Emonifoodie Ramadhan Special: If I can make it, you can make it better :)


Kawan, jadwal sidang saya sudah keluar hahahaha…
Saya akan defence dalam waktu dekat. Mohon doanya ya. Sebenarnya sibuk banget sih, tapi lama-lama jenuh juga lihat excel setiap detik. Satu-satunya hiburan saya adalah: Makan! dan karena gak bisa kemana-mana saya pun masak sendiri (subhanallah 33x).

Sebagai wanita yang tinggal sendiri, gamang, sedih, sedang tidak mau ketemu orang, galau, lapar, dan digaplok deadline bertubi-tubi, stress kemudian melanda. Berdasarkan riset, orang yang stress itu lebih kreatif! Voila… entah angin dari mana saya pun bisa masak huhuhuhu.Entah lapar atau gimana ya, perasaan sih semuanya enak-enak aja hahahaha.

Selain makan, rasa-rasanya saya bisa jadi orang gila kalau tidak menulis blog (oh please… bukan menulis riset setiap detik). Saya juga sadar teman-teman saya yang sedang semakin sibuk, semakin tidak peduli dengan makanan yang mereka konsumsi. Terus nanti jadi penyakitan, lemes, tidak berdaya, lemot, lalu complain “Ini karena riset gw yang gila…” iya tapi bukan karena itu aja, kalian juga LAPAR! oh come on! Tiada logika tanpa logistik! Otak kalian juga butuh energi buat mikir…. sel-sel di badan kalian itu butuh protein untuk memperbaiki diri mereka yang rusak! oh come on~

Karena saya bodoh banget dalam dunia masak, I just love foods from the bottom of my heart… am I good in cooking? Oh please that’s another question, tapi saya percaya kalau saya bisa memasak sesuatu dengan rasa yang lumayan, kalian yang lebih jago daripada saya pasti bisa melebihi saya. Saya juga akan berusaha untuk membuat masakannya semudah mungkin, bukan karena apa-apa… level saya memang terbatas AHAHAHAHAHAHAHA #jujur. Sebisa mungkin bahan-bahannya murah meriah lah… gak sanggup kalau harus masak sup sirip hiu feat sarang walet, aduuuuh…. beasiswa gak cukup :’P

Dengan demikian atas dasar menghibur hati saya sendiri hahaha dan tentu hati semua orang yang tidak sengaja sampai ke blog ini… serta merayakan one of my favorite month, makaΒ  emonikova membuat sesi spesial bernama:
Emonifoodie: If I can make it, you can make it better
Image and video hosting by TinyPic

Berikut ToR dari Emonifoodie:
1. If you are not Indonesian speaker, but you curious with the recipe, kindly visit my english blog : http://emonikova.tumblr.com . Of course not as details as Indonesian one, however I’ll try my best to make it easy to follow (and to be improved of course :p).

2. Karena saya sibuk *uhuk* maka seluruh posting adalah posting terschedule yang saya tulis entah kapan hahahaha. Saya akan men-set posting setiap Sabtu, Minggu, dan Kamis pukul 12.00 JST (14.00 WIB). Sengaja supaya ketika tersubmit di social media, kalian sedang lapar dan haus-hausnya AHAHAHHHAHAHA.

3. Even ini hanya berlangsung di bulan Ramadhan. Why? Because Ramadhan is always my favorite month πŸ™‚ ALWAYSSSS~~~~

4. Jika kalian punya ide resep yang murah, gampang, dan enak (dan oh iya please yang bergizi lah)… please let me know! Kalau bisa sih udah ada fotonya ahahahaha jadi saya tidak perlu mencoba itu di rumah :’) eh boleh aja sih, cuman kan hasil wallahu’alam :’D Oiya, resepnya gak cuman makanan loh bisa juga minuman yang seger-seger membahagiakan. Everything are welcome asal gampang… kalau misalnya cara memasaknya harus koprol sambil lempar panci backflip rasa2nya tidak ada yang mampu.

cara share resepnya adalah:
a. kalian bisa langsung komen di blog saya.
b. silakan e-mail ke marissa.malahayati@gmail.com
c. kalau kalian memiliki instagram, kalian bisa instamessage atau food selfie dengan mention akun @emonikova

5. Hasil jadi resep tidak diperjual-belikan, apalagi mendadak gw bisnis bento gitu, waaaah mustahil hahahaha :’D jika kalian berada di Tokyo dan sekitarnya, kalau mau makan2 bolehlah mampir ke hunian saya setiap hari sabtu. Hari lain saya pasti sudah kabur ke lab.

Demikian πŸ™‚
Enjoy ramadhan with smile πŸ™‚

 

Sedikit Mengintip Kehidupan di Lab.: Karena hidup kami tidak seindah foto-foto selfie kami


Kadang gemes juga ya kalau ada yang bilang “Aduuuuh….enak banget sih sekolah di luar, selfie terus… fotonya bagus-bagus. Kayaknya happy-happy semua ya?” ahahahhahaa iya sih, namun tak jarang di balik layar kami semua hampa dan galau. Yang ngomong gitu tuh belum tau rasanya ketika stuck, sensei bilang lo harus ulang semuanya dari awal, pusing, laper, lembur di lab, nyampe rumah yang menyapa cuman seonggok kulkas kosong! That’s hurt, Bray! huhuhuhuhu… jauh dari rumah, apalagi untuk family person seperti saya ini sesungguhnya berat bgt. Saya kan tuan putri manja, kalau ada apa-apa di Indonesia pasti nguwel-nguwel adik saya dan curhat macem-macem ke Mama. Di sini? Gak ada, bahkan kucing pun gak ada. Ada kucing tetangga, tapi gak bisa ngomong bahasa Indonesia. Hiks.

Walau gak seburuk itu sih, saya happy dan bersyukur juga karena banyak hal πŸ™‚ Tapi kalau dibilang “Wah sepele banget ya rupanya sekolah di luar” wowowowowow…. hold on a second! Baiklah, karena saya sering nginep di lab. pada kesempatan kali ini saya akan perkenalkan isi lab saya πŸ˜€ semoga bisa menjawab rasa penasaran kehidupan ngelab di Jepang ini seperti apa. Mumpung lagi gak ada siapa-siapa.

Waktu menunjukan jam 4 subuh
Image and video hosting by TinyPic

Entah kebetulan atau bagaimana, namun memang di lab saya ini seperti ada zona Ikhwan-Akhwat ahahahaha…. ada zona terpisah antara mahasiswa cowok dan cewek. Gak sengaja sih. Cuman ini juga karena pertimbangan anak-anak lab kan suka pada tidur atau bahkan nginep di lab, nah kan gak kece kalau kita yang cewek ngiler keliatan yang cowok-cowok begitu pula sebaliknya fufufufufufu.

Untuk yang belum tahu, saya ini mengidap dyslexia ringan… Saya tidak bisa membedakan dengan cepat antara kanan dan kiri, plus saya susah banget menghapal nama orang. Untuk memudahkan saya, dibuatlah denah tempat duduk ini. Karena saya iseng, jadi sekalian saya tambah doodle buatan saya ahahahhaaa…. sengaja biar saya ingat sifat dan hobi masing-masing teman saya di lab ini πŸ™‚

Image and video hosting by TinyPic

Zona cowok memang lebih chaos hahahaha… tentu karena mereka lebih sering menginap di lab daripada kami para wanita-wanita lugu ini.
Di bagian tengah sih rapi…apalagi zona ini didominasi oleh pria-pria rapi.
Image and video hosting by TinyPic
tapi di bagian pojok…. pffffft :p kasur lipat, sleeping bag, dan selimut merajalela
Image and video hosting by TinyPic

Dan asal tahu saja, tiap laci penuh! Penuh dengan cemilan. Bukan untuk gempa atau bencana alam, tapi lebih untuk bertahan ketika begadang.

Untuk zona akhwat…uhuk…. ambil sudut pandang agak jauh lah biar gak malu. Lihat kursi paling berantakan dan penuh bantal itu? Naaaah itu meja saya! hahahahaha berantakaaaan. Kalau para pria punya kasur dan sleeping bag, saya punya bantal. Salah satu bantal bisa dibuka dan jadi selimut… kadang bisa jadi sajadah juga. terus si kucing item bisa jadi bantal. Jadi peralatan perang saya sesungguhnya tidak kalah lengkap.
Image and video hosting by TinyPic

dan karena kadang pengen ngopi (atau dapat voucher starbuck gratis), maka koleksi tumblr saya pun siap sedia di lab. Siapa tau khaaaaan…. rezeki nomplok.
Image and video hosting by TinyPic

Nah… di sebuah lab, selalu ada Asisten Professor yang menurut saya lebih intens berkomunikasi dengan mahasiswa dibandingkan dengan professornya sendiri. Saya punya asprof yang baiiiiiik banget (over malah), dan setiap kali kami stuck dan buntu… doski akan siap membantu. Kalau kemudian Beliau juga stuck… oh ne vous inquiΓ©tez pas πŸ˜€ Dia akan langsung mengecek literatur yang ada… widiiiih, cek dulu dong rak buku Beliau, cadazzzz!
Image and video hosting by TinyPic

Sedangkan kami, pemuda-pemudi negeri….
Ketika kami stuck, lemah, tak berdaya, dan gak ngerti harus apa… kami juga baca buku. Buku komik :p ya habis bagaimana, daripada semakin menggila kan πŸ˜€ tapi buku non fiction juga banyak kok di meja masing-masing.
Image and video hosting by TinyPic

Asprof saya juga beberapa kali bilang, minat baca pemuda Jepang menurun. Pffttt… belum ke Indonesia aja doi ahahhaahaha… lebih parah lagi :p

Lab itu semacam rumah kedua bagi mahasiswa di sini, apalagi untuk anak-anak yang menggunakan eksperimen untuk penelitiannya… wah handuk, sikat gigi, sabun, juga mungkin udah pindah semua ke lab. Saya juga ke lab sampai semalam ini karena saya agak malas bertemu manusia di siang hari hahhahaa. Some people love to work alone. Rasanya lebih baik bekerja saat malam hari di banding siang entah kenapa. Tapi jangan terlalu ditiru sih, kelak di dunia kerja bakal repot.

Kadang menginap di lab itu karena faktor kepraktisan juga sih… sudah menyimpan semua data dan sudah merun program semuanya di komputer lab, jadi kagok kalau harus menyambungnya dengan laptop di rumah πŸ™‚ tapi saya juga pernah punya teman yang tidak bisa lepas dari laptopnya, dan sekalinya dia lupa bawa kabel, dia pun langsung pulang “My life is not complete without my laptop” dan orang macam ini asal memeluk laptopnya dia sudah happy dan bisa kerja.

Semua orang punya style masing-masing dalam mengerjakan penelitiannya. Saya pribadi sih paling males ya mengomentari “Ih si A kok jarang ke lab….”, “Eh si B kok gini ya…” bla bla bla…
Kita tidak pernah tahu seberapa keras seseorang berjuang di balik layar.
Biasanya saya pula setelah shalat subuh dan setelah mengecek jadwal kereta πŸ™‚
Hal paling keren yang bikin saya betah kerja malam sampai pagi adalah: lihat matahari pagi.
Semua orang mungkin melihat matahari tenggelam dari jendela lab mereka hampir setiap hari, tapi tidak semua melihat matahari yang terbit dan perlahan menyorot Honkan πŸ™‚
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

selain itu karena saya cinta banget star gazing, kalau mulai mengantuk dan bosan saya bisa keluar dan lihat bintang, and no one disturb me, no one said I am weird… I am alone, me and nature. Terakhir kali saya melihat bintang sebebas ini adalah ketika ayah masih ada, jadi ketika kesempatan seperti ini datang lagi, I can’t miss it.

Di balik dinding universitas….
Di balik dinding lab…
Tersimpan impian dan harapan mahasiswa-mahasiswa yang sedang berjuang menempuh pendidikan mereka.
Di balik dinding ini semua, saya mengalunkan doa-doa terbaik yang saya miliki, meyakinkan Tuhan bahwa Dia tidak salah mengamanahi saya untuk berada di sini.

Dan percayalah, semuanya sedang berjuang sebaik yang kami bisa dengan cara kami masing-masing πŸ™‚

Emonikova`s English page is available now :)


So, I got some letters from my friends, they a little bit complain because my blog basically written in Indonesian Language πŸ™‚
Ok, fine… so mmm I have an old blog in tumblr, I decide to make it as my English blog (or you may find some Japanese and France there, I am learning on it).
While it is very super easy to update everything on Tumblr, I think I`ll update that more often than this blog πŸ™‚

Image and video hosting by TinyPic

So, where is the link page?
Have a look in : http://emonikova.tumblr.com

And for my Indonesian reader… don`t worry, I`ll keep writing in Indonesia (of course) and as usual waiting for you suggestion, comments, and even complaints πŸ˜€

Thanks for make me keepΒ  writing! πŸ™‚

Tribute to Ada Apa Dengan Cinta: Terima kasih karena setidaknya sudah mengajarkan kami romantisnya puisi


Saya belum nonton AADC 2, adik saya pun bilang berkali-kali “Ya ampuuun… nanti juga ada di TV. Lagian kenapa sih Indonesia begitu heboh dengan pertemuan Cinta dan Rangga, oh come on!”
ya sudah, jadi saya menulis lebih ke AADC secara umum.

Iya ya… kenapa AADC itu begitu dalam tertanam di sanubari generasi 90-an?
Padahal ceritanya kan standar… ya ampuuun, standar banget.
Ah! Saya tahu! Saya sedikit bangga dengan film ini karena setidaknya film ini mengajarkan bahwa romantisme itu bisa muncul dari buku sastra sekaliber “Aku” karangan Sjuman Djaya. Membuat orang penasaran perjalanan hidup sastrawan sekaliber Chairil Anwar. Pada masa itu, setidaknya puisi “Aku” selalu jadi puisi utama yang manggung dalam perlombaan-perlombaan puisi. Setidaknya kita jadi sedikit tahu mengenai romantisme kususasteraan.

AADC juga meninggikan standar orang yang layak “Ditaksir” jaman itu….
cowok kece itu yaaaa seperti Rangga, cool, tidak banyak bicara, pintar, jago menulis puisi, dan hey! Sekolah di luar negeri.
cewek kece yaaaa seperti Cinta, easy going, setia kawan, bisa seni, dan supel.

AADC mengajarkan kita untuk jatuh cinta dan galau dengan cara yang sederhana dan tidak lebay.
Tidak seperti sinetron era masa kini yang…. ah sudahlah males bahasnya.

Seiring dengan rasa terima kasih saya terhadap film ini, izinkan saya menyanyikan salah satu OST AADC, Bimbang:

“Ku peluk semua indah hidupku
Hikmah yang ku rasa sangat tulus
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun ada yang hilang separuh
Diriku”

Ketika kemudian AADC 2 muncul, mempertemukan kembali Cinta dan Rangga setelah 14 tahun….
sebenarnya kalau dipikir-pikir iya ya, berpisah selama 14 tahun rasanya ajaib ketika semuanya masih sama-sama single dan masih sama-sama cinta. Walaupun tentu kita tidak bisa mendebat masalah rasa dan takdir dalam dunia nyata.
Namun yang pasti, kitalah yang dipertemukan dengan harapan untuk melihat film yang sederhana dan tidak murahan seperti AADC. Ya! Setelah 14 tahun πŸ™‚

Weddingnomics ala Indonesia: Mengapa Menikah di Indonesia itu “relatively” mahal?


Saya tergeletak di rumah hari ini karena sakit perut, yo wis mari menulis blog.
Yak Sodara-Sodara… izinkan saya yang belum menikah ini dan hingga Ramadhan 2016 hilal mengenai jodoh saya belum terlihat (yang terlihat adalah deadline proposal penelitian yang semakin mendekat) berbicara mengenai apakah nikah itu harus mahal? Pernikahan seperti apa sih yang ideal? dsb..dsb…dsb….

Entah ada angin apa, saya tergerak untuk men-search biaya paket pernikahan kemarin malam. Sungguh jomblo optimis, belum ada bayangan pun sudah melihat paket2an ahahahaha. Jadi nih ya buat kamu yang sama-sama Jomblo dan bloon masalah beginian, rupanya layaknya level di MLM paket nikahan juga ada yang bronze, silver, gold, sampai platinum! Namanya juga mahasiswa modal ngepas dong, saya lirik lah paket pernikahan bronze di sebuah cafe di Bogor, yang KATANYA sedang promosi. Sungguh mencengangkan…. total 30 juta!!! Uhuk…. bisa bayar satu semester kuliah di kampus saya loh ini. Dan itu untuk makan 300 pax (berarti sekitar 150 undangan). %^%**%^%$%$#$#^&%*(^&%^$%$
Rasanya pengen langsung mencurahkan isi hati pada Allah SWT, “lapangkan rizki hamba Ya Allah….”

Semakin gatal untuk menulis lebih detail mengenai hal ini ketika di socmed viral sebuah foto yang ini nih:

Mungkin bagi kalian ini biasa aja, namun sebagai pakar sosial media dan penulis blog semi-senior (ahahahaha ngaku-ngaku), hal ini jadi super seru!
Para jomblo yang masih kere tentu berkoar-koar dengan semangat 45 #SETOOODJOOOEEE
Para pasangan yang sudah menikah dan ehmmm… budgetnya cukup tinggi plus nikahnya di gedung apalagi yang kebetulan tinggal di kontrakan, kemudian angkat bicara “Heh… nikah sederhana sih oke, tapi GAK USAH NYINYIR WOY!”
Pasangan yang baru menikah dengan budget seadanya belum terlihat melakukan argumentasi berarti di social media, mungkin mereka sedang asik menikmati waktu dengan pasangan masing-masing #JanganIriYa

Dan Indonesia pun tetap ramai seperti biasa πŸ™‚

Okay… mari kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin.

Berdasarkan teori, pernikahan itu sebenarnya gak perlu mahal, bahkan dianjurkan sederhana.Dalam Islam misalnya, pentingnya ada walimahan adalah untuk woro-woro ini looooh si A udah nikah dengan si B. Sebagai bentuk syukur yaaa ngundang orang masa sih gak disuguhin makanan? Namun makanan itu sendiri yaaa semampunya pengantin, kalau hanya bisa menyediakan jagung bakar yang jangan maksa nyediain Burger Kong. Gitu loooooh~ simple kan. Namun tentu pada praktiknya tidak semudah itu.

Jadi berdasarkan analisis culun saya, mengapa biaya pernikahan di Indonesia bisa begitu mahal? Ada dua komponen utama yang super mahal: 1. Catering, 2. Sewa gedung
Saya tidak akan melakukan perlawanan pada poin pertama. CATERING! a.k.a makanan. Camkan ini baik-baik, apapun acara yang akan kalian gelar nanti pastikan makanan kalian harus ENAK dan CUKUP. Pernah suatu hari saya datang ke undangan pernikahan mahamewah, namun 5 menit setelah tamu undangan keluar dari gedung, kebanyakan mengeluh “Gila…! Semangka aja gw gak dapet, Bray! Ludes semua!”, “Eh iya loh… gw juga cuman kebagian aquo gelas, mayan lah daripada gigit sendal”

Ya! bukan indahnya tenda apalagi perkara cantiknya atau gantengnya pengantin, yang pertama kali tamu Indonesia kritisi dalam sebuah pesta pernikahan adalah MAKANAN!
Bahkan, Kalian yang scientist mungkin gak tau hal ini, namun dalam ilmu hitam Indonesia… dukun di Indonesia menyediakan service khusus untuk membalas sakit hati Anda kepada pasangan yang meninggalkan Anda kawin dengan orang lain dengan cara membuat seluruh makanan catering BASI!
Yaaaa… makanan, adalah faktor paling krusial :’D

Sebagai ekonom, pemerhati ilmu sosial, dan penggiat makanan… saya setuju mengenai mahalnya biaya catering. Namun, jika saya boleh saran… pangkaslah biaya di penggunaan es ukir yang setinggi puncak Mahameru! Iya sih cantik, tapi useless… kecuali setelah acara resepsi, Mamang tukang es serut kemudian memboyong si es untuk kemudian disulap jadi es serut, “Mang… es serut satu, Mang!”

Sudahlah…. makanan sih makanan aja gitu loh, pastikan makanannya enak dan gak apa lah kalau kelebihan sedikit. Jika ada kelebihan, bungkus jadi beberapa nasi kotak, bagikan ke orang-orang kecil di sekitar. Pak satpam, tukang sapu, dsb…dsb…dsb…
Mari kita case closed masalah makanan. Mari berjuang untuk menyediakan makanan yang murah namun tidak murahan untuk para tamu undangan kita nanti, Allahuakbar!

Lalu masalah gedung…Nah ini yang setelah baca listnya, saya semakin dekat kepada Allah SWT karena senantiasa melafalkan “Astagfirullah”
Namun kita tidak bisa menyalahkan para pengguna gedung untuk resepsi, kenapa? karena beres-beres rumah itu bisa bikin gila! Saya, saya harus jujur bahwa saya pasti akan memilih resepsi di gedung atau out door, bye rumah! Kenapa? 1. Mama saya kan sakit ya, terlalu kejam jika kemudian membuat Beliau terlalu kelelahan secara fisik dan psikis melihat rumah yang super berantakan setelah resepsi. 2. Rumah saya itu di pinggir jalan, yaaaa masa iya saya mau memblokir jalan. That’s super annoying thing.
Saya percaya di luar sana banyak orang yang memiliki alasan serupa dengan saya

Maka… mengatakan nikah di gedung itu sebuah dosa merupakan sebuah kesalahan besar. Kita semua punya argumen kuat untuk membantah itu.
Namun, haruskah gedungnya super mewah? Waaaah…. ini sih lain cerita.

My dream wedding itu yang super sederhana di sebuah taman atau kalau hujan ya terpaksa di gedung, yang dateng gak perlu banyak tapi orang-orang yang saya kenal. Semua orang bisa makan di kursi dan meja, termasuk saya dan suami saya…. yaaa gila aja, masa kalian tega sih saya kan pasti udah diet tuh biar gaun muat kan, terus rela berdiri dan tersenyum pas foto, mungkin suami saya juga kelak kemudian (dan menurut prediksi dia pasti lebih rewel karena males hal-hal seremonial), mana mungkin kami juga harus rela menahan haus dan dahaga….. TIDAAAAAAAAKKKK~~~~~ bring my foods!
Adik saya juga sudah memberikan statement: “Kiki and Mom, we are on the foods stall side. Period”
karena saya berharap biaya resepsi saya sepenuhnya ditanggung saya dan suami saya kelak, tamu undangan yang gak perlu banyak, dan hiburan terbesar adalah makanan enak… tentu saya tidak butuh gedung mahamewah. Bukan tidak mau, tapi tidak sanggup dan mubazir :p gak usah muna deh, siapaaaaa….siapaaaaaa yang nolak kalau nikah di gedung mewah itu gratis? Gak akan ada ahahahaha.

Lha… tapi itu kan Marissa. Siapalah Marissa, remah-remah rawit di bungkus gorengan.
Beda cerita ketika yang jadi manten atau orang tua mereka memegang peranan khusus di masyarakat. Ada yang pejabat, bussinessman, macem-macem lah pokoknya. Nah, resepsi itu kemudian bukan hanya sekadar acara selamatan atau woro-woro terjadi pernikahan,namun juga sebuah media networking, ya masa iya orang-orang dalam lingkup network tersebut gak diundang? Waaah bisa kacau dunia persilatan, keluarga itu bisa dibilang “sombong” dsb… walaupun mungkin maksudnya bukan begitu. Kata teman saya “Nikahan di Indonesia itu, Mon…. bukan hajatan mantennya, tapi hajatan orang tuanya”
Nah! Ini yang harus kalian ketahui. Bukan hal yang aneh ketika nikahan di Indonesia, pasangan pengantin tidak tahu siapa tamu yang datang menyalami mereka… why? Karena itu bukan tamu mereka! Itu tamu orang tua mereka. Salah? Tentu tidak…
Ini harga sebuah budaya dan tradisi.
Masih ingatkah kita ketika Pak Jokowi mengadakan pernikahan anaknya? Pernikahannya cukup sederhana untuk seorang anak presiden. Banyak tanggapan positif dari masyrakat, namun nyinyirers tetaplah nyiyirers… ada juga yang bilang “Yah, masa’ anak presiden ngirit-ngirit banget nikahannya”

Di negeri seheterogen Indonesia, melangkah kemanapun pasti ada pro dan kontra.

Jadi mari kita berikan senyuman tulus kita pada pasangan-pasangan yang menikah baik di gedung yang seadanya dan yang mewah….
hargai bahwa di balik kursi mempelai, banyak pertimbangan-pertimbangan yang kita sendiri mungkin tidak ketahui. Kita diundang untuk mengucap doa, bukan untuk menjadi auditor biaya pernikahan.

Saya memang orang yang bermahzab nikahan yang super simple, gak lama, dan budget yang ada lebih baik buat nabung… kasih ke panti asuhan…. dan keliling dunia.
Saya juga orang yang tidak pro dengan Pre-wedding photography, walau saya suka foto setengah mati. Alasannya… mungkin budget foto bisa dialihkan buat makanan (hiyaaaa makanan lagi). Seriously, pre wedding bagi saya itu ribet… harus pose lah, harus cari tempat, alamat… udahlah ya after wedding photo aja lah, sini gw foto ampe Memory card penuh.
Saya juga bermimpi pernikahan saya kelak, EO-nya sahabat-sahabat saya dan ide adik saya plus geng-gengnya… yang mengatur makanan, rekomen tempat, yang nyanyi, yang angkat panci, beresin taplak meja, dsb… terlihat kejam kan, memang ahahahahha *disinyalir setelah ini sahabat-sahabat saya langsung pergi tanpa jejak*, tapi saya merasa semuanya jadi lebih personal :]

tapi kan semua orang tidak seperti saya, tidak semua berada pada kondisi psikis, emosional, ekonomi, sosial, dan budaya seperti saya.
lebih tepatnya lagi: KITA SEMUA BERBEDA
dan alangkah menyenangkannya menghargai perbedaan yang ada.

Pernikahan yang mewah? Saya gak kontra tuh…. saya senang malah apalagi kalau di undang, terus ada gubuk makanan yang WOW! Ahahahahha…
Pernikahan yang sederhana? Saya juga suka… tidak ada yang lebih menetramkan hati melihat resepsi pernikahan dengan kesan humble dan apa adanya. Rasanya gak mau berhenti senyum dan bilang “Oh guys! You made it, very well”
Masalah mereka mau tinggal dimana setelah menikah… kontrakan, apartemen, hotel, rumah kardus… hahahahahhaa, who’s care? Pertama, itu bukan urusan kita semua. Kedua, kini mereka punya sepasang tangan untuk menutup telinga mereka masing-masing, hanya perlu ketulusan hati dan sebuah kalimat singkat “Hei… mari kita jalani kehidupan kita bersama hingga rambut kita memutih nanti”

Udah ah, jangan baper.