Mari belajar mengucapkan “Terima Kasih”


Beberapa hari yang lalu saya ke Jakarta,
Seperti biasa… angkutan yang mengantarkan saya menjelajahi jakarta pasti cuman kereta dan busway. Hahahahahaha…. kalau sendirian udah deh,pakai yang aman-aman dan jelas aja.

Naaaaah! hal yang udah lumrah banget kalau di kendaraan publik seperti itu kita rebut-rebutan duduk karena capek juga kan kalau jauh-jauh berdiriiiiiiii dan berdesak-desakan. Nah, rahasia umum juga bahwa banyak yang berdiri agak jengkel dengan yang duduk apalagi kalau yang duduk, misalnya, masih muda belia dan diasumsikan jasmani dan rohani.
Image and video hosting by TinyPic

Well, saya setuju sekali…. sangat setuju, ketika kita… muda-mudi bangsa ini memprioritaskan orang tua, ibu hamil, ibu yang bawa anak kecil, yang memiliki kekurangan tertentu untuk duduk. Yaph, itu SIKAP! nggak ada sanggahan untuk itu. Agak terlalu juga emang kalau pura-pura tidur padahal di depan mata kita ada orang-orang yang masuk kategori “Diprioritaskan untuk mendapatkan tempat duduk”

TAPI…
Saya ingin menegaskan, tolong deh yang diberi tempat duduk juga ucapkan “TERIMA KASIH” kepada yang dengan legawa memberikan tempat duduknya.

Loh, kenapa ngomong kayak gitu, Mon?
Karena saya merasa sakit hati beberapa kali! Beberapa kali saya memberikan tempat duduk saya di kereta pada orang lain, dan “terima kasih” karena saya malah memperoleh muka masam dari orang yang saya berikan tempat duduk dan tanpa ada kata terima kasih sama sekali dari orang yang bersangkutan.

Cerita yang terbaru begini….
Kenapa saya sering memperoleh tempat duduk di kereta? Sederhana saja… saya senang menunggu kereta di stasiun Jakarta Kota yang notabenenya stasiun pemberangkatan kereta. Nggak apa deh jauh-jauh juga… lagipula saya suka foto-foto di jakarta kota jadi kadang sekalian refreshing.

Pada hari itu, saya sedikit kurang beruntung karena ada satu jadwal kereta yang dibatalkan, yang lebih menyebalkan lagi saya yang udah capek karena berangkat dari bogor subuh-subuh dan pas mau pulang aja kok susah banget, pegel, kepanasan, lapar, haus, kucel, masih harus menunggu kereta selanjutnya selama 90 menit! Aduuuuh kebayang dong BT dan capeknya gimana? Belum lagi saya menyadari di stasiun2 lainnya penumpang pasti akan menumpuk. Arghhh…..

Setelah 90 menit menunggu, akhirnya si kereta datang… huwaaaaa udah nggak mikir lagi deh. Langsung masuk dan duduk. Kalau di Jakarta Kota kemungkinan dapat tempat duduk lebih besar 🙂 . Karena badan saya memang didesain untuk kerja indoor bukan outdoor, jadi udah tepar banget deh… dan taraaaaaaa saya tertidur dengan nyenyak.

Merasa leher sakit sekali, saya lalu terbangun dan kaget banget karena kereta sudah sangat penuh. Sementara kereta baru sampai stasiun pasar minggu. Di depan saya, ada seorang nenek tua yang duduk di bungkusan besar barang dagangan *saya nggak tau isinya apa, pokoknya kantong plastik gueeeedeeee bgt* karena kereta mulai padat tentu si nenek itu agak mengganggu beberapa penumpang lain yang juga berdiri, di samping si nenek itu ada cucunya… diem aja.

Jiwa heroik saya bangkit… masa iya saya tega liat si nenek itu duduk di bawah karena nggak kuat berdiri? Belum lagi saya juga nggak tega deh kalau dia kesenggol-senggol orang lain. Saya juga punya keluarga kali, kalau Mama atau nenek saya begitu juga saya nggak akan rela. Please!Gw juga punya hati dan otak!

“Nek, silakan duduk di sini aja” kata saya mempersilahkan si nenek.
Neneknya agak gengsi “Ah, nggak usah udah tanggung” Waaah, karena capek saya agak kesel juga… udah dipersilahkan masih gengsi. Tapi karena udah sepuh neneknya, jadi saya maklum…
“Iya… nenek turun di stasiun apa?” Kata saya mencoba sabar.
“Depok” sambil masih dengan muka acuh butuh
“Itu masih jauh, Nek. Udah duduk aja di sini”
Si cucu kemudian nyerocos, “Udah, Nek… duduk aja… lumayan.”

Setelah diyakinkan begitu, si nenek pun duduk. Saya berdiri, I feel so much better karena udah cukuplah setengah jalan duduk. Lagipula selama masih bisa liat jendela dan masih bisa nafas saya happy-happy aja tuh karena bisa liat pemandangan dan asma saya juga nggak akan kambuh selama masih ada space yang cukup luas buat kepala saya *dulu pernah ambruk juga karena kegencet parah dan nggak ada pemandangan sama sekali selain punggung manusia*

dan si nenek itu pun akhirnya tertidur di tempat duduk yang saya ikhlaskan itu.

Tapi kemudian betapa sakit hatinya saya ketika si cucu kemudian ngobrol dengan orang lain yang sepertinya temannya atau apalah… dan itu menyindir saya setengah mati

“Iyaaaaa… biasalah anak muda, pura-pura tidur. Tega banget tuh baru ngasih pas si nenek udah mulai capek” bla….bla….bla… makin lama makin mengarah ke saya dan soory to say makin kurang ajar!

Saya harus akui, saya kecewa. Kalau saya saya nggak punya iman dan nggak ngehormatin orang lain! Udah saya tonjok! Saya lempar ke luar kereta! Abis seenaknya aja nge-judge orang.
Sekadar informasi saja ya, sewaktu saya masih duduk, di kiri dan kanan saya ada dua anak yang lebih muda dan sehat daripada saya! Tapi dari jakarta kota sampai bogor mereka tidur dan maenin BeBeh mereka. Saya bisa…. bisa seperti mereka! Tapi kan pada kenyataannya saya nggak begitu.
Setelah sampai di depok si nenek dan si cucunya itu turun kan. Tidak ada kata terima kasih! Yang ada muka masam dari si cucu. Grrrrrrrrrrrh~~~~~~ saya kesal sekali!

Itu hanya satu cerita!
Saya berkali-kali mengalami hal yang hampir serupa, apa saya orangnya terlalu perasa ya?
Pernah saya kaget karena ketika saya terbangun di kereta, ada ibu hamil yang berdiri di depan saya. Lagi-lagi saya kaget karena di depan saya kok bisa-bisanya ada ibu hamil yang tidak dipersilakan duduk oleh siapapun? Seperti biasa saya persilahkan duduk, waaaah takut kualat lah.
Si Ibu hamilnya baik sekali dan bilang, “terima kasih banyak ya,mbak. Maaf ya mengganggu” dengan senyum mengembang… waaaah cantik sekali.
“Hahahaha, gak apa, Bu… harusnya daritadi. Saya ketiduran sih”

Tapi apa kata orang-orang di sekitar saya,
“Harusnya dari tadi tuh… tadi gw nyari-nyari satpam supaya dia nyadar. eh bagus deh nyadar sendiri” saya inget banget yang ngomong gitu dua orang anak cewek remaja seumuran saya lah. Hampir saya jambak dan injek kakinya! Siapa lo?!! kenapa harus dia yang ribut? untungnya lagi saya nggak mau… ya saya nggak mau punya otak yang dangkal seperti mereka!
Ada lagi, saya ngasih tempat duduk ke ibu hamil. Eh dia malah cemberut dan nggak bilang terima kasih atau senyum sekilas ke saya. Padahal saya juga belum nyampe 1 menit tuh nikmatik tempat duduknya.

Waaaaah…. pokoknya banyak yang kayak begitu deh.

Saya kira saya saja yang dongkol masalah ini…..
Suatu hari di kereta ada seorang nenek yang lebih ekstrim daripada saya. Dia memberikan tempat duduk kepada seorang ibu yang bawa anak kecil buanyaaaak banget. Nah tapi, setelah sampai tujuan si ibu banyak anak ini melengos pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih ke si nenek. Kalian tau apa yang terjadi?

Si nenek kemudian teriak, “Kelak anak kamu nggak akan pernah berterima kasih ke kamu, karena kamu tidak tahu bagaimana berterima kasih kepada orang lain” Sedaaaaaap! Kalian mau tau? Saat itu rasanya saya langsung mau sungkem ke si nenek perkasa itu. Siapa??? Siapa yang bisa seberani si nenek untuk mengatakan hal itu? Ya mungkin memang harus ada orang seperti Beliau untuk menyadarkan komunitas masyarakat yang mulai cuek dengan kepedulian dan pengorbanan orang lain.Saat itu, saya bangga jadi penumpang yang berdiri karena bisa mendapat pelajaran luar biasa secara live dari si nenek itu dengan jelas.

Si nenek itu mungkin menangkan mata berbinar saya yang memancarkan kekaguman tiada tara ke si nenek, lalu Beliau tiba-tiba ngobrol dengan saya lalu menasehati saya:
“Cu, terima kasih dan maaf itu mungkin keliatannya sepele. Tapi dua kata itu menunjukkan kita menghargai setiap perbuatan orang lain, sekecil apapun. Kalau kita tidak bisa melakukan hal sepele dengan baik, maka kita juga tidak akan bisa melakukan hal besar dengan baik

Saya mencatat nasehat itu baik-baik.

Mungkin semua hal butuh waktu ya?
Saya juga dulu suka rada iri kok sama orang yang tidur di kereta, apalagi cowok, sedangkan kita berdiri. Saya bahkan pernah ketawa terbahak-bahak, saat ada seorang mas-mas yang terlihat jelas pura-pura tidur ketatuhan plastik berisi ikan mas! Hwahahahahahaha…

tapi semakin saya dewasa *ceilah bahasanye*, saya liat teman-teman saya kerja, dan bahkan saya mengamati berbagai kisah “Pillowman” yang tiap hari bulak-balik menghadapi ganasnya ibukota *errrrr…. sorry, nggak menemukan padanan kata yang nggak lebay* saya menjadi sadar betul, banyak orang di muka bumi ini sangat kelelahan… bahkan lebih daripada saya.
Saat di kereta… saya lalu menyadari, orang yang duduk belum tentu lebih tidak lelah dibandingkan yang berdiri, begitu pula sebaliknya. Semua orang sama-sama capek, sama-sama lelah, sama-sama bosan, yah sama-sama lah. Maka pada saat itulah rasa saling menghargai dan menghormati itu diperlukan. Bukankah semuanya juga berhak dihargai karena sudah bekerja keras seharian? atau mungkin menempuh perjalanan yang sangat jauh?

Ketika di kendaraan umum,
Apa begitu sulit, orang-orang yang lebih muda…membuka mata dan hati lalu mempersilahkan orang-orang yang lebih layak untuk duduk untuk duduk?
Apa begitu sulit juga, bagi orang yang dibantu demikian untuk sekadar tersenyum atau mengucapkan terima kasih?
Apa begitu sulit pula, bagi orang-orang yang tidak memberikan atau diberikan tempat duduk untuk sekadar diam saja tidak perlu banyak komentar?

Bahkan ketika dalam kehidupan sehari-hari,
Apa kita sudah bisa mengucapkan terima kasih atas setiap hal yang dilakukan orang lain untuk kita?
Apa kita sudah menjadi orang yang cukup helpful bagi orang-orang di sekitar kita?
Apa kita sudah cukup dewasa dan bijaksana dalam bertindak?

Bukan karena saya gila terima kasih…. tapi karena saya merasa saya senang ketika pengorbanan saya dihargai oleh orang lain, dan rasanya sebuah hal yang manusiawi jika orang lain juga merasakan hal yang serupa.

Yaaaa…. begitu saja sih.
Pikirkan sendiri saja ya 🙂

Karena semua orang [pasti] juga sedang sibuk berjuang…


Photobucket

‎”Tolong jangan bicara seperti ‘Yang berusaha keras hanya aku sendiri’ pasti semua sudah berlatih sama giatnya denganmu! Yang seperti itu memang sudah sewajarnya” (Adamski-piano no mori, dengan perubahan tanpa menghilangkan makna aslinya)

Ya! gw ini salah satu mahasiswi yang beruntung….Photobucket

Gw nggak pintar-pintar amat loh…. gw sering mengisi kertas ujian dengan coretan-coretan karena gw nggak tau jawabannya Photobucket atau gw mengisi kertas yang ada dengan jawaban aneh yang gw baca dari buku di luar buku teks. Jadi kalau gw bisa meraih beberapa hal… ya! memang itu keberuntungan…. tapi bukan juga suatu kebetulan (gw adalah fans Sir Isaac Newton… jadi gw sangat percaya aksi=reaksi Photobucket )

Kaget juga karena kemudian ada beberapa anak yang kayaknya kok ngeliat gw “Wuaaaah” bangetPhotobucket. Karena gw sempet jadi mapres? Oh c’mon… itu cuman predikat… ada puluhan orang di FEM yang sebenarnya pantas untuk mendapatkan itu semua … percayalah “Semua orang berjuang dengan keras… bahkan mungkin ada beberapa yang berjuang lebih keras daripada kita, tanpa kita ketahui…. ya! kita tidak tahu karena golongan itu terlalu menikmati setiap perjuangan mereka”

Sejak gw jadi pembicara pas masa perkenalan fakultas dan departemen, gw jadi sering dapet pertanyaan “Seberapa keras perjuangan kakak hingga sampai seperti ini?Photobucket Apa kiat-kiatnya….Photobucket yang lebih mengerikan lagi adalah saat beberapa anak malah kaget pas gw bilang “Loh…. kalian nggak tau aja saya ini doyan komik…. nonton kartun…. makan makanan enak…. ha1000x” mungkin kecewa juga kali ya rupanya yang ditanya hobinya hal-hal aneh *ya gimana lagi….*Photobucket

Okey…. mari gw jawab pertanyaan itu sejujur-jujurnya saat ini juga…nggak pake EYD ya jawabannya 😀 yang penting tersampaikan laaaaah Photobucket…..

1.) Saat gw mulai malas berjuang Photobucket… gw sadar betul ada orang lain yang berjuang lebih “gila” daripada gw. Dari yang deket-deket deh contohnya… Mama gw misalnya udah mati-matian cari uang sana-sini buat gw dan adik gw sekolah yang bener atau contoh lain beberapa teman-teman gw… oh, apa kalian tahu? Ada yang sampai kuliah sambil kerja dan hebohnya lagi mereka harus survive di perguruan tinggi sekaliber IPB. Jelaskan? semakin kita mengamati sekeliling, kita akan sadar kalau kita  cuma dust in the wind… dan kalo lu males-malesan byeeeee…… paling tertiup angin lah entah kemana.
2. Saat gw mulai malas berjuang Photobucket… gw sadar kalau gw sudah berjuang cukup jauh dan betapa bodohnya gw bila gw berhenti. Contohnya apa ya? Oh iya! Kalian tau gw ini pernah dapet beberapa nilai rantai karbon (C) di transkrip…. kecewa? ya! pasti lah! tapi apa itu jadi alasan gw untuk menyerah dan pasrah menambah rentetan C itu sampai jadi benzena? Ya nggak laaaaah… gw udah terlanjur belajar ini itu, masa’ lemes cuman karena beberapa C? be realistic lah…. gw juga bukan anak yang “amazing” saat SMP dan SMA… lalu apa? gw harus sama “biasa”nya kayak SMP dan SMA? Oh… nggak gitu, toh gw sudah terlanjur menjalani setiap tangga pendidikan ini dengan susah payah kalau gw menyerah sekarang maka gw sangat rugi. Kalau di ekonomi istilahnya “HIGH COST ECONOMY” teorinya… kalau memang mau nyerah seharusnya dari “awal permainan” bukan di tengah-tengah 🙂
TAMBAHANPhotobucket: Kalian juga nggak tau kan seberapa banyak gw gagal! Percayalah…gw sedang bertanding dengan Thomas Alva Edison dalam hal ngitung-ngitung jumlah kegagalan 🙂 so believe me… siapa pun kalian yang membaca tulisan ini, kalian mungkin jauh lebih baik dalam beberapa hal dibandingkan gw 🙂 okay!

Itu juga alasan kenapa gw selalu agak “sarkasme” saat denger orang yang ngomong “Aduh… gw kan capek,Mon …lu sih enak, coba gw? kan gw pagi bla…bla…bla… siang bla…bla…bla…bla….” Halaaaaaaah…. males nggak sih dengernya! Seakan-akan orang seperti itu yang paling capek sedunia! Apa dia sudah membuktikan dengan bukti kuantitatif dan atau kualitatif untuk membuktikan perkataan dia! Huuuuuuuuuuuummmmpppppphhhhh! Bukan berarti gw golongan yang mendukung pekerjaan harus 24 jam sehari full ya…. NO! bukan begitu! (gw juga baca tentang HAM 🙂 jadi gw bukan orang kejam kok)  gw hanya nggak suka saat ada orang yang “sombong” dan merasa dia paling menderita lah…. paling capek laaaah… paling sial laaaah…. paling paling yang jelek-jelek lah.  Jahat sih emang … but in my opinion, both  economics and LIFE are  science of choice! Hidup juga sebuah “ilmu” mengenai “pilihan”… saat ingin meraih sesuatu memang ada beberapa yang harus dikorbankan (bila Anda suka buku ekonomi coba cari tentang hukum pareto) cobaan itu biasa kawan… yang luar biasa adalah saat kita bisa bangkit dan menghadapi semua cobaan tersebut Photobucket

Huft…. kok nulisnya jadi pake emosi nih… tapi sudahlah Photobucket

So far… gw sudah mulai bertobat di ramadhan ini, mencoba nggak males lagi, encoba melakukan sesuatu tanpa nunda, mencoba setiap kesempatan yang Allah kasih ke gw…. capek sih…. tapi rasanya lebih berarti aja. Satu-satunya yang belum bisa adalah berhenti ngomel-ngomel Photobucket he1000x. Jadi sama seperti siapapun, gw berjuang mati-matian untuk terus jadi lebih baik

Pokoknya… temanku sekalian, berhenti tanya “Apa kiat-kiatnya?” ke gw…. yaaaaaa jawaban gw pasti gitu-gitu aja, gw itu cuman tipe orang yang jalanin hidup as best as I can do… and just the way I am… gitu aja, kalau waktu KIR dulu temen gw nyebutnya hukum GAUSS (GAUSS= Gak Usah Susah-Susah) Photobucket

Eh udah ah…kata penutup itu harus berkesan nih…. apa ya??? oh iya ada quote yang bagus,

If you try and fail you will learn, if you never try, you will never learn.  -James Loughlin-

So happy trying…. and you’ll impressed with everything that you’ll get soon… I wish for everything best for us, insya Allah 🙂

Okey…. see you later Photobucket