Mendefinisikan kembali makna PERTEMANAN


Saya punya satu pertanyaan krusial untuk kalian semua yang tersasar membaca kalimat ini..
“Apa makna Cinta dan Pertemanan menurut kalian?”
dan jika kemudian saya boleh melanjutkan pertanyaan ini ke jenjang yang lebih filosofis, “Sudah layakah kalian untuk mendapatkan Cinta dan Pertemanan yang tulus dari orang-orang sekitar kalian?”
“Apakah kita sudah cukup dewasa mengelola emosi dan psikis kita?”

Hah apa ini, Mon? apa?
Apa yaaa…. mmmm udah pernah liat video stand up comedy-nya Raditya Dika yang ini?

It is true… Ini fakta, kita, terutama wanita, kadang terlalu emosional ketika ngegosip. Bahkan ketika yang digosipin itu mereka sebut TEMAN sendiri!

Gak percaya? Hei… jika tidak ada pertemanan yang “sesadis” ini (maaf saya harus bilang ini memang sadis), maka kita tidak akan melihat kasus “Wanita yang tewas setelah meminum kopi bersama sahabat-sahabatnya”. Sahabat macam apa ya yang bisa saling bunuh-bunuhan? apalagi konon motifnya hanya karena “cinta segitiga”yang menurut saya ya ampuuuuun meh banget!

Jika kalian ingat lagi beberapa tahun yang lalu, sekitar awal 2014, ada kasus Ade Sara. Dua sejoli yang sebenarnya teman Mbak Ade Sara ini tega menghabisi nyawa gadis belia ini. Motifnya? Yang Cowok sakit hati karena pernah diputusin, yang cewek? Ikutan gemes karena merasa cowonya belum move on dan atas nama cinta apapun yang dilakukan si cowok akan doi support. Ini ke temen loh… TEMEN. Gila gak?

Dan saya masih punya ratusan catatan kasus kejahatan yang dilakukan seorang teman atau sahabat. Pertemanan seperti apa sih yang kalian maksud? Apa? Apa? dan Apa?

Saya hanya berpikir mungkin kasus-kasus ini bisa diminimalisir jika kita mendefinisikan pertemanan dan persahabatan dalam definisi yang lebih baik dan tentunya lebih TULUS.

===========================
Saya tidak tahu, tapi bagi saya beberapa pertemanan di lingkup sosial kita ini terlalu sadis dan kejam…

Lingkup sosial kita mulai tidak bisa mentolerir sakit hati, kekecewaan, dan kemarahan. Which is very childish in my opinion. Apalagi jika kalian sudah ada di area usia seperempat abad ke atas. Tau kan satu abad itu berapa? 100 tahun…. jika kalian udah Alhamdulillah mencapai usia ini maka bersyukurlah salah satunya dengan cara menjali hubungan yang lebih baik dengan orang sekitar.
Ini beneran, untung Allah baik, masih mau merawat kalian…
Kalau saya yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengatur lama hidup manusia, waaaah kacau
“Aduuh… orang ini drama deh, udah ah ganti aja sama Tyranosaurus, klo sadis tuh mbok ya sekalian. Ah yang ini juga…ganti sama Panda ah lebih imut. Nah ini, wah yang ini nyebelin, ganti aja deh sama Rafflesia Arnoldi, mayaaan memperbanyak spesies bunga langka”

Ya kawan, bersyukurlah atas usia kalian.

Pernah gak sih kalian lagi ngumpul sama temen kalian… terus kalian saling ngobrol cantik. Nah, terus ada aja nih satu atau dua orang yang kemudian ngomongin aib-aib temen yang lain. Dan bener kata Raditya Dika, nanti pas yang diomongin dateng, yang ngomongin akan bertindak layaknya bidadari baik hati dari khayangan.

Atau pernah gak sih, ada temen kamu yang emang salah… banget banget salah, daaaaan selalu ada sekelompok atau beberapa kelompok yang ngomongin kesalahan itu entah sampai kapan. Prediksi saya mungkin sampai hari kiamat tiba.

Saya pernah dulu saya melakukan sebuah kesalahan fatal ke guru saya… saya akui itu. Saya salah. Personally saya kemudian belajar untuk memanage sifat rebel dan kurang ajar saya. Tapi siapa peduli dengan proses transformasi psikis lo? PFFFFTTTT BULLSHIT! Selalu ada orang yang ungkit-ungkit kesalahan saya. Saya marah? Tidak, tapi saya jengkel. Jika saya salah maka dengan segala hormat, jika Anda teman saya, mohon beri saya solusi dan nasehat sebaiknya harus bagaimana. Loh emang olok-olok itu membuat orang lain jadi  better off? Gak kan?
Sama halnya dengan apa yang seringkali saya lihat sekarang… saya pikir manusia akan berubah secara revolusioner sesuai dengan peningkatan kedewasaan, rupanya tidak! selalu ada beberapa orang yang minim toleransi terhadap kesalahan, dan sindiran… nyinyiran… dsb masih tersebar di planet bumi hingga detik ini dan mungkin akan terus berlangsung hingga anaconda betulan ditemukan di video klip Nicki Minaj.

Dan jika itu tidak menyeramkan… ah mungkin kalian belum tahu hal yang satu ini:

Listen carefully to how a person speaks about other people to you….

Yuph, jika seseorang bisa ngomong hal-hal jelek dengan tega tentang orang lain ke kalian, dia juga bisa melakukan hal yang SERUPA ke orang lain. Dan topiknya, ya tentang kamu laaah…. 😀 selamat ya, Guys.

Atau ada juga ketika kalian saling adu argumentasi dengan temen kalian… dua-duanya gak mau saling ngalah yang bisa disebabkan dua hal: dua-duanya sama sama benar, atau dua-duanya sama-sama salah, cuman beda perspektif. Alih-alih saling menghargai pendapat satu sama lain, yang ada malah terjadi puasa ngomong, puasa mutih, puasa weton, puasa daud, dan puasa-puasa lainnya. Yang kemudian bisa membuat kita berpikir “Oh kualitas pertemanan kita segini ini aja toh” beda pendapat dikit aja bisa saling diem-dieman.

Nih ini nih salah satu bukti gaul bocah-bocah era 90-an sekaligus bisa jadi pemicu konflik antar bocah-bocah kolektor Tato stiker pada masa itu (hayooo inget gak?)

Bahkan waktu TK, ketika saya kehabisan permen jagoan neon dengan hadiah tato kupu-kupu yang saya belum punya karena keduluan oleh teman saya, owwwh kami berantem dong… saya nangis sejadi-jadinya. Tapi itu paling cuman 15 menit… setelah itu kami makan es krim dan pulang bareng ke rumah dengan hati riang. Wait! Masa hal kayak gini aja kalah sama bocah TK di tahun 90-an, yang rupanya lebih cerdas secara emosional ketika menghadapi konflik saat itu. Think again, guys!

Jujur saya kecewa jika hal-hal seperti ini justru dilakukan oleh orang-orang dengan level pendidikan yang tinggi, dengan kondisi sosial ekonomi yang gak jelek, yaaah pokoknya di posisi yang perlu disyukuri lah. Salah satu sahabat saya selalu bilang begini kalau dia denger kasus-kasus macam ini “Yah, Mon… jadi kemana ilmu lo ampe mati ngerjain skripsi? Lo belajar berpikir kritis, sistematis dan runut berdasarkan fakta! Secara mental lo juga dididik gimana ngehadapin kritik dan saran pembimbing lo, gimana ngehadapin ketika lo stuck, gimana cari solusi. Kalau lo gak bisa implement itu di hidup lo, yaaaah… gak ada gunanya tuh skripsi dsb… kecuali sekadar bikin lo lulus tapi gak bikin lo jadi better human” (Yang ngerasa pernah bilang ini ke gw, ahahahha… lo emang bisa lebih antagonis dari gw ketika lo berapi-api)

Ya! Itulah mengapa menurut saya, pendidikan bukan membuat kita menjadi lebih jenius. NOPE! Pendidikan seharusnya membentuk pola sikap dan perilaku. Kita udah belajar bahwa dalam riset misalnya ada berbagai metode penelitian, dan berbagai metode itu bisa baik untuk menyelesaikan suatu permasalahan namun belum tentu baik dan bisa menyelesaikan masalah lainnya. Ya begitu… dalam kehidupan sosial kita juga akan nemu banyak-banyak masalah, dan kita harus bisa menerima kenyataan bahwa setiap orang itu punya preferensi, sikap, dan masalah yang beda-beda… dan mungkin memang pola perlakuannya harus berbeda-beda pula.

Saya pun sama, saya ini nyebelin… saya orangnya suka pukul rata, kejam, gemesan kalau liat orang yang saya kira nyebelin, kritikus, waaaah pokoknya nyebelin banget. Tapi saya sadar tidak semua orang bisa mentolerir sifat buruk saya itu. Sedikit demi sedikit sahabat-sahabat terbaik saya, nurani saya, guru-guru saya, buku-buku yang saya baca, mengikis sifat-sifat buruk saya itu. I have a brand new life… and I love it.
Saya tidak berharap apa-apa selain, saya merasa saya sudah menjadi the best version of me now… dan saya ingin seperti ini tanpa perlu mengotori hati dan pikiran saya with negativity.

Saya tidak memiliki banyak sahabat, tapi saya percaya sahabat saya adalah orang-orang terbaik dalam bidang mereka, dan mereka saya pilih bukan karena mereka perfect… tapi karena mereka NO-DRAMA. Bagi saya hal terpenting dalam suatu persahabatan adalah ketika kita bisa berargumentasi secara rasional, sehat, dan masuk akal.
===========================

Saya punya seorang sahabat, kami sering berdebat mengenai beberapa masalah, misalnya tentang jodoh. Dia lebih pada mahzab “It is better, Mon untuk gak nunda-nunda pernikahan dsb” sedangkan saya… saya lebih pada “Ahay! mumpung masih single, gw bisa keliling dan ngapa2in sendiri, selama beli tiket masih cuman buat satu orang”. Kami berdebat, kami saling mengingatkan satu sama lain, dan pada akhirnya kami malah jadi diskusi…. dan seperti biasa berakhir dengan ketawa, menertawakan kekonyolan kami masing-masing sambil kemudian nyeletuk “Yaaaah…. pantes aja kita berdua jomblo“. Pembicaraan kami yang Mahaserius bisa mendadak banting stir menjadi pembicaraan tentang wabah panu, kadas, kurap di era 90-an.

Itu yang jomblo, yang semi jomblo ada lagi. Walau sama-sama di Tokyo, tapi yaaa gak sampe kalau saya mau hang out sendiri dia harus ikut, begitu sebaliknya. Kami saling menghargai kesibukan masing-masing. Dan kalau salah satu ada yang stress, ya baru deh chattingan atau telpon-telponan sampai kuping panas. Udah gitu, ya udaaaaah…. life keeps turning on. Apa saya bilang dia sombong? Apa dia bilang saya yang sombong? Gak…
Pun kami kirim-kiriman pesan, pesan kami tuh aduuuuh…. “Mon ini ganteng kan” dan yang dia kirim adalah foto domba didikannya :’) Lalu pembicaraan kami nothing but about DOMBA dan SAPI!

Untuk yang beda gender, saya punya juga. Apa dia sempurna? Pfffft…. ya gak lah! Gak tau cara milih kado, imajinasinya minim, pengetahuan atas popular tale nyaris nol, sense fashionnya standar. Tapi dia baik! Gak pernah marah dan tersinggung walau saya bilang dia gak kreatif lah, jeansnya kegedean lah, jambangnya terlalu lebat lah,… dsb dsb dsb. Dan ketika saya marah-marah ketika curhat ke dia, dia bisa berpikir jernih dan selalu jadi orang yang menenangkan saya, yang bisa ngasih tau kalau saya salah dan memberikan solusi kira-kira saya harus bersikap seperti apa. Ketika dia gak tahu akan sesuatu dan dia merasa salah dia akan bilang itu, gak kemudian mencoba membela diri dengan aneka alibi untuk membuat dia terlihat keren, manly, dan bener. Dari dia saya belajar untuk jadi orang yang lebih humble yang berani bilang “I am really stupid in this case” dengan lapang dada.

Hal-hal yang hebat dari sahabat-sahabat saya adalah… ketika saya salah, ketika saya bermasalah, mereka gak ngomong ke orang lain… mereka langsung menghubungi saya. Complain segala hal tentang saya. Persahabatan kami sederhana namun gurih layaknya Rumah Makan Masakan Padang. Punya aneka rasa dan punya motto “Gak enak bilang ke kami, enak beri tahu yang lain”
kami saling mengkritik
saling menertawakan
saling complain
saling menyemangati
saling mendukung
saling memahami kekurangan dan kelebihan kami masing-masing.

Dan apa dunia perlu tahu segala persoalan dan keburukan kami? Gak, kawan… gak perlu.
Saya ingin kami menua bersama, mendewasa bersama.
Saya ingin anak-anak kami kelak juga memperoleh persahabatan dengan kualitas yang serupa atau bahkan lebih baik, yang anti-drama, yang siap dengan segala konsekuensi pertemanan. Yang open minded dengan perbedaan orang lain.

Saya juga percaya bahwa bahkan jika kelak saya menikah, cinta itu paling hanya bertahan beberapa bulan atau kalau beruntung beberapa tahun. Saya dan dia akan menua, getting ugly and uglier. Saya menjadi gendut setelah punya beberapa anak, jadi lebih cerewet karena harus menghandle banyak urusan rumah tangga. Suami saya… ya sama aja, setampan apapun dia saat ini, dia kemudian akan membuncit, rambutnya mulai berubah warna, kulitnya menggelap dan sedikit demi sedikit mengkeriput…. dia akan punya lebih banyak tanggung jawab dan tentunya permasalahan. Bagaimana kami bisa bertahan jika tidak ada feel “Persahabatan” diantara kami? Saya ingin menjadi sahabat terbaik untuk suami saya kelak… yang tidak peduli seberapa menyebalkannya kami masing-masing, tidak peduli sebanyak apapun kami beradu argumentasi, kami berakhir dengan saling minum kopi atau teh bersama lalu tersenyum pelan sambil bilang “Ah, everything will be alright.” Kami menua bersama, seiring menuanya cangkir kami… rumah kami… mendewasanya anak-anak kami… namun persahabatan kami tidak pernah menua. Which is perfect 🙂

Dan apakah sekarang kita bisa mendefinisikan makna pertemanan dan persahabatan yang baik menurut versi kita?
Hei… ini versi saya, apa versi kamu?

Kajian Eksklusif: Antara Parkir, Berhenti, dan Celah Peraturan Lalu Lintas Indonesia


Sejak ada kasus Pak Supir Taksi yang terkena tilang karena berhenti di area “Dilarang Parkir” saya kemudian menyadari satu hal: Rupanya selama ini masih ada di antara kita yang kurang ngeh perbedaan PARKIR dan BERHENTI. Tidak perlu sok iye deh… saya saja baru tahu satu hari sebelum menulis ini, dan saya yakin yang setipe-setipe dengan saya banyak lah 😛 apalagi kalau kalian wanita mwahhahahhaa….
Tulisan ini saya harap bisa menjadi introspeksi kita bersama, dan juga semoga kita gak nyaci maki Pak Polisi lagi… It was annoying things, but we should learn how to deliver our argument politely 🙂 Deal? Then let`s go for it

Sebenarnya siapa sih yang salah?
Bukannya kalau kita “parkir” juga harus “berhenti”?
Apa ini? permainan psikologis? Atau ada rentetan ilmu fisika di dalam kasus ini? Misalnya Ek= 0 dinyatakan sebagai parkir bukan berhenti. Sungguh, masalah ini sangat pelik MWAHAHAHAHA

Untuk menjernikan air yang keruh, emonikova kali ini membuat kajian mendalam mengenai PARKIR, BERHENTI, dan juga beberapa hal yang saya anggap bisa jadi celah dalam peraturan lalu lintas di Indonesia.
Pada sesi kali ini juga saya menghadirkan “Saksi Ahli” yang sudah mengemudi mengelilingi Eropa dan Mediterania dan punya SIM Internasional. Bahkan untuk memperkuat penjelasan saksi ahli saya juga sudah bertanya kepada Pak Polantas Minamiyukigaya, Tokyo tentang apa sih makna di balik dilarang berhenti dan dilarang parkir? Gileeee…. scientific banget gak bro. Gak usah lah misuh-misuh caci maki Pak Polisi dsb, kita perlu kajian bro! Kajian!

The case!
So here is the case:
Ini videonya kan ya? (thanks my brother for share this one)

Jika kita reka ulang TKP maka kira-kira seperti ini lah:
Pak supir Taxi hanya menghentikan sejenak taxinya untuk melihat kompresor di sisi jalan, tanpa mematikan mesin dan tanpa keluar dari taxi. Tak jauh didepan taxinya ada tanda dilarang Parkir (CMIIW)
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Pak polisi kemudian menilang Pak Supir taxi karena dianggap melanggar rambu. I can understand how the police want to do his job well, apalagi ada lensa kamera saat itu! Disorot bok! Disorot! Yang bikin nyesek adalah ketika ngeliat wajah Pak Supir yang keliatan lelah dan sepertinya tidak dapat banyak penumpang hari itu, aduuuh… gak tega deh.
But well… hukum harus ditegakan, mari kita cari keadilan untuk pak Supir dengan cara yang elegan!

Singkat kata, Pak Taxi ditilang
Image and video hosting by TinyPic

Oke! Let`s think about it carefully, and if you don`t understand about traffic regulation and stuff, better ask to someone who understand.
Untuk itu kali ini emonikova melakukan wawancara eksklusif dengan Abaz hahaha… This is a real conversation, really! It is true! Namun seperti kisah dalam film-film detektif maupun di kisah nyata, ada yang namanya “Perlindungan pada Saksi” in the name of privacy and so on, saya belum bisa membeberkan jati diri Beliau secara menyeluruh.
Image and video hosting by TinyPicAbaz, Arabian knight cat yang menetap di (katanya) the happiest city in the world, Copenhagen.
Sebagai penghuni benua Eropa pemilik sim Internasional ini sudah berkendara melewati beberapa tempat di kawasan Eropa dan Mediteran. Hingga saat ini belum ada berita lokal maupun mancanegara yang memberitakan ada korban yang berjatuhan ketika dia mengendari mobil, jadi track record dia bersih lah ya. Sebagai orang yang pernah merasakan satu mobil dengan dia, Alhamdulillah I still alive, safe, and sound until now :`D jadi tidak perlu diragukan lah ya.

Untuk memecahkan kasus ini, melalui wawancara via LINE, dia menjelaskan perbedaan antara tanda parkir dan tanda berhenti.

Image and video hosting by TinyPic

Dan ini jawabannya:
Image and video hosting by TinyPic

Untuk kalian yang bertanya tanya lambang O dicoret itu kayak gimana… Ini loh maksud saksi ahli kita, saya ambilkan fotonya live dari Tokyo:
Image and video hosting by TinyPicSign yang dimasudkan Abaz dengan O coret itu seperti sign paling bawah dengan latar biru (sepertinya lambang internasional seperti ini ya?) artinya dilarang parkir (di Indonesia lambangnya jadi P coret).

Sekadar informasi, lambang yang paling atas tulisannya “Tomare” yang berarti berhenti, yang tengah berarti pedestrian only, sepeda boleh jalan dari jam 3-6 sore (eh kalau saya salah baca kanji benerin ya).

Inti dari penuturan saksi ahli:
1. Parkir itu: kalian tidak boleh Parkir, tapi boleh berhenti beberapa menit sekadar pick up or pick off something or someone.
2. Berhenti itu: Ya berhenti.
saya pikir aturan dilarang berhenti lebih strict dibandingkan dilarang parkir. Ketika aturannya di larang parkir, although you can`t park but you can stop for a while or reduce your velocity. Di larang berhenti berarti tanpa tendeng aling-aling kalian tidak boleh sama sekali berhenti, mau buat liat sesuatu kek… mau nyapa mertua kek… mau ambil foto selfie kek… pokoknya ketika rambunya dilarang berhenti maka tidak ada yang bisa kalian lakukan selain maju terus pantang mundur! Got it?!

3. Pak Supir Taxi, bahkan dengan menggunakan standar Internasional, terbukti TIDAK BERSALAH

Saya pun akhirnya mengecek UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN No. 15 dan 16 mengenai definisi Parkir dan Berhenti:

15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.

16. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.

Masih dengan asas proyustisia (Ihiy! keren bahasa gw) saya berusaha mencari tahu
“Loh daripada repot kenapa gak pasang aja dilarang berhenti di seluruh sisi jalan?”
“Berapa menit sih seseorang boleh `Berhenti` pada rambu dilarang parkir?”
Image and video hosting by TinyPic
Untuk  itu saya mencoba bertanya kepada Pak Polisi Minami yukigaya dengan bahasa Jepang yang terpatah-patah…dan jawabannya “dengan translasi bebas ala kadarnya kira-kira.

“… Kenapa di sisi jalan raya dipasang dilarang Parkir bukan dilarang berhenti adalah karena terkadang kendaraan perlu untuk berhenti sejenak di sisi jalan. Misalnya taksi atau bus yang harus memberhentikan penumpang. Pengendara mobil pribadi juga kadang butuh berhenti di sisi jalan untuk mengecek alamat atau peta misalnya, atau sekadar lewat dan tanya ke Pak Polisi tentang arah. Untuk jalan yang di sampingnya terdapat kios atau toko, kadang ada juga mobil yang lewat dan harus berhenti sebentar untuk drop barang atau ambil barang. Akan sangat merepotkan jika rambunya dilarang Berhenti.

Silakan berhenti sebentar, tapi jangan parkir karena akan mengganggu pengguna jalan lain”

Ahahahhaa…. mantap emang si Bapak, dengan penggunaan bahasa Jepang untuk anak TK… alhamdulillah saya bisa memahaminya.
Lalu berapa lama? Nah ini yang jadi polemik…
Bertanya dengan orang Jepang, mereka menggeleng pelan dan bilang “mmm… , tabun 2-5 fun gurai” (mmm.. yah mungkin sekitar 2-5 menit), yang saya tangkap sih dari si Pak Polisi “Gak pernah ada yang lebih dari 5 menit di sisi jalan. Dan kalian tau dong orang Jepang? Lampu merah di tengah malam buta aja masih diturutin, apalagi persoalan tanda dilarang parkir dan berhenti wuiiiih aturan adalah dewa.

Senada dengan yang disampaikan Abaz “Around 2-3 minutes stop is okay”

Tapi Indonesia… Indonesia gak bisa guys dikasih aturan yang saru macam “….beberapa saat”, berhenti 1 jam pun bisa berarti “hanya sesaat” dan “hanya 60 menit”itulah yang kemudian kita kenal dengan sebuah kondisi menyebalkan bernama “Ngetem”
Jika kalian pernah kucel, kumel, emosi, sauna, dan hampir gila selama hampir setengah-satu jam di sebuah angkutan umum yang hanya sekadar “berhenti”… I know your feeling, bro… rasanya pengen ambil alih kursi supir. I know that…I know…
tapi jika tidak ada regulasi yang jelas dan tegas “berhenti” yang bener itu seperti apa yaaaaa…. saya bisa aja ngeyel “Saya gak ngetem Pak, saya hanya berhenti sebentar…” dan ukuran “sebentar” itu kemudian hanya Allah dan Pak Supir yang tahu.

Saya kemudian mengecek untuk memastikan di luar sana, di Jepang… Eropa… Australia…. ada gak sih regulasi yang mengatur “lama berhenti” di area dilarang parkir.
Contoh dari “Roads and Maritime Services, New South Wales  Government agency” adalah contoh yang bagus untuk dicontoh dan ditiru Indonesia.
Pada laman: http://www.rms.nsw.gov.au/roads/safety-rules/road-rules/parking.html
tertulis:

General parking rules

You must not stop your vehicle (that is, bring it to a stop and either stay with the vehicle or leave it parked) in the following circumstances:

  • Double parked (that is in the road alongside a car that is parked)
  • On or across a driveway (unless dropping off or picking up passengers for no longer than 2 minutes)
  • On or across a footpath
  • On a median strip or traffic island
  • On motorways
  • In a clearway
    etc

Lebih jelasnya lagi di website: https://www.racv.com.au/
Image and video hosting by TinyPic

Saya mengecek di website lain, saya menemukan hal yang sama di dataran Eropa Amerika (ahahhaa thanks for someone who meets my mistake last time :p), tepatnya di Canada (http://vancouver.ca/streets-transportation/no-stopping-and-no-parking-zones.aspx)

No Parking
Section 3:
If your vehicle stops, and is not loading or unloading passengers, it is parked, whether it is occupied or not.
Section 17.6A (a): You can stop in a No Parking zone for up to five minutes to load or unload passengers, or materials.
Exception: Section 17.6A (b): Motorists with a valid parking permit for people with disabilities – a SPARC placard – can use No Parking zones for up to 30 minutes for loading and unloading passengers, or materials.

Dengan adanya kasus ini, saya pikir ini saatnya Indonesia mengoreksi diri dan berbenah…
Merenungi setiap selah dalam regulasi.
Sungguh semua orang bisa khilaf, termasuk Pak Polisi yang ketelingsut mengartikan dilarang berhenti dan dilarang parkir, namun hal ini akan semakin parah jika masih buaaaanyaaaaaak regulasi yang bercelah.
Selain itu kita juga jadi sadar kan betapa kita butuh polisi-polisi yang bright, bijak, tenang, dan helpful.

Semoga semakin berkurang para pengemudi dengan SIM “tembak”
Semoga semakin banyak polisi yang jujur di negeri kita, yang paham apa saja tanggung jawabnya. Yang menjadi polisi benar-benar karena passion ingin mengabdi pada negeri dan melewati jalur yang “halal”
Semoga kita pun menjadi orang yang semakin dewasa dari hari ke hari, yang mencoba memahami sesuatu lebih mendalam terlebih dahulu sebelum beropini.

Have a great day, guys!

seharusnya hashtag itu #KamiBernurani


Indonesia itu unik…
Negeri cantik yang punya masalah super kompleks
Dipenuhi banyak kisah penuh motivasi dan juga kisah misteri…
Sebagai orang yang “jauh”dari tanah air saat ini, saya merasa berita di Indonesia kok ya aneh-aneh semua.

Mulai dari kasus seorang wanita cantik yang tiba-tiba meninggal dunia setelah “ngopi” yang menurut saya yang cuman liat aja (dan udah menghabiskan puluhan tahun dengan novel detektif) terlalu gak masuk akal kalau itu bukan kasus pembunuhan… lalu tiba-tiba ada pegawai resto yang nyicip kopi petaka itu. Kalau saya jadi manajer resto saya akan amankan barang bukti, dan jika saya pegawai dibanding saya sibuk icip-icip mending saya heboh nelpon ambulance atau ambil segelas air putih. Useless sih tapi namanya juga usaha. Yaaaaah tau lah… pokoknya terlalu banyak yang misterius dalam satu frame cerita. Yang pasti jika itu benar kasus “pembunuhan”pelakunya sudah pasti orang pinter dan cerdas… bisa mengelabui kamera CCTV dsb! Woowww~~~plok plok plok plok….
lalu terusssssssss cerita yang aneh-aneh muncul, ada istri yang baru sadar suaminya juga “wanita”setelah menikah beberapa bulan…. which is “huh”? kok bisa gitu… entah lah ini obrolan dewasa hahahhaa. Terus kasus malpraktik…. hingga akhirnya muncul berita paling klimaks bulan ini: Ledakan dan Penembakan di Sarinah.
Lalu muncul hastag #kamitidaktakut
Bukan masalah hastag yang keren ini… namun cara Indonesia menunjukan ketidaktakutannya yang  menurut saya “What? Seriously?

Dari yang pada selfie

Ah cemen aja lo, Mon! Suka-suka orang aja lageeee….
Iya saya memang cemen… tapi waspada dan ceroboh itu dua hal yang berbeda.
Dan selfie! I love selfie, everybody loves selfie… namun sebuah hal yang bijaksana jika kita tahu tempat dan waktu kapan harus selfie. Lah Indonesia… ada taman bagus dikit, selfie… ada jembatan baru, selfie… ada kecelakaan, selfie… hingga ada teroris, selfie!!! Come on! nanti ketika malaikat pencabut nyawa mau dateng mampir juga selfie?
Berikan saya satu penjelasan paling ilmiah, paling akurat, paling bijaksana untuk menjelaskan fenomena ini.

lalu ramai juga di twitter dsb, pedagang sate dan pedagang asongan yang stay cool aja gitu…

Subhanallah banget sih…
Tapi, saya punya sudut pandang lain. Ketika kondisi kritis dan kematian tidak menakutkan seseorang, maka mungkin mereka selama ini dekat dengan kondisi tersebut. Guys, bagaimana jika yang sebenarnya di benak mereka adalah “I am poor, if I am not sell anything today… my family can’t eat anything today!” atau “WTH with terrorist, with my condition I will be die later or soon
Saya merasa bahwa ini malah sebuah capture bisu betapa indeks gini di kota Jakarta sangat besar… rakyat kecil sudah tidak takut mati demi sesuap nasi. Hal luar biasa, namun bukan hal yang harus dibanggakan terlalu berlebihan…namun sebuah bahan renungan untuk kita semua.

Dan alih-alih peduli ada berapa korban jiwa…
Trending topic di twitter lebih ke #polisiganteng :”D yang memang polsinya ganteng…

namun entah lah… jika tetangga saya rumahnya kebakaran, lalu datang pemadam kebakaran yang rupanya guanteng buanget, tetap ganjil rasanya jika saya kemudian malah heboh “Gyaaaa, pak pemadam kebakarannya guaaanteeeengggg”  jika menurut kalian itu biasa aja ya monggo, menurut saya… mmm gak.

Dalam bertindak, kita mengenal suatu hal bernama Etika.
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika adalah:

etika/eti·ka/ /étika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)

mari garis bawahi hak dan kewajiban moral. Semuanya hak kita, selfie, berpendapat, naksir cowok ganteng, main enggrang, minum kopi, guling guling, jugkir balik… semuanya! Namun apa kewajiban moral sudah terlaksana dengan baik? Itu loh yang seharusnya dipikirkan terlebih dahulu.

Mungkin saya bukan marissa yang dulu, mungkin kini saya marissa yang kolot, menyebalkan, susah diajak ngeguyon…
Namun melihat foto-foto yang bersebaran di social media, memang kata Joker “why so serious?” dan kita memang butuh guyon… namun lama kelamaan saya bertanya “Apakah nurani bangsa sudah membeku?”

Jika saya yang tergeletak di situ… dengan tertatih saya berharap ada yang menolong saya… jika harapan itu tidak ada, saya akan berdoa biarlah saya menjadi korban terakhir, saya akan berharap semoga semua orang bisa lari sejauh mungkin melarikan diri, menyelamatkan diri…. menyelamatkan nyawa yang berharga bagi dirinya dan keluarganya. Bukan blitz kamera, bukan tongkat tongsiss, bukan hashtag #Timsarganteng, bukan orang yang berseliweran di sekitar saya untuk menjajakan dagangan mereka, bukan orang-orang yang kemudian upload foto di instagram atau path “Di sini loh TKPnya, gilaaa tadi gw liat sendiri cewek berkerudung bercucuran darah”

Indonesia ini bukan panggung sandiwara…
Ini sebuah negeri dengan 200 juta lebih manusia yang punya nurani.

Untungnya dari sekian banyak berita seperti ini, ada juga berita yang cukup memberikan saya “harapan”, seorang mas tukang ojek suatu armada yang menyelamatkan seorang mbak-mbak

Mungkin masih banyak harapan berserakan di setiap sudut Jakarta, harapan mengenai manusia-manusia yang manusiawi, yang bernurani.

Dengan sejarah panjang sebagai negeri yang dilandasi gotong royong, saya mungkin akan lebih bahagia jika hashtag yang berseliweran itu adalah #kamibernurani

“Jangan Merepotkan” yang [pada akhirnya] merepotkan


“I don’t say any words, because I don’t want to disturb you” -so many people in this planet (maybe especially Indonesian)

Sungguh saya kehilangan konteks dari kalimat “Jangan bilang-bilang ya, takut ngerepotin”
dan kemudian di balik “jangan bilang-bilang”itu terselip masalah yang aduhai. Then the problem getting bigger… no one have idea what’s happened. And if you want to trust me…. when a problem getting bigger it is getting harder to solve. Bahkan dalam menyusun tesis saja, dalam menyusun riset, dalam mengerjakan persamaan matematika, kita mengenal namanya “penyederhanaan” karena pada dasarnya kita buka super human yang bisa solve everything by ourselves ALONE! kita perlu menyelesaikan sesuatu step by step…. memilah mana yang bisa diselesaikan terlebih dahulu. Itulah fungsi mengapa kita sekolah, mengapa kita bersosialisasi, mengapa kita menjalani sebuah konsep bernama kehidupan, agar bisa membentuk pola pikir seperti ini.

Namun pada kenyataannya “facts sometimes more complicated than fiction” ujar Dr.Watson.

Seorang Ibu diam-diam kepada anak-anaknya ketika dia merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya. Waktu bergulir, Beliau kemudian ambruk. Siapa yang tahu rupanya Beliau sudah terserah kanker stadium 4?

Di sudut lain planet ini, ada lagi seorang Ibu dengan kisah yang hampir sama, BRUK! tiba-tiba Beliau ambruk… Siapa menyangka rupanya Beliau terkena stroke dan diabetes?

Di sebuah rumah sakit di suatu hari, ada seorang ayah terkulai di rumah sakit…. kecelakaan… di rumahnya istrinya tidak pernah tahu kalau dia punya beberapa permasalahan serius di kantor.

Dan jutaan kasus serupa atau hampir sama tersebar di penjuru planet bumi dan semuanya di awali dengan sebuat mindset “Gak mau ngerepotin ah”

Benarkah kemudian itu semua tidak merepotkan?
Benarkan itu semua menunjukan rasa cinta yang luar biasa pada seseorang? Benarkan jika kita mencintai seseorang kita PERLU dan mungkin HARUS melakukan sebuah tindakan “Maha bijaksana”bernama “GAK MAU MEREPOTKAN” itu?

Saya pribadi mengatakan “TIDAK” hal paling bijaksana justru adalah dengan melakukan hal sebaliknya.

Pfffttttt……………let me give you an example

I know someone in this planet, a mom, very nice and kind but one thing she always said “I don’t want to disturb anyone”including her kids. In my opinion, she has nice kids… kids who loves her than anybody else. But even with her kids, she never said her problems…. until in one point she got sick. She knows that her kids are great, have a big dreams, not such a genius but know how to work hard to achieve something. She always ask them to go far…. to get their dreams? but can they? NO! because they can’t   leave their mom that easy. they worry about her…

One of her kids is a very nice one, have a math ability above average… but he doesn’t want to go far.
One of her kids love her very much, but somehow she got really disappointed for now. She disappointed because she fell being fooled, being untrusted,everything. She never being disappointed like this before… never.

don’t you think psycologically stuff being so serious?

What funny is… I know where I found this story. I know exactly that story… and if you ask me how does it feels. It feels hurt more than anything in this world.

Jangan tanyakan kenapa kemudian si anak dengan kecerdasan di atas rata-rata akhirnya tidak memanjangkan langkahnya, dan tidak terbesit dalam mindsetnya untuk melanjutkan sekolah setinggi-tingginya.
Jangan tanyakan kenapa kemudian si anak tidak punya waktu lagi untuk jatuh cinta apalagi membangun rumah tangganya sendiri
Jangan tanyakan mengapa mereka semua bisa tersenyum da tertawa lepas di suatu waktu namun sesaat kemudian tatapannya kosong

Dan lalu…. diantara mereka, menyimpan cerita mereka sendiri.
With the same story and the same reason “Sudahlah, biar gak ngerepotin orang lain”

Hahahahhhaa… dear genius human! Even if you have very good equation like Newton’s law… you can’t solve any mechanical problems if no one revels the problems.

Like Sigmund Freud, maybe someday I will die and bring such of question and problem in front of God just to find the answer.

sekadar curhat tengah malam…


Jadi ceritanya tahun sudah mau berganti… lembar agenda, kalender, dan usia juga.
Malam ini entah  kenapa rasanya belum bisa tidur dan tiba-tiba berpikir “Tahun depan mau ngapain ya?”
Jadi, Mon tahun depan mau ngapain?
Nyelesein riset, lanjut S3, mungkin lanjut jadi peneliti selama-lamanya. Seorang cowok nyebelin bersikeras bilang suatu hari seorang marissa harus dapat nobel. 2015 Malala, siapa tahu kan 2025 Malahayati. Ah that crazy man, I will kill him for making me miss him so much. Seseorang yang telah membawa Marissa menjadi lebih baik di tahun 2015… hey, thank you 🙂 *oh come on he even will never read this one*

tapi jauh dari itu semua masih banyak yang belum kesampaian….
Tahun depan saya mau mmmm… melihat adik kecil kesayangan saya masuk kuliah. I am waiting this moment for years. Saya selalu bersama Kiki sejak dia bayi sampai sebentar lagi kuliah. Kami punya hobi yang sama, film kesukaan yang sama, tapi tetep paling sering berantem. Rasanya saya ingin membuat robot Baymax, yang super ndut dan super baik buat jagain si bocah ini kemana-mana. He will be okay, but just to make sure everything will be 100% okay, it is better a baymax take care of him.

This is how I want to hug my brother….

Seperti di kartun-kartun, kami sayang satu sama lain, kadang kalau jalan gandengan sampai dikira pacaran padahal umur beda 8 tahun. Saya sih gak macem-macem, saya cuman mau bilang “Ki, you know what… for many reasons I am so proud of you”
banget…
Makasih ya untuk berusaha jadi cowok yang keren walau kamu bahkan gak punya foto bareng ayah karena ayah ninggalin kamu sejak kecil. Makasih juga sudah berjuang untuk jadi cowok baik, yang gak rewel walau mama gak selincah dulu lagi karena stroke. Kalian tahu seberapa hebat adik saya? He decided to study near our house…. padahal dengan kemampuan otaknya yang diatas rata-rata, tes IQnya yang selalu di bawah tipis dari Jenius (walau malesnya juga di atas rata-rata; Nak please sesekali optimumkan karunia Allah itu :’D aduuuuh gak sanggup deh bayangin kemalesan doi) saya yakin dia bisa kemana aja. Kemanaaaa aja yang dia mau. “Gak ah, Kiki mau deket Mama aja”
Suatu hari juga sempet loh dia bilang dia mau masuk jurusan gizi atau teknologi pangan,
“Loh kenapa?’
“Kenapa? Yaaah biar kiki bisa ngatur pola makan Mama jadi Mama gak sakit lagi” Untuk yang belum tahu, Mama saya terserang diabetes dan stroke, dan itu karena pola makan (plus keturunan). Singkat kata keluarga kami memang banyak yang lebih dulu berpulang karena masalah pola makan.
“Mama aja?”
“Ya udah Mama kita, Mama yang lain juga lah… biar gak ada Mama yang sakit lagi di Indonesia. Then everybody will be happy, world will be ended in very happy ending”
But trust me he is bad on that field, he hates chemistry very much and biology, he will never make it :p
Akhirnya dia memutuskan mau masuk Statistik atau Matematika, alasannya karena dia suka math daripada pelajaran lainnya.
“Udah kakak sekolah di Jepang aja yang bener, Mama buat Kiki dulu ya. Tunggu aja nanti suatu hari Kiki nyusul kakak”

Mungkin biasa aja, tapi perlahan saya merasa… “Is he do these for me? Supaya kakaknya happy?” and if this is true, then after my mom… I will got diabetes, because that’s too sweet for me.  Really….

In the same time I am also feel happy…. suatu hari dengan kepala tegak saya bisa bilang ke ayah saya “He just better than we expected… more than anybody else expected” Adik saya yang super cuek itu, diam-diam jadi salah satu pria paling romantis yang pernah saya kenal.

Kiki..kiki… kiki…. awas aja kalau kamu mengecewakan kakak kamu ini loh… awas aja. Udah sampe ditulis di blog loh.

Mama dan Kiki itu dua orang yang mungkin paling mengkhawatirkan saya. I am okay, since I know they are okay there, Bahkan khawatir juga karena belum terlihat khilal saya bakal menemukan jodoh saya yang sebenarnya saya juga males memikirkan itu,

But let me make this clear…. saya mau menikah, mau…. dan siapa yang gak?
Salah satu impian terbesar saya adalah jadi Mama yang bukain pintu untuk setiap anggota rumah. Sama seperti adik saya, saya juga ingin masak…. masak yang super sehat, supaya tidak ada lagi yang sakit. Supaya bisa mempertinggi rekor life expectacy rate di dinasti keluarga saya (ahahahhha dinasti….). Gak perlu jadi seluarga yang super wah, mewah, bergelimang harta, tapi cukup keluarga yang setiap hari saling ketawa. Boleh saling marah tapi selesaikan dalam waktu max 1×24 jam. Saya ingin menghabiskan hidup saya dengan seorang cowok yang meruntuhkan segala kesombongan saya, yang bisa saya hargai dan hormati, yang bisa saya banjiri handphonenya dengan semua foto-foto jepretan saya. Saya dan adik saya juga butuh bocah yang bisa dibentuk sedemikian rupa agar suka nonton kartun, suka baca, suka liat bintang, nerd, suka kucing, dan gampang ketawa.

But you can’t hurry love isn’t it? at least I can’t.

“But Marissa, you can’t do so many calculation on it!”
I know… but…. how can you are not “calculate”it, I mean… it is about a man who will always I see beside me every time I open my eyes, and hopefully he will be available for me until I closed my eyes. which means, it will be a forever contract. Dan itu hal yang sulit… kalau saya ini angkot (aduuuh imajinasi guweh….) mungkin si jodoh udah ada, cuman yaaaa kelewat aja jadi harus retreat mundur lagi, atau memang masih jauh. Bagaimanapun hingga seorang Marissa sampai mendarat di Tokyo pasti bukan main-main, ada alasan yang pasti dan insha Allah terbaik dari semua ini. So, Mom… Kiki… semuanya, I just want to say… I am okay and I am happy.

Overall….
Semakin lama saya hidup di muka bumi ini, saya semakin bisa bilang betapa bangga dan bersyukurnya saya dengan kesempatan hidup sekarang ini.
Punya adik yang nyebelin tapi sebenarnya romantis
Mama yang keterlaluan baiknya sampai maling pun dikasih teh manis
kucing-kucing yang se-Taman Pagelaran tahu kalau mereka kucing yang paling baik dan paling nurut sekomplek
Almarhum Ayah yang bijaksana tapi sayang terlalu cepat pergi.
Almarhumah Nenek yang jago masak dan super talented
Alhamhum Kakek yang kayak ensiklopedia berjalan
semuanya….
Semuanya…
Mohon doanya ya semoga saya bisa membuat kalian senyum terus…. selamanya….
I don’t have any idea how, but I will…

and promise is promise.