We attract what we’re ready for [?]


Rupanya dari jaman SD sampai sekarang gw masih sama, ketika musim ujian atau sejenisnya otak gw gak mau diem dan gw jadi gak bisa tidur sama sekali. Agak phobia kalau tidur, pas bangun gw lupa semua dengan apa yang gw pelajari *lebaaay* Sedikit stress juga karena gw merasa otak gw tidak terlalu brilian jadi ngerjain sesuatu itu harus pelan-pelan dan luaaaamaaaa.
Tapi gak jelek2 banget sih, kadang kemudian otak gw menemukan hal menarik atau kemudian mereview beberapa hal dalam hidup gw secara lebih mendalam. Kadang gw bisa jadi nulis blog atau bikin cerpen, yaaaa suka-suka gw mau mikirin apa.

Malam ini, ketika gw berusaha sekuat tenaga buat tidur, gw buka-buka pinterest dan menemukan quote yang bikin gw pengen nulis dulu sebelum tidur. Here it is:
Image and video hosting by TinyPic

WE ATTRACT WHAT WE’RE READY FOR

kalimat yang bikin gw rada mikir. Mikir dan mikirrrrrrr terus. Sekaligus membuat gw sampai pada titik “Ah, whatever will be…. will be”
Kalimat yang pernah dibilang sensei gw ke gw saat makan malam bareng *cihuuuy…. kurang sweet apa sensei gw kan*
“So, what are you planning now? Do you want to bring your family here?”
“Ah… no. They still busy with our cats.” Jawab gw asal cablak.
“You miss them?”
“Of course… I am a little bit lonely without them”
“But time will pass, when you go back… you will make them proud, and that will be good”
“Yes… I hope so”
“And will you continue your study to Phd?”
“If you still want to accept me as your student, I am in”
“Aaaa… of course I will. But is it okay, stay longer here… leave your family. leave your friends””Family and cats are so hard for me, but friends… I just have a few friends in Indonesia. And majority of my friends are have already get married… some of them having one or two babies. So, I will also lonely when I go back to Indonesia. While I get several new best friends here in Japan. I am happy”
“But… someday you will also get married, and having a family”
“I hope, but… well…. I am ready even for the worst case. I enjoy study here… and that’s more than enough. You know what? I am kind of a weird woman, so… I don’t know. Not many people can catch up with me”
“Mmmmm…. so desu ne” lalu kami pun terdiam beberapa saat.
“I am also think like you when I was in your age. I am so busy doing research and my jobs and I never imagine I can get married and having my own little family. But as you see… I am a father now. Maybe we should not think about what will happen in the future too hard. I don’t know how it works but in this world, human are always get something what they ready for”

“??????????????????????????????????” dan gw lemot
“For example, you, you maybe never imagine that you will study in Tokyo and stay far from your family. You maybe just have a dream to continue study but no idea about when and where. And this year, God maybe see that you ready for it, and suddenly you got the way to study abroad. It just happen when you are ready”

“??????????????????????????????” tetep lemot

“mmmm…It is like, you can’t present a paper when you haven’t read and study that paper. You can present when you ready to present. That just a simple example I think”

“Thank you, I will remember about it”

Blah… padahal mah kemudian lupa beberapa saat.
I am just a lucky bastard… Walau gw kehilangan ayah gw saat SMP, sekarang pas S2 gw punya sensei yang sebaik ayah gw sendiri, yang nelpon gw ketika gw sakit… yang bawa oleh2 setiap pulang dinas… and the most important thing menasehati gw untuk beberapa hal. That’s awesome.

Beberapa tahun sebeluuuuuuum percapakan di atas, ayah gw pernah bilang “Ketika kamu hidup di suatu masa, maka berarti kamu mampu menghadapi apapun yang terjadi di masa itu, karena Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan hal di luar batas kemampuannya. Ketika kamu dapat masalah, ketika kamu dapat amanah, ketika kamu dapat tanggung jawab, dengan logika yang sama kamu sudah dipercaya Allah bahwa kamu sudah siap dan mampu mengatasi itu semua”

Okay… sedikit menghibur. ekonometrika, kalkulus, mikroeko, programming, whatever it is…. pasti sebenarnya gw mampu menghadapi itu semua. Mungkin gw aja yang terlalu underestimate kemampuan diri sendiri. Mungkin gw yang masih kurang force my brain to work more and more.

And about my social life… why I am still single…. why I just have a limited friends… why I am easier to talk with cats…
Gw jadi berpikir, mungkin gw yang belum siap.
Kenapa belum siap? Mungkin itu yang harus gw cari tahu, benahi dan koreksi saat ini.
Kalau sudah merasa oke. well… mungkin orang lain yang belum siap dekat dengan gw dan spesies bernama kucing lebih siap secara mental untuk mendekati dan jadi teman baik gw seumur hidup (Ah…. hari ini ada anjing pudel mendekati gw juga, well… good… new friends from new society)

Mengapa harus galau liat orang lain sudah menikah, punya anak, sudah kaya, sudah memiliki pekerjaan yang baik, sudah punya rumah sendiri, sudah ini….sudah itu…
Simple and friendly thoughts…. mungkin mereka mereka itu sudah siap (dan pantas) untuk amanah-amanah itu. Gw? Mungkin belum… dan karena belum maka yang perlu gw lakukan adalah menjalankan apa yang sudah ada di depan mata gw, menyiapkan dan merapikan hal-hal yang sudah gw lakukan setengah jalan, lalu menyelesaikannya. Melakukan dan menyelesaikan apa-apa yang sudah siap gw lakukan dan selesaikan. Setelah urusan itu selesai, moga moga saat itu juga pemikiran gw semakin matang dan dewasa, gw bisa lebih baik dalam mengoreksi diri mengenai hal apa yang sekiranya gw belum siap dan lalu start all over again untuk menyiapkannya.

Ah… jadi ini alasan kenapa Allah kemudian berfirman:

“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al Insyirah: 7).

 

Ah begitu..
Well, Have a great life, world 🙂

 

Melody’s love story: pergi…


Damar: Mel, liat deh. Menurut kamu desain cafe ini gimana?

Melodi: bagus, tapi lebih cozy kali ya kalau ada nuansa kayu dan vertical garden di depannya. Lebih seger gitu.

Damar: ah ide bagus!

Melodi: seneng liat kamu semangat gitu. Coba gitu terus…

Damar: iya dong, makasih ya udah bantuin aku terus selama ini.

Melodi: anything else, just ask me.

Damar: btw, ada yg aku taksir loh.

Melodi: hah? Oya? Surprise…

Damar: kamu tau siapa? Itu adik kelas kita.

Melodi tidak berkomentar. Matanya menatap lurus, tapi kosong.

Damar: gak sepintar kamu sih, tapi dia cantik, kelihatannya baik… menyenangkan, sederhana, putih, manis, supel, ceria…. 

Melodi: mmm… perfect.  Gak kayak aku, dekil….aneh… nerd… ngebosenin.. haaaahhhahhaa.

Lalu melodi kembali terdiam, menyeruput teh manis kesukaannya.

Melodi: Mar, aku mau nunjukin sesuatu deh.

Damar: apa mel?

Melodi kemudian menyodorkan sebuah amplop cukup besar yang sudah sobek ujungnya.

Melodi: baca deh… buka aja.

Damar kemudian membaca tiap lembar surat itu. Satu per satu.

Damar: kamu dapat tawaran sekolah dan kerja di universitas X? Itu keren.

Melodi lalu tersenyum tipis

Melodi: awalnya mau aku tolak, pesawatnya berangkat besok malam jam 12. Awalnya aku tolak karena aku pikir aku mau menemui orang yg begitu penting dalam hidupku yang tidak bisa aku tinggal begitu lama. Lama sekali aku berpikir hingga beberapa menit yang lalu aku masih memutuskan untuk membiarkan pesawat itu lepas landas tanpa diriku, demi seseorang yang aku pikir harus aku temani. But that’s wrong… he even never wait for me. I am happy for him actually, always… tapi ya agak ngenes aja dikit hahaahaa.

Damar: jahat banget sih dia mel. Jahat banget.

Melodi: dia baik, aku yang terlalu bodoh dan lamban.

Damar: siapa orang itu sih, mel….

Melodi: kamu, mar…. kamu.

Beberapa detik kemudian semua begitu sunyi, detik jarum jam saat itu terdengar lebih kencang dari biasanya.

Melodi: ahhaaaha… oh come on, aku tuh gak penting lagi. Yang kayak gini tuh aku udah kebal lagi. The most important things now is you happy ever after. Udah loh ya… pesawat ku terbang 30 jam lagi. Aku belum packing sama sekali. Ceroboh banget deh….mmmm… sukses ya. Baik-baik saat aku tinggal. Mungkin aku gak akan pulang dalam waktu lama but as I can see you will be alright.

Melodi lalu pergi, menahan air mata. Hujan turun perlahan hari itu. Melodi melewatinya…. Payungnya sengaja tidak dia buka saat itu.

Membongkar cinta-cinta dalam kardus *)


Dan perlukah kita mengungkapkan cinta?

Waduh… pertanyaan macam apa ini. Kalau gw ditanya, jujur gw jawab: tidak, setidaknya itu jawaban seorang wanita gengsian seperti gw. Tapi perjalanan selalu membuat kita berpikir lebih baik, dengan perspektif yang berbeda. Ketika gw bertemu salah satu sohib gw di kyoto gw jadi berpikir, mungkin in some cases kita perlu mengungkapkan cinta, namun bagaimana cara yang baik dan waktu yang baik itu semua masih diproses dalam otak gw yang masih semrawut dan perlu dibersihin pakai vacuum cleaner ini.

Mulai dari mana ya?

Mulai dari mmm….

Pernah gak sih waktu kalian masih keciiiiil banget, terus mama kalian tanya “Sayang gak sama Mama?”, “Sayang gak sama ayah?”, “Hayooooo anak Mama atau anak Papa”, dan sejenisnya.
Percayalah gw ingat ketika gw masih balita mama gw pernah tanya itu sambil gendong gw. Mungkin mama di seluruh dunia melakukan itu. Jawaban standarnya pasti “Sayang dong” atau jawaban sejenis itu. Lalu semakin gw menua… *haish* gw merasa bahwa pertanyaan seperti itu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, itu kayak nanya “Apakah matahari bersinar” oh come on…. how stupid. Tapi semakin usia gw bertambah juga, semakin banyak orang yang gw sayang meninggalkan gw. Tragisnya, gw belum sempat bilang dengan lafal yang jelas dan tegas “I love you, so much” not a big deal, tapi ada saat ketika lu teringat dan “Auwch… I miss you so much, and do you know how much I love you. I wish you know it”

Tapi pengalama itu toh tidak membuat gw kapok, gw tetap merasa…. “Apa yang sudah gw lakukan ini belum menunjukan kalau gw…. gw, Marissa Malahayati, sayang banget ke kalian”
Gw gak pernah bilang sayang ke adik gw, mama gw, keluarga gw, temen-temen gw, bahkan cowok yang gw suka. Lagi-lagi itu bukan masalah, apaan juga sih… kalau baik yaaaa baik aja, kalau sayang ya sayang aja, kalau cinta ya cinta aja….pamrih banget sih sampai harus diungkapkan segala? COME ON!

Lalu ting….whatsapp dari adik gw. Dia baru baca tulisan gw di salah satu buku. Awalnya cuman saling ledek seperti biasa. Tapi setelah itu “Kiki sayang sama kakak, belajar yang bener ya kak, oleh-oleh jangan lupa” kalian tau rasanya? Mungkin harus ada kata di atas kata bahagia untuk menggambarkan itu. Mungkin super mega combo happy. Dan rupanya hal sesederhana itu bikin gw bener-bener bahagia.

Lalu ting… whatsapp dari mama gw, “Mama juga sayang ke kakak dan kiki” of course….itu sih gw tau, seperti tau kalau matahari terbit dari timur. Without any doubt. Tapi entah kenapa ketika itu semua terucap, it cheers you up…more than anything else in this world.

Ketika ayah masih ada, setiap gw ulang tahun ayah selalu ngasih kado ke gw, I love presents. Tapi yang lebih gw suka lagi adalah membaca notes yang selalu Beliau tinggalkan di dalam bungkus kado itu. When you know someone you love, love you back…. don’t you think it’s awesome?

Tapi lagi-lagi karena gw ini cewek gengsian  ya… kalo kata temen gw yang dodol,  “watashi wa watashi desu” alias gw ya gw…. style gw, sok cool, mencintai segalanya diam-diam. Untuk keluarga sih mungkin gak terlalu masalah ya, mereka selalu jadi orang nomer satu yang tau style dan segala keanehan gw. Tapi ke sahabat, temen, atau orang yang lu taksir, aaaah… it such a big deal. Ketika kalian menyembunyikan cinta-cinta kalian dalam kardus, kalian selotip, lalu ditimpa sama tumpukan koran, maka dia tetap tersimpan di dalam kardus.

Orang yang gak kenal-kenal banget ke gw pasti berpikir gw ini jutek *iya sih… itu gak salah-salah banget*, berdarah dingin *alhamdulillah gw belum jadi amfibi kok*, suka menggigit *errrr….-.-*. Tapi gw gak sejahat itu *ngaku-ngaku*. Gw sebenarnya mau jaim aja sih jadi cewek sok cool gitu :p, namun daya kebablasan. Mungkin cara gw yang berbeda untuk mendekripsikan itu. Gw memang aneh…. aneh banget.

Kalian tahu kenapa gw gak pernah pake ojek payung? Karena gw gak tega saat gw pake payung dia dan dia kehujanan.
Kalian tahu kenapa kalau gw lagi sedih gw gak jarang bilang? Karena gw tidak mau menambah masalah buat orang lain dengan masalah gw.
Kalian tahu kenapa gw ketika ketemu teman gw, gw hanya sekadar menyapa terus langsung pergi? Karena gw berpikir mungkin mereka punya agenda lain yang jauh lebih penting dari sekadar chit-chat basa basi sama gw
Kalian tahu kenapa kalau naik angkot gw selalu memilih paling pojok walau itu tempat paling panas sekalipun? Karena gw terlalu malas buat geser, dan gw gak mau orang lain repot masuk jauh-jauh sampai ke pojok saat naik angkot.
Gw lalu jadi kayak bocah pelit, ansos, introvert, dan gaje. Emang bener sih… tapi errrr… sebenarnya gw tidak bermaksud seperti itu. Itu membuat gw tidak punya terlalu banyak teman, tapi ketika gw punya sahabat, mereka orang-orang terbaik yang pernah ada di planet ini.

Lalu ketika gw suka sama seseorang, hal yang gak jauh beda terjadi. kalaupun kelepasan gw kan jago nulis dan berkelit gw bisa nulis atau bilang “Hahahaha…. becanda lagi” gw kayak gak pernah nonton film pocong juga pocong aja hahahahahaha. Ini juga salah, karena gw terlalu “minder” untuk banyak hal. Gimana gak minder ya -.- stereotype gw di mata beberapa orang kan udah terlanjur “aneh” jadi gw takut orang yang gw suka juga menganggap hal yang serupa. Mungkin dia lebih baik gw tinggal, menemukan orang yang gak seaneh gw lalu have a happy-normal life. Gw juga agak trauma ketika gw ditinggal ayah dan kakek gw dalam waktu yang berdekatan, man I love…leave me so fast, why should I love the other one except my brother. Itu juga alasan kenapa sebenarnya gw gak excited banget buat nikah, gw cuman mau mama bahagia…liat adik gw punya pekerjaan yang baik dan keluarga yang bahagia and I think my tasks in this world just finish. Tapi mungkin gw salah.

Gw butuh orang lain yang bisa menemani gw…
Ketika mama nanti gak ada, adik gw udah punya keluarga, semua teman-teman gw udah punya kehidupan dan keluarga masing-masing, ketika gw makin tua dan menua. Harus ada orang yang bisa selalu ada di samping gw dan jadi orang yang ngingetin gw banyak hal dan jadi teman gw bertukar pikiran, yang akan ada untuk gw dan gw ada untuk dia. Yang seiring dengan keriput gw nambah, gw bisa bersama dia dan denger cerita dia sampai tiap lembar rambutnya berubah warna. Gw bisa sih piara kucing, tapi kucing gak bisa telpon 911 kalau ada apa-apa sama gw.

Terpisah jarak ratusan kilometer dari Indonesia, gw membawa cinta gw dalam beberapa kardus. Beberapa cinta retak, dan sudah gw perbaiki dengan lakban dan selotip kardus plus sedikit lem besi, it is stronger now. Tapi tetap gw simpan di dalam kardus, membiarkannya berdebu. Mungkin sekarang saatnya, gw unpacking kardus-kardus itu, bersihin semua cinta yang udah berdebu, beberapa harus digosok minyak kayu putih biar semakin mengkilat… lalu membungkusnya lagi dalam kemasan yang lebih cantik, mengirimkan cinta itu kepada orang-orang yang seharusnya menerimanya, membiarkan mereka tahu… dan membiarkan mereka berpikir apa yang seharusnya mereka lakukan setelah menerima itu. Ini sudah bukan masalah lagi jika kemudian mereka reject paket cinta yang gw kirim, atau lupa siapa nama gw yang tertulis di space “pengirim”, tapi sebelum semuanya terlambat. Karena gw gak mau mati sesak  napas tertimpa kardus-kardus.

 

—————————————————————-

*) Judul terinspirasi dari film “Cinta dalam Kardus” Raditya Dika

selfie…: aku, kamu, kita semua suka selfie


salah satu hal menarik yang terjadi bulan ini selain pergolakan geopolitik di dalam negeri [yang setelah gw nyampe Jepang, rasanya liat berita politik dan ribut2 di socmed itu semacam ‘yaelah moment’] adalah kecenderungan masyarakat yang semakin senang melakukan eng…ing…eng…. SELFIE.

What to say, I also love selfie.
Tapi ketika selfie punya arti-arti lain, maka selfie menjadi lebih dari sekadar selfie [Mon, naon…sih]
Yang paling gressssss saat ini adalah foto selfie pas hari ibu.
Tapi itu seremonial, ada juga selfie sama pacar setiap kali jadian per bulan [and surely it makes you remember other people boy/girl friends than your crush at all :p]
Selfie when  you have new make up stuff, or new haircut
dan yang tidak kalah panas tentu kecendrungan cowok yang juga makin kesini makin sering selfie
we have so many selfie! You do it good, Indonesia! Ah….really?

Ada hal menarik yang saya temukan.
Coba tebak ada berapa foto sefie di hari ibu pada hari ibu di Indonesia? Ayoooo tebaaaak…wallahu’alam tapi pasti ada ribuan karena ketika saya buka social media, wuuuusssssh… terpaan foto selfie menerjang. so happy to see it, but erghhhh buat gw anak mami yang tinggal jauh di rantau rasanya mT^Tm aaaaa kangen mama. Walau sama mama pasti ditanya “Kak… kakak boleh sekolah terus tapi inget ya mama mau cucu” Arrrrghhhh makjleb brow. Kadang yang ambil foto selfie itu suka gak tendeng aling-aling juga sih sama perasaan orang T^T huhuhuhuhu. But it almost ok and not such a big deal.

Dari seluruh foto selfie itu sodara-sodara sebangsa dan setanah air, ada berapa orang…. berapa orang, yang tepat pada hari itu keep their cellphone far far away and then come to their mom and said “Mom, I love you. thank you” lalu makan bareng sambil ketawa-ketawa dan minum teh anget bareng.

Image and video hosting by TinyPic

Thanks atas pencerahannya pada dunia bang juki…..

Mungkin gak sampai setengahnya. I found that’s fact 😉

Dan bukankah dunia yang lebih disibukan dengan foto selfie dibandingkan kontak langsung dengan orang yang dicintainya adalah dunia yang hambar dan terlalu menyedihkan?

Jadi… apakah hal baik yang kita lakukan kepada ibu kita, lebih banyak secara signifikan daripada foto selfie kita? THINK AGAIN!
Seberapa sering kita pulang dengan senyum lalu bilang, “Maaaaa… ini ada oleh-oleh.”
atau “Ma, masak dong….kita makan bareng-bareng ya”
atau sekadar bilang “Oke, Ma…. siap laksanakan” sesegera mungkin ketika Ibu kita menyuruh sesuatu.
Tapi itu kan momentum, Mon, what’s wrong with it? Tidak ada yang salah dengan momentum, apapun yang terkait dengan waktu maka itu gak salah, kawan…itu exogenous variable. Satu-satunya yang kurang sreg adalah apakah selfie kemudian bisa menjadi manifestasi yang tepat untuk menyatakan cinta, kasih sayang, dan semacamnya? hei hei hei…. tidak sedangkal itu kawan.

Jika pada kenyataannya kita toh lebih sibuk dengan urusan lain, mulai dari jalan bareng pacar tiap minggu sampai waktu kita ketemu ibu atau keluarga lebih sedikit daripada intensitas ketemu pacar, lalu lebih sibuk dengan pekerjaan dan hangout bareng temen daripada sekadar ngobrol bareng keluarga sendiri, atau lebih ramah dan manis di depan keluarga calon mertua daripada keluarga sendiri. Forget selfie! Fix yourself!

Itu belum cukup…
Yang lebih bikin badan ngilu-ngilu adalah, when someone take selfie with their boyfriend/girlfriend kalau secara annual atau monthly sih lumayan ya, tapi weekly? Saya dulu sempat jengah dan gara-gara itu saya unfollow beberapa teman yang melakukan hal itu, mungkin di belakang pada komat kamit “Dasar jomblo gak laku, gak bisa liat orang seneng” hahahahhaa bodo amet… tapi bayangkan….bayangkan….bayangkan…. tiap minggu kalian melihat foto orang yang I don’t even know who dan membanjiri timeline. Baru setelah sampai tokyo gw belajar tentang privasi…. Bukannya hal kayak gitu, I mean have a date with someone you love and maybe will have more serious relationship, itu semacam privasi ya? Kalau gw… gw kalau gw punya pacar maka pasti lebih seneng ngobrol dengan tenang berdua dan gak sibuk dengan ambil foto selfie. Waste time banget. Imagine a date when both of you, or at least you so busy with uploading your photograph or check in on socmed! Untuk apa…. untuk dapat pengakuan dunia bahwa kalian pasangan paling romantis di muka bumi? Oke… jika itu kalian dapat lalu untuk apa? Dijual ke pasar saham? Meaningless kan?
So please…. kalau mau selfie jangan over dosis lah. Sahabat gw bilang gw ini harus menahan komentar gw yang kadang terlalu pedas, but hey hey hey world look…look…look…. don’t you think that it just annoying?

Kemudian ini lagi-lagi menjadi pertanyaan paling krusial dalam per-selfie-an, “Apakah selfie, adalah perwujudan yang benar untuk cinta dan kasih sayang?”

Lalu di saat yang sama timeline pun dipenuhi juga foto selfie gw yang narsis pas kurang kerjaan dan penuh kegajean, selfie beberapa orang yang baru mencoba tatanan rambut baru, make up baru, dan bahkan pria-pria yang secara mengejutkan selfie juga tapi dengan gaya yang menurut gw sih kurang macho dan terlalu banyak efek kamera. Gw jadi merasa ikutan mainstream. Ahhhh…tapi ini penting ya…. in photography, kalau kalian ambil foto selfie, it’s okay! tapi kebanyakan efek itu GAK BANGET! buat cowok, itu bikin kalian keliatan kurang manly karena ‘woooow…. cowok sibuk main kamera 360’ and trust me ide kalian using sexy lips effect itu juga GAK BANGET. Man with red lips? Arghhhhh…. tenggelamkan aku di rawa-rawa deh. Terus buat kita para cewek, when take selfie dan overbright, terlalu putih, atau kebanyakan efek juga, gw baru sadar kalau it is nothing except we look like suzzana pas dia akting jadi pocong. Dan duck face… stupid face…cengo face… whatever! Kalian merasa gak sih foto itu mencatat momen yang mungkin gak balik lagi, and you use cengo face? Itulah kenapa kadang gw lebih suka ambil foto candid karena ambil muka kalian secara natural sekarang udah susah! Susaaaaaah banget!

Jadi selfie itu apa? sejenis pencitraan…
Memangnya yang kita lakukan sudah begitu luar biasa sehingga layak selfie?
Kalau masih ngerasa sebagai remah cabe rawit di bungkus gorengan sih, yaaaa…. jangan aneh-aneh banget lah.

Pesan gw: do selfie but in natural and ‘make sense’ way!
Let’s take sefie together, JEPREEEEET!

P.S: Ah sebuah rahasia lagi, kenapa gw juga selfie… karena gw biasanya lonely traveler, jadi kalau jalan2 pasti sendiri. Gw agak gak sabaran soalnya dan gak semua orang bisa jadi teman seperjalanan yang baik untuk gw  [errrrr gw sih yang gak baik], jadi sefie is one of the solution.   arrrr…. mblo….mblo….

 

Melody’s love story: salah?


“Melody…this is wrong” ujar Tiara. Lalu beberapa menit kemudian suasana hening.

“What is wrong, Ra. I just enjoy the feeling. Percayalah gue tau batas. He just my friend. No, maybe just my acquaintance”

“Gak ada cowok lain yang bisa dideketin apa sih, mel.”

Melody terdiam, menyeruput teh manis hangat kesukaannya. Hujan yang turun membuat tehnya lebih cepat dingin dari biasanya.

“Gue udah terlalu banyak dikecewakan, Ra. Terlalu banyak”

“Mel, jangan bilang lo trauma”

“Belum sih,Ra… tapi setelah gw merasa basi selama beberapa lama. Gw nemu hal yang beda”

“Mel…”

“Gw capek dengan aneka kebasian,Ra. Ketika orang yang gue tunggu akhirnya memilih orang lain karena perbedaan visi, ketika orang yang gw sayang berdalih dia gak pantas buat gw lalu melist semua kekurangannya, ketika beberapa orang bilang gue ugly duckling, ketika beberapa orang bilang bahwa impian gue terlalu tinggi… bla bla bla”

Melody lalu menghela nafas sejenak, “Gue gak apa-apa,Ra… tapi ada saat ketika gue ingin sekali aja… sekali aja, ada yang menghargai eksistensi gue dan segala impian gila gue”

“Dan ketika gue ketemu Ryan, he just different. Dia orang yang bilang ‘ah you just awesome’ bukan karena fisik gue tapi karena apa yang gue lakukan. Orang yang bilang ‘yes…you can do it’ ketika gue cerita impian gue yang bener2 gila sekalipun. Yang punya impian lebih tinggi dari yang gue punya dan dengan kepala tegak dan senyum bangga mengatakan ‘It will takes time, but why not. I can do it’…. don’t you think it just awesome” 

Tiara terdiam sejenak, “Mel, don’t say you fall in love with him”

“I am not sure, Ra. But I like him very much. Dan itu lebih baik daripada mengingat semua kesedihan masa lalu gue” kata melody serasa menatap kosong ke arah jendela.

“Semoga segera ada cowok baik dan seiman buat lo ya, Mel”

Beberapa detik kemudian tawa mereka pun pecah. “Ahhaaaaa… gila lo, Ra. Aamiin. Bener banget. Tapi lo juga jomblo, semoga cepet2 nemu cowok yang bisa membuka cakrawala lo sama dunia. Kalau gak gitu, kekepoan lu untuk segala hal gak akan ada obatnya.”

Dan percakapan pun bergulir lagi seperti biasa, seperti sebelum hujan turun.