A letter from Kyoto….


hari ini ada sebuah amplop besar sampai ke rumah saya, taraaaa inilah amplop itu

Image and video hosting by TinyPic

Isinya? Isinya adalah LoA dari salah seorang profesor di Teknik Lingkungan di Universitas Kyoto. Universitas impian saya selama ini…! Kyodai (Kyoto Daigaku) mungkin kalah pamor dengan Universitas Tokyo, tempatnya juga gak di pusat kota tapi peraih nobel di Asia paling banyak lahir dari universitas ini! Huwaaaaaaa….. kayak mimpi deh. Nobel loh nobel! Sewaktu masih SD saya pernah menulis di buku harian saya ingin salaman dengan peraih nobel… terus menjadi peraih nobel dari Indonesia.

Calon profesor saya pun juga peraih nobel loh, biarlah skrinsut yang bicara…

Buat yang belum liat sertifikat nobel, jangan khawatir saya juga baru liat sekarang hahahahahaha.
Nobel itu ada macam-macam, pada tahun 2007 Nobel Peace prize jatuh pada IPCC, sensei saya tergabung dalam penelitian IPCC jadi terhitung termasuk yang memperoleh nobel. Yang lebih kerennya lagi, Beliau sudah mengabdikan 20 tahun hidupnya untuk membangun model ekonomi energi se Asia-Pasifik! Asia Pasifik loh…. bukan cuman Darmaga atau Ciomas -.- Ya Allah…. keren dan rajin banget. Kalau saya sih ngebayangin aja udah bosen hahahaha, 20 tahun bangun model doang kan pusing ya. Istiqamah sekali Beliau ini.

Itu manis-manisnya…
Sekarang getirnya!
Permohonan pergantian universitas saya ditolak! Artinya beasiswa saya tidak bisa turun. Kenapa? karena LoA saya masih LoA profesor. Kalau bahasa kerennya LoA conditional. Saya masih harus lulus tes masuk universitas kyoto. Kabar sedihnya lagi, ujian masuknya adalah ke Fakultas Teknik dan jelas-jelas background saya ekonomi. Kisah sedih ketiga.. saya gak punya budget yang cukup *untuk saat ini* untuk berangkat tes kesana T^T huwaaaaaaaa sedih banget gak sih.

Jangan berisik lalu bilang “Kenapa gak ambil kelas internasional aja…. bla…bla…bla…” ya karena sensei saya di departemen teknik lingkungan itu… dan itu gak ada kelas internasional. Ya Allah… Beliau mau berbagi ilmu ke manusia bukan orang jepang aja udah subhanallah…. berbagi ilmunya ke saya lagi yang dari awal udah bilang I blind about energy economics. Beliau sampai rela loh gak pensiun dulu demi menunggu satu orang anak Indonesia bergelar emon ini berguru kepadanya. Tentu saja ini berkat perjuangan keras dan luar biasa dari promotor-promotor saya yang sabar Pak Rizaldi Boer dan Ibu Luky. Eh…. buat yang belum tau, Bapak Rizaldi Boer juga peraih nobel loh :p cari-cari di google ya. Heran deh IPB gak pasang baliho mahagede buat gembar-gembor masalah ini. Sudahlah kembali pada kisah sedih saya.

Mungkin memang susah juga ya jadi low middle income person…. tinggal dikit aja jadi mikir-mikir masalah uang. Belum cukup sampai situ, masih banyak manusia Indonesia yang memojokan keinginan saya…
“aduuuuh ngapain sih sekolah aja yang dipikirin”
“Kerja dulu aja kali, emang punya uang?”
bla
bla
bla
memang saya nggak punya… lalu mau apa?

Membantu tidak…
Mendukung tidak…
Menenangkan tidak juga…
Bikin stress iya!
Hal yang saya butuhkan saat ini adalah saran-saran yang solutif! Bukan menyalahkan segala keinginan saya.
Mungkin gak pernah kebayang ya… anak dengan kepintaran pas-pasan, kumel, acak-acakan, dan secara ekonomi juga gak banget bisa kemudian memperoleh kesempatan seperti ini. Ya nggak kebayang berarti kan bukan berarti hal yang mustahil.

Rasanya kadang jengkel sendiri….
Kadang mau marah ke ayah… dateng ke makamnya… terus bilang “See… this is what happened because you leave us so fast”
Kadang mau marah ke mama…”Kenapa sih, Ma…. gak pernah mau denger pas saya bilang jaga kesehatan baik-baik dari dulu”
Tapi ini bukan kesalahan mereka. Kalian tau? kalian tidak akan pernah melihat orang tua sehebat Mama dan Ayah saya. Sejak saya kecil saya bebas meraih apa yang saya suka. Mereka berhasil mendidik dua anak mereka. Saya dan adik saya mungkin bukan dari keluarga terpandang, tapi kami punya tekad untuk berjuang mati-matian untuk segala hal. Jika orang-orang melihat saya dan adik saya manusia-manusia bahagia yang Alhamdulillah gak ribet masalah akademis dan melihat keluarga kami always cheerful… kalian gak pernah liat betapa banyak hal dan rintangan yang kami hadapi bersama. Kami berjuang untuk banyak hal… seharusnya bumi ini lebih fair untuk menghargai kami, termasuk saya, dalam berbagai hal.

Saya lalu ingin marah… dan kemarahan terbesar saya adalah pada diri saya sendiri “What will you do!” sambil membentak ke arah cermin.

Bisakah dunia diam sejenak… biarkan saya berpikir jernih, menanyakan jalan terbaik kepada orang-orang yang saya anggap berkompeten dan tunda dulu segala komentar yang menyudutkan saya. Saya juga sedang berjuang dan berpikir… tapi saya butuh waktu dan sedikit ketenangan.

Jika saya seorang anak konglomerat apakah orang-orang akan diam?
Tidak juga kan?
Saya tidak pernah berkomentar masalah orang lain… mengapa orang lain harus repot berkomentar tentang urusan saya? kehidupan saya? segalanya! Mohon dengarkan saya terlebih dahulu, pahami…. lalu beri masukan. Diam sejenak, lalu biarkan saya mengambil keputusan.

Sudahlah biarkan saja…

Di atas lembar LoA saya terselip sebuah sticky notes kuning dengan tulisan dari sekretaris profesor saya. Rasanya ingin ketawa sekaligus mau nangis. Tulisannya “Dear Marissa-san hope it works well” Lalu ada smiley-nya. Unfortunately it hasn’t work well yet… but there will be a time 🙂
Image and video hosting by TinyPic
Saya kira cukup…!
Apapun keputusan saya nanti, semoga semua bisa menghargai dengan baik.
Jika saya memilih sekolah lagi… semoga alasan-alasan saya bisa diterima. Orang setega apa sih yang tega menyia-nyiakan kebaikan orang lain? Orang lainnya beda negara lagi.

Perjuangan saya masih panjang… masih harus belajar gila-gilaan
dan menempa hati. Udah mencoba menjadi gak cengeng… tapi kadang kalau denger yang kejam-kejam masih belum kuat.

huhuhuhu….

Special thanks:
* Mama… the best mom in the universe. Apa perlu semua Mama di muka bumi belajar dari Mama? Biar mereka bisa menghargai dengan baik pilihan dan keinginan anak-anak mereka?

* Pak Boer dan Bu Luky... terima kasih telah memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat. It’s a pleasure. Terima kasih juga sudah berheboh-heboh karena saya

*My lovely brother... yang bilang “Be yourself! No matter what they say!” hahahha kita memang English Man in New York banget deh

*Tiko…. Rupanya kisah hidup kita hampir serupa. Bahagia punya sahabat baru yang bisa berbagi pikiran. Apapun yang terjadi semoga gw jadi ya ke Kyodai.

*Solih… Paling tau masalah gw, tapi pada akhirnya jadi orang yang paling heboh mendukung gw. Kaget loh tiba-tiba so sweet hahahaha. terima kasih… terima kasih sudah mengenal gw dan menganggap gw sebagai diri gw sendiri. Keren banget… :’D

*Habib… terima kasih telah menyemangati juga beberapa jam sebelum tulisan ini diposkan. Go! pergi kemana aja yang kamu mau! Nekad kan? Insya Allah aku bantu dengan… doa :p Oleh-oleh dari KL masih belum turun nih, mohon segera diproses -,-

Demikian…

bangun! wujudkan mimpi2 walau masih ngantuk banget! 🙂 salam juang!

 

 

Saya… Menara Eiffel… dan Sepotong Pesan tentang Impian…


On se connaît depuis l’enfance
On allait au cours de piano à côté
En face du grand marché
On jouait au square du quartier
À la marelle et au ballon prisonnier
Puis c’était le goûter

C’était bien là nos plus belles années
Qu’aucun souci ne pouvait altérer
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique,
À Paris, nous étudierons
Ensemble

(Paris et Tokyo—- OST Nodame Cantabille)

Setiap saya merasa sedih atau galau….yang saya lakukan asking Allah for everything dan sesekali agak nyolot dan protes juga *hadeuuh tetep* dan satu lagi…. saya mengingat tentang Menara Eiffel.

Saya punya satu impian terbesar…. salah satu negara yang wajib saya kunjungi sebelum mati adalah Perancis, setidaknya untuk bertemu menara Eiffel hahahaha. Semua orang hanya bilang “waaaah keren..keren…” tapi tidak pernah bertanya “Kenapa harus menara Eiffel?”

Ada beberapa alasan… selain karena ulang tahun menara Eiffel sama dengan ulang tahun saya… yaitu karena Eiffel seperti sebuah surat cinta Gustave Eiffel kepada dunia yang tidak pernah terbaca secara detil. Izinkan saya menceritakannya sejenak…sebuah cerita yang pernah diceritakan kakek saya kepada saya.

Gustave Eiffel adalah seorang insinyur yang luar biasa… setidaknya bagi saya. Selain membangun menara Eiffel, dia juga yang mendesain kerangka patung liberty (Patung Liberty itu hadiah Perancis untuk Amerika Serikat, makanya namanya Liberty, itu sebenarnya dari Liberte :p setahu saya ya…). Tapi ada banyak hal yang belum diketahui dari Gustave Eiffel… dia adalah seorang penderita disleksia dan phobia pada ketinggian.

Walau penderita disleksia dan takut ketinggian… dia punya satu impian terbesar… Dia ingin bisa meraih bulan dan ingin orang-orang yang punya impian yang sama untuk bisa meraih bulan. Seems crazy and impossible, right?

Tapi impian membuat segala yang mustahil menjadi mungkin…
Maka tergagaslah ide membuat menara Eiffel… sebuah menara yang sangaaaaat tinggi dan jika dilihat dari kejauhan puncaknya akan mencapai bulan.

karena idenya gila… maka proyek itu awalnya yaaaa ditolak sana-sini. Oiya, pada awalnya Eiffel ingin membangun menaranya di Barcelona, bukan Paris. Tapi ditendang karena terlalu mahal dan gak jelas gunanya apa. Kasihan kan? Pun akhirnya diterima di Paris itu pun tidak mudah karena proyek itu dikritik sebagai proyek mercusuar yang mengganggu pemandangan.

Tapi setelah 2 tahun, 2 bulan, dan 3 hari menara Eiffel selesai dibangun… lalu diresmikan tanggal 31 Maret 1889 dan seperti impian Eiffel… ujung dari menara Eiffel menjulang ke langit dan seakan-akan seperti menjangkau bulan. Kalian tahu apa perkataan Eiffel setelah menara itu selesai dibangun? Entahlah… saya juga tidak tahu. Tapi kakek saya bilang terdapat salah satu tulisan Eiffel yang menyatakan

“Lihatlah, menara Eiffel telah berhasil meraih impiannya untuk meraih bulan. Biarkan ia terus berdiri agar kelak dia bisa menjadi simbol bagi orang-orang di Paris dan di dunia bahwa mereka bisa meraih impian mereka, walau itu setinggi bulan sekalipun”

Seperti Eiffel… saya ingin bisa meraih bulan dan melihat orang lain meraih bulan mereka masihg masing.

———————–

Ketika menulis ini saya sedang memikirkan sebuah hal maharumit yang rasanya sudah nyaris saya tidak bisa pecahkan lagi.

Ketika saya memperoleh beasiswa yang full dan flexible (karena kita bisa ganti universitas dimanapun asal 500 besar dunia dan terlist di dikti), tawaran-tawaran lainnya muncul dan sebuah hal yang luar biasa ketika saya ditawari untuk bersekolah di sebuah universitas di Jepang, universitas impian saya, universitas yang sudah banyak mencetak peraih nobel, dan dengan calon sensei seorang peraih nobel di bidang ekonomi energi. Nobel kawan! nobel! dalam setiap detik kehidupan saya, saya tidak pernah menyangka akan ada tawaran untuk belajar dengan seorang peraih nobel! Orang-orang teknik atau orang-orang di bidang energi pasti iri setengah mati kepada saya. Mimpi apa… manusia seperti saya yang untuk mengerti ekonometrika saja sampai nangis-nangis mau diajari ekonomi energi huwaaaaaa…. keren!

Namun, di muka bumi ini pintar saja tidak cukup, harus menjadi orang yang beruntung
Beruntung saja tidak cukup… harus mega super combo beruntung.
Ada beberapa yang tidak bisa saya ceritakan di sini.
Terlalu menyedihkan untuk saya hahaha…
tapi intinya, saya hanya belum sampai taraf mega super combo beruntung. Terkadang saya ingin marah untuk beberapa hal yang terjadi pada saya. But, well… peperangan besar hanya untuk prajurit-prajurit yang hebat bukan?

Akan tetapi, sejujurnya saya cukup lelah ketika setiap detik ada saja orang-orang yang seenaknya menjudge saya.
Sejujurnya saat ini saya mulai muak dengan anggapan dan penilaian beberapa orang bahwa saya tidak memikirkan segala hal dengan baik dan serius. Dunia tidak tahu bahwa untuk bersekolah saja saya dan adik saya sudah berjuang sangat keras… Saya sudah berlari sangat jauh dengan segenap jiwa raga saya.

Saya bahagia….
Bolehkah sekali saja saya meminta kepada dunia agar tidak melihat saya dengan tatapan penuh belas kasihan?
atau dengan tatapan penuh tanda tanya?
atau dengan tatapan merendahkan?

Saya bahagia, namun kebahagian saya tidak memiliki skala… Ia begitu abstrak dan dinamis. Mencari bentuk dan posisi ekuilibriumnya sendiri.
Saya bahagia… namun bukan berarti indikator kebahagiaan saya sama dengan kebahagiaan orang lain.

Sejujurnya saya ingin dihargai eksistensinya sebagai manusia dengan berbagai gagasan dan pilihannya.

Apa kalian pernah menonton film Ratatoille? Di akhir cerita Anton Ego si kritikus makanan menulis sebuah esai yang sangat indah tentang masakan di restoran Gusteau… mungkin esai terindah juga di dalam hidup saya:

In many ways, the work of a critic is easy. We risk very little, yet enjoy a position over those who offer up their work and their selves to our judgment. We thrive on negative criticism, which is fun to write and to read. But the bitter truth we critics must face, is that in the grand scheme of things, the average piece of junk is probably more meaningful than our criticism designating it so.

But there are times when a critic truly risks something, and that is in the discovery and defense of the new. The world is often unkind to new talent, new creations. The new needs friends. Last night, I experienced something new: an extraordinary meal from a singularly unexpected source. To say that both the meal and its maker have challenged my preconceptions about fine cooking is a gross understatement. They have rocked me to my core. In the past, I have made no secret of my disdain for Chef Gusteau’s famous motto, “Anyone can cook.” But I realize, only now do I truly understand what he meant. Not everyone can become a great artist; but a great artist can come from anywhere.

Percayalah mengkritik itu mudah, yang sulit adalah ketika tetap berjalan dengan kepala tegak dan senyuman ketika dilempari berbagai kritik.

Saya ada Remy… sebuah tikus got di selokan jalanan Paris.
Melihat menara Eiffel dari balik jeruji penutup got.
Diam-diam mengejar impiannya yang nyaris terlihat mustahil dan berharap setelah lelah berjuang bisa menatap mera Eiffel dari dekat.

Mungkin kakek saya benar….
Menara Eiffel bukanlah simbol cinta seperti yang selama ini orang pikirkan, menara ini adalah simbol impian. Jutaan orang menggantungkan impiannya di atas puncak menara Eiffel… berusaha meraih bulan mereka masih-masing.

Jika misi Jepang gagal, lalu saya patah hati… tidak apa. Menara Eiffel menanti.
Entah kapan, tapi saya harus kesana…
Menghabiskan waktu saya seperti Hemingway yang menghabiskan waktunya menulis berbagai buku untuk kemudian membaca dunia.
Mendedikasikan impian seperti Eiffel… untuk membangkitkan impian orang lain.

So… here is my next destination…. mungkin akan sedikit membutuhkan waktu lama. Please Perancis… jangan kelamaan kena krisisnya 🙁


Biar galau galau bisa langsung lari ke menara Eiffel atau menceburkan diri ke Sungai Seine hahahahaha :’D Lagipula saya benar-benar ingin menjadi penulis esai profesional… dan rasanya harus ada kesempatan di mana saya datang ke negara tempat esa lahir, Perancis.

But everything can be happen! Jalan hidup saya akan terkuat di bulan Oktober… apapun itu, akan saya hadapi dengan kepala tegak.
Indahnya hidup kalau benar-benar bisa seperti lagu Paris et Tokyo… selesaikan impian di Jepang dan Perancis. Somehow… memang tidak semudah itu. Biar Allah yang memilihkan saya jalan di perempatan ini. Entah Jepang… entah pelosok dalam negeri… entah Jakarta… entah negara lain… entahlah!

Apapun itu… saya harap dunia akan menghargai segenap keputusan saya.

Please 🙂

Kalau cinta jangan nyiksa : Sebuah catatan tragis :’D


Ini hal yang sangat tidak penting… tapi entah kenapa ya saya selalu bermasalah dengan apapun yang terkait dengan pacaran! Kisah saya terlalu tragis jika mau dirunut sebenarnya (sekaligus konyol tentunya) tapi saya tetap tidak habis pikir… apa sih salah dan dosa saya?

Saya menghabiskan masa SD saya di “kampung” di Kabupaten Bogor. Saya melalui masa kecil yang amat bahagia, mungkin tahap paling bahagia dalam hidup saya. Jujur aja… hidup di desa, membuat saya jadi wanita super polos yang rada-rada ndeso juga setelah masuk SMP. But trust me… hidup di desa membuat kita jadi orang yang kreatif dan senantiasa menghargai banyak hal. Eh tapi bukan ini yang akan saya bahas.

Cinta monyet saya terjadi saat saya SD… saya suka dengan teman sekelas saya yang paling pintar, tampan, dan juara mengaji… tentu dia pun dikejar-kejar banyak wanita. Hanya saja saya masih polos, jadi yaaa cuek saja. Akan tetapi cinta segitiga terjadi, ada teman saya, sebut saja si Baja Hitam yang saat itu luar biasa agresif…. bayangkan ketika saya duduk di kelas 6 SD tiba-tiba tidak menyodorkan cincin gratisan hadiah dari chiki dan bilang “Kalau umur kamu lebih muda dari saya, nanti di masa depan jadi istri saya ya” sontak saya shock! Pertama, saya jelas pasti lebih muda dari dia, saya kelahiran tahun 1990 sedangkan teman-teman saya mayoritas kelahiran tahun 1989 atau 1988. Lebih kekinya dia mengucapkan itu di depan pria yang saya suka saat itu, mukyaaaaaa…. nyebeeeeeliiiiiin. Untuk segera case closed karena saya keburu lulus dan melanjutkan sekolah ke kota Bogor.

Kisah tragis saya tidak hanya sampai situ. Saat saya kelas 5 SD, ada tetangga saya yang tiap haru mondar-mandir di depan rumah saya. Saya saat itu juga sering ada di depan rumah untuk menjemur adik saya atau mengajak adik saya main. Maklum saat itu adik saya baru lahir dan saya lagi antusias-antusiasnya. Betapa mengerikannya ketika suatu hari si tetangga itu mendatangi saya yang sedang mendorong kereta bayi adik saya dan lalu bilang “Tahukah kamu sebenarnya saya selama ini suka kamu” huwaaaaaa sereeeeeeemmm pedofiliaaaaa. Saya antara serem dan gak ngerti langsung dorong kereta bayi adik saya dan masuk rumah.

Ini bukan akhir! Besoknya hari minggu tiba-tiba tetangga menyeramkan itu datang ke rumah. Untungnya ayah saya ada di rumah, dan dia pun langsung disambut ramah oleh ayah saya yang memang pria paling ramah di muka bumi.
“Mau apa kamu, Nak?” tanya ayah saya sewaktu itu.
“Mmm… mau ketemu anak bapak, Pak… mau ngajak main aja”
“Wah lagi tidur tuh. Ya udah temenin saya aja gimana?”
“emmm… ya sudah kalau begitu saya pulang saja dulu”
“Kok, pulang? Ini loh sudah saya siapkan teh hangat. Kamu suka baca buku?”
“Emmmm… suka, Pak” *Which was DUSTA… mana mungkin lah :p cuman abis kata-kata kayaknya.
“Okay ambil buku di rak samping kamu, yang sampul biru… yaaak yang tebal itu”
“Ini,Pak” sambil menyodorkan buku sampul biru
“Kamu tahu ini buku apa? Ini buku yang bagus sekali…. Ini adalah buku Filosofi Ilmu. Kamu tahu? Ketika kita sekolah tingkat master dan doktoral, maka inilah basic knowledge-nya. Karena yang perlu kita perdalam adalah makna dari ilmu itu sendiri. Aaaaaah…. kalau ini…. ini buku Einstein’s Dreams karya Alan Lightman, kamu tahu Alan Lightman? dia seorang ahli fisika yang begitu mendalami ilmunya terutama teori relativitas einstein lalu membuat karya sastra yang sangat indah. Nah kalau buku yang di rak atas saya ini… ini buku principia-nya Newton! Saya sedang suka baca karya-karya Newton. Saya memang pegawai swasta tapi kadang saya suka juga mengkaji buku-buku science… sepertinya masih bisa dikembangkan bla….bla…bla….”

Dan tentu saja dihajar dengan penjelasan buku-buku tingkat tinggi si tetangga menyeramkan itu pasti kepalanya berasap, ada sekitar satu jam ayah saya membongkar koleksi-koleksi bukunya. Sampai akhirnya Beliau bertanya, “Coba menurut kamu buku mana yang paling menarik?”

Jawaban si tetangga saya “Heu… saya tidak terlalu mengerti, Pak. Pak… mohon maaf saya pamit…. terima kasih” lalu dia pun wuuuussssshhhh hilang entah kemana. Seminggu kemudian dia pun pindah ke Riau dan tak pernah kembali hahahahhahaha. Ayah saya lalu bilang, “Yaaa begitulah,Nak kalau tinggal di kampung. Di sini anak-anak seusia kamu sudah bisa dinikahkan… enak aja… langkah kamu masih panjang. Lagipula menantu ayah harus nyambung kalau ditanya tentang buku -.- ini ditanya tentang Einstein sama Newton aja gak tau -.- belum ayah keluarin tafsir Quran haaaaah lemah” hahahahhahaha sebagai info ayah saya adalah seorang Books Addict! Mungkin jika Beliau masih ada, ketika menyeleksi calon menantunya akan lebih seperti kolokium tesis daripada obrolan santai… mohon maklum, dulu memang maunya jadi dosen http://eemoticons.net

 

Saat SMP saya pikir hidup saya akan lebih damai dan sentosa. Rupanya tidak sodara-sodara. Kisah tragis saya dimulai ketika saya yang masih anak 1 SMP suatu hari disuruh teman saya menunggu dia di ruang kelasnya, “Mar… tunggu bentar ya, gw mau ke toilet dulu, waaaait di sini jangan ngilang” saya mengiyakan…

Namanya anak ndeso kan? Saya sih diam dengan manis di kelas teman saya…. eh tiba-tiba di pojokan kelas teman saya ada pasangan yang lagi pacaran, dan mereka pake acara pelukan dan ciuman segala. Jujur aja…. itu adalah pertama kalinya saya lihat orang pacaran, pelukan, dan ciuman! Yaaa gimana? SD bacaan saya kan komik dan buku pengetahuan bergambar… adegan kayak gitu kan gak ada di buku-buku saya.

Saya pun melongo, tapi dengan kebegoan yang mahaluarbiasa, saya pun tidak bisa melepas pandangan saya pada pasangan tersebut. Mungkin dengan mata terbelalak dan mulut terbuka. Merasa terganggu tiba-tiba si cowok memelototi saya “Woooooi…. apa lu liat-liat” saya merasa tidak bersalah dong! Saya tidak merasa kalau dia marah ke saya…. lalu sepersekian detik kemudian…. BUUUUUUUGH~ sebuah botol air mineral mendarat di kepala saya, “Kalau lu masih ganggu, bentar lagi sepatu gw yang ngelayang” Edyaaaaaaaan…..! jahat bgt!

Saya lalu keluar dan bertemu teman saya, melihat saya memegangi kepala sambil meringis, teman-teman saya plus anak-anak di kelas teman saya menghampiri saya, “Kenapa, Mar?”….”Dilempar botol sama yang dipojokan”. Bukannya ditolong…. malah saya habis ditertawakan…. “Heh… polos apa bodoh sih? Orang pacaran dipelototin gitu… kita-kita aja gak berani mwahahahahahaha, udah deh benjol gak?” huhuhuhuhuhuhu~~~

Sajak saat itu saya benci dengan orang pacaran! BENCI SETENGAH MATI! http://eemoticons.net

Tapi tidak indah dong masa sekolah tanpa bumbu cinta kan?

Di SMP ada juga cowok yang sempat saya suka. Sebenarnya gak suka sih, cuman kagum aja…. sebut saja namanya SPIDERMAN. Gak ada ganteng-gantengnya sih, cuman dia pintar dan kehidupannya kan complicated gitu tapi masih tetep sekolah dan tetep oke prestasinya waaah boleh dong diapresiasi. Cuman ya sudahlah ya…
Rupanya, [kalau tidak salah] saat kelas 3 SMP saya sekelas lagi dengan tuan SPIDERMAN ini. Suatu hari, ketika ada study tour, dalam perjalanan di bus tiba-tiba SPIDERMAN menembak saya! Huwaaaaaaaa kaget banget! Jujur rasanya saat itu saya ingin marah pada spiderman,kenapa? 1. Terlalu lebay lah nembak orang sampai berlutut segala~~~ come on! kamu harus punya harga diri, Man!, 2. Saya duduk persis di samping wali kelas saya, malu gak?, 3. Saya tahu dia melakukan itu karena dia main game taruhan dengan teman-temannya. Mohon maaf saja, harga diri saya sebagai wanita serasa diinjak-injak kalau dijadikan objek taruhan. Terlepas dari dia benar-benar suka pada saya atau tidak ya… tapi jujur saja saya keberatan jika caranya seperti itu.

Hubungan kami tentu jadi tidak enak, apalagi satu kelas. Tapi yaaaa bukan saya kalau gak mudah pindah ke lain hati. Saya justru tertarik dengan teman sekelas saya yang pintar dan kalau ngaji huwaaaaa suaranya bisa mengoyak-ngoyak hati! Pokoknya kesayangan guru agama saya. Allah seperti mendengar kata hati saya, suatu hari ada rotasi tempat duduk dan tebak! Saya mendapatkan tempat duduk sebangku dengan si cowok baik hati itu. Huwaaaaaa thanks God! At least saya bisa mendengar suaranya yang oke. Coba—-coba—— coba—- kalau ada cowok pintar dan agamanya oke plus tampang lumayan kece, cuman wanita bodoh yang gak tertarik kan? gak salah dong saya?

Sebenarnya saya duduk dengan damai bersama si cowok baik hati itu, malahan dia mengajarkan IPA dengan sangat baik ke saya. Very nice, man! Tapi suatu hari guru agama saya masuk kelas, “Looooh…kenapa kamu duduk dengan perempuan….bla…bla…bla… harusnya ada hijab….bla…bla…bla…” waaah seru deh. gara-gara kasus itu makanya pas pelajaran agama di kelas saya sempat di bagi dua kolom ikhwan-akhwat. Tapi setelah agama selesai toh balik lagi ke formasi semula.

Saya sih bahagia punya teman sebangku pintar dan baik hati. Tapi entah kenapa spiderman mulai mengganggu kedamaian dan kebahagiaan saya. Suatu hari teman-teman geng spiderman ada yang bilang ke saya “Lu itu gak punya hati banget ya?” mukyaaaaaaa salah apa gw? Spiderman juga menyindir-nyindir “Ilfil banget ya…. memang dia maunya cuman sama cowok-cowok yang kayak malaikat” So what? kalau memang ada yaaaaa kenapa gak kan? hahahaha

Fans cowok baik juga banyak, malah suatu hari ada yang menyamperi saya “Eh lu jangan deket-deket banget dong sama dia. Lu gak kasian si ini…ini…ini udah mendem perasaan lama” Yaaaa mana gw tau? saya cuekin aja lah…Saya di sekolah belajar MIPA dan IPS bukan ilmu membaca pikiran, Nak!

Pokoknya banyaaaak! bahkan ada yang sampai ngirim sms teror segala. Yeeee… bukan saya yang mau, Allah yang menentukan saya duduk sebangku sama siapa mwahahahaha.

Pada akhirnya… case closed karena baik saya, spiderman, dan cowok baik hati akhirnya pisaaaaah sekolah! Horaaaay… tapi sedih juga sih. Oiya pada akhirnya, pada suatu hari saya meminta maaf juga kepada cowok baik hati,
“Heh… sorry ya… gw emang orangnya gitu. Kadang kalau ngomong suka gak kekontrol. Maaf ya”
“Gak apa… gw betah kok duduk sama lu”
“Iya? Waaaah anak alim betah duduk sama gw, kabar baik. Kenapa?”
“Yaaa…karena lu gak macem-macem. Kalau jelek lu bilang jelek, kalau bagus lu bilang bagus, lu juga gak pernah ngomongin gw macem-macem, seru…. gw suka”
Huwaaaaaaa…. mengapa kata-kata itu muncul di akhir masa SMP saya? But forget it, pada akhirnya ada juga kenangan indah yang saya dapat di masa SMP http://eemoticons.net

Masuklah saya pada masa SMA! Masa-masa suram namun bahagia. Suram karena ngerasa orang-orang yang pintar kok banyak banget yaaaa, tapi bahagia karena yang merasa kayak saya banyak juga. Saya happy sekali karena saat SMA saya punya teman-teman yang baik…. sangaaaat baik-baik.

Masa SMA kayaknya kisah cinta saya gak ada ya… ada gak sih? gak tau ya…. ada sih yang ditaksir cuman udah trauma dengan kisah-kisah sebelumnya jadi errrr bodo amat deh lagian karena terlalu minder saat SMA, yaaaah mending bungkam aja lah ya. Satu-satunya yang saya ingat, saya pernah diam-diam benar-benar jatuh cinta dengan seseorang… kali ini benar-benar jatuh cinta saya rasa, makanya kalau ditanya kapan pertama kali saya jatuh cinta? Saya akan jawab ketika SMA. Langsung melow dong, saya pun kemudian membuat sebuah puisi di buku saya. Setelah saya baca-baca lagi, oooooh come on… melankolis banget! Hah, percuma deh cowok yang gw suka juga kayaknya gak suka sama gw, salah-salah malah saya yang malu dan patah hati, sudahlah saya robek, usel-usel, terus buang ke kolong meja. Siapa sangka puisi itu ditemukan oleh salah seorang teman saya dan betapa kagetnya ketika puisi itu kemudian dia tulis ulang dan dia serahkan kepada gebetan dia dan ajaibnya mereka pun jadian. Ya sukur deh ya… tapi yang bikin saya kaget adalah ketika akhirnya teman saya bilang “Mon, gw sebenarnya pake puisi yang lu bikin, tapi jangan bilang-bilang ya… lagipula itu udah lu buang kan?”

Kalian tau rasanya??? mau tau? HANCUUUR!http://eemoticons.net
Ya ampun… iya sih saya merasa konyol karena jadi makhluk super melankolis, tapi rasanya pesan cinta saya jatuh pada orang yang salah errrrrrrgh!

Jika ada satu kesempatan lagi yang Allah berikan, mungkin saya tidak mau puisi itu jatuh ke tangan teman saya itu… mungkin lebih baik saya berikan kepada pria yang saya taksir saat itu… pasti saya akan keki mungkin akan pingsan, tapi kemudian saya mungkin bisa sandiwara kejedot tembok lalu mengaku ke dia saya mengalami hilang ingatan sebagian, lalu menjalani kehidupan sebagai teman biasa seperti hari-hari biasanya. Mungkin gak akan malu-malu banget ya kalau begitu? Ah… kenapa kisah cinta pertama saya malah gak indah sih. Tapi pokoknya he just great… satu-satunya orang yang hingga saat ini saya suka without any reasons! Ya suka aja… that’s all…

Karena kasus itulah makanya saya bersumpah, jika kelak saya memiliki suami, saya ingin membuat sebuah buku yang saya persembahkan untuk dia. Jangankan puisi, surat cinta, cerita, curhat, semuanya saya tulis. Supaya dalam 365 hari dalam satu tahun, supaya tiap dia menghela napas, dia akan terus ingat bahwa saya mencintai dia! Pokoknya harus saya yang menggarap produksi buku itu dan buku saya untuk dia harus ada sign saya! gak boleh gak~ dia harus tau saya yang bekerja keras menulis itu mati-matian. Saya harus membalas dendam kisah cinta pertama saya yang berlangsung tidak mulus itu. Sedih banget gak sih? http://eemoticons.net ya udahlah… semoga kisah kalian gak setragis saya. Tapi saya rasa prestasi juga loh karena hingga hari ini saya masih bisa menjaga rapat-rapat identitas cinta pertama saya itu. Biarlah semua menerka-nerka. Biarlah juga gak usah ada yang tau hahahaha…

Lanjut kuliah… masih patah hati hahahaha, kali ini memang patah hatinya agak akut sih.
Ambisi saya satu… saya harus pintar! dan misi saya tetap sama hingga hari ini, kelak saya akan menjadi penulis! Makanya saat perguruan tinggi saya ikut berbagai lomba dan secara ajaib pernah juga jadi mapres fakultas. Hwaaaaa… gak bodoh-bodoh banget lah ya. Oiya, seperti yang kalian tahu saya juga punya sahabat yaaaaang sangat karib. He’s my writing partner jadi karena saya pemalas nah saya bisa mendzhalimi dia dengan menyuruh dia mengetik dan saya tinggal edit-edit-edit… untung dia baik banget. Hingga hari ini pun hubungan kami masih sangat baik.

Karena anaknya ramah dan supel banget maka jangan heran dia dikelilingi banyak wanita. Suatu hari saya tahu bahwa ada adik kelas kami yang kebetulan mantan murid saya di kelas praktikum Makroekonomi rupanya naksir sahabat saya itu. Waaaah, saya heboh dong. Tumben aja sahabat saya gak cerita… waaah investigasi dimulai. Saya jujur hampir happy, karena seingat saya adik kelas saya itu termasuk yang pintar dan antusias di kelas…

Rupanya dia kurang sreg dengan adik kelas saya itu, dan alhasil pada suatu weekend sahabat saya menceritakan semuanya. “Mon… masa gw dianggap php-in dia?” Owalaaaah berat kali masalahmu, Nak. Saya sih ketawa-ketawa aja, abis lucu juga liat dia panik. Tapi berubah jadi jengkel ketika tiba-tiba dia bilang “Mon, sementara ini jangan hubungin gw dulu ya… apalagi via socmed” Edyaaaaan! apa ceritanya gw gak boleh menghubungi partner in crime gw kan? Waaaah gak beres! Saya protes, “Mon, please… gw gak mau lu jadi terjebak dengan kegilaan ini” Oh well…. baiklah, tapi saya sudah bilang “Kalau perlu ada acara jambak2an, it’s okay! Masa iya gw jadi gak bisa ngehubungin temen gw sendiri, dia cuman bilang “Heu… kalau ada acara jambak-jambakan lu pasti kalah, tulang lu kan kayak nenek-nenek, gampang keseleo… nanti leher keseleo lagi aaaah makin repot” errrr… gak jadi deh mau belainnya http://eemoticons.net

Beberapa hari kemudian kehebohan terjadi di twitter, teman saya disindir habis-habisan di twitter. Rasanya gak tega… bagaimanapun sahabat saya adalah orang yang ada di garis depan saat saya kena masalah apapun, masa iya lawan perempuan lagi aja saya gak bisa, bisa laaaah perang-perangan dikit mah. Huwaaaaa… hampir deh misi pembelaan dilaksanakan. Tapi dasar sahabat saya memang defaultnya baik hati “Udahlah,Mon… kalau lu ikutan malah makin ribet, nanti malah lu yang kena”, “But she’s my student” bela saya, “Iya… terus so what? Udahlah paling 1-3 hari doang”

Dan taaaaaraaaa benar, 3 hari kemudian cuaca kembali cerah, dan kagetnya adik kelas saya itu kembali berpacaran dengan mantan pacarnya…. krik-krik-krik- http://eemoticons.net

“Mon… bener kan, dia emang gak serius ke gw…. cuman jadi pelarian aja. Sebenarnya kasian sih… bukan gw kejam tapi kalau gw ladenin kan makin susah urusannya” kata sahabat saya kemudian.

Huwaaaaaaaaa…. kasian sekali dia, sesekalinya ada yang nembak hahahahaha :p
Mungkin ini peringatan aja dari Allah karena dia kan suka tebar pesona ke semua wanita hahahahaha
Tapi saya baru liat loh kasus kayak gitu, “Eh, lain hari kalau ada kasus-kasus kayak gini jangan cerita ke gw ya… serem-serem-ribet gimanaaaaaa gitu ya, hahahhahaha” kata saya kemudian.

Kok gak ada yang ceria ya kisahnya…
Ya ampuuuuunnnnn pantesan jomblo hahahaha.
Hingga hari ini saya masih selalu bertanya-tanya, in the end saya akan melanjutkan hidup saya dengan siapa ya?
Mungkin dengan orang baru…
Mugkin dengan sahabat saya…
Mungkin dengan teman SMP saya yang entah sekarang ada dimana…
atau mungkin dengan cinta pertama saya karena saya masih punya “hutang” yang belum saya serahkan kepadanya hingga hari ini…
mungkiiiiiiiin…. ah masa bodoh lah~

Tentang Seorang Pria…


Sebuah persembahan cerita untuk my lovely brother yang akan berulang tahun besok, kelak kamu akan membacanya dan jadilah seorang pria yang hebat 🙂

Saya….
Hanya merasakan hidup selama 12 tahun dengan ayah saya. Itupun tidak full time karena tentu saja Beliau bekerja dsb. Selama 12 tahun, dengan pengetahuan saya tentang kehidupan yang masih sangat minim, saya mencoba memahami nilai-nilai yang Beliau pegang. Lagi-lagi, dengan pengetahuan saya yang masih sangat minim tentang kehidupan, saya sangat mengagumi ayah saya karena alasan-alasan yang sangat sederhana. Namun, setelah Beliau meninggalkan saya dan keluarga, saya marah pada Beliau sekaligus pada Tuhan, well… why should my father? why?
Sempat sedikit shock, saya lalu mengumpulkan setiap kepingan ingatan saya tentang Beliau, alasannya? Karena hanya kenangan-kenangan itu yang bisa saya jaga dan saya ingat selamanya. Kenangan itu akan jadi harta paling berharga dalam hidup saya, dan semoga juga untuk orang lain.

Izinkan saya bercerita sedikit tentang Beliau.

Ayah saya adalah seorang anak pertama dari keluarga yang biasa saja. Karena Beliau seorang anak yatim, maka untuk membantu ekonomi keluarganya, Beliau menjadi gembala ternak saat masih sekolah, membantu ibunya berjualan, dan karena pintar Beliau juga menyambi menjadi guru di kampung halamannya. Karena prestasi akademisnya yang baik, Beliau kemudian bisa bersekolah di IPB melalui jalur undangan. Harapan Beliau saat itu hanya satu, kelak bisa menjadi guru, lalu kembali ke kampung halamannya dan mencerdaskan anak-anak di kampung halamannya.

Hampir menjadi dosen tetap namun akhirnya Beliau give up for his biggest dream, alasannya masalah ekonomi. Saat itu, menjadi dosen apalagi belum tetap sangat tidak prospektif. Beliau kemudian menjadi seorang pegawai swasta.

Saat mendengar cerita itu, saya kemudian protes kepada ayah saya. Bagaimana mungkin impian yang sudah Beliau perjuangkan bertahun-tahun harus kandas begitu saja. He just great… so why he should stop? Why? ini terlalu tidak fair.

Menjawab pertanyaan saya yang menggebu saat itu, Beliau hanya tersenyum lalu menjawab dengan kalimat-kalimat yang menurut saya terlalu berat untuk saya mengerti saat itu.

“Jadi pria itu berarti menjadi imam… menjadi pemimpin… menjadi seorang mengambil keputusan. Itu amanah dari Allah” Jawab ayah saya pendek

“Masa bodoh… ini masalah cita-cita, yah. Ayah yang bilang perjuangkan impian sampai mati. Gantung cita-cita di di bintang, jangan hanya sampai di bulan karena bulan sudah pernah dicapai oleh NASA. Lha… ini ayah sendiri kok melanggar kata-kata itu?” Protes saya

“Ayah belum selesai. Nak, menjadi seorang pria itu haruslah bijaksana… karena imam yang tidak bijak hanya akan merugikan umat. Sampai situ, setuju?”

“Iya, lalu?”

“Lalu… ayah yang saat itu harus mengambil keputusan yang paling banyak memberikan keuntungan bagi orang-orang di sekitar Ayah. Kalau ayah bersikeras untuk sekolah lagi…. bersikeras untuk melanjutkan pekerjaan yang uangnya tidak jelas… maka Ayah akan mengorbankan kalian. Tentu ayah tidak mau menjadi egois”

“Okay, alasan diterima. Tapi ini berarti ayah menyerah dengan impian ayah?”

“Tidak… siapa ya menyerah? Justru Ayah sedang mengembangkan impian ayah jadi lebih fenomenal… lebih nyata…. lebih keren”

“Sok banget. Memangnya mempersiapkan apa?”

“Mempersiapkan kamu” jawab ayah saya singkat.

Saya bingung lalu bertanya, “Maksudnya apa? Saya gak mau jadi guru ah… jadi dosen juga… saya mau jadi presiden Amerika Serikat aja. Kayaknya lebih kaya dan keren”

“Hahahahahaha… terserah kamu mau bercita-cita jadi apa. Akan tetapi satu hal yang kamu tidak boleh lupa, ketika kamu semakin berilmu nanti maka jadilah orang yang semakin rendah hati. Jadilah orang yang bisa membagi ilmu kamu untuk kepentingan banyak orang. Ilmu itu harta dan amanah, dan kamu tahu kan setiap harta harus dikeluarkan zakatnya.”

“Iya, yah? gimana bayar zakat ilmu?”

“Dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan mengamalkannya sebaik yang kamu bisa. Ingat juga bahwa ilmu adalah harta, maka dia bisa dicari terus menerus hingga ke pojok bumi manapun. Ingat bahwa ilmu adalah amanah, dan amanah hanya diberikan pada orang yang pantas, maka jadilah orang yang baik sehingga Allah menilai kamu pantas untuk diamanahi ilmu pengetahuan”

“Aduh pusing banget ya, yah… gak ngerti deh”
“Yaaaaa… nanti juga ada saatnya kamu ngerti. Yang penting ingat saja dulu”

Lalu pembicaraan pun semakin mencair, dan saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa pembicaraan itu akan menjadi pondasi berpikir saya di masa yang akan datang.

* * *

Saya tidak akan bercerita lebih panjang mengenai ayah saya, mungkin harus dibuat sebuah buku khusus untuk menceritakan Beliau. Singkat cerita, Beliau kemudian sakit saat saya duduk di kelas 6 SD karena sebuah kecelakaan di kantornya dan kemudian meninggal dunia saat saya duduk di bangku SMP kelas 2.

Saat Beliau jatuh sakit, saya sangat marah pada Tuhan. Yaaaa… supaya kalian tahu saja, saya pernah sampai tiap hari hanya menggugat Tuhan. Bagi saya terlalu tidak adil jika seseorang yang baik seperti Beliau harus jatuh sakit seperti itu. Gila!

“Ayah gak kasian sama kita-kita, sampai sakit begini?” Kata saya pada Ayah saya, “Kenapa sih Ayah masih aja baik sama Allah, Allah aja gak baik sama Ayah. Yaaaaa jangan dibaik-baikin dong Allah-nya, keenakan nanti”

“Ayah merasa ayah beruntung banget aja”

“Ayah demam kali -____-, syarafnya bener-bener rusak rupanya”

“Nggak… ini serius. Tidak banyak yang mau menerima orang yang sakit seperti Ayah sekarang dengan baik… dengan sabar… tapi ayah punya kalian, semuanya baik, semuanya sabar, semuanya tetap semangat. Kamu juga rupanya bisa kan dapat NEM tertinggi”

“Cuman sekabupaten, Yah… gak se-Indonesia.”

“Tapi itu luar biasa kan? Kamu pikir itu biasa, bagi ayah luar biasa. Nak, tidak mudah menjaga semangat berjuang di saat-saat sulit dan kamu bisa melakukan itu. Kelak kamu bisa menjadi wanita yang hebat, masih mau jadi presiden Amerika?”

“Gak Yah, jadi presiden Amerika banyak musuhnya. Kayaknya jadi dokter mata aja deh”

“You change your dream because of me?”

“Sepertinya begitu”

“Iya, gak apa. Tapi kelak… setelah kamu semakin dewasa, kamu harus semakin mantap dalam menentukan impian dan jalan hidup. Jangan terlalu sering berubah, karena itu membuat kamu menjadi kurang fokus terhadap apa yang kamu kejar. Tentukan langkah yang mantap, pantaskan diri, lalu berjuang… jangan takut gagal, toh semua orang pernah gagal”

“Saya orang yang takut kepada kegagalan, yah…. saya sih jujur saja”

“Untuk apa? Nak, setiap pencapaian besar itu butuh waktu… butuh proses… dan salah satu proses yang harus kamu hadapi adalah kegagalan. Berhasil dan gagal itu satu paket.”

“Mengapa harus satu paket?”

“Agar kita menghargai setiap jerih payah yang telah kita tempuh… agar kita menghargai setiap hal yang kita peroleh… agar kita bersyukur dan semakin rendah hati”

“Ayah terlalu banyak teori!”

“Hahahahahaha…. oya? Iya sih ya… tapi gak apa selama teorinya baik dan benar.”

Beberapa tahun kemudian saya tidak memiliki kesempatan untuk kembali berdebat dengan Beliau.

* * *

Hari ini, saya sudah bertemu dengan banyak pria. Beberapa orang yang sangat bersemangat dalam meraih setiap impiannya, beberapa terlalu mudah bertekuk lutut pada kegagalan. Saya geram! Manusia di muka bumi ini seharusnya menyadari bahwa banyak orang yang meninggal terlalu cepat sebelum mereka meraih impian dan cita-cita mereka, lalu apakah pantas jika masih saja ada yang ingin menyerah begitu dini dengan impian-impian mereka?

Jika ingin menyerah, bolehkan saya memohon untuk setidaknya kalian mencoba satu kali lagi…. terus menerus seperti itu. Setidaknya modifikasi impian dan rencana-rencana yang ada sehingga lebih memungkinkan untuk dicapai. Tapi jangan menyerah! Bergerak maju bukan hanya harus dengan cara berlari, merangkak pun tidak apa…. yang penting maju! Itu saja!

Saya yang hari ini, ingin mewujudkan impian saya sekaligus impian ayah saya yang belum tercapai. Jika kalian pikir ini mudah, maka kalian salah besar… saya sudah jatuh berkali-kali, ratusan kali menangis, berkali-kali pula ingin menyerah, tapi apakah saya pantas untuk menyerah? Tidak kawan, saya harus maju… jika tidak saya akan semakin tertinggal dan semakin jauh dari semua impian saya.

Setiap pencapaian besar butuh waktu!

Bagaikan perlombaan marathon, jutaan orang sedang berlari mengejar impian mereka masing-masing…. terus berlari hingga lelah. Jika kita terjatuh, lalu kita berhenti karena lelah…. maka kita hanya akan terinjak oleh peserta marathon yang lain. Perjuangan ini tidak mengenal kata lelah…. jika kau lelah, maka mungkin kau belum menemukan hal apa yang tengah kau perjuangkan.

Me and my father, long….long….long time ago 🙂

 

jiplak tulisan orang lain? Masih jaman?


Huuuuft! berapa kali harus saya bilang saya sebenarnya tidak pernah bermasalah dengan orang yang menggunakan tulisan saya untuk tulisan mereka bla-bla-bla ASALKAN mereka mencantumkan nama saya, susah banget sih? Emangnya nulis gampang? huwaaaaa you should read many books before you can write something good! Hingga hari ini, ketika saya mau menggunakan tulisan orang lain saja, bahkan jika itu adik kelas saya sendiri, saya pasti akan meminta izin terlebih dahulu karena saya tahu menulis itu tidak mudah.

Bulan ini, entah ada angin apa… seseorang menggunakan tulisan saya untuk dipajang di blognya TANPA meminta izin kepada saya atau sekadar memberi penjelasan singkat bahwa itu adalah tulisan saya… sebenarnya mau menyelesaikan hal ini secara baik-baik, tapi orangnya nggak nanggepin… jadi yaaaaa, biar saya aja yang bongkar! heuuuuuu! dosa… dosa deh sekalian.

Image and video hosting by TinyPic

Itu merupakan tulisan saya yang saya kirim ke Kompetisi Essay Mahasiswa  Nasional tahun 2010 yang diselenggarakan oleh tempo institute. Mengapa dia bisa dapatkan? Karena pada tahun 2010-2011, essay yang masuk 20 besar dipajang di website tempo institute dan hahahahaha saya dapat 20 besar,tapi nggak usah dibesar-besarkan yang lebih bagus dari saya juga buanyaaaaak hahahahaha. Naaaah, sayangnyatahun 2012 ini si essay-essay yang udah dari angkatan 2010 itu udah nggak dipajang lagi, ngerti laaaah… udah saatnya yang angkatan baru yang merasakan sensasi tulisan mereka dipajang di website tempo institute dan dibaca dunia *halah*, dan taaaaaaraaaaaaaa setelah saya iseng-iseng ngecek, rupanya tulisan saya malah mejeng di blognya mas wedha darmawan yang darmawan karena mau meluangkan space blognya…. ya! darmawan tapi kurang bijaksana karena asal kopi paste begitu saja *sorry to say, ya Mas….* dan setelah kepo melacak social medianya…. betapa terkejutnya saya ketika tahu orang ini adalah duta bahasa gitu deh~ hah udah deh nggak usah dilanjutkan. Setelah saya cek lagi, ada juga essay-essay orang lain yang dia kopipaste 🙁 owwwwwh… why

Kalau tulisan yang dia kopas itu adalah tulisan saya yang non formal kayak yang di blog atau apalah…. saya sih nggak akan heboh-heboh banget. Tapi ini? Ini tulisan saya yang pernah masuk lomba…pernah publikasi… dan errrrrghhhhh! Dia tidak mengerti betapa dekatnya pekerjaan saya dengan menulis, beberapa kali saya dipanggil wawancara kerja karena track record menulis saya dan bahkan ada yang karena membaca blog saya *ini tips juga buat blogger yang juga job seeker :p watch out your blog hehehehehe* bisa dibayangkan nggak kalau ada pihak yang iseng-iseng ngecek judul tulisan saya dan taraaaaaaa muncul di blog atau website orang lain dengan nama orang lain juga? come on! jangan dzhalim deh.

Grrrrrrr….
Pembaca yang baik, omelan saya ini belum seberapa kok, sewaktu saya submit tulisan ke jurnal nasional, editornya langsung memberi “surat cinta” yang sangat mengena karena saya salah menulis nama penulis di daftar pustaka dan salah menulis judul dan volume jurnal yang saya kutip. Segitu saya udah nulis yaaaa mengutip dari mana, nggak asal kupipa gitu aja, diomelinnya langsung dahsyat!Saya saja pernah dimarahin untuk masalah-masalah seperti ini, karena dalam dunia menulis plagiarism itu suatu tindakan yang fatal…. sekecil apapun. Kalau mengutip perkataan editor saya “Tolong hargai setiap jerih payah dan pemikiran orang-orang yang sudah menginspirasi setiap bagian inspirasi kita” hahahahaha saya masih inget banget surat cinta pak editor tercinta itu.

Haaaaah,sudahlah…
mau tahun baru.
Saya masih berbaik sangka mas tersebut hanya khilaf *mungkin khilafnya cukup sampai situ aja ya, Mas…* semoga Allah membukakan pintu hatinya… aamiin…
Tapi untuk pembaca sekalian, bijaklah dalam mengutip atau kopi paste… kita tidak berhak merebut hak orang lain sekecil apapun 🙂

Well… see you!