri kita dari sifat-sifat buruk. Kalian tahu kenapa sombong itu tidak boleh?”

Seperti biasa… tipikal anak Indonesia, kalau ditanya pasti pada diem hahahhaa… tapi saya ingat ada juga yang nyeletuk “Karena dosa, Pak!”…. “Karena buruk, Pak”…. dan lain sebagainya.

“Iya semua jawabannya benar. Tapi yang terpenting adalah…. karena kita hidup di bumi ini tidak lepas dari bantuan orang lain”

Guru mengaji saya tersebut kemudian menjelaskan bagaimana orang tua yang susah payah membesarkan anaknya…. bagaimana petani yang betul-betul lelah menggarap sawahnya… bagaimana buruh tekstil harus bekerja overtime untuk memenuhi target produksi pakaian jadi di pasaran. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, seluruh kebutuhan kita terpenuhi karena “keringat” orang lain.

Begitu melekatnya cerita guru saya tersebut hingga tumben-tumbennya saya menceritakan ini kepada kakek saya karena tempat mengaji saya dulu sangat dekat dengan rumah kakek saya. Saya ingat jawaban kakek saya “Benar itu, manusia kadang terlalu sombong. Manusia terkadang lupa banyak hal, bahkan ketika manusia itu masuk liang lahat, manusia masih tetap membutuhkan bantuan orang lain… hargailah semua orang, karena kita tidak pernah tahu kepada siapa kelak kita memerlukan bantuan”

Saya tidak memahami hal itu untuk beberapa saat, mungkin baru memahaminya sekarang!
—————————-
Beberapa tahun kemudian, ayah saya meninggal dunia. Saya melihat begitu banyak orang yang menangis, kecuali adik saya yang belum paham apa-apa. Kecuali saya… yang juga belum memahami apa-apa. Saya hanya sedikit patah hati karena saya merasa kehilangan Beliau begitu cepat.

Untungnya saya adalah orang yang beruntung, Allah berbuat baik… luar biasa baik kepada saya.

Saya punya Mama yang selalu menyemangati saya. 23 tahun lebih saya hidup menuju 24 tahun, saya nyaris tidak pernah melihat Mama mengeluh, setidaknya di depan kami anak-anaknya. Mama selalu menyemangati saya untuk sekolah yang benar, belajar yang benar, dan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Ketika saya gagal, Mama selalu menjadi orang pertama yang bilang “Gak apa, Kak… Allah pasti mau ngasih yang lebih baik” sejak saya pertama kali tahu sakitnya kegagalan, hingga hari ini… Mama tetap supporter barisan VVIP bagi saya, Mama selalu yang paling mempercayai saya lebih dari siapapun.

Saya bersekolah di daerah ketika SD, saya ingat pada hari kelulusan saya saat SD… guru saya mengatakan “Sebagai anak daerah, bukan berarti pemikiran dan cita-cita kamu harus terbatas. Pergi kemana yang kamu mau, tuntut ilmu setinggi-tingginya karena ilmu tidak hanya ada di satu tempat” saya pegang kata-kata Beliau hingga saat ini. Salah satu alasan untuk terus berjuang!

Bukan hal yang mudah bagi saya untuk melanjutkan sekolah. Sebagai anak yatim dan Mama yang hanya guru les, maka biaya pendidikan saya sebenarnya sangat berat untuk Mama. Namun, saya punya uwak yang sangat baik… mereka yang membantu menyekolahkan saya hingga saya berhasil menyelesaikan kuliah S1 saya.

Saya sadar…. hingga kapanpun saya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Beliau. Tanpa Beliau mungkin saya belum memegang gelar akademik seperti saat ini, tanpa Beliau mungkin saya bukanlah Marissa yang bisa bermimpi lebih tinggi daripada langit. Karena saya tahu hal itu, maka saya berjuang belajar gila-gilaan. Kapasitas otak saya memang terbatas, saya bukan anak yang pintar… tapi setidaknya saya tidak pernah kesulitan memilih sekolah. Saya diterima di dua PTN bahkan sebelum saya melaksanakan Ujian Nasional, lalu memilih untuk berkuliah di univ.dekat rumah. Impian saya sih tidak muluk-muluk, mbok ya sudah dibantuin orang lain jangan bodoh-bodoh banget lah.

Sekali lagi, saya tidak pintar, tapi saya harus berjuang mati-matian untuk setidaknya “tidak mengecewakan.” Ketika saya memenangkan beberapa lomba, ketika saya menjadi mahasiswa berprestasi, maka itu bukanlah hanya sekadar suatu pencapaian… itu adalah terima kasih saya kepada Beliau dan juga kepada Mama yang sudah berjuang mati-matian kepada saya.  Terima kasih pula kepada dosen-dosen saya yang sangat baik, karena atas jasa mereka semua saya berhasil melalui level ini dengan cukup baik. Saya bahkan merasa memiliki guru sekaligus sahabat ketika saya bertemu dengan dosen pembimbing saya.

Orang lain mungkin melihat saya sebagai sosok yang ambisius, tapi mereka tidak tahu… saya harus ambisius untuk menyatakan terima kasih saya yang tidak bisa saya sampaikan dengan kata-kata.

Orang lain mungkin hanya melihat beberapa keberhasilan saya, tapi mereka mungkin tidak pernah tahu bahwa kegagalan saya lebih banyak dibandingkan keberhasilan saya. Saya hanya berhasil bangkit berkali-kali setelah berkali-kali jatuh.

Hingga saat itu, saya masih merasa enggan untuk berkunjung ke makam ayah saya terlalu sering. Bagi saya, saya belum memberikan apa-apa untuk ayah saya. Ayah meninggalkan saya terlalu cepat sebelum saya membuat Beliau bangga. Saya ingat satu impian ayah saya yang belum kesampaian, Melanjutkan Studi ke Jenjang yg Lebih Tinggi. Saya bersumpah… cepat atau lambat saya akan penuhi impian ayah saya. Saya harus bersekolah lagi.

Seperti perkataan Anton Ego dalam film Ratatouille “Terkadang dunia terlalu sinis pada gagasan-gagasan baru…” saya nyaris putus asa karena mayoritas orang di lingkungan saya meragukan keinginan saya untuk bersekolah lagi. “Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Nanti jodohnya susah”, “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, yang penting kerja dulu… kumpulin uang yang banyak” dsb dsb dsb….Saya menangis beberapa kali… tapi lagi-lagi Mama saya tetap mendukung saya ketika orang lain meragukan saya. Padahal Beliau yang paling berhak mengatakan “Kamu gak usah mimpi deh, Nak”…. kalau Beliau tidak ridha saya sekolah lagi, saya pasti akan menurutinya. Saya bukan tipe anak yang tega melawan orang yang sudah berjuang dan berkorban banyak untuk saya. Tapi rupanya Beliau tidak pernah lelah mendukung saya dan mendoakan saya.

Ketika saya tidak percaya dengan diri saya sendiri, adik saya yang selalu bercanda kemudian berkata “Kakak… ini tentang hidup kakak, kakak harus pilih yang paling bikin kakak senang”

Ketika saya mulai ragu untuk melangkah lagi, saya mempunyai seorang sahabat yang luar biasa… yang akhirnya bisa mengatakan “Lakukan apa saja yang kamu mau, selama itu bisa membuat kamu bahagia”

Saya tidaklah sekuat yang semua orang lihat, tapi banyak orang yang bisa menguatkan saya. Seketika saya merasa seperti seekor kucing yang sudah kehilangan satu nyawanya, tapi masih memiliki delapan nyawa cadangan. Dengan terengah-engah saya mencoba memanfaatkan nyawa-nyawa yang tersisa.

Saya teringat, ketika kemudian saya ditanya oleh pewawancara saya saat wawancara beasiswa,
“Apa yang kamu harapkan dari diri kamu?” saya tidak menjawab hal lain selain “Saya ingin menjadi orang yang bisa berterima kasih”
“Terima kasih, kenapa?” tanya si bapak pewawancara dengan dahi berkerut.
“Karena saya yang saat ini bukan apa-apa, bukan siapa-siapa tanpa bantuan orang lain”
“Baik saya mengerti. Lalu apa yang kamu harapkan dari diri kamu dihadapan adik kamu kelak?”
“Saya ingin melakukan yang saya bisa sebaik mungkin, saya ingin begitu kelihatan amazing di depan adik saya. Hingga suatu hari kelak, jika dia menceritakan tentang saya di hadapan orang lain nanti dia bisa bilang ‘Saya bangga pada kakak saya’ sama seperti ketika saya mengatakan kepada semua orang ‘Saya bangga pada ayah saya, pada mama saya’ “

Lalu kemudian pada hari ini, saya kemudian mengatakan hal yang hampir serupa kepada salah satu sahabat saya, “Kalau kelak kamu jadi ayah, jadi ayah yang amazing di depan anak kamu, apapun yang terjadi. Biar dia bangga dengan apa yang kamu lakukan, biar dia terpacu untuk bisa berbuat lebih baik dari kamu” pada saat yang sama sebenarnya saya sedang menasehati diri saya sendiri, setidaknya mengingat kata-kata saya pada diri saya sendiri.

Bagi saya hidup tidaklah mudah…apalagi sekolah!
Untuk ikut tes iBT TOEFL saja saya harus menabung cukup lama, saya bahkan tidak punya cukup uang untuk ikut berbagai les. Tapi melihat begitu banyak orang yang sudah mendukung saya, saya tidak mau terlalu kejam dan menjadi orang yang menyerah sebelum berjuang.

Kalian mungkin tidak tahu, tapi saya seperti Simba yang memandang bintang-bintang di langit setiap malam untuk mengingat ayahnya,Mufasa. Saya rindu ayah saya, tapi saya merasa belum begitu pantas untuk datang ke hadapan makamnya dan bilang “Yuph! here I am, Yah… membanggakan kan seperti ayah membanggakan saya” tapi saya percaya pasti ada waktu ketika saya benar-benar bisa menjadi anak perempuan yang senantiasa Beliau banggakan.

Bagi saya sekolah itu tidaklah mudah, maka jika boleh bersekolah di dalam negeri saja itu sudah anugerah yang luar biasa…
Ketika mendapat beasiswa, saya tidak terlalu ambil pusing mau bersekolah dimana, mau dikasih uang berapa… Who’s care??! Jika saya harus mati karena meraih impian saya, it’ll be okay. Lagipula saya punya Tuhan yang pasti akan memberikan jalan keluar untuk segala hal. Saya sudah terlalu lelah, bahkan untuk sekadar mengeluh.

Lalu kemudian dosen saya membantu saya, memperkenalkan saya dengan guru-guru yang hebat. Dosen saya yang kini menjadi bos saya pernah bilang “Hidup ini pilihan, maka kamu harus perjuangkan pilihan yang menurut kamu paling baik. Ini pilihan kamu, bukan urusan orang lain”

Lalu saya memperoleh Sensei yang luar biasa baik hati, yang membantu saya untuk banyak hal… yang mau mendengarkan saya dengan baik bahkan ketika saya belum resmi bersekolah di universitas tempat Beliau mengajar.

Lalu saya memperoleh sahabat-sahabat baru yang satu perjuangan. Yang berbagi banyak hal… yang menyemangati saya setiap saat, yang berbagi impian-impiannya yang luar biasa dengan saya. Yang tanpa sungkan mengajak saya untuk berjuang bersama tanpa mempedulikan suara-suara sumbang yang ada. Sahabat-sahabat yang satu visi dengan saya.

Jelas sudah, terima kasih saja tidak akan cukup. TIDAK AKAN PERNAH CUKUP!
—————————-
Jutaan tahun ibadah mungkin tidak cukup untuk menyampaikan terima kasih saya pada Tuhan, mungkin jika Allah memiliki sebuah superkomputer yang bisa menghitung setiap remah mikron pahala saya, maka selama apapun proses komputer itu berjalan maka monitornya tetap akan menunukan “Pahala tidak cukup, coba lagi nanti” Hffffft…
Saya bahkan tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa Mama
Saya juga belum bisa sebijaksana ayah,
belum bisa sebaik uwak saya…
belum bisa seceria adik saya…
saya juga belum bisa mengalahkan pengetahuan dosen-dosen, guru-guru, serta banyak orang yang sudah menunjukan betapa dunia ini dipenuhi pengetahuan, misteri, atau hal-hal unik.
Saya bahkan tidak akan sanggup mengembalikan kuota internet, pulsa telepon, dan waktu sahabat terbaik saya yang sempat terbuang percuma hanya untuk mendengarkan saya.
Saya butuh waktu seumur hidup untuk mendengarkan semangat dan cita-cita sahabat-sahabat baru saya yang sangat visioner.

Ketika saya semakin dewasa, saya makin menyadari bahwa terima kasih saja tidak akan pernah cukup.

Saya tidak memiliki apa-apa, saya masih kalah hebat dengan banyak orang.
Maka oleh karena itu, maka izinkan saya membuktikan bahwa saya bisa menjadi anak yang baik, adik yang baik, saudara yang baik, teman yang baik, murid yang baik, lalu kelak bisa menjadi istri yang baik, ibu yang baik, guru yang baik, bahkan jika ada waktu menjadi nenek yang baik.

Saya bukan siapa-siapa dan bukan manusia yang terlahir jenius, karena itulah saya berjuang lebih keras dari siapapun…hingga kelak tidak ada yang menyesal pernah mengenal saya. Saya berjuang dengan keras, karena hanya itu yang bisa saya lakukan untuk saat ini.

Terima kasih saja tidak pernah cukup,
tapi izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semua.

Percayalah, saya… kamu… kita semua bisa berkali-kali bangkit setelah jatuh.