Yang galak yang meracau: catatan wanita cerewet tentang kampanye di social media


Mungkin seharusnya saya ketik topik ini jauuuuuuuuh jauuuuuuuh hari. Tapi ah biarlah, saya khawatir pas saya nulis lagi agak ekstrim tiba-tiba rame, dan saya dilemparin puluhan botol air mineral. Aw…Aw…Aw… ogah ah.

Sungguh, jika kalian warga negara Indonesia atau orang Indonesia asli, mungkin kehidupan kalian akan jauh lebih baik tanpa keberadaan social media. Bagaimana tidak, menjelang pemilu presiden yang bertepatan dengan semifinal piala dunia ini everybody goin’ crazy! Kasihan otak saya dan juga rambut saya yang sudah mulai rontok dan kini mulai tumbuh uban walau paling cuman 1-2 lembar, liat TV susah cari yang netral, beralih ke sosial media wuaduuuuuhhh lebih rame lagi…..kalau dunia maya mendadak menjelma jadi dunia nyata, pasti isinya dua pihak yang lagi saling lempar. Ada yang lempar tomat busuk, piring, sandal, panci, semuanya ada! Alhasil kalau mau lewat, secara apes yang terencana, benjol tidak akan terlelakan menimpa kepala kita. Begitu pula dengan saya. Saya mungkin orang yang sebenarnya paling benci dengan kampanye membabi buta di media apapun. Kampanye itu dibutuhkan, JELAS! Tapi kalau sampai memecah negeri yang awalnya adem ayem gemah ripah lohjinawi ini menjadi dua kelompok yang saling tanduk menanduk, ahahaha… sorry deh bray.

Saya kecewa ketika ada dosen yang malah lebih berfokus memaparkan kelebihan-kelebihan salah satu capres daripada memerhatikan mahasiswa-mahasiswa mereka
Saya kecewa ketika ratusan pemuda yang konon berpotensi memiliki jutaan gagasan dan ide baru yang bisa digunakan untuk membangun bangsa, bukannya sibuk membuat inovasi-inovasi baru atau heboh berjuang dalam karir dan ilmu pengetahuan, malah sibuk perang badar di social media.
DSB
DSB
DSB

Saya terkekeh-kekeh ketika di social media, orang-orang yang sama jengkelnya dengan saya sampai menulis: Pekerjaan sia-sia: menasehati para pendukung dan simpatisan capres.
Setujuuuuu! Ada juga yang senantiasa komat-kamit meminta agar 9 Juli segera berlalu, walau mungkin banyak yang sedih juga karena itu berarti salah satu antara Jerman atau Brazil harus pulkam dari piala dunia #lohkok.

Tapi ini blog saya, rugi kalau saya gak marah-marah dan mengeluarkan semua kejengkelan saya di sini.
Hei kalian para simpatisan capres dan cawapres, jika kalian mau kampanye… setidaknya jadilah orang yang memiliki pemahaman dan tata krama yang baik terlebih dahulu. Saya tipe orang yang keras kepala, semakin saya ditentang… saya semakin galak -.- jadi permisi, sekarang giliran kalian dengar saya.

Jika kalian suka membaca hal-hal tentang sufi atau yang nyerempet-nyerempet dengan itu lah, kalian mungkin kenal atau pernah dengan nama Emha Ainun Najib, saya hapal sekali dengan Beliau karena ayah saya punya puluhan buku tulisan Beliau. Dalam salah satu sarasehan dengan orang-orang di pondok pesantren yang kebetulan pernah diliput TV, Emha pernah berkata yang kira-kira seingat saya “Apa pentingnya orang-orang kok tanya saya ini masuk partai mana, ikut mahzab mana,  lha…saya bingung jawabnya. Saya mencoba berkali-kali meminta wangsit pada Gusti Allah saya harus pilih yang mana, tapi setelah dipikir-pikir ya ndak ada gunanya…. memangnya pas masuk surga Malaikat dan Gusti Allah tanya saya ikut politik dan mahzab apa, terus pintu masuk surganya akan beda gitu? Ndak tha” yah kira-kira begitu lah…

WAINI! Yak… ini dia. Hei kalian simpatisan yang udah totally lose your mind. Memangnya dengan membabi buta memberikan dukungan kepada salah satu capres yang kalian idolakan kalian akan masuk pintu surga yang berbeda dengan simpatisan capres yang lain? Memangnya nanti di akhirat sana, malaikat iseng menanyakan pas pemilu 2014 kalian pilih 1 atau pilih 2? Memangnya dengan kampanye dengan semangat 45 di social media tanpa henti, catatan amal kalian mendadak langsung berat dan siap angkat koper ke surga. Oh come on~~~~ gak gitu keleeeeuuuuz. Justru mungkin Allah lagi jengkel sama Indonesia “Ih… ini apa-apain sih hamba-Ku bukannya ngaji dan berbuat baik pas bulan ramadhan, malah berantem dan sibuk kampanye gak jelas, awas kalian semua….” Untung Allah baik kan, kalau gak? atau kemudian Allah makin jengkel? Oh sorry saya sih gak mau ngebayangin deh. Tapi hei manusia… selama kalian masih jadi makhluk Tuhan, maka bisakah kalian sopan sedikit kepada Tuhan dengan cara berbuat baik dan sebaik mungkin dalam kehidupan?

Saya juga jengah, karena semua orang kemudian mendadak menjadi komentator, syukur Alhamdulillah kalau komentarnya sesuai dengan sisi keilmuan yang mereka miliki masing-masing, lha ini kadang asal ada yang kopipas artikel2 di internet, asal cablak, atau kalau udah gak ada ide mau kandidatnya bener atau salah… huwaaaaaaa tetap dipuja puji. Lagi-lagi, sia-sia menasehati para simpatisan capres dan cawapres.

Berbulan-bulan, negeri ini menjalani hari-hari yang useless hanya karena terlalu banyak orang yang lebih sibuk mengurusi masalah copras-copres ini. Kenapa gak ada yang mikir, bagaimana cara membuat spanduk dan baliho dengan bahan yang degradable setelah 30 hari, jadi kalau masa kampanye selesai kan si baliho2 itu bisa luruh sendiri, atau mungkin bagaimana menciptakan suatu sistem intensifikasi dan mekanisasi pertanian yang aduhai sehingga bisa mengatasi masalah keterbatasan lahan pertanian di Indonesia, kalau udah ada yang punya konsep bagus kayak gini kan siapapun yang jadi presidennya kalian bisa ngasih gagasan itu DAN HEIIIII… itu jauh lebih berguna dan membantu. Atau bisa juga kalian malah mikirin bisnis yang baru, yang lebih tahan inflasi karena pas kalian memperhatikan Indonesia rupanya fluktuasi inflasinya luar biasa, capres yang kepilih sih siapa aja tapi at least kalian jadi udah punya bisnis yang oke syukur-syukur bisa membuka lapangan pekerjaan, itu lebih memecahkan masalah kan?

Lalu… manusia-manusia di Indonesia malah banyak yang hanya asik berkampanye ria di socmed, dan taraaaaaaa…. Indonesia pun tetap gitu-gitu aja, karena effort untuk memajukan negeri ini cuman segitu-gitu aja. Wah Mon, lu su’udzon banget! Mungkin, tapi coba berikan saya bukti bahwa masyarakat Indonesia sekarang, saat ini, detik ini, sedang bersemangat membangun negeri ini dengan cara yang produktif. Kalau saya hanya diberikan screenshoot social media yang penuh kampanye baik white, black, atau grey campaign hahahaha itu sih saya mau memuji juga gak, apalagi terkesan?

Saya juga benci ketika yang berkampanye malah saling menjelek-jelekan, siapapun yang terpilih nanti dia akan memimpin kita semua, dan lu mau menjelek-jelekan orang yang akan memimpin bangsa ini? Gimana kelak ketika pemimpin itu maju dia mau peduli sama Anda-Anda… sama kita semua… kalau saat ini dia melihat calon-calon rakyatnya juga banyak yang ngejelek-jelekin dia. Ya mungkin pola pikir pemimpin sejati gak sedangkal itu sih, tapiiiii…. pemimpin juga manusia, kawan! Mereka juga bisa mengkel, bisa kesel, bisa BT, bisa sakit hati, bisa! Selama kalian masih menjadi manusia dan masih memiliki sisi manusiawi, maka saya mohon dengan sangat mari memperlakukan manusia selayaknya manusia. Kalaupun gak mikir kayak gitu, setidaknya eling-eling deh kita sebagai manusia ini Tuhan ciptakan baik-baik punya akal dan pikiran untuk menjaga bumi beserta isinya dengan baik, termasuk menjaga hubungan baik antara sesama manusia.

Saya tidak melarang kampanye,
tidak melarang kalian memiliki pandangan politik,
tapi mbok ya yang agak dewasa sedikit gitu loh cara berpikirnya.

bagi kalian yang masih khusyu’ berkampanye, ini wejangan terakhir saya. Kalian jangan egois dan jangan pernah menganggap semua orang bodoh dan begitu tolol sehingga harus kalian cekoki hal-hal yang itu-itu saja setiap saat. Semua orang sudah memiliki cukup informasi dan beri mereka ruang untuk berpikir secara jernih dan objektif. Pun jika masih ada yang swing voters, biarlah ini menjadi salah satu fase mereka untuk semakin dewasa dan bijaksana… biarkan mereka mencari jalan mereka sendiri untuk menentukan pilihan, mungkin dengan shalat istikharah… mungkin dengan cap cip cup…. mungkin dengan liat mana yang paling ganteng… mungkin liat mana yang bajunya paling oke… senyumnya paling lebar… loh biarkan saja, itu fase dimana semua orang, dimana rakyat Indonesia, sedang dididik untuk semakin dewasa dalam memecahkan masalah dan menentukan pilihan.

tapi, Mon… masa’ pemilu buat coba-coba.
Okelah! terserah! Tapi jangan coba-coba merusak mindset rakyat di negeri saya yang saya cintai ini dengan kampanye-kampanye tidak bermutu dari Anda.

Saya ngomel-ngomel terus ya, hahaha iya maklum lah jomblo #eh #malahcurhat

 

Habis Gelap Terbitlah Terang [dengan cahaya lilin]: Apakah wanita tidak boleh sekolah tinggi?


“Jika kau mencintai sesuatu, seharusnya engkau berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan mempertahankannya bukan?Seharusnya begitu pula jika kau mencintai seseorang”

Entah ada angin apa sambil nonton film India saya bisa nulis topik sebenarnya sih udah banyak yang membicarakan ini tapi rasa2nya tetap menggelitik untuk ditulis.
Pernah denger dong konon katanya wanita yang sekolah tinggi itu susah dapat jodoh, bla…bla,,,bla…dan jujur saja saya sebenarnya tidak percaya tentang itu semua. Tapi aish… memang tidak boleh yang naif-naif banget dalam memandang sesuatu.

Suatu hari di sebuah pojok muka bumi, seorang pria dengan mata menengadah ke langit bercakap-cakap dengan temannya, “Gw jujur ada minder deketin X, gw tahu dia baik, dia perhatian ke gw, tapi pendidikannya itu loh skrng dia S2 gw masih S1 aja, apalagi kalau dia lanjut lagi waaaah makin jauh aja gw. Gw nyerah aja, dia terlalu baik untuk gw”

Di sudut lain muka bumi, seorang gadis dengan mata berkaca-kaca sudah tidak bisa berkata apa-apa, pria yang dia percaya selama ini akhirnya mengatakan “Aku gak sanggup jika pisah terlalu lama dan terlalu jauh sama kamu, aku juga jujur aja minder kalau pendidikan kamu lebih tinggi dari aku. Kamu bisa cari pria lain yang lebih baik dari aku”

Tidak jauh dari situ ada muda-mudi yang bertengkar cukup hebat, “Buat apa sih kamu sekolah tinggi-tinggi? Sampai harus ke luar negeri segala… aku ini serius. Aku cuman mau kamu gak usah jauh-jauh, cukup di rumah urus anak-anak kita nanti”

Di pojokan lain planet bumi ini, seorang wanita mengetik di blognya…merasa hal-hal seperti itu sudah tidak masuk akal lagi, dan orang itu adalah saya sendiri.

Apakah salah jika wanita ingin melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang tertinggi sekalipun?

Jujur saja, jika Allah mengizinkan saya ingin melanjutkan studi saya hingga jenjang tertinggi sekalipun. Saya punya banyak alasan, 1.) Ini salah satu impian ayah saya yang belum kesampaian, 2.) I’m stupid -,- karena bodoh itu saya harus terus belajar. Jujur aja saya merasa otak saya semakin lama semakin menurun kemampuannya, jadi selagi masih mau dijejelin ilmu maka mengapa tidak, 3.) I want to be a bloody cool mother for my future son and/or daughter. Alasan ketika ini juga yang membuat saya berdoa semoga di masa depan nanti ada pria yang sangat baik dan sangat pintar mau menjadi suami saya. Hahaha…. pria yang beruntung bgt kan :p beruntung karena saya gak akan berpaling tapi sial karena saya gak jago masak dan benci nyetrika :p

Saya pernah berdebat dengan seorang cowok mengenai masalah ini, saya katakan “yang akan mengurus anak itu nanti perempuan lagi, maka perempuan harus pintar sehingga kalau anaknya nanya kenapa ada pelangi maka si ibu bisa jawab proses terjadinya pelangi secara fisika bukan cuman bilang ‘yaaaa emang Allah bikinnya gitu, Nak… bagus kan’ maka masuk akal jika perempuan bersekolah lebih tinggi dan gak masalah dong jika pendidikan wanita lebih tinggi” dan tebak jawaban teman saya itu… “Yaelah, Mon… pemikiran lu itu yang terlalu jauh”

Errr… -.-

Saya juga ingin suami yang gak lemot. Bayangkan jika kemudian si anak bermain bersama ayahnya, lalu kemudian melihat roda mobil yang ada ulirnya dan gak halus mulus gitu aja. Bayangkan dia kemudian bertanya “Yah, boleh gak rodanya aku ratain aja pake apa gitu, aku gak suka bentuknya kok gak rata gini ya”…. setidaknya si ayah harus bisa menjawab dengan teori dasar gaya gesek yang mudah dimengerti bukan kemudian malah sewot dan teriak “Ehhhh jangaaaaaaaan…. kamu apa sih Nak, iseng banget”

Fair kan?
begini ya wahai para pria di muka bumi terutama yang masih lajang, oh come on… buka mata lebar-lebar… luaskan perspektif.

When a woman choose a man…. itu bukan hal mudah loh. Bayangkan seorang putri yang disayang sama Mama dan Papanya udah dapet best services di rumah, bahagia dengan keluarganya. And taraaaa she is fall in love tapi di saat yang sama dia mau meraih cita-citanya untuk menapaki jenjang pendidikan dari satu level ke level lainnya. Di tahap seorang cewek udah jatuh cinta dan menerima seorang cowok aja menurut saya itu sudah hal yang luar biasa, betapa egoisnya ketika si cowok kemudian melarang si cewek meraih apa hal yang diidam-idamkannya. Mungkin impian itu sudah lebih lama hidup bersama si cewek dibandingkan jangka waktu si cowok mengenal si cewek. Helow, Boys… please deh ah.

Dan emmm hellow girls, jika cinta itu buta maka janganlah dibutakan cinta. Tuntun cinta ke arah yang benar.. serahkan hanya pada orang-orang yang bisa memelihara itu dengan baik *gile kan kapan lagi gw nulis kayak gini*

Jujur saya muak ketika ada cowok yang bilang “Aku gak mau sama X, karena X jauh lebih baik dari aku” APAAAAAAAA????? ada beberapa kesalahan besar di sini… 1. Si cowok bagi saya keliatan loser banget, kalau memang cinta perjuangkan dong masa nyerah gitu aja. Oh jujur saja di media-media sosial banyak yang menulis status “mari memantaskan diri bla…bla…bla”, apa wanita saja yang perlu memantaskan diri? bagaimana dengan pria? gak usah memantaskan diri? ahahaa… fair play, men! fair play. 2. Jelas sudah si cowok toh gak cinta-cinta banget sama si cewek dengan alasan lihat poin pertama. Mungkin menyedihkan dan terlihat kejam, tapi mari tinggalka pria jenis ini. Hidup ini melelahkan jangan lelah dengan hal-hal lain yang tidak terlalu krusial.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, bukan berarti dia jadi mahajenius untuk segala hal. Saya merasa mau belajar sampai S30 sekalipun saya masih punya penyakit gak teliti dengan eksakta, saya kalau udah malas gak bisa bergerak kayak kukang, saya bodoh setengah mati dengan aneka hapalan, zzzzz… tetap manusia penuh kekurangan. Tapi sekali lagi, ini bukan masalah menjadi paling pintar atau paling jenius… ini masalah memperluas cakrawala. Setiap orang berbeda-beda dalam memperdalam khazanah pemikiran mereka dan memperluas cakrawala mereka, beberapa langsung terjun ke bidang teknis, beberapa memilih memperdalam pendidikan mereka, dsb. saya memilih jalan kedua… saya hidup di lingkungan akademis, maka wajar jika saya kelak ingin memilih jalan akademis. Apa kemudian saya pantas sombong lalu meruntuhkan dominasi pria? Ah come on…. saya toh gak mau memusingkan itu. Saya punya ayah, saya tahu betapa berat dan luar biasanya perjuangan seorang pria dari ayah saya… maka saya tidak pantas merendahkan setiap perjuangan pria karena saya paham bahwa setiap detil perjuangan dan kerja keras pria harus dihargai.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, dia akan menjadi guru yang baik untuk anak-anaknya.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, mereka akan punya bargaining posisition di keluarga maupun dalam lingkup kehidupan sosial. pentingkah? Penting, untuk mempertahankan prinsip dan harga diri tanpa perlu menjatuhkan jati diri dan meremehkan kemampuan orang lain.
Intinya, itu semua untuk kebaikan banyak orang.

Baik! mungkin ada wanita yang malah jadinya sombong atau gimanaaaa~ gitu. Ya memang ada, tapi kan tidak semua. Cari yang ada iman-imannya juga lah -,-
Saya pikir selama masih punya iman dan pola pikirnya terawat dengan baik, seorang wanita sehebat apapun dia akan tetap menjadi orang yang rendah hati tapi pendidikan bisa menjaganya dari sifat rendah diri. Ah catat itu! dengan tinta emas! 😀

Jika saya bisa menulis langit, maka dengan tinta hitam legam saya akan tuliskan sekali lagi, “Jika kau mencintai sesuatu, seharusnya engkau berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan mempertahankannya bukan?Seharusnya begitu pula jika kau mencintai seseorang”
Jika kalian wahai pria rupanya di tengah jalan sudah menyerah mengejar wanita yang kalian sukai, well… mungkin memang benar kalian terlalu cupu untuk wanita tersebut and please stop bilang “Saya berhenti karena dia jauh lebih baik dari saya bla bla bla” ZZZZzzzzz beneran deh itu basi banget.

Mari kita tidur kalau begitu. Semoga muka bumi ini esok sudah lebih banyak dipenuhi manusia-manusia penuh semangat dan percaya diri, ah.. semoga

lari…lari…lari…


Halo semuanya… jumpa lagi dengan saya fufufufu, tiup debu dulu di blog ini fuuuuuh fuh fuh.
Tiada yang berubah pada saya kecuali saya makin gendut hahahhaa.
Jujur banget kan, hanya itu yang saya punya selain gundukan-gundukan lemak hahahaha *ketawa miris*.

Saya tidak peduli kalau saya jomblo, lagi kere, atau apapun, tapi kalau saya lapar itu masalah besar.
Jangan kalian pikir orang menggendut itu karena malas dan banyak makan [errr… iya sih itu benar sebenarnya], kasus saya lebih rumit dari itu semua.

Kerjaan semakin lama semakin banyak, saya pun agak stress… dan saya juga harus mikir buanyaaaak bukan cuman masalah kerjaan tapi juga masalah hidup dan berbagai kegalauan hati *haish*, dan sejak dahulu kala saya punya kebiasaan buruk kalau streess, kalau capek, kalau lagi belajar, dan kalau lagi mikir, saya harus MAKAN. Ya saudara-saudara… saya paling gak tahan lapar. Seketika kalau lapar semuanya serasa berhenti bekerja terutama otak. Apriori sih, tapi saya pernah meninggalkan kartu debit Mama saya dan kartu debit saya sendiri di mesin ATM hanya karena saya lapar karena belum sempat makan siang  dan sok-sok-an mau diet. Percayalah, saya menjadi super bodoh ketika kelaparan.

Kalau saya mikir, baca referensi, atau ngerjain apapun sebenarnya jimatnya simple aja… Camilan di samping laptop saya. Bahkan kalau saya lagi ngamuk pun pas liat makanan saya senyum lagi -,- saya jadi suka sebel kalau ada suatu momen wawancara untuk apa ajaaaa selalu ada pertanyaan “Kamu orangnya happy terus ya, bagaimana cara kamu menghibur diri ketika ada masalah?” jawaban saya simple saja “Makan Pak/ Bu… kalau saya kesal, saya makan enak.” Dan GEERRRRRR yang wawancara pasti ketawa-ketiwi gak jelas. Ini jujur loh, dari hati nurani terdalam.

Saya sih sadar gara-gara itu saya makin gemuk, tapi ya bodo amat… saya gak ambil pusing orang-orang bilang apa dan lagipula saya merasa “Helowww gw masih muda dan masih single gitu loh” Kalau udah punya suami boleh lah gw jaga badan biar suami gw gak terlalu kaget pas pulang ke rumah istrinya gak makin buruk rupa hahaha dan biar dia gak usah sering-sering beliin saya baju karena saya butuhnya buku, film, dan cicilan-cicilan yang lunas mwahahaha. Tapi sekarang, heeeey I’m free, boleh dong makan sesuka hati. Dengan bangga, saya pun mengakui kalau:
http://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.net

http://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.nethttp://eemoticons.net

Saya gak perlu sok jaim deh, emang begitu adanya… so what. Saya juga malas dengan opini dan alasan bodoh “Lu gak takut, Mon kalau lu gendut lu gak akan dapet cowok” ah come on…saya gak mau habis waktu dengan cowok yang cuman repot dengan masalah berat badan ceweknya.

Tapi semua berubah ketika negara api menyerang!
Tapi semua berubah ketika baju-baju saya yang lucu-lucu mulai terasa sempit.
Semua berubah ketika naik tangga saya ngos-ngosan….
Semua berubah ketika saya melihat foto saya dan mukyaaaa kenapa jadi ikan buntal begini.
Semua berubah ketika jalan-jalan bareng kucing aja saya terengah-engah
Dan akhirnya saya bertekad kalau saya harus: OLAHRAGA.

Saya benci olahraga -.-
Berenang, takut tenggelam [saya pernah tenggelam, dan itu bikin trauma]
Senam, aduuuh males deh kalau harus sengaja ikut kelas senam, dan yang paling utama saya paling males ngerumpi. Saya kan gadis pendiam [ZZZZZzzzz… -.-]
Fitness, oh saya kan pelit jadi saya gak mau keluar uang.
dsb
dsb
Tapi kemudian saya ingat, saya cinta banget fotografi… udah punya kamera kece kenapa gak saya manfaatin. EUREKAAAAA! Kenapa gak coba jalan kaki dan jogging tiap pagi, kalau capek… foto-foto deh. Ide yang simple banget. Secara ajaib tiba-tiba celana training saya ketemu dan saya nemu aplikasi tracking yang yahuud di android. Dengan modal bismillah dan kamera… saya pun berlari tiap subuh. Rasanya? Alhamdulillah rasanya semua tulang pengen copot, paru-paru rasanya kempes, huwaaaaaa lemah banget deh. Jangankan mau ngambil foto, balik lagi ke rumah aja udah terengah-engah. Secara saya terakir kali olahraga yang intens adalah pas kuliah tingkat satu mwahahaha.

Tapi setelah itu saya ngerasa kok pas sampai kantor gak ngantuk ya…biasanya kalau siang saya ngantuk. Terus satu lagi, saya ngerasa lebih enjoying life. Wah boleh juga nih si jogging… akhirnya nyoba tiap weekend lari tapi kali ini gak maksa deh kalau udah capek ya jalan kaki. Dan semua keringat terbalas. Dengan modal GPS, saya menjelajah tiap sudut komplek hingga ke daerah perkampungannya… dan betapa luar biasanya ketika saya tahu pemandangan di sekitar komplek saya buaaaaaguuuus banget, epic dah pokona. Rasanya ketika ngeliat matahari perlahan terbit di antara pepohonan terus ada alunan shalawat dan tilawah dari masjid-masjid di desa itu Subhanallah buaaaangeeet! Gila, kemane aje gw selama ini. Gak percaya? Whoaaaa…. no pic= hoax, karena blog ini bukan hoax jadi ane kasih aja ke agan-agan semua pic-nye!

Pemandangannya asik-asik kan… rupanya Ciomas itu kalau lagi cerah bener-bener bisa clear ngeliat gunung salak.
myrunawayproject

Lebih kece lagi kalau sempet ambil foto panorama!
whoaaaa :D

Untuk aplikasi, saya pakai runkeeper. Bisa diunduh free kok untuk android dan aypon:
myrunawayproject

Aplikasi-aplikasi lainnya yang mungkin bisa nyemangatin kalian lari-lari dan olahraga:
1. Nike+ Running
2. Endomondo Sports Tracker
3. Runtastic and Running
yah pokoknya cari aja lah… lumayan buat ngereka-reka kalori yang terbakar plus karena ada GPSnya kalau nyasar-nyasar bisa bantu balik lagi hahahhaaha

Bagi saya ini bukan masalah seberapa jauh kalian lari, seberapa cepet, tapi seberapa happy dan enjoy-nya kalian pas ngejalanin olahraga yang satu ini. Saya juga gak ngarep-ngarep banget secara ajaib jadi kurus tinggi langsing hanya karena lari-lari kecil tiap pagi, but I’m happy… rasanya menyenangkan ketika mengawali pagi dengan hal-hal yang menyenangkan. Liat matahari terbit, liat bunga-bunga, nyapa tetangga, liat kucing kejar-kejaran sama tikus got, denger sayup-sayup ceramah dari masjid. Huwaaaaaa…. rasanya membahagiakan banget.

Dari lari-lari itu saya jadi mikir, ini bukan masalah seberapa berliku jalan yang kita lalui, yang penting kita bisa mencari hal-hal menarik dari setiap jalan yang kita lalui. kalau itu sudah bisa, rasanya gak ada alasan untuk gak menikmati perjalanan itu sendiri.

foto-foto keren selama jogging atau jalan-jalan kecil, saya upload di instagram dan saya kasih hashtag #myrunawayproject… hahaha, karena ini saatnya runaway dari hal-hal gak penting dan lebih baik lari pagi dan foto-foto ^^b

Just for fun 😉
Untitled

Ayoooo anak muda! Bangkit! cari sendiri hal-hal yang bisa membahagiakanmu! 🙂

Salam dari suatu sudut di planet bumi….

 

Sebuah cerita dari seorang tukang becak…


Maaf blognya sudah lama tidak terurus, fiuuuh…. penuh debu.
Baiklah, semoga setelah ini blognya agak terurus lagi.

Jika kalian ke komplek rumah saya…maka di sebuah jalan sedang menuju ke rumah saya kalian akan menemukan beberapa deretan tukang becak. Becak cukup hits di komplek rumah sama ini karena: 1.) tidak ada tukang ojek *jadi kalau kalian mau ngojek kayaknya bakal jadi bisnis oke di sini*, 2.) jalanannya cukup panas kalau siang karena banyak pohon yang sudah ditebang. Jadi becak itu layaknya kereta kencana dari surga kalau pas panas-panas atau capek pengen cepat sampai ke rumah.

Untitled

Kadang saya juga naik becak, biasanya kalau sudah kliyengan karena capek atau karena angkotnya ngebut. Kadang karena males aja sih. Naaaaah… untuk memilih tukang becak pun ada triknya tersendiri. Semua tukang becak punya cerita, ada yang rada gak nyambung kalo diajak ngomong dan annoying abis… konon si tukang becak ini pernah ikut ilmu kebatinan dan FAILED lalu jadi begitu deh, percaya atau gak kalau si abang becak satu ini yang narik… manusia pagelaran kayaknya lebih rela kakinya patah buat jalan ke rumah daripada naik becak *gak segitunya sih, kalo kepaksa ya naek juga*. Ada yang genit ke perempuan, dan bahkan ada yang favorit saya… karena bapak tukang becak ini baiiiiik banget! Walau naik becak tapi pelayanan ala taksi hahahha. Nah Bapak yang baik hati ini agak sulit ditemui karena orang-orang juga toh lebih senang menggunakan jasa si Bapak ini.

Suatu hari si Bapak becak baik hati akhirnya ditemukan mangkal di pangkalan becak, wah saya yang lagi berada di zona tanggal muda langsung aja kan naik becak… males juga buka payung hahhaha. Dalam perjalanan singkat saya di becak ini terjadi percakapan singkat:

Si Bapak Becak (B): Neng, baru pulang kuliah atau kerja?
Saya (S): Kerja, Pak… di IPB. Doain lagi aja nanti sebentar lagi saya kuliah lagi ya, Pak.
B: Aamiin, Neng…. didoain sama Bapak. Rencana kuliah dimana, Neng?
S: Di Jepang, Pak Insya Allah….
B: Aduh jauh ya… sukses lah, Neng. Anak Bapak juga kuliah.
S: Oya, Pak? Dimana?
B: Di UI, Neng….
S: [Speechless… subhanallah, keren juga nih si Bapak, anaknya masuk UI]
B: Dia baru mau lulus, Neng… seumuran Neng lah, kemarin baru magang-magang. Terus kemarin Bapak dikasih surat,Neng. Dia dapat tawaran beasiswa ke Amerika.
S: Hah?Amerika, Pak! Keren banget! Sabeeeeet, Pak…. Amerika loh. Aduh bangga banget ya Bapak punya anak pinter.
B: Alhamdulillah, Neng… Bapak bangga. Cuman Bapak gak berani ke kampus dia, Neng. Bapak malu soalnya Bapak cuman tukang becak. Bapak mah cuman bisa berdoa semoga dia sukses, dan nasibnya lebih baik dari Bapak.
S: Kenapa Bapak harus malu? Justru keren, Pak! Bapak yang hanya tukang becak nih… bisa nyekolahin anak di PTN dan terus anak Bapak dapet beasiswa ke Amerika…. Amerika loh, Pak…. gak semua orang bisa sampai kesana!

Saya menyerocoh dengan penuh semangat

Lalu taraaaaa…. saya sampai ke rumah -.- okay kalian pasti sebel abis kan karena ceritanya jadi ngegantung. Saya juga kok, mohon maaf.

B: Sukses ya, Neng… pesen bapak mah satu, jangan sombong… sing bageur mun boga elmu (Sunda: Yang baik kalau punya ilmu)

S; Nuhun, Pak… iya pasti. Bapak juga… salam buat anak Bapak. Jangan minder ya, Pak! hehehhee
Lalu si Bapak tukang becak itu pun tersenyum lalu meninggalkan saya.

Well….
Kadang saya berpikir, kok hidup ini berat banget ya…. tapi hebatnya manusia tetap bertahan dengan berbagai pola adaptasi ala mereka masing-masing.
Manusia itu, begitu luar biasa karena ketika mereka mau berjuang mereka tidak peduli apa itu melelahkan atau menyakitkan untuk mereka.
Manusia mungkin lebih luar biasa daripada apa yang bisa kita pikirkan.

Selamat berjuang semuanya…

 

 

A little notes from Japan: Part 3 (last part); Welcome to science city, Tsukuba….


Sewaktu saya masih kecil, hingga saya sebesar ini hobi saya adalah nonton film kartun, dan salah satu kartun favorit saya adalah ASTRO BOY. Saking gilanya saya sampai punya tuh binder, kontak pensil, dan aneka pernak pernik astro boy. Ya ampunnn parah banget kan -.-

kalau kalian berada pada masa kecil yang serupa dengan saya, jika kalian juga generasi beruntung yang waktu kecil suguhan kartunnya berkualitas banget, dijamin pasti pernah nonton Astro Boy… apalagi astro boy 2003 yang nyanyi soundtracknya duo favorit saya Chemistry! Arggggghhhhh~~~~ Keren parah! Adik saya aja sampai ngefans banget sama astro boy yang versi Jepang tentunya.

Dalam film itu, diceritakan kalau Atom (pemeran utama di astro boy) itu tinggal di sebuah kota yang full with science banget…namanya Metro City.

Memandang Metro City

Saya selalu membayangkan, ada gak yaaa kota di Jepang yang se-science Metro city di film ini. Dasar bocah, kayaknya waktu itu saya sempat komat-kamit “Ya Allah… bawa hamba ke Metro City” hahahahaha bocaaaaaah! Ampuuun!

Mungkin karena pas itu doa-nya masih polos-polosnya kali ya, lalu diijabah… taraaaaa, Allah lalu memberikan saya kesempatan untuk ke science city-nya Jepang: Tsukuba.

Memang belum seheboh yang ada di film astro boy, tapi Tsukuba benar-benar sebuah kota yang secara default di setting scientific banget. bahkan di pedestarian area aja ada robot zone! Wuaduuuuh….!

Image and video hosting by TinyPic

Hargailah hak para robot!

 

Tsukuba sendiri menurut keterangan dari dosen saya merupakan kota di Jepang yang rasio antara doktor dan rakyat jelatanya 4:1. Jadi dari setiap 4 orang penduduk di Tsukuba, 1 orang pasti doktor. Sisa 3-nya lagi, mayoritas master atau lagi lanjut master, dsb. Keren kan?

Selain itu, mayoritas research center di Jepang itu ada di Tsukuba. Kalau di Tokyo nyawa transportasinya adalah kereta, kalau di Tsukuba pakai bus. Hati-hati juga kalau naik bus, salah naik… salah juga tujuan kita. Dan Tsukuba ini isinya research center semua, jadi kalau kalian ke sini mohon ingat baik-baik seluruh informasi mengenai tujuan kalian, jangan cuman inget “Pokoknya gw mau ke research center..” Huwaaaaa ada buaaaanyak banget di sini hahaha… tiap renteng jalan pasti ada research center.

Saya sendiri menginap di sebuah hotel di Tsukuba center.
Di depan hotel saya mall-mall berderet rapi hahaha. Tapi rupanyaaaaa…. Mall ini kalau jam 8 malem ditutup. Ya amploooop! Jadi pas jam 8 kurang 15 aja udah kena usir kalau main-main cuci mata ke si mall hahaha. Tapi Alhamdulillah sempet beli jam tangan… lumayan, 1000 yen! Segitu kan standar ya untuk jam tangan, dan betapa kagetnya saya ketika Mbak Kasirnya juga ngasih kartu garansi segala buat jam tangan saya. Haaah… ya ampun, 1000 yen kan paling 100 ribuan ya, pakai garansi segala :’D sungguh mengharukan hehehe.

Saya suka pemandangan Tsukuba di pagi hari. Walau musim dingin, tapi pas saya datang alhamdulillah cukup cerah. Cerah kaaaan? Ceraaaah… tapi anginnyaaaaa Ya Allah…. gak kuat deh. Dingin banget. Hari pertama datang suhunya -2 derajat celcius. Padahal saya udah happy melihat matahari yang cerah tersenyum, errrr… tricky sunshine.

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

Saya sendiri diundang pelatihan oleh Sensei saya di National Institute of Environmental Studies (NIES), tempat sensei saya bekerja. Huwaaaaa…. ya ampun kurang baik apa sih Beliau. Kalau kelak saya sekolah terus jadi anak bodoh kayaknya Mega Combo durhaka deh sama Beliau.

Image and video hosting by TinyPic

Tempat kerja Sensei saya…. tempat berkumpulnya scientist-scientist pintar yang super duper ramah! Nice place for work

 

Jujur saya jiper banget ikut pelatihan ini. Yang ikut dua dosen saya. Pak dosen dari ITB malah kepala departemen pula. Terus dari negara lain, waduuuuh ada anak S3, ada orang dari kementerian lingkungan hidup…. Ya Allah… mana laptop saya hang! Ihhh kaco pisan lah.
Tapi senang karena saya jadi belajar banyaaaaaaak hal dari mereka.
Hufffttt I should study hard… harder… hardest!
Diantosan ya, Sensei…
Sebenarnya bukan masalah sih kalau saya mau seenaknya aja dalam hidup ini, tapi lagi-lagi… menerima begitu banyak kebaikan dari banyak orang baik, rasanya saya gak tega tuh untuk tidak melakukan yang terbaik untuk mereka. Hanya itu kan yang bisa saya lakukan! Eh eh… jadi curcol. Mari lupakan hahahha.

Kembali ke scientific-nya Tsukuba hahahaha… sebagai penyuka bunga, saya kemudian ngeh juga kalau di beberapa spot publik, mayoritas tanamannya di kasih tag keterangan. Jadi kita bisa tau ini pohon apa aja.
Image and video hosting by TinyPic

Saya tidak tahu apa di semua tempat seperti itu, tapi di sekitar kantor sensei saya sampai di pinggir jalan pun semua pohonnya dikasih name tag. Waduuuh keren banget. Saking cintanya dengan tanaman, bahkan katanya ada tanaman yang “di amankan” dulu selama musim dingin di rumah kaca dan baru akan ditanam lagi pas musim semi atau panas.

Hal unik lainnya, banyak lampu di tempat publik yang baru nyala kalau ada orang di sekitar area tersebut. Pas orangnya sudah gak ada… si lampu mati. Di suatu malam saya sempat iseng melototin lampu jenis ini di sebuah tempat pemarkiran sepeda di depan hotel saya, sampai sekarang saya masih bingung si lampu itu pakai sensor apa. Mungkin sensor gerak *Iyaaaah… sok tau deh gw ahahahaha*

Karena siang full pelatihan, maka jalan-jalan cuman bisa pas malam. Dan itu pun terbatas karena lagi-lagi: Mall tutup jam 8 malam, ada beberapa yang buka sampai jam 9 malam tapi hufffttt jarang. Eh tapi ada juga loh yang buka 24 jam hehehe tapi yaaaa 1-2 toko. Alasan ini yang membuat saya jadi gak bisa bertemu teman saya di Tsukuba, padahal pengen banget! Secara dia pasti lebih paham kan tentang ke-oke-an si Metro City eh… Tsukuba city hehehe.

Image and video hosting by TinyPic

Hiyaaaa Narsis… :p lumayan lah…

Image and video hosting by TinyPic

Ini masih satu set medium boneka Hinamatsuri

Jadi kalau mau narsis juga bisanya malem hahahaha….

Oiya…. kalau jeli, di beberapa tempat kalian bisa liat toko atau hotel majang hiasan boneka satu set lengkap. kayak begini nih:

Itu adalah boneka Hinamatsuri….Ini penjelasannya
Image and video hosting by TinyPic

Kebetulan tanggal 3 Maret akan dilaksanakan hari Hinamatsuri itu, makanya banyak yang pasang hiasan boneka ini.
Sensei saya sempat bercerita sedikit tentang Hinamatsuri. Katanya hari anak perempuan ini doanya simple, supaya si anak perempuan di keluarga tumbuh sehat dan menjadi anak yang baik. Naaaah, si boneka ini biasanya gak beli tapi memang warisan turun menurun.

Kalau kalian ngerasa “Wah kece berat nih dipajang di rumah gw, beli ah… satu set” Waaaah… boleh banget, tapi siap-siap rogoh kocek agak dalam. Harga boneka ini minimal sekitar 90.000 Yen, itu minimal yaaaa… MINIMAL! hahaha…. yaaaah 9 juta-an. Ih kalau saya mending beli laptop baru hahahaha. Tapi memang worthed sih. Mungkin ini juga jawaban kenapa boneka ini gak gampang rusak walau udah diwariskan turun menurun.
Hmmmmm…. menarik.

Image and video hosting by TinyPic

And Indonesia welcoming me again!

Saya pikir cukup sekian dari saya hehehe…
Capek juga ngetiknya.
See you in another posting. Sebenarnya cerita ttng Tsukuba masih puaaaaanjaaaaang banget tapi sudahlah, gak beres-beres kalau saya cerita hahaha.
Hmmmm… semoga kita bisa bertemu lagi Jepang 😀 I Love you so much!

See you!