Sekilas kritik untuk Negeri “Cuitan”


Saya teringat salah satu tuitan Sudjiwo Tedjo (I should tell I really like his point of view)

13398994_1186105991433852_1525162985_n

“Lama-lama orang malas romantis, karena takut disebut galau. Malas peduli, takut disebut kepo. Malas mendetail, takut dibilang rempong.
Malas berpendapat, takut dibilang curhat. Malas mengubah point-of-view saat debat, takut dibilang labil”

Mungkin jika tuitan itu ditulis di masa-masa ini mungkin akan ada tambahan “Lama-lama malas mengkaji agama, karena takut dianggap menistakan agama. Lama-lama malas berpolitik karena takut masuk penjara” terus begitu hingga ladang gandum dipenuhi coklat.

Guys! Wake up… kok kita mulai memperumit segala aspek dalam kehidupan kita sih, segala aspek yang yaaaa kita-kita sendiri ini yang bikin. Bikin masalah sendiri, mengkritik sendiri, marah sendiri, loh… maunya apa?

Ratusan kilometer dari tanah air, saya merasa mengapa Indonesia kok “mumet”. Saya ingat sahabat saya sampai bilang “Ini sih, Mon…mungkin manusianya yang harus diganti.”
Maaf saja tapi menurut saya seluruh kasus yang sedang hangat di tanah air itu sebenarnya “Meh!”

Oke start from kasus penistaan agama dari pak Ahok. Sebagai muslim, well… saya harus bilang Ahok salah. Sungguh kasus keselimpet lidah Beliau sangat fatal. Apalagi di Indonesia. Loh Indonesia loh, beda “mahzab” atau “partai” antar dua keluaga saja dua sejoli bisa batal nikah kok. lha, ini bawa Al-Quran. yooo blas! Beliau salah, namun saya pribadi merasa yang terjadi kepada Beliau selanjutnya juga jadi tidak fair. Sudah diproses secara hukum kok, masih di demo, masih di caci, lah… kalau kita sibuk menyudutkan dan mengulang-ulang kesalahan Beliau, apakah itu membuat kita menjadi lebih baik dibandingkan Beliau?

Dan, mbok ya kalau tahu lawan itu cerdas maka berperanglah dengan taktik yang cerdas. Lhaaa… ini kesaksiannya cuman nonton youtube, buat laporan pun kompakan, piye? Salah pun kompakan. Lha… perang itu bukan hanya modal bismillah dan Allahuakbar, harus ada taktik, harus ada pemikiran, harus pengkajian… semua harus dilihat secara kaffah dan menyeluruh. Masih pakai demo segala. Ini logikanya dimana? Ya percayalah kepada para penegak hukum. Coba-coba-coba latihan….latihan HUSNUDZAN alias berbaik sangka.

Okay… mari kita biarkan penegak hukum bekerja secara optimal.
Eh tunggu! Memangnya bisa?

Ada yang bicara sedikit menyinggung agama, langsung dilaporkan ke polisi.. pasalnya tidak tanggung-tanggung “penistaan agama”
Ada yang update status kritik sedikit, itu juga dilaporkan ke polisi
Ada mantan pejabat iseng sedikit ngetwit, juga heboh dikomentari
Bahkan uang rupiah yang sudah didesain seindah mungkin oleh tim, dilaporkan ke polisi juga. Itu cetaknya aja udah susah. Masih baik hati BI mau mengomentari hal ini, kalau saya jadi gubernur BI sih “Yo wis lah… biarin aja mereka misuh-misuh ndak jelas.” mending ngurus harga cabe yang jelas-jelas lebih krusial dan terang inti masalahnya.

Besok-besok nasi basi pun jangan-jangan sampai ke polisi “Ini kasus penindasan rakyat oleh perusahaan rice cooker”
Besok-besok, saya yang sering salah melafakan ش, ص, ز,ذ juga akan dilaporkan ke Polres Bogor karena kasus penistaan agama “Ini loh, mbak Marissa, baca Quran-nya salah… bahasa Arab itu salah makhraj salah arti, penistaan agamaaaaaaaaa, digoreng di nerakaaaaaaa” Arggghhhhhhhh~~~
Lha, ini polisinya pun jadi capek fisik dan psikologis.
Orang-orang yang cerdas, pintar, tapi malas ribet juga akhirnya jadi mulai searching “How to change your nationality”, mulai searching biaya visa, join global online dating, dan tentunya tiket pesawat.

Mungkin saya terlalu “cuek”, terlalu liberal, terlalu cetek, apapun lah yang ingin kalian bilang. Tapi di tengah konstelasi global, ketika orang-orang bersaing untuk bekerja lintas batas. Kita? Kita masih sibuk di masalah spekulasi cuitan dan saling salah menyalahkan dibandingkan fokus menyelesaikan masalah itu sendiri. Kalian tahu gak itu seperti apa? Seperti dalam perlombaan lari, peluit sudah ditiup, yang lain sudah lari… kita? Kita masih sibuk menyalahkan sepatu “Ini gara-gara sepatunya nih, terlalu murah! Terus stripnya terlalu terang jadi bikin silau, yang jahit sepatunya pasti ingin saya celaka. Siapa? Siapa? Siapa penjahit sepatunya?
Ya Allah…

Saya selalu bilang orang Indonesia itu luar biasa baik hatinya. Dimana lagi di sudut dunia orang bisa selalu melempar senyum dan tawa even to the stranger. Cuma di Indonesia! Tapi ya kita sering kali mudah tersulut…mudah percaya… mudah terprovokasi…
Sering banget sih.

Fenomena ini kan sudah terjadi sejak lama sebenarnya. Beberapa dari kita seringkali malas membaca detil berita, tidak mencari tahu lebih dalam dari informasi yang kita dapat dari grup Whatsapp, LINE, dsb… lalu Voila! Share ke seluruh social media yang ada. Awalnya sih range kecil-kecilan, lalu lama-lama ketagihan, dan jadi ketagihan nasional… dan Bom! Sekarang masalahnya jadi besar kan? Munculah Pak Buniyani yang diikuti kasus-kasus lainnya yang sebenarnya ya gitu-gitu aja.

Saya pun heran mengapa media juga terkadang mengambi “cuitan” di sosial media sebagai literature review. Jurnal aja, jurnal akademik… kalau tidak terakreditasi masih harus diuji lagi kebenarannya, lha iki kutipan dari social media, yo ngawur ndak karuan wis. Itu sangat tidak ilmiah.

Aduh jadi capek marah-marahnya. Tapi serius, kenapa sih… kenapa kita begitu usil mengkritisi tanpa memberi solusi, mencaci dan menyalahkan tanpa saling mengingatkan. Kerajaan di Nusantara itu mayoritas bubar karena perang saudara, lha mbok ya sesekali belajar dari sejarah. Kalau tidak setuju dengan orang lain kan bisa “Witsss…. sebentar cuy! Kita agak berbeda perspektif nih bla bla bla”paparkan, jelaskan, diskusikan… ra usah misuh-misuh dikit-dikit twit, dikit-dikit curhat di socmed, dikit-dikit lapor polisi. Kan lebih sejuk.

Lalu harus bagaimana?
Mungkin sesekali kita harus matikan handphone dan TV gak usah lama-lama, setiap weekend aja, take your backpack and umbrella… dan lakukan semua hobi kalian selain liat handphone.
Coba cafe baru bareng sahabat kalian,
cuci baju,
tanam cabe di pekarangan rumah atau kacang ijo di kapas dan seperti layaknya bocah lugu yang antusias menunggu mereka tumbuh, atas ketawa konyol sendiri karena mereka secara misterius gagal tumbuh.
Baca buku yang benar-benar kalian mau baca
Bantu mama nyapu rumah
Shopping… atau berburu barang vintage
Journaling
Gangguin keponakan atau anak orang yang masih cilik dan lucu-lucunya tanpa perlu sibuk ambil foto dan upload ke social media
Ke ATM, transfer some money ke yayasan
Surprise visit ke rumah kalau kalian jauh dari rumah, plus bawa oleh-oleh yang mereka suka.
There will be lots of things you can do dalam waktu 24 jam tanpa melihat TV dan handphone sementara. Bukan berarti TV dan handphone itu jelek ya, tapi terkadang kita hanya butuh sedikit detox sih dalam hidup. Go outside and see everything from another perspective.

Jalan dan ngobrol bareng lah sama orang yang wawasannya luas dan menyenangkan, berdebat secara sehat… lalu ketawa bareng. Belajar untuk saling menghargai pendapat bahwa beda pendapat itu oke loh, menambah alternatif sudut pandang, dan itu membijaksanakan kita karena kita jadi “ngeh” oh iya yaaa pandangan gw belum tentu sama dengan orang lain.

Dan yang lebih penting lagi… sebelum klak klik submit atau share berita/komen/opini/foto/dsb. Baca dan liat lagi, kenceng-kenceng kalau perlu… pikir dan renungkan dengan otak dan nurani yang udah Tuhan kasih kepada kita apakah hal tersebut baik untuk disampaikan atau tidak. Kalau rupanya jelek, yaaaaa udah… delete lagi. Seberapa penting sih memang “eksis” di dunia maya? Menurut saya sih itu sesuatu yang semu dan gak penting.
Lagipula ada hadist yang berbunyi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

[رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Mengutip kata Alm. Gus Dur “Gitu aja kok repot” 🙂 iya sih pilihannya kan cuman dua diam atau say something good.

 

Social Media Diet: Karena kalian tidak perlu mengkomparasi kebahagiaan kalian dengan kebahagiaan orang lain :)


Be happy for this moment. This moment is your life.”— Omar Khayyam

Dan seorang manusia kuper bernama Marissa akhirnya memutuskan untuk membersihkan handphone-nya. Dia memutuskan untuk DIET! bukan sembarang diet, tapi diet sosial media. Huh? Apa lagi itu?
Saya meng-uninstall beberapa social media yang menurut saya gak perlu-perlu banget dan mungkin yang terlalu additive. Bukan apa-apa, saya kan semakin uzur dan sepertinya saya semakin mudah tersulut iri dengki *haish*. No, actually, I just get bored and I want to focus with something I really passionate about and of course my research.
Saya menguninstall facebook dan Path dari HP tercinta saya. Facebook?… karena kalau saya butuh, saya bisa buka via PC. Path? I don’t know… I just have a hate-love relationship with Path. Seiring dengan rontoknya rambut saya, usia yang makin menua, tulang yang semakin sering encok, saya merasa Path dan beberapa social media lain terkadang mengubah  standar kebahagiaan saya.

Bahagia ala social media seringkali adalah:
Ketika harus check in di semua tempat baru…ah, bukan hanya check in! Jangan lupa tag juga pasangan kamu 😉 apa? kamu sendirian? ih cacian deh… :p
Ketika kamu baca buku dan harus update sudah halaman berapa yang kamu baca dengan detil, jangan lupa tulis di mana kamu baca buku itu? di sebuah cafe sophisticated? kurang lengkap tanpa skrinsut dengan caffe latte yang sudah ditata ciamik.
Ketika kamu dimarahi atasan kamu, atau sekadar unmood dengan seorang atau beberapa orang yang menjengkelkan, lalu tulis “Sabaaar, biar Tuhan yang balas” lalu semua orang memberi jempol atau seutas senyum “ih ada apa? sabar ya… cerita dong” Dan percakapan pun menjadi mahapanjang hanya untuk membicarakan orang lain. Ingat! Kamu mungkin benar, tapi ingat juga kamu mungkin salah… semesta ini sudah bekerja sesuai dengan hukum Newton sebab=akibat bahkan sebelum Newton mencetuskan teori itu.  You don’t need to complain about everything on social media! Apalagi sampai tambah dosa jadi ngomongin orang. You need someone you really trust to and talk to them…. you need your God to inspire you… Find God when you need solution, not when you want to talk bad about something or someone. Bukankah Tuhan adalah Dzat Mahasuci yang layiknya disebut dalam hal-hal yang baik dan penuh keagungan?

Oh come on stop being fake! be real!

Jadi lo hapus akun?
Gak! Akun saya ada… ada banget, gak saya hapus kok… saya bahkan masih melink-an blog saya dengan path dan facebook, but I don’t want to scroll them every single time! Perkara kalian ingin membaca blog saya atau tidak, that’s your business 🙂 dan saya selalu bahagia menyambut semua pembaca saya di blog. This is the real me… I no need to do any drama on my blog.

Namanya masih diet level 1, saya toh masih jadi silent reader di twitter (and I think it still the best buat baca-baca berita terbaru), instagram (I love photography dan sedang kerajingan pamer hasil fotografi saya, selain itu saya punya sahabat pena yang hanya bisa saya hubungi via instagram), dan pinterest (karena banyak ilmu-ilmu baru yang seru). Saya hanya meninggalkan hp saya di rumah selama saya di lab. Bye cellphone, I’ll be back… dan dia pun menunggu dengan manis di sofa.

And here I am… happy, safe, and sound!
Saya kembali menjadi Marissa yang so easy to be happy…

My real happiness :’D

Saya kembali menyentuh seluruh jurnal dan merangkum mereka satu per satu untuk tesis.
Saya kembali menyusun jurnal harian saya, mencatat semua pengetahuan baru yang saya dapat.
Saya kembali menulis planner dan buku harian saya dengan teratur. Saya bahkan membuat part yang saya tulis dengan bahasa Jepang. Saya memutuskan setelah lulus master, saya harus berhasil lulus tes JLPT setidaknya level 3! Cupuuuuuuuu cuman level 3! 2 kek.. 1 kek… apaan tuh level 3? Pffft…. Bodo amat lah, ahahahaa… yang penting senyum :’D
Saya kembali membaca buku dengan bahagia, tidak peduli buku apa yang sedang trend saat ini… seberapa cepat saya membaca… seberapa terkenal penulisnya… I don’t care, I love it then I read it.

Saya kembali menggambar dan menulis surat…  I make new friends…

I write and draw something again :’D

Ketika saya punya masalah atau sekadar ingin ketawa, saya masih bisa menghubungi sahabat-sahabat saya ketika mereka dan saya sedang luang. Dan jika kemudian mereka sedang sibuk, no prob… I have lots of things to do too. So, live couldn’t be easier then.

Image and video hosting by TinyPic

Akun Instagram saya… fotonya sekarang agak slightly better setelah mendapat banyak masukan dari kakek-kakek fotografer yang suka gak sengaja ketemu di taman terus kayaknya gatel ngajarin fotografer newbietol macam saya

Saya kembali jalan kali atau naik si “Tengsin” (nama skuter saya, namanya tengsin karena kalau dipake aduuuh kayak masa kecil kurang bahagia gitu) sambil membawa kamera saya lalu menjepret semua pemandangan keren di sekitar saya. Berkenalan dengan kakek-kakek yang kameranya biasanya lebih canggih daripada saya, dengan pemahaman nihongo yang seiprit, saya terkadang kecipratan ilmu dari mereka. If you see my photography skill increase… itu semua salah satunya karena jasa mereka (makasih loh kek :’] )

Kemarin, 9 Maret 2016, gerhana matahari total dan nyepi bagi umat Hindu. Salah satu sahabat saya yang “trapped in Ubud” pun kemudian ikut “menyepi” and I am glad when she shown me her water color painting this morning :’) I mean… she really talented on it. Harus berapa nyepi dia lewati hingga dia bisa optimalize skillnya itu?

Jadi apa, Mon? Lo maksa kita-kita buat uninstall social media kayak lo juga? Cih… kalo kuper gak usah ngajak-ngajak.

Oh c’mon! Are you kidding on me? of course not! Saya justru menganjurkan kalian untuk menjadi diri kalian. If social media is something “really you are”, you love it, you enjoy it, you become better because of it… then go ahead! Lanjut gan! Namun jika ada social media yang kemudian merenggut “the real you are”, yang membuat kamu sedih ketika jomblo… ketika LDR… ketika hujan…. ketika berketombe… yaaah pokoknya kalau banyak mudharatnya yaaaa kurangi, kalau perlu tinggalkan.

Berbahagialah dengan cara yang paling membuat kalian bahagia. Jalan-jalan tanpa perlu pusing ketinggalan tongsis dan power bank (tapi harus pusing sih kalau gak bawa kamera, atau bawa kamera eh gak ada baterenya =.= wassalam).
Baca buku sambil menikmati rintik hujan dan segelas teh hangat tanpa perlu ada kewajiban lapor sudah sampai halaman berapa, chapter berapa, dsb.
Nikmati waktu dengan orang yang kalian sayang, tertawa dan berbagi cerita sedih kalian secara mendalam… nikmati setiap kisah manisnya hingga kisah bodohnya. Jika kalian merindukan seseorang, lalu yang dirindukan tidak segera membalas pesan… leave them alone for a while, mungkin dia sibuk and hei! Do something productive too. Akan tiba detik dimana rindu tidak bisa terbendung dan percayalah TRING “Ah, maaf baru baca. Tadi lagi beresin draft untuk kerjasama klien besok. Gak apa kan?”
Itu mungkin lebih manis daripada rentetan di timeline:
“… sebel cuman delivered aja tapi gak di read-read” 10 minutes ago
“kamu dimana sih kok gak bales-bales?“-with Entahlahsiapa 5 minutes ago
“Aduh hp kamu rusak ya”-with Entahlahsiapa 1 minutes ago

Nikmati setiap detik ketika kamu sendiri, ketika kamu bersama orang lain, ketika luang, ketika sibuk, ketika sedih, ketika rapuh, ketika marah… semuanya.
Karena kisah-kisah itu yang bakal jadi cerita gurih layaknya gurame asam-manis yang ikannya digoreng kriuk dan akan dinikmati oleh kita dan orang-orang yang antusias mendengar cerita kita kelak.
Oh… I know, saya juga sempat alay, jangan sok suci ente, Mon! Iya… iya… tapi boleh dong saya tobat dan memilih jalan versi saya sendiri 🙂

Tahukah kalian? karena tidak ada yang bisa mendikte kebagiaan kalian. Kalian yang menentukan definisi bahagia kalian sendiri.

========================
Once upon a time between two planet
Earth: Do you know,Mars… I think if I really really really like someone I’ll never need anything else because I have someone to be spamed until their cellphone get hang and blank. Not that crazy, but I mean why should spread satelites all around if then it just for complaining?

Mars: ahahahaha… really? But you know what? The most important thing is nothing can define happiness, except yourself. Unfortunately, human usually define their happiness to other people happiness. And eh! If there is no satelite, Earth I am sure we can’t communicate then :p Just enjoy it.
========================

Karena Bahagia itu Sederhana, Asal…..: Mari sedikit bijaksana dalam menulis di media sosial


Bahagia itu milik kita
Aku raja dan engkau ratunya
Walau cuma kita berdua yang tahu
Aku dan kamu kita berdua bahagia
Sederhana……

Dan mari sedikit menyanyikan lagu sederhana ini, ini sekaligus permintaan maaf terdalam untuk beberapa salah kata dan perbuatan yang saya lakukan, hahaha sumbang tapi yang penting niat:

Ya! Seperti lagu itu… saya percaya bahwa kebahagian itu sederhana
Bahkan jika hanya ada dua insan yang saling mengetahui mereka saling bahagia. Atau bahkan jika hanya insan itu dan Tuhan yang tahu.

Saya tahu diri juga, mungkin saya terlihat seperti nenek lampir garis ektrim yang terlalu ekstrim mengkritik beberapa hal di media sosial. Sungguh saya menyadari kesalahan saya dengan segenap hati, saya sadar saya bukan tipe penyabar, hahaha tidak pernah. Namun seiring dengan permintaan maaf saya yang sederhana ini, diiringi lagu yang sumbang, izinkan saya menyampaikan alasan saya mengenai beberapa kata pedas yang terkadang saya lontarkan di media sosial dan mungkin grup.

Saya bahagia ketika saya melihat orang lain bahagia,
mungkin begitu pula dengan kalian…
Tapi seberapa dosis kebahagiaan yang perlu kita publikasikan agar tidak menjadi over dosis dan kemudian malah mematikan?
Ya! Mematikan!
mematikan kebahagiaan orang lain.

Here is one case:
Di usia saya yang sudah tidak muda banget lagi ini, udah seperempat abad, bok! Saya sadar bahwa teman-teman saya sudah berkeluarga atau setidaknya sudah punya tunangan. Yeaaaah… emangnya gw yang jomblo! Mwakakakaka. Saya senang loh kalau ada kabar teman saya menikah, tunangan, hamil, punya anak. Ya ampun bahagia lah! Hei… pada periode kehidupan saya, saya menjadi saksi perubahan fase kehidupan manusia lain, subhanallah banget gak sih?

Siapa tidak paham kebahagiaan orang lain…
Tapi tiba-tiba banyak juga yang kemudian terlalu too much in sharing
“Sayang aku sayang kamu” with —– abang AAAA
“Ih hubby kamu dimana sih” with—– mas BBBB
Sebuah hal yang seharusnya sih bisa banget dilakukan dengan menggunakan media komunikasi semacam yang modern seperti skype, whatsapp, LINE, hingga media yang agak purba bernama SMS dan MMS.

belum lagi foto bayi, printout foto USG, dan foto selfie yang yaaaah mungkin kalau hanya 1-2 x boleh lah, ini… bisa beberapa kali dalam satu hari!

Atau ada juga yang nyindir cantik seperti:
“Subhanallah, istri yang shalehah memang yang seperti kamu sayang” with—-Ukhti UUUU
“[ARTIKEL] Antara Karir dan Bakti pada Suami”

Dan pada suatu hari saya mendapat chat dari seorang teman saya, tiba-tiba sekali…

“Mon, aku keguguran”
“Hah! Innalillahi, kenapa? Mungkin kecapean… udah gak apa insya Allah diganti nanti.”
“Doain ya, Mon. Katanya kandungan aku lemah gitu.”
“Hei… come on. Kalau kata Allah mah `kun fayakun` udah..udah..jangan mikir macem-macem. Makan yang banyak makanya *solusi gw selalu berkisar pada makan =.=”
“Aku konyol deh, aku suka sedih gitu kalau liat temen-temen lain pada update foto-foto bayi… foto USG mereka… rasanya pengen aku unfriend semua. Aku salah apa ya?”

JEDEEEER!

Nah kan! Diam-diam korban “over dosis” sebar kebahagiaan itu ada… dan pasti ada…
Mari kita tinggalkan kisah teman saya itu. Eh ngomong-ngomong doain ya semoga doi cepet lah punya bayi yang lucu.

Sebuah pertanyaan kecil dari saya, apa kita setega itu? Setega itu untuk diam-diam mengiris perasaan orang lain? Mungkin Anda tega, saya tidak.

Kalau kata teman saya, sungguh indah dunia jika
Yang sudah menikah menjaga perasaan yang belum menikah
Ibu rumah tangga menjaga perasaan Ibu yang berkarir dan sebaliknya
yang sudah punya pacar menjaga perasaan yang jomblo
yang sudah punya anak menjaga perasaan yang belum dianugerahi keturunan
ya! hal yang terdengar mudah bernama: SALING MENJAGA PERASAAN dan bukankah akan menjadi lebih tenteram jika dunia diganti dengan hal bernama: SALING MENDOAKAN

Sosial media itu seharusnya menjadi sebuah media untuk menyalin silaturahim bukan?
Bukan ajang riya` apalagi media pengganti SMS #hadeuh =.=
Tahukah kalian bahwa kata adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus.Maka sesuatu itu harus adil, berada di tengah-tengah, tidak terlalu berlebihan. Go ahead! share everything to the world! tapi ingat selalu ada batas antara apa yang bisa dan tidak bisa kita share. Kelola pemikiran kita terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu.

Saya meyakini pembaca blog saya mayoritas sudah diatas 20 tahun.
Usia yang sudah cukup matang dan dewasa.
Tua itu pasti tapi dewasa belum tentu, dan saya pikir kita semua ingin memutuskan menjadi seseorang yang dewasa. Seseorang yang memiliki kualitas sikap dan tingkah laku yang kompeten untuk kelak menjadi teladan yang baik untuk generasi-generasi kita selanjutnya.
Memilih untuk memiliki kualitas yang mumpuni untuk menjadi insan yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Maka bukankah itu semua perlu dimulai dari mengkoreksi diri sendiri?
Makan bukankah itu semua perlu dimulai dari hanya sekadar memilah mana yang sangat buruk, buruk, baik, dan terbaik? Itulah gunanya pemikiran kita mendewasa, agar level pemilahan kita terhadap segala sesuatu meningkat

Mudah? Hahahaha… yang jelas tidak lah!

tapi setidaknya kita tidak akan pernah bisa jika tidak pernah mencoba, dari sekarang
waktu yang akan menempa kita.
Insya Allah 🙂

Jadi semoga kebahagiaan kita yang sederhana akan menjadi lebih indah ketika kita juga bisa membahagiakan orang lain…
Semoga kebahagiaan kita yang sederhana bisa mendapat ridha-Nya dengan cara-cara yang manis dan penuh surprise, seperti biasa 😉

 

Yang annoying di social media… Grrrrrr!


Haiiiiisssssh…. ini kok saya nulis minggu ini kok penuh complain ya hahahahaha. Maaf ya pembaca yang baik hati. Habis kalau bukan saya yang complain, siapa lagi? Biarlah citra saya yang selama ini emang rada ketus untuk beberapa hal disekaligusin aja lah, tanguuuuung bro! Hahahahahaha….

Baik apa pembahasan kita kali ini? Kita akan bahas hal-hal annoying di social media! Hiyaaaaaa…. saya sendiri kadang kalau BT banget dan udah bikin emosi, langsung saya sindir atau saya unfollow sekalian hahahaha. Jahat banget ya? Memutus tali silaturahim gak sih? Tapi saya gak nggak butuh juga mengetahui segala kehidupan personal orang tersebut.

Hah? kehidupan personal? maksud lo, Mon? Haiiiiisssh….. baik deh kalo gitu, baca dulu sampai abis ya.

Ini dia hal-hal annoying di social media yang telah saya rangkum seenaknya:

1. Public Display of Affection (PDA)  di Social Media
Apa itu Public Display of Affection? Secara sederhana itu adalah pamer kemesraan di depan umum, supaya dunia tahu bahwa lu sama pasangan lu adalah pasangan terbaik di muka bumi! Kalau udah nikah sih masih mending lah ya boleh lah sesekali, tapi kalau masih pada level pacaran dan masih ada peluang putus mah yaaaah jangan aneh-aneh deh, yang ada kalau bikin jengkel kan orang-orang jadi doa ya “Ya Allah… semoga putus aja deh, abis mereka kampungan sih” ahahahha atau saya aja ya yang mikir gitu hahahhaa…

PDA di dunia nyata sendiri sudah sangat nyebelin, bahkan sampai ada yang bikin videonya loh! Gila kan… puja puji kepada yang bikin video ini, bener-bener saya dukung dengan sepenuh hati.

Tragis kan? kebanyakan dari kita *mungkin yang baca blog ini aja sih* biasanya jadi orang ketiga dalam video ini huhuhuhu. Saya sih jelas selaluuuuu jadi orang ketiga dengan tragisnya. Tapi jangan sampai deh saya jadi orang pertama dan kedua hahahaha… norak.

Nah, kalau di socmed tentu gak kalah annoying! tanda-tandanya biasanya diawali dengan MENGGANTIKAN FUNGSI HP DENGAN SOCIAL MEDIA! aduuuuh demi apa deh, ini bener-bener malesin banget.

Derpina: @Derp Sayang kamu udah makan belum?

Derp:     Belum sayang, aku agak pusing, kayakny aku masuk angin deh RT @Derp Sayang kamu udah makan belum?

Derpina:  Ya ampun,semangat sayang. Kamu harus minum obat RT @Derp Belum sayang, aku agak pusing, kayakny aku masuk angin deh

Derp:     Iya sayang,prhatian kamu udah obat buat aku RT @Derpina Ya ampun,semangat sayang. Kamu harus minum obat

Derpina: Tp kamu harus sehat. Klo kmu sakit aku sedih 🙁 RT @Derp Iya sayang,prhatian kamu udah obat buat aku

Dst….
Ya Allah… kampungan banget gak sih? Jujur aja, apa urusan saya sebagai pengguna social media untuk tahu ayangnya si Derpina masuk angin? untuk apa juga saya tahu kalau mereka saling sayang dan si Derpina hancur berkeping-keping ketika Derp masuk angin. Jujur aja saya GAK NANYA dan GAK MAU TAHU. Koreksi saya jika saya salah atau saya begitu bodoh, hal seperti itu bisa mereka lakukan dengan pakai sms, whatsapp, line, atau hal-hal lainnya yang bersifat lebih privat kan? Iya gak? Yang merasa gak sreg dengan kritik saya ayo caci saya, maki saya, tapi setidaknya saya masih cukup pintar membedakan fungsi alat komunikasi dan social media. Kadang saking geramnya saya sampai mau ngirim pulsa sms ke muda-mudi tipe norak seperti ini… untung Allah membuat kantong saya gak tebal *tebal sih sama kertas gak jelas* jadi hal ini nggak terlaksana.

Yang bikin geram lagi kalau dua sejoli ini pamer kemesraan di social media, kayak:a. Upload foto mereka berdua setiap hari, atau lusinan foto dalam satu hari penuh! –> Kalau satu-dua sih saya gak terganggu ya. Tapi kalau sampai buanyaaaaaak banget…. diupload tiap beberapa menit sekali… atau upload foto mereka tiap hari, jujur aja bagi saya itu konyol. Buat apa saya liat foto mereka setiap saat? Apakah bernilai seharga cek miliaran rupiah? Nggak juga? Gak guna kan? oh bye… mereka bilang kalau saya complain saya gak usah liat. I do it! Beberapa sudah saya unfollow -.- setelah di unfollow saya kena cerca juga katanya gak ngerti cinta sejati… sirik karena saya masih jomblo… I proud to be jomblo selama saya gak terlihat bodoh.

b. Salah pakai istilah –> “Happy anniversary yang ke 10 sayang….” *tentu ditambah upload foto mesra mereka berdua dong*. Widiiiih, keren banget anniversary yang ke 10, saya kan takjub ya… sambil mikir, wah masa sih? pas di cek lagi “Happy anniversary yang ke 10 sayang…. senang sudah menjalani ini semua bersama kamu 10 bulan terakhir ini” Owalaaaaaaah…. mungkin ya kalau mau mesra juga harus agak ilmiah sedikit. Namanya juga anniversary, anniversary itu buat tahunan bukan buat bulanan! Gak percaya?

Cek kata om Wiki:
An anniversary is a day that commemorates or celebrates a past event that occurred on the same date of the year as the initial event. For example, the first event is the initial occurrence or, if planned, the inaugural of the event. One year later would be the first anniversary of that event. The word was first used for Catholic feasts to commemorate saints.

c. Nulis/ Kuote kata-kata galau atau romantis terus di cc ke-pasangannya –> lagi-lagi, satu atau dua masih bisa ditolerir, tapi kalau full tiap detik hal yang dilakukan itu. Oh my… saya udah gak sanggup lagi. Ampun…. ampun… ampun… please jangan siksa saya lagi. Beneran deh, socmed kan bukan punya kalian aja.

2.Pamer kekayaan *Iyaaaa deh yang tajir*
” Alhamdulillah… rekening sekarang udah dua digit 🙂 “
” Untunglah… gaji saya lumayan dulu, 4 kali di atas UMR jakarta” <– jujur aja langsung saya itung loh hahahaha
“Sekarang saatnya beli tanah dan properti, Alhamdulillah” <– siapa? Siapa yang nanya? hahahahaha.
“Sudah pakai aypong 5 nih… horeeeee”
Dsb
Dsb

Paman Gobeeeerrrrr :D

Paman Gobeeeerrrrr 😀

Ini apa saya yang kelamaan nongkrong di socmed ya? Kok sampe saya baca juga status-status gak mutu kayak gitu. Jika menurut Anda nggak masalah, saya pun begitu. Tapi bukankan ketika kita bertindak harus ada kode etiknya? Saya turut bahagia ketika kalian sudah punya pendapatan yang Alhamdulillah… atau sudah mampu beli ini itu sendiri. Tapi pernah gak… sediiiiikiiit aja kepikiran bahwa tidak semua orang di sekitar kita itu seberuntung kita. Ada dua kemungkinan, Anda memang ada di lingkungan yang mapan *sehingga hal kayak gitu adalah hal yang biasa, yaaah maklum lah tajir gitu loh* atau kalian tidak tahu sepenuhnya kondisi rekan-rekan kalian. Apa kalian ngeh ada teman kalian yang mungkin sedang pusing dengan masalah finansial mereka? Apa kalian peduli?

Yaaaa kalau kalian kaya sih, hak Anda ya… toh uang juga uang Anda. Tapi entahlah… kalian masih punya hati atau gak. Hahahahahhaha…..
Harta itu titipan lagi, itu punya Allah… kalau ada orang yang murka dan sebel ke kalian, complain ke Allah… lalu Allah acc complain orang tersebut, bisa-bisa harta kalian ditarik! Mau? Saya sih ogah… hahahhaha. Eh bukan nakut-nakutin loh, sok mangga kalau mau nyoba sih :p

Saya penggemar Paman Gober sejak saya kecil, sebel sih karena dia pelit. Tapi coba deh baca… walau kaya dia masih berusaha tampil sederhana dan kalau mau pamer paling juga ke Donal Duck yang notabenenya keluarga sendiri. Gak ke orang lain kan? Yaaah mungkin Paman Gober jauh lebih baik daripada yang suka tukang pamer di socmed hahaha.

3. Pamer Penderitaan
Kenapa kita harus bangga ketika kita menderita ya? Putus cinta… disakitin orang… bos yang nyebelin… kehidupan yang sulit… kerjaan yang belum beres-beres… dsb!
Saya pernah loh pamer penderitaan kayak gini, sering malah kayaknya hahahahaha… tuh kan saya ngaku! Saya mah kalo emang pernah norak ngaku kok. Tapi setelah saya pikir-pikir, lha kok gw bangga ya sama penderitaan gw? Owalah…..!

Saya lalu mulai berdiam diri, lalu menatap timeline, memandang orang-orang yang melakukan kesalahan yang serupa. Rupanya nyebelin banget ya. Ya kalau mood kita lagi baik sih mungkin biasa aja, tapi kalau lagi mood lagi jelek…. liat orang ngeluh di socmed, aduuuuuh rasanya DHUAAAAAR… rasanya pengen datengin langsung orangnya terus bilang “Heh! Bukan lu manusia yang paling menderita di muka bumi ini! Masih banyak yang kehidupannya lebih berat dari lu”

Buat yang udah terlanjur melakukan hal ini… sudahlah, pintu taubat masih terbuka hahahaha. Cara pertama, ibadah! Curhat ke Tuhan. Kalau saya biasanya ke masjid dan berdiam diri sejenak. Oiya, jangan baca socmed dulu selama berdiam diri ya. Kedua, curhat ke orang terdekat. Kalau saya punya “korban” yang selalu kenaaaa aja kalau saya uring-uringan *huhuhu, maaf ya 🙁 * kasihan sekali. Tapi biasanya itu membuat lebih baik. Ketiga, make your self happy! Kalau saya… obat kegalauan saya ada makan dan baca buku. Jadi selama ada es krim, makanan enak, dan buku yang seru…. insya Allah otak rada cling lagi. Keempat, solve your problem! Masalah bukan buat dicaci maki, tapi buat diselesaikan. But never make decisions when you’re mad… tunggu tenang… tunggu udah rada happy… baru deh solve your problem.

4. Reklame kampanye
Menjelang 2014… beberapa simpatisan partai politik mulai heboh berkampanye ria. Dan jujur, saya pikir spanduk kampanye hanya menjengkelkan karena merusak pemandangan alam, rupanya juga merusak pemandangan timeline social media kita.

“Ya ampuuuun, Pak XX, penuh prestasi selama menjabat… layak jadi presiden Indonesia”
“Subhanallah… partai XX memang yang terbaik dan istiqomah membela kebenaran”
“Pak XX, mantap nih kalau jadi presiden gak akan malu-maluin”
“Kalau Indonesia dipimpin sama pimpinan partai XX, pasti deh bakalan maju”

Ya ampuuuun… tim sukses jangan nyebelin dong. Jujur aja tuh saya gak peduli dengan pandangan politik kalian! NGGAK PEDULI SAMA SEKALI… apalagi kalau udah menjurus ke narsistik dan mulai ngejelekin pihak lain, aduh… minta diketok

“Memang banyak yang memfitnah partai kita, tapi mereka tidak melihat Indonesia maju karena jasa kita selama ini. Biarlah Allah memberi hidayah kepada mereka semua yang tidak memahami eksitensi kita bla bla bla”

Eh… permisi, emang Allah peduli dengan Partai Anda. Masuk surga juga gak akan ditanya kita partai apa hahahahaha… cabe deh.

Jika Anda baik, percayalah dunia yang akan menilai Anda. Selesai!

5. Terlalu banyak upload foto selfie
OTW ke Bandung —> upload foto selfie
Mau ke Kantor –> upload foto selfie
Di Malang, brrrrr dingin —> upload foto selfie
Indahnya Indonesia Raya –> upload foto selfie lagi

Huwaaaaduuh!
Saya ada penggemar fotografi. Saya juga gak bermasalah dengan foto selfie… saya bahkan sering juga melakukannya tapi gak semuanya di upload, hanya dipilih yang bener-bener representatif untuk profile picture. Wajar lah manusia suka difoto…
Tapi kalau tiap saat upload foto selfie waduh! Gak apa sih… cuman kadang suka gak ada keterkaitan antara judul foto dengan fotonya. Lagi cerita otw di pameran bunga misalnya eh terus foto yang diupload foto dia, lha bunganya mana? atau dia adalah produk yang dipamerkan?

Lagian sejujurnya aja, maaf karena saya harus mengatakan kenyataan pahit ini, kayaknya orang lain juga gak butuh foto selfie kita banyak-banyak deh hahahahahaha… iya kan?

Dunia fotografi itu menarik banget. Saya bahkan sampai rela mau beli tongsis hahahaha… buat apa? Buat foto selfie dong! tapi apa semuanya mau diupload ke socmed? hahahaha… gak deh… gak PD. beberapa aja yang memang oke. Lainnya, hmmm mungkin orang lain ingin benar-benar menikmati hasil jepretan kita yang indah… bertema…. dan penuh makna. Picture speaks more than words! really? think again! Kalau semua picturenya selfie sih mmmm kayaknya gak begitu ya hehehe.

Huwaaaaaa demikian….
Udah ah, capek ngetiknya.
Jangan pada ngamuk ya… jika ada kemiripan dengan beberapa pembaca blog ini, saya mohon maaf karena saya toh tidak sengaja. Mungkin saya juga termasuk yang annoying di socmed hahahaha… ah mana saya tahu, tapi semoga saja tidak 🙂

Salam semangat di hari hujan…