Cerita dari sebuah masjid kecil di pojok Tokyo: Catatan tentang toleransi dan saling menghargai


Entah kenapa Allah memang suka memberikan saya kisah-kisah baru yang mungkin jarang orang lain alami. Padahal kalau dipikir-pikir, saya kan kurang suka dengan keramaian ya. Mungkin karena saya punya blog yang masih hidup, dan saya percaya Allah mempercayai saya untuk menuliskan pengalaman menarik yang saya alami.

Kali ini ada berton-ton kisah dari sebuah masjid kecil yang sering saya kunjungi di Tokyo. Namanya As-Salam mosque. Ada beberapa alasan mengapa saya lebih sering ke masjid ini.

1.) Line kereta, karena letaknya yang dekat stasiun shin-okachimachi dan alhamdulillah terlintas tsukuba ekspress, jadi ketika saya beres latihan musik (yes, I am a music player too 🙂 gini-gini saya pemain koto loh) saya lebih memilih ke tempat ini. Kenapa tidak ke Tsukuba mosque, karena jatuhnya sama saja! Bagi saya yang tidak punya kendaraan pribadi, posisi masjid Tsukuba keterlaluan makan waktu. Apalagi untuk shalat Ied, hampir pasti saya tidak akan sempat mengejar waktu kesana.

2) tempatnya cukup strategis. Ada tempat yakiniku halal tepat di belakang masjid, lalu di sekitarnya ada toko makanan halal yang cukup murah meriah, belum lagi klo bosen makanan halal ada resto vegan juga 😀 I love foods!

3) Lebih sepi, bagi saya masjid itu untuk ibadah. Wong orang lagi galau kok, kan mau pembicaraan dua arah ya sama Tuhan. Jadi memilih tempat yang rada sepi lah.

Selain itu, khusus untuk shalat Ied, saya lebih suka tempat ini karena saya ingin menghindar dari sebuah fenomena kericuhan mahadahsyat yang seringkali terjadi ketika banyak jamaah dari Indonesia “FENOMENA SAJADAH”. Yang belum tau skandal sajadah, maka izinkan saya jelaskan terlebih dahulu.

Fenomena Sajadah : Sebuah fenomena dimana jamaah akhwat akan menyuruh seluruh jamaah lain untuk maju dan merapatkan shaf di baris paling depan, namun yang menyuruh biasanya tidak inisiatif untuk maju juga, disebabkan sudah telanjur gelar sajadah atau kadang hanya perkara penempatan kipas angin yang tidak ramah untuk penderita masuk angin.

Gak maen deh mamen kayak gitu-gituan…. Kadang lagi asik-asik mau doa loh, langsung lupa karena disuruh maju atau mundur atau apapun lah itu.
Image and video hosting by TinyPic

Tapi lebih dari itu, ada hal lain yang membuat saya jatuh cinta pada tempat ini.

Bertemu Saudara-Saudara Muslim dari negeri yang berkonflik

Nah! terdengar seru kan. Kalau kata Sudjiwo Tedjo, Tuhan itu Mahabercanda… kayaknya ini saya rasakan. Entah kenapa saya yang malas ngobrol ini ketemu aja orang-orang yang suka mengajak saya ngobrol ngalor ngidul, lha… saya kan jadi keasikan juga ngobrol.

Pernah ketika saya disini, pas sedang membaca Quran karena ceritanya lagi galau, tiba-tiba ada mbak-mbak yang nyapa dan bertanya asal saya dari mana. Entah apa dasarnya banyak yang salah mengira saya berasal dari negara-negara Asia Tengah, lalu kemudian kaget ketika tahu kalau saya tulen orang Indonesia mix Aceh dan Madura.

“So, you come from Indonesia? Oh sister…. I am from Myanmar. You know Rohingya, I am Rohingya”

Waduh! Biasanya kan cuman denger di berita ya, ini ketemu langsung loh.
Dengan bahasa Inggris yang terbata, dia bercerita tentang kondisi keluarga dan juga etnisnya.

“Masha Allah Sister, I really want to live in your country, I want to learn your language, I want to spend a whole life in your country. It such a beautiful place, and food…food are good very good. Allah bless your country very much.”

Terus baper, dan rasanya mau nangis kalau inget kondisi di tanah air sekarang ini. Mau nangis karena bagi saya sih, kita harus mulai mengakui bahwa kita tidak se-“heterogen” yang kita banggakan. Wong beda partai aja bisa saling ngafir-ngafirin. Wong di media sosial aja bisa perang cuman perkara mau ganti presiden atau gak. Sorry, saya pribadi sih malu dengan sikap childish beberapa orang yang seperti itu. Asal kalian tahu aja ya, keluarga Mama saya itu lebih “Muhammadiyyah” sedangkan ayah saya karena asli orang Jatim yaaaaaaa…. NU banget. Walau sama-sama Muslim ya ada beberapa hal yang berbeda ya, tapi apa kemudian perang? Gak tuh! Hingga ayah saya meninggal dunia tidak pernah ada piring terbang melayang dsb dalam keluarga kami.
Sekarang? Pret! Seakan semuanya percaya diri akan masuk surga, helooowwww… siapa tau bareng-bareng di BBQ di neraka.

Back to the topic,
Mbak ini kemudian bercerita bagaimana diskriminasi yang terjadi di Rohingya. “Sister, I can’t use hijab there, can’t… can’t…” Dia cerita bahwa ketika dia mengunjungi Ibunya, tetangganya terus nyinyir karena dia berani untuk pakai hijab. Dan bahkan ada yang ekstrim dan meludahi dia, aduuuuh kasian ya 🙁 terus mereka akan bilang “Go…go… not your home land”

Khawatir gak kalian semua denger kisah mbak ini? Serem kan!
Makanya saya tanya kok Ibunya tetep tinggal di sana? Bumi Allah kan luas ya, Cuy… kalau gak aman di satu titik, ya hijrah lah kemana.Rupanya ibunya udah rada sepuh gitu, dan yaaaah biasa lah, nostalgia kan susah di lawan ya. Suaminya meninggal di sana, dan itu rumah sudah didiami turun menurun. Rumah yang punya banyak cerita memang sulit untuk ditinggalkan. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya sudah mengungsi ke Thailand. Eh tapi Thailand emang makanannya enak sih dan orangnya baik-baik (Mon, fokus…fokus…fokus….).

Nah! Kalian juga pasti nyinyir parah dong sama Oma aung san suu kyi? Mumpung ada orang dari sananya langsung kan mending sekalian ditanya kan. Nah, kalo kata mbak ini sih Oma Aung susah untuk melawan orang-orang yang diskriminatif di sana. Karena sejak awal, orang-orang yang diskriminatif ini nih yang mengusung dan mengangkat nama Beliau. Nah udah gitu, mereka suka-suka deh. Yaaaa…. kalo oma Aung niat sih, harusnya doi berani ya untuk kehilangan jabatannya. Tapi tahta kan rada susah ya dilepas. Walaupun begitu, mbak ini gak terlalu menyalahkan oma Aung loh. Dia bilang “But, then she decided to be more open to the world. Before, you… Asia… never know Myanmar, never sister… never”
Dari situ saya jadi tahu kalau konflik ini sebetulnya sudah lamaaaaaaaaaaaaaa banget terjadi, cuman dulu Myanmar lebih tertutup aja. Ini menohok sih, karena sebelum ke Jepang saya pernah kerja dan bergelut di bidang yang mengurusi ASEAN, dan memang Myanmar itu semacam….semacam…. semacam  dicuekin.

Sudahlah jiwa saya berkobar setelah mendengar kisah Mbak dari Rohingya ini, kemudian saya pernah bertemu dengan mbak lain di tempat yang sama, namun kini dengan mbak-mbak cantik dari Palestina. Ya ampun, kalau nanti saya dapat suami keturunan Timur Tengah, kayaknya hal pertama yang perlu saya tanyakan ke dia sih kesehatan mata, orang daerah sana kok ya kebangetan ya cantik-cantik gitu.

Aduh ini pun penuh air mata sih.
Jadi perkara kirim paket ke Palestina ini juga gak gampang, kawan! Setiap paket secara semena-mena harus melewati Israel terlebih dahulu dan mereka “berhak” ngebongkar isi paket itu. Jadi kata dia, kadang sedih karena pengen ngirim baju baru buat adik-adiknya aja pas nyampe bisa jadi udah kucel karena butuh waktu lama dan udah diubek-ubek sama penjaga di Israel. Ingin kuberkata kasar…..
Dia bilang, dia pun ada trauma kalau denger suara yang kenceng sedikit aja dia bisa teriak-teriak.

“Sister, we know Indonesia. I keep pray Allah bless your country”

Oke, mari kita langsung pada kesimpulan. Kalian-kalian yang kebanyakan nyari ribut karena perbedaan dikit-dikit aja kayaknya emang kurang ngopi. Itupun kalau masih sempet karena sebelum ngopi rasanya saya mau nimpuk mereka dengan bakiak 17 agustusan. Karena orang yang kayak gitu sih Juanc*k tenan!

Mendengar orang lain dari negara lain berdoa untuk Indonesia itu “nyesssss” banget di hati. Rasanya hangat….
Rasanya ingin berterima kasih.

Pulang ke rumah biasanya kalau udah baper, saya nelpon Mama “Ma, makasih ya”
“Loh kenapa kak? Kakak sakit?”
“Makasih, Ma… karena Mama ngajarin kita gak macem-macem. Ngajarin untuk jadi baik aja udah lumayan. Gak usah sok baik, sok bijak, sok wow, gak usah beda-bedain SARA”
“Ih apa sih?”
“Mama sehat-sehat aja ya di sana”
“Ih sereeeemmm…. kamu lapar kali? Makan deh sana.”

Dan biasanya begitu terus :p tanpa Mama tahu apa yang anaknya alami di hari itu.

Ketemu Muslim yang beraneka ragam

Sebagai blogger pengamat Ibu-Ibu di mushala, saya sering kena tegur emak-emak di Mushala karena banyak hal. Bukan hanya perkara sajadah…. tapi juga perkara apakah rukuk saya 90 derajat, atau jempol kaki dilipet atau tidak saat tahiyat. Walau kadang Mama saya suka komentar juga “Loh, kalau Ibunya sempat komentarin, mata doi kemana pas shalat? Ahahahahaha…. ini kocak sih, Kak.”

Kalian pernah ketemu yang nyinyir-nyinyir gitu gak?

Yang pasti kenyinyiran kayak gitu gak akan kepake kalau kalian shalat di masjid yang isinya bukan cuman orang Indonesia dan sekitarnya :’D

Shalat Ied tahun ini karena saya telat kejar kereta, saya terpaksa ikut gelombang 2. Tentu gelombang dua itu lebih ramai daripada gelombang 1 ya. Inilah saat saya gagal fokus lihat “Kostum” para jamaah. Walau jamaahnya memang jaauuuuuuuh lebih sedikit dari masjid-masjid besar, saya kemudian menyadari bahwa “standar” aurat itu bisa jadi beda-beda bagi semua bangsa.

Ada yang tidak memakai kaus kaki.
Ada yang semua tertutup tapi hanya memakai turban, jadi leher masih kelihatan.
Ada juga membiarkan poni masih terlihat
Ada yang baru masuk islam, dan mungkin belum terlalu paham dengan aurat ya, jadi bajunya masih transparan di bagian lengan.
Pokoknya macam-macam.
Fashion juga beda-beda ya gengs, ada yang polos dan suka warna-warna pastel sampai ada yang bajunya loreng-loren macan! Itupun pakai warna orange stabilo.
Allah ya Rabb :’D

Memang jadi macam-macam yang kedengaran di kuping.
Dan jadi lihat macam-macam di mata.

Namun, kalian tahu gak? Selalu ada cara untuk mendeteksi keberadaan emak-emak Indonesia di tengah keramaian apapun!

Carilah yang heboh foto-foto, bahkan bawa tongsis! Naaaaaahhhhhh! Itu hampir pasti deh bisa diajak ngobrol bahasa Indonesia 😀 silakan coba tips ampuh ini.

Eh, tapi terlepas dari apapun, selalu ada yang menarik dari setiap shalat Ied.
Ada mbak Jepang yang bilang baru masuk Islam beberapa bulan lalu, beres doa setelah Eid, dia nangis sesenggukan dong!!! Emak-emak Indonesia asik fofotoan, emak-emak India ngerumpi, emak-emak timur tengah biasanya ngomelin anaknya “la….la….la!” (cuman itu kosakata yang saya tahu 🙂 ), lha ini mbak Jepang satu nangis kan kita panik ya. Saya samperin dan sok-sok-an salaman, terus dia bilang “Saya malu, saya malu pada Allah karena saya dulu banyak salah”
Waduh, Mbak…. saya kan juga berlumuran dosa (dan lemak) ya, tapi gak segitunya sih.
Lagi-lagi saya tengsin sih kalau nemu yang gini-gini. Udah ya, Mbak…. puk-puk-puk.

Bertemu orang-orang yang tertarik dengan Islam

Ini juga sebenarnya rada-rada, aduuuuh…. kalau boleh request ke Allah, saya rasanya gak mau ketemu yang kayak gini, kawan. Tanggung jawabnya berat. Secara saya kan aduuuuuuhhhh…. shalat subuh aja kadang di waktu shalat dhuha loh, itupun masih ngelaba dan bilang “Ya Allah… maaf ya bangun kesiangan.”

Kalau sudah seperti ini biasanya saya suka “random” memilih orang yang saya pikir lebih baik daripada saya.

Walau ya, gak selalu orang-orang itu pada menjadi Muslim loh ya. Tapi yaaa mereka senang aja gitu diajak ngobrol-ngobrol. Dulu pernah ada teman di lab, mbak ini suka cari waktu ketika gak ada orang lain di lab… terus tiba-tiba ngajak ngobrol gitu. Pertanyaannya suka filosofis-filosofis gitu “Marissa-san, why you always smiling?” sampai “What Islam is?”
Waduh, kan gak nyali ya jawab-jawabin kayak gitu. Udah lah pusing, saya bawa aja dia ke masjid.
Dan itu saat pertama dia bilang “I love your praying place, it is very quiet and peaceful. It is like I can stay there for hour and close my eyes and feel comfortable with that”

Ada juga kisah kocak, saya pernah didatangin mbak-mbak misionaris dan saya gak paham juga kan… Dia kemudian memberi saya Bible, saya sih senang tapi kan tengsin kalau gak ngasih balik ya? Ya saya kasih juga dia Quran dan dia happy banget gitu. Masih sering komunikasi sih, tapi suami mbak ini pindah kerja gitu, dan dia bilang di tempat yang baru dia juga sering ke masjid dan dia bilang dia suka mendengar “Song for God”, aduh itu apa pulaaaaaaa? Setelah di cermati lagi, rupanya adzan dong, pemirsa! Hahahahhaha….
Buat saya sih, saya happy ketika orang bisa menikmati agama saya bahkan jika orang tersebut bukan Muslim sekalipun.
Saya juga happy ketika ke Paris dan masuk ke katedral-katedral yang cantik banget, lalu rasanya gak tega bikin berisik. Karena ketika manusia mencoba dekat dengan pencipta-Nya kan itu sakral banget ya. Bikin merinding gitu.

Dan jangan lupa, saya ini berhijab karena diingetin sama teman saya yang Nasrani loh “Mon, kalau lo bangga sama Tuhan lo, tunjukan itu! Kalau lo marah sama orang-orang yang menurut lo stupid, itu salah mereka dan bukan salah Tuhan lo! Ini childish kalau lo gak melaksanakan perintah Tuhan lo karena kesalahan manusia. Itu bukan teman gw yang kayak gitu! Dan itu bukan lo yang mikir sedangkal itu” PLAK! Akhirnya saya berhijab loh pas Natal 2012. Sampai kapanpun, saya sih gak akan lepas hijab ini… karena selain ini masalah komitmen saya, ini juga mengingatkan saya pada teman saya tsb dan bagaimana menjadi toleran. Merinding gak lo!

Namun tetap saja, kalau ada yang bertanya masalah Islam pada saya, saya hanya akan bawa orang-orang ini melihat “kulit-kulit”nya saja. Kalau lainnya, aduuuh gak nyali, Cin. Kan tau sendiri saya rebel. Aduh udah deh, sama teman yang jauh lebih jago aja masalah ginian.

Mungkin Allah merasa saya “tidak lulus” masalah ini.
Di masjid yang sama, beberapa waktu yang lalu, ada mbak yang tiba-tiba menarik tangan saya “Mau ke masjid itu ya?”
“Loh iya”
“Kalau bukan Muslim boleh masuk?”
“Ya boleh lah”
Karena saya mah bodo amat kan ya, jadi saya ajakin aja. Lagian apa salahnya kan?

Sudah itu sih saya cuekin…. (maaf loh, Mbak)
Terus mbaknya entah kenapa iseng banget, dan nanya lagi “Sering ke sini?”
“Mmm… gak sih, cuman kalau lagi beres latihan koto aja. “
“Ya ampun, koto?!!!! itu kan susah banget. Saya juga main musik. Kamu tinggal dimana?”
“Di Tsukuba”
“Pacar saya juga dulu tinggal di Tsukuba loh!”
“Oh”
“Saya boleh ketemu kamu lagi?”
WUUUUUT! Aduh ini siapa sih?
dan dasar orang Indonesia “Boleh, kenapa?’
“Saya mau belajar Islam lebih banyak, saya boleh kan berteman sama kamu?”
WUUUT? Wah, off-side sih nih Mbak. Masa iya orang ngajak temenan gak boleh. Ini pertanyaan paling menjebak di belahan dunia manapun.
“Boleh sih, Mbak why not?”
“Ini pertama kali ada orang yang ngajak saya masuk masjid. Terima kasih ya, saya senang sekali”
“Iya sama-sama.”

Saya pikir ini Mbak basa-basi busuk. Rupanya dia beneran loh kadang ke Tsukuba dan ngajak ngobrol. Terus dia bilang, dia tuh udah nyobain segala macem keyakinan. Tapi pas mau tahu Islam, suka ngerasa ragu karena gak ada temen untuk diajak ngobrol. Owalaaaaaaaah, Mbak…..

Pertanyaan Mbak ini saya pikir  bakal super filosofis, rupanya kadang cuman nanya “Makanan halal itu yang kayak gimana? Jadi kamu boleh makan daging?” Ya keles, hati boleh lah yaaaa gak tegaan sama binatang, namun apa daya…. tabula rasa masih sadis untuk melumat daging yang memang enak itu :’)

Entah random people mana lagi yang harus saya hubungi untuk Mbak yang satu ini. Lalu kemudian saya kontak Mamas Smiley yang random nun jauh di sana “Mas, ini gimana nih? Ada Mbak-mbak lagi coba yang kasusnya gini loh”
Kali ini jawaban dia sederhana “Marissa, this time she wants you to be her friend, she wants to talk with you not with the other people. I think this time you just need to tell her what you know.”
Luluh karena perkataan Mamas, mungkin sementara ini saya biarkan Mbak ini curhat sama saya. Saya lupa kalau Mamas ini terlalu positif dan dia tidak tau bahwa saya pernah “jahiliyah” juga di masa lampau. Arghhhhh terjepit!!!!!!

Eh, tapi kalau sama saya sih… saya gak akan gile nyuruh seseorang masuk Islam sih. Bagi saya, keyakinan itu hal privat semua orang. Saya fine apapun keyakinan yang kelak Mbak ini pilih. Ngarep sih, siapa yang gak seneng sih nambah saudara se-iman yang baru, iya gak sih? Tapi ini hidup Mbaknya, saya ingin dia memilih sesuatu yang benar-benar nyaman di hati dia. Sampai dia belajar semua agama kan berarti ada sesuatu yang benar-benar serius dia cari. Saya pikir, saya tidak berhak untuk mengetahui apa itu…. tugas saya hanya sebatas menjadi Muslim yang (semoga) baik.

Oleh karena itu, untuk Mamas Smiley dan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi, jangan salahkan karena pada akhirnya obrolan kami hanya berkisar tentang…… TADAAAAAA
Image and video hosting by TinyPic

Mbaknya ketawa-ketawa aja, mungkin dari sekian banyak orang yang dia tanya-tanya masalah filosofis, cuman saya yang malah ngajakin liat kucing tetangga. Ini bukan cuman ngegodain kucing tetangga loh, ini pelajaran mensyukuri karunia Allah bernama kucing yang gendut dan lucu. Subhanallah…..

(kalau Mama baca ini pasti Beliau akan langsung WA, “Mungkin benar… anak Mama terlambat dewasa :’) ” Mama… masih ngakuin kakak sebagain anak kan? )

 

 

sedikit ulasan dari ceramah DR. Zakir Naik di Tokyo


Pada akhirnya saya lihat DR. Zakir Naik juga! Alhamdulillah..
Yes! di Tokyo!
selama ini cuman heboh kepo di youtube channel aja. Akhirnya kali ini live bro… live.
Ada request supaya saya menuliskan sedikit laporan dari TKP.  So here we are:

Bertempat di Tiara Koto Big hall (Koto-ku Community Center) Sumiyoshi 2-28-36, Koto-ku, Tokyo tanggal & November 2015, Beliau menyampaikan topik yang menarik. Saya gak bisa menjabarkan semuanya karena saya kedinginan terus tertidur selama kurang lebih 20 menit pertama *haish*
Antriannya subhanallah… panjang banget. Pesertanya bukan hanya muslim Tokyo, bahkan non muslim pun rela ngantri! Untuk yang tanggal 7 November ini memang untuk umum, sedangkan yang tanggal 8 November khusus untuk orang Jepang. Kapasitas gedung sendiri lebih dari 1000 orang tapiiii…. in fact masih ada aja yang ngampar dan gak kebagian tempat duduk.

Oiya sebenarnya gak boleh ambil gambar, tapi seperti peserta lain yang pada bandel saya ikutan bandel.

Foto terlarang sih, tapi Alhamdulillah finally I can see you Dr. Zakir…. :’D

Insya Allah pengambilan gambar dengan cara yang gak annoying, silent shutter, plus kamera tele jadi gak harus berdiri-berdiri heboh ngalangin orang,  karena di depan saya malah ada ibu-ibu yang mau ngerekam full dan tangannya ngehalangin orang lain, terus hpnya bunyi… lagu dangdut =.= guys! Please… kalau nyebelin jangan sampe bikin malu juga.

Materi yang dipaparkan
Sepertinya DR Zakir memahami kalau masyarakat Jepang itu pada umumnya tidak memeluk agama tertentu dan masih pada proses nyari-nyari Tuhan itu apa. Konfucu sendiri menurut DR Zakir bukan agama namun kode etik dalam berprilaku. Hal yang luar biasa dari masyarakat Jepang adalah mereka sangat baik dalam melaksanakan kode etik tersebut tapiii sayangnya tidak punya pegangan yang jelas karena tidak ada Tuhannya.

Nah, jadi… DR. Zakir menekankan bahwa jika ingin mencari Tuhan, ingin mempelajari agama, maka pelajari kitab suci yang ada, baca maknanya. Bandingkan semua, renungkan mana kiranya yang benar-benar sesuai dengan nurani dan logika… cari yang benar-benar merupakan sabda Tuhan.

Nah kemudian, Beliau memaparkan berbagai bukti mengenai keajaiban Quran dari sisi scientific…
Tatoeba (sebagai contoh):

1.Tentang sidik jari… yang udah dipakai seluruh polisi di dunia, CSI, FBI, semuanya untuk menentukan identitas seseorang karena tidak ada satu orang pun yang memiliki sidik jari yang serupa dan sebelum FBI tahu masalah ini, bro…. Quran sudah memberik clue lebih dahulu di Q.S Al Qiyaamah (75): 3-4.


Kece khan

2. Bahwa Allah menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan. Bahkan…. taneman aja bro, pasti ada tuh komponen male and female…
jadi kalian para jomblo sudahlah, jangan khawatir insya Allah jodoh kalian tuh menunggu kok, yaaah belum kedetek radar aja *mulai ngelantur*


Hah mana, Mon…
bentar guys…. bentar… nyatet nih gw…
Q.S Yaasin: 36

سبحان الذي خلق الازواج كلها مما تنبت الارض ومن انفسهم ومما لا يعلمون
Exalted is He who created all pairs – from what the earth grows and from themselves and from that which they do not know.

Ada yang baru ngeh…
gak apa, saya juga baru ngeh ahahhahaaa…. aduuuh parah, saya sih jujur aja kayaknya Yaasin lewat aja gitu cuman dibaca pas tahlilan. Maaf ya Allah… itu juga pacepet-cepet jadi gak baca artinya juga 🙁 Biarlah, guw mah gitu orangnya bloon tapi jujur.

Subhanallah loh… saya jadi bolak-balik baca Quran. Ini jangan-jangan ada yang belum ketahuan aja nih bisa jadi bahan buat dapet piala nobel :’D #Masihterobsesidapetnobel #padahalotakmasihharusdikinclongin.

3. tentang lebah!
Iya lebah… hewan yang paling sering muncul di foto-foto saya pas lagi moto bunga-bunga di Tokyo ini.
Apa katanya…
first, lebah pekerja itu bukan jantan tapi betina… exactly…. jadi film hachi harus dipertanyakan keabsahannya apakah benar hachi adalah lebah pekerja, atau dia hanya sekadar lebah yang sebatang kara pergi mencari ibunya :p
But here it is:

Ampuni saya yang gak bisa bahasa arab, tapi berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa arab itu mengenal kata benda jantan dan betina (sama lah kayak bahasa Jerman dan Perancis). Nah Quran menuliskan lebah dalam kata benda bentuk femina alias female gender.

dan masiiiiih banyaaaaak lagi….
Intinya, jika berpikir secara logika saja…. masa iya Quran yang turun di masa Rasulullah SAW bisa menjelaskan berbagai fenomena sains di masa kini padahal jaman baheula kan boro boro ada teleskop, mikroskop, laptop, wifi, internet, google. Siapa yang begitu Mahatahu sampai bisa menuliskan ini semua? Sang Pencipta semesta lah.

Kira-kira begitu…
Kebenaran itu datang dari Allah, salah ngutip dan bahasa yang ngawur itu murni kesalahan emon yang sibuk menghilangkan kantuk.

My Opinion
Ada dua hal yang bikin saya sedikit “yaaaah… sayang banget”
1. Brother fotografer yang kayaknya harus dapet penataran dari Mas Joko Tokodai (kenalin ini fotografer kawakannya tokodai, saya fans lah pokona mah)… aduuuuh kamera sih boleh DSLR yaaaa, tapiiii wallahu’alam yang terjadi mungkin dia gak punya lensa tele. Bahkan dia sampe naek panggung, guling-guling buat ambil foto DR.Zakir. Ya kena tegur lah sama DR.Zakir-nya. Saya aja fotografer newbie rasanya pengen minjemin kamera. Kamera prosumer saya kayaknya masih sanggup moto dari jarak manusiawi untuk dapet gambar jelas =.=b please jangan tanya kenapa foto-foto yang beredar di socmed terkait ceramah Dr. Zakir di Jepang pada burem-burem… huhuhuhuhuhu…. brother oh brother…

2. DR. Zakir gak perlu lah ceramah panjang-panjang. Beneran deh… ceramah beliau ada kali 2 jam, 1/2 jam tanya jawab. Ceramah dua jam itu pun udah plus-plus negur fotografer sama orang-orang yang pada berisik. Arghhhh come on…. pak…pak…. yang haus mau nanya banyak banget loh, Pak.
gak percaya….

Oke… nih, fotografer newbie tunjukin:
Image and video hosting by TinyPic

Dan menurut saya, DR.Zakir lebih mantap ketika sesi tanya-jawab.

Tapi lainnya, subhanallah…. bener-bener gak nyesel dateng dan ngantri-ngantri cuman buat masuk hall doang! Ngantri yang subhanallah kayak ngantri konser.

Seperti yang saya duga, mayoritas pertanyaan orang Jepang lebih kepada eksistensi Tuhan. Tuhan itu apa, kenapa kami harus punya Tuhan, mengenal Tuhan. Ada yang bertanya kenapa Tuhan kok tega-teganya membuat evolusi yang kemudian dijawab DR.Zakir kalau itu kan teori, Darwin sendiri menyebutkan di teori itu ada “missing link.” Saya juga pusing kenapa pertanyaan seperti ini selalu muncul, di sebuah kelas, profesor saya sampe pernah nanya vis-a-vis “Marissa, are you study evolution?” dan dengan enteng saya jawab “Yes… why not?” terus Beliau kaget…. dan saya cuman jawab, apa anehnya sih itu kan teori… pelajari aja, masalah percaya atau gak yaaah suka-suka kita.

Ada yang nanya juga kalau Tuhan ada kok dia memberi manusia aneka masalah… Ya, supaya manusia jadi manusia yang lebih baik. Ujian membuat manusia “naik level”, kalau gak diuji yang manusia bakalan gitu-gitu aja. Setidaknya begitu yang bisa saya tangkap.

Dan ini kali pertama saya melihat orang Jepang memutuskan masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ngeliat di youtube aja ngerasa “wah banget” ini live… dan dengan cengengnya saya nangis gitu. Untung sendirian…. kalo gak gengsi guweh mwahahhahaa.

Ini dia, thank you for “Islam in Japan” page.

Dari sini gw nulis pake bahasa Inggris ya sedikit
I am really proud when I saw this Japanese woman convert to Islam. She even already prepared to use hijab! To be honest, I used hijab on 25 December 2012. One year after I graduated. I know that using hijab is a must, but I am really a stubborn girl in that time. I used hijab when my friend, a Cristian ask me “Do you proud with your religion? If you do… then there is no excuse for not to obey your religion rules” and yes that’s why I used hijab on Christmas, so I can remember all of this things. Sister, I know maybe you will never read my blog, maybe we will never meet each other, but however I pray for every best things for you…. for happiness… for nice life… for strong determination in your belief. Together, with all Moslem in this planet, we learn to be better day by day. Insha Allah.

Nulisnya sampe berkaca-kaca nih. Ih saya malu loh… beneran saya ini beneran Muslim yang nyaci maki Allah pun saya pernah, banget. Parah kan ahahhaaa…
Saya mah gak bener-bener banget, tapi untungnya Allah baik loh saya dikelilingi orang-orang yang baik 🙂 dan rasanya saya bahagia dengan segala ketetapan Allah apapun itu.

Dulu teman saya pernah bilang “Mon, insha Allah kelak kamu akan bilang ‘Ohhh gini toh, pantesan Allah ngatur begini’ dan di saat itu kamu akan senyum-senyum geli sendiri sambil bersyukur atas segala ketetapan yang ada

Wallahu a’lam bissawab

 

UPDATE:
Nih udah ada rekaman ceramah Beliau hari ini, selamat menikmati: