Saat kita harus berubah :’)
Tidak banyak yang mengetahui sisi lain dari sifat saya…
Saya… seorang yang sangat ambisius…
Saya… seorang yang seringkali ingin hidup berjalan seperti yang ada di kepala saya.
Saya… mungkin cukup egois karena saya sering sekali me-oriented, merasa apa yang saya lakukan adalah yang terbenar.
Seperti skipper pada film penguin Madagascar “dan logikaku lah yang paling mendekati”
Di lain pihak… saya juga seorang anak manja.
I can’t imagine living without my Mom… my brother… my cats… everythings!
Saya merasa sudah begitu banyak kehilangan dan kemudian menjadi begitu egois dan tidak mau apa yang saya miliki hilang begitu saja.
Saya merasa apa yang kini saya dapatkan… harus terus saya miliki…
saya sendiri merasa nyaman dengan itu semua… saya merasa, jika tidak ada yang protes dengan sifat saya, so why not? This me… exactly…
Saya kemudian menyadari bahwa saya tidak sekuat yang selama ini saya bayangkan…
Minggu ini rasanya dunia runtuh di atas kepala saya, bukan hanya karena typus saya kambuh tapi juga karena saya merasa kehilangan sesuatu yang rupanya dangat berharga bagi hidup saya.
Minggu ini, banyak kehebohan yang saya lakukan. Haaaaft… banyak membuat orang khawatir dan sebagainya. Saya menyadari minggu ini saya… arrrrghhhh… ada di titik kulminasi ketidakjelasan yang tiada tara. Facing many problems… dan tidak bisa memutuskan skala prioritas, dan sebagainya. Aduuuuuuhhhh…. bagaimana ya? rasanya bingung harus bagaimana… ke arah mana… harus melakukan apa. Saya kehilangan diri saya… saya hanya bisa melihat sesosok manusia di depan cermin tapi tidak menemukan jawaban mengenai “Who are you?” dari cermin itu.
Okey… lupakan… that’s something very personal. Saya mengetahui ada yang “salah” dengan saya, tapi seperti biasa saya tidak mau ambil pusing… sampai pada suatu saat, saya akhirnya kehilangan seorang pendengar baik saya. Rasanya? mmm…. bagaimana ya? rasanya seperti sebuah pernyataan implisit yang mengatakan “Can you solve your own problems?” JLEBH…. tertohok! Teori Adam Smith mengenai invisible hands mungkin terbukti keabsahannya karena pada akhirnya terdapat invisible hands yang menampar saya. Sakit? It hurts more than my sickness.
Wah jahat sekali si pendengar itu! Pada awalnya begitu… saya merasa kecewa… dan memang pada awalnya rasanya this is crazy! Ah tidak! ada kata di atas “gila” untuk menggambarkan semua hal ini. Saya rasanya ingin melempar orang itu dengan tumpukan novel! Menyuruhnya membaca satu per satu dan membaca sebuah kutipan dari Miles Franklin, “Someone to tell it to is one of the fundamental needs of human beings.” So when we lose someone to tell to… we lose one of our fundamental needs! Paham tidak sih orang ini?
Saya tentu tidak tinggal diam… saya menyatakan keberatan saya atas sikapnya yang menurut saya “aneh”
“Bisa gak lu menghentikan sikap aneh lu itu?”
Jawabannya, “Ya! tapi hentikan semua sikap aneh lu juga”
Sepersekian menit rasanya saya seperti bicara pada bayangan saya sendiri, jawabannya hanya membalikan pertanyaan saya.
“Aneh apa?”
“Banyak! Tanyakan pada diri lu sendiri”
“Gw merasa tidak ada yang aneh, semuanya baik-baik aja”
“Gw merasa ada yang aneh… lu aneh… dan banyak hal aneh.”
dan itu terjadi nyaris 1 jam… dan saya tidak mendapat jawaban yang lebih jelas kecuali “Tanyakan semuanya pada diri sendiri”
Entah hanya saya saja atau bagaimana, bagi saya… pertanyaan yang paling sulit dijawab adalah pertanyaan mengenai diri kita sendiri. Bukankah detektif sekaliber Sherlock Holmes yang bisa memecahkan misteri seberat apapun pada akhirnya tidak pernah bisa menjawab mengapa Ia jatuh cinta pada Irene Adler yang merupakan pencuri handal… akhirnya tidak bisa menjawab mengapa hingga usia senjanya Ia memutuskan untuk hidup sendiri dan memilih lebih memilih mengisi hari-harinya beternak lebah dan memainkan biolanya sendiri ? Pertanyaan mengenai diri sendiri terkadang lebih sulit dijawab oleh diri kita sendiri…
Saya kemudian pelan-pelan menemukan jawabannya, mungkin saya hanya kehilangan diri saya. Diri saya yang selama ini saya kenal… dan diri saya yang selama ini Ia kenal. Saya menyadari saya yang dulu handal menghadapi masalah saya sendiri sedang berubah menjadi seorang peragu. Saya seperti ingin lari dari banyak hal…
Life is a circle… and I’m in the middle now. Banyak keputusan yang perlu saya ambil… semua itu, sungguh sangat saya sadari, menentukan roda kehidupan saya maju atau mundur. Menentukan saya akan berada di bawah atau tidak. Every question should be answered soon… bukan oleh keluarga saya, bukan oleh teman-teman saya, bukan oleh siapapun, tapi oleh saya. Saya menyadari… bahwa hanya dialog mendalam antara saya dan Tuhan saya yang bisa memecahkan segalanya.
Sesungguhnya… saya merasa apa yang saya hadapi di depan sangat sulit. Saya ingin menjadi wanita yang hebat, teman yang luar biasa, kakak yang keren, dan menggantikan ayah saya, dan super “wah” lainnya.Sejujurnya, sebagai anak sulung, saya terobsesi untuk menggantikan ayah saya.Menggantikan sosok ayah saya yang tenang, bertanggung jawab, dan bijaksana bukanlah hal yang mudah bagi saya. Saya mungkin gugup… itu saja. Saya tidak cukup percaya apakah saya bisa seperti… berbagai kekhawatiran muncul di kepala saya. Bisakah saya menjaga keluarga saya? bisakah saya membuat orang-orang di sekitar saya bahagia? bisakah saya membanggakan mereka? bisakah orang lain menerima jati diri saya? Semuanya!…. saya khawatir saya gagal… saya takut melihat kegagalan saya sendiri… takut melihat kekecewaan saya sendiri.
Tahukah kalian bagaimana rasanya menutupi rasa gugup yang teramat sangat seperti itu? Beberapa orang menutupinya dengan sikap sok superior… egoisme… ambisiusme…dan kekeraskepalaan, semua! Hanya untuk menutupi kepanikan. And it’s happen to me…
saya sadar… saya harus berubah.
Saya sedang mencari sebuah cara, ala saya sendiri, untuk mengembalikan Marissa yang tidak cengeng dalam menghadapi apapun.
Seseorang yang selalu berkata “See, you can do it!”
Saya ingin kembali menjadi seseorang yang selalu berkata “I’m not the perfect one, but I’m the luckiest one, and fortunately the happiest one”
Saya menyadari, saya yang hari ini dan kemarin adalah orang yang terkukung oleh alasan-alasan dan ketakutan-ketakutan yang saya ciptakan sendiri. Aih~ sudah sejauh apa saya melenceng? Saya harus kembali pada “orbital” saya yang sesungguhnya… Saya sadar tidak ada revolusi yang berlangsung sekejap mata… namun revolusi tidak pernah terjadi saat tidak pernah dimulai.
Ah~Semoga Allah masih mau mengamanahi saya dengan hal-hal yang luar biasa, dan semoga saya bisa menjalankan amanah-amanah itu dengan baik.
Akhirnya,saya teringat Ayah saya pernah berkata, “Kamu tahu? Nabi Muhammad sudah dari jauh hari mengatakan bahwa masa-masa setelah masanya akan lebih berat, tapi tahukah kamu? Bahwa Allah menciptakan manusia karena dianggap mampu menjadi khalifah di suatu masa. Kamu,Nak! Kelak akan menghadapi masa yang lebih berat… tapi percayalah bahwa kamu sudah dipercaya Tuhan untuk menghadapi masa yang berat itu, karena itulah kamu ada di masa itu! Jangan kecewakan Tuhan dengan menjadi seseorang yang menyerah di tengah perjalanan”
Saya sudah cukup bodoh melupakan pesan ayah saya… aih, Miss you, Dad… so much :’)
Lihat dari saya ya… anak perempuan ayah yang bisa ayah andalkan :’)
Notes:
Untuk seseorang yang mengingatkan saya:
“Ingatkah saat kita mempelajari fluktuasi ekonomi? Saat itu dijelaskan bahwa fluktuasi ekonomi hanya terjadi pada jangka pendek karena adanya guncangan-guncangan eksternal pada perekonomian. Lalu lama kelamaan, mekanisme kebijakan yang diambil negara yang bersangkutan akan mengembalikan kondisi perekonomian pada kondisi stabil di jangka panjang.
Itulah hidup saya saat ini… saya mungkin sedang menghadapi “fluktuasi” karena banyak hal. Karena kita tahu bahwa ilmu tidak pernah bertentangan, maka secara teoritis, fluktuasi ini hanya terjadi pada jangka pendek. Dan saat saya berhasil mengatasinya dengan membuat kebijakan yang sesuai, saya pasti akan bisa mengatasi fluktuasi tersebut dan meraih kondisi stabil pada kondisi kehidupan saya.
Masalahnya, dalam perekonomian, “jangka pendek” tidak memiliki definisi yang pasti mengenai rentang waktu, Ia bisa begitu pendek atau begitu panjang. Sekali ini, maukah kau mendoakan agar “jangka pendek” itu tidak begitu panjang untuk saya? Maukah kau menunggu saya untuk menunjukkan dengan bangga bahwa… saya bisa mengambil kebijakan yang tepat dalam hidup saya…
Tahukah kau sebuah kutipan dari sebuah film… judulnya saya lupa… yang pasti pemeran utama dalam film itu kemudian mengatakan “Sometimes we just need someone to show us something we can’t see for ourselves and then we change forever.”
Ya…terima kasih sudah mengingatkan saya 🙂