Memilah dan Memilih Kebahagiaan…


Tiga hari lagi, tepat saya satu bulan di Jepang. Suhu semakin dingin… beberapa hari ini Tokyo hanya berkisar antara 19-13 derajat Celcius, itupun hujan sehingga real feel-nya bisa mencapai hanya 8 derajat Celcius. Bagi manusia yang menghabiskan lebih dari dua puluh tahun hidupnya di sebuah negara kepulauan di sekitar khatulistiwa suhu itu sudah terlalu dingin, setidaknya untuk saya yang tidak suka dingin sejak dulu. Tapi itu semua dapat ditutupi karena rupanya menjadi saksi hidup perubahan warna daun adalah hal yang sangat menyenangkan. Tempat baru, teman baru, budaya baru, pelajaran baru, semuanya luar biasa…ah tapi tidak semuanya berjalan begitu lancar.

Dari sad stories dulu, hal paling menyedihkan terjadi di bulan ini adalah saya diusir dengan hormat dari kelas statistika karena tidak bisa bahasa Jepang. That’s not that hurt, tapi si dosen bilang “You can see that everyone in this class are Japanese, you also must know that statistic is such basic knowledge and everyone here should have comprehensive understanding for it, moreover mathematics also a language. I can’t teach this class with english, because if I do majority students here will not gain comprehensive understanding and also the should learn another language again: english…, beside in this semester I don’t have time to provide any materials in english” jujur hati saya sebenarnya hancur hahhahaa…butuh satu minggu untuk kemudian totally happy lagi. Tapi sahabat saya datang dari Kyoto and we do sooooo many ridiculous things, bahkan ketemu sohib dari Tsukuba juga jadi happy lagi.

Tiada juga yang lebih menyedihkan selain kendala bahasa, oh yes… jadi di negeri secanggih dan semaju jepang orang-orang pada gak bisa ngomong bahasa inggris.Padahal tahun 2022 ini negara mau jadi tuan rumah olimpiade, hahahhaa selamat menikmati aja deh para turis kalau gak bisa boso jepang.  Bogor, gitu-gitu masyarakatnya lebih berani angkat bicara dalam bahasa Inggris walau belepotan. Hadeuuuh… rempong pokoknya. Lainnya… kangen Mama, kiki, pingku, mpus, semuanya di tanah air.  Tapi biarlah yang sedih-sedih itu berlalu.

Bahagianya… gak macet, transportasi di sini nyaman, masyarakat Jepang sangat rapi dan teratur jadi kayaknya gak ada masalah birokrasi yang belibet di sini, mmmm untuk muslim ikan juga banyak jadi buat saya sih gak masalah-masalah banget sama makanan, cuman kangen sama masakan mama. Oiya… jalan kaki di Jepang walau capek tapi nyaman, terus… taman-tamannya mungkin tidak seheterogen di Indonesia tapi semuanya tertata rapi dan bersih banget.

Bahkan taman deket dorm aja rapiiiii banget, gak ada sampah sama sekali, dan semua orang bisa secara leluasa menikmati secara graaaatissss

Walau udah maju banget, di jepang juga banyaaaaak banget festival budaya. Dari yang kecil-kecilan sampai yang besar-besaran. Pokoknya kalau kalian suka fotografi udah lah abis satu rol deh.

Kalo udah mau ada festival, semua kendaraan lain harus ngalah :p tapi itu gak terlalu masalah karena jumlah kendaraan pribadi sedikit jadi yo wis lah ya

Di sini, kuil-kuil juga dijaga dengan baik. Walau kata Sensei saya orang Jepang itu tidak jelas agamanya karena terlahir sebagai Shinto, menikah sebagai Kristiani, dan wafat dengan upacara keagamaan Budha. Tapi semua fasilitas keagamaan sejauh ini sangat dihargai. Bahkan pengalaman terakhir ke Masjid Camii Tokyo, ada beberapa orang Jepang yang datang ke dalam masjid untuk menghayati kesyahduan dan kekhusyuan di dalam masjid. Jadi TOP banget lah.

Kuil sekecil apapun…. dijaga selaras dengan alam… gak tau kenapa, tapi sejauh ini kalau saya perhatiin di sekitar kuil pasti selalu ada pohon-pohon rimbun. Ada kakek-kakek yang cerita, tapi sayang saya gak paham nihongo

Komunitas muslim di Jepang juga makin berkembang, jadi muncul beberapa masjid di beberapa daerah. Dan itu menyenangkan banget. Walau masih jadi minoritas [banget] tapi insya Allah muslim dan Islam sudah semakin familiar bagi masyarakat Jepang. Hopefully, semua muslim bisa bertindak dan berlaku baik biar semakin mengangkat nama Islam ke posisi yang lebih baik 🙂

Pokoknya kalau masalah public facility, aman tenteram dan nyaman banget deh. Oiya sebagai penggemar kereta, hidup di Tokyo sebenarnya lumayan asyik karena semua spot-spot seru terhubung dengan kereta. Keretanya juga nyaman, yaaaaah kalau udah kegencet di kereta jabodetabek mah mau masuk kereta api di Jepang pas rush hour juga sepele banget lah.

Dengan kenikmatan public facility ini, tiba-tiba Sensei saya kemarin bertanya “Japan is very nice isn’t it? Which one do you like Japan or Indonesia” That’s simple question… tapi otak saya yang memang dari dulu agak tumpul ini mikir juga untuk pertanyaan sesedehana itu. Iya ya… apa coba enaknya Indonesia, kalau ke Bogor… macet, kotor, berantakan, mmmm…. yang diliat angkot lagi angkot lagi. Tapi terjadi konflik dan perdebatan yang sangat seru antara otak dan hati nurani. Secara logis saya mengakui pemerintah Jepang cukup memanjakan masyarakatnya dengan sistem yang ada dan yaaa… masyarakat Jepang sangat mudah diatur. Mungkin karena mayoritas masyarakatnya golongan darah A.

Kalau masalah ketertiban, Indonesia harus belajar mati-matian ke Jepang. Di sini orang gak ada yang nekad nerobos rel kalau udah ada suara sirine, bahkan lampu merah pun masih diturutin walaupun udah gak ada kendaraan di kiri kanan depan belakang…. such an amazing things buat saya hahahha.

Tapi hati ini…. hati ini yang paling gak bisa bohong, dan dengan tegas dan pasti dia menjawab “INDONESIA! karena aku lebih bahagia di Indonesia” Otak mengalah, ok fine… tapi karena sudah sifatnya yang selalu ingin tahu maka otak terus mencari alasan, alasan paling rasional yang menentukan level kebahagiaan.

Kini otak ini mulai menemukan jawabannya…
Setidaknya menurut pengamatan saya, Jepang khususnya Tokyo, mungkin memang kota yang megah, semua ada, semua lengkap, cantik, rapi, for me… almost perfect selain jumlah tangganya yang kebanyakan di beberapa stasiun dan jujur kadang bikin kaki kayak mau copot. Tapi bahagia bukan hanya masalah kesempurnaan rupanya. Di kota sebesar ini, ramai… tapi sepi. Setiap orang menjadi sangat mandiri dan sangat sibuk dengan urusan mereka masing-masing, kadang bertegur sapa tapi hanya sekenanya, setelah itu semua berlalu. Di Jepang, komposisi penduduknya adalah piramida terbali, jadi jumlah orang tua lebih banyak dibandingkan generasi mudanya. No wonder, di sini orang sehat-sehat karena pada rajin olah raga, dan kalo gak suka olah raga karena gak ada angkot jadi kemana-mana pakai sepeda atau jalan kaki. Makanan di sini juga bersih dan sehat-sehat, susu murah, jus murah, teh hijau dan minuman sehari-hari…. yaaaa jarang lah ya yang mati muda kecuali sakit parah atau bunuh diri. Tapi di masa tua mereka, mereka sendiri… melakukan hobi sendiri, jalan-jalan sendiri, kadang nyasar di suatu tempat dan gak ada yang nganter mereka, ada juga yang udah sepuh banget dan tinggal sendiri untuk jalan pun susaaaaaah banget dan saya amaze karena tidak ada satu orang pun yang seakan-akan melihat hal itu!

Jepang itu indah… sempurna… tapi kurang hangat. Setidaknya menurut saya.

Di Indonesia, seruwet apapun Indonesia… seruweeeeet apapun itu… sebuah keluarga yang bahagia saling bercengkrama. Orang tua bisa melihat anaknya dari saat mereka lahir hingga kemudian menikah dan punya anak, menimang cucu mereka bahkan seringkali merawat cucu mereka karena anak mereka harus bekerja. Di suatu lingkungan, semua orang saling bercengkrama dari hal yang sebenarnya gak penting hingga pergulatan politik tanah air yang sebenarnya gak ngerti-ngerti banget juga sih. Bahkan di Indonesia, percakapan dalam sekelompok orang di sekitar tukang sayur pun bisa begitu menyenangkan.

Di Indonesia, semua orang mudah tertawa lepas. Kesal dengan tagihan listrik yang naik terus tapi tetap byar pret dan ketika mati listrik semua di rumah kemudian tertawa “Ya ampuuuun…. please deh nih Perusahaan Lilin Negara, udah abis stok lilin niiiih”. Bahkan kita bisa tertawa lepas ketika melihat ada kucing kampung yang kemudian jatuh cinta dengan kucing angora dan kemudian membuat aneka kebisingan sehingga membuat anjing di komplek jengkel dan terus menggonggong tapi tidak digubris oleh si kucing yang sedang kasmaran. Begitu hangatnya Indonesia, sehingga kita semua mudah tersenyum dan tertawa.

Dalam kelas filosofi ada yang bertanya seberapa penting agama dan Tuhan dalam pendidikan dan kehidupan. Ah… mereka belum bertandang ke Indonesia…Ketika ada seorang pria lusuh begitu lelah sepulang dari kantor, lalu bercerita kepada istrinya “Aku hari ini kacau banget di kantor”, lalu dengan senyum hangat si istri bilang “Ya udah, nanti aja ceritanya, makan dulu ya terus shalat biar Allah yang selesaikan semuanya”. Atau ketika seorang anak menangis “Maaaaa…. besok ujian, saya belum bisa deh kayaknya” lalu dengan senyum hangat Mamanya menjawab “Udah belajar kan? Ya udah sekarang shalat, terus istirahat…. nanti malam tahajud, biar Allah bantu ujiannya besok” dan seketika hati terasa lebih tenang. Tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, tapi menenangkan hati, dan ketenangan hati ada modal awal menyelesaikan masalah.

Maka wajar bukan, jika majalah TIME pernah menyebut bahwa Indonesia bukan salah satu negara yang paling makmur, tapi jelas salah satu negara yang paling bahagia.

Terpisah ruang dan waktu dengan orang-orang yang saya cintai sepenuhnya mengasah tiap lipatan otak saya semakin menemukan jawaban bahwa bahagia bukan masalah memperoleh kesempurnaan tapi masalah mensyukuri dan menikmati apa yang kita miliki.

Sulit dicerna maksud saya?
Ah… begini.
Mengapa kita mencintai seseorang? Karena dia sempurna? Oh tidak kawan…
Ada banyak alasan… tapi salah satu alasannya adalah karena orang tersebut bisa menerima kita apa adanya dan kita tetap bersyukur dalam menjalani berbagai kondisi bersamanya.
Saya tidak sempurna, saya gendut, pemalas, dan suka tidur… Nobody will love me kalau semua orang mencintai orang lain karena kesempurnaan. Saya ingin dihargai bukan karena fisik namun karena ada gagasan di balik timbunan lemak ini. Dan saya bersyukur ada orang-orang yang bisa menghargai dan menerima saya sebagaimana saya apa adanya. Accepted me as a whole package.
Saya juga tidak memilih bergaul atau menyukai seseorang karena dia sempurna, tapi lebih  karena saya menyukai orang-orang yang mengakui kekurangannya secara rendah hati, menyelipkan sedikit humor dalam setiap hal, namun kemudian dengan kepala tegak mengakui “Well, I’m not perfect… but life goes on, so I’m moving on” Ketika saya bertanya kepada ayah saya kenapa mau menikah dengan mama saya, he answered “Ayah menyukai mama dan menerima mama dari negatif tak hingga sampai positif tak hingga, Mama bukan yang paling sempurna, tapi mau menerima ayah dan menyempurnakan ayah”

I love my country…
I love my family…
I love my teachers…
I love my friends…
Not because they are perfect, but because they are perfect me.

Terima kasih, semuanya 🙂
Dari pelosok Tokyo yang makin dingin, 20.57 JST

Komunitas ASEAN 2015: Apa, Mengapa, Bagaimana?


Mengawali postingan saya kali ini yang akan rada teknis ceritanya, mari kita ucapkan

:present: HAPPY BIRTHDAY ASEAN!  :present:

tepatnya tanggal 7 Agustus kemarin ASEAN sudah mencapai usia 46 tahun, asiiiik~ kalau usia manusia ini tuh lagi usia “matang-matang”nya dan tentu sudah semakin mapan dan sudah semakin bijaksana dalam menapaki diri dan kehidupan, seeeeedddaaaaap!

Oiya, tidak ada salahnya juga bukan kita sekalian memberikan sedikit “kado” untuk ASEAN yang baru saja berulang tahun. Terserah deh bagaimana caranya, tapi kalau kalian punya blog hmmmm Komunitas Blogger ASEAN lagi ada even nih yaitu lomba blog ASEAN. Bukan masalah menang atau kalah… meramaikan saja juga gak apa-apa… yang penting ada sedikit antusiasme dan tanda sayang untuk ASEAN hehehe.

Well…well….well… saya rasa cukup sekapur sirihnya.
Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya, di usia yang sudah mencapai 40++, maka sudah sewajarnya ASEAN juga harus semakin matang, tentunya dalam hal ini matang sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Untuk menunjukan kematangan itu maka para kepala negara ASEAN menyepakati untuk membentuk ASEAN Community 2015 / Komunitas ASEAN 2015. Sebelum membuat otak kawan-kawan semua berasap… atau mata berat…. atau mulut yang sudah mulai gatal untuk menguap, saya rasa biarlah animasi ini yang memberikan penjelasan tentang apa siiih komunitas ASEAN itu?

Saya jelaskan disini, ketika Anda mengatakan ASEAN community hanyalah tentang perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan sekaligus perpindahan secara bebas faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) maka hal tersebut kurang tepat. Perdagangan bebas hanyalah salah satu poin dalam ASEAN community. Yang perlu dipahami adalah ASEAN community ini memiliki 3 pilar yaitu Pilar Keamanan-Politik (ASEAN Political-Security Community), Pilar Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Pilar Sosiokultural (ASEAN Socio-Culture Community). Naaaaaah….. masalah Perdagangan Bebas itu masuk kedalam pilar Ekonomi. KEA sendiri memiliki pembahasan dan cakupan yang sangat luas tapi sebernarnya intinya satu: Ingin menciptakan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi seluruh warga ASEAN.

Waduuuh! Kok mendadak sekali sih? Sebentar lagi kan tahun 2015.
Sebenarnya sih tidak mendadak banget, wacana pembentukan KEA ini sendiri sudah ada dan disepakati sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia tahun 2003! Catat ya! Tahun 2003, itu berarti sejak 10 tahun yang lalu. Jika masih rada mengawang-ngawang…. kita coba pelajari bareng-bareng yuks!

Tapi…
Tapi…
Tapi…

Telat deh kayaknya kalau mulai taunya sekarang

Oh… come on! Gak ada kata telat buat jadi kece hahahaha. Tancaaaap!

1. ASEAN Political-Security Community (APSC)

Naaaah, pilar pertama dulu nih, judulnya APSC…mohon jangan diplesetkan jadi “APaaa SiCh” errrr… :sweat:
Sesuai judulnya maka APSC punya misi untuk membuat setiap warga ASEAN jadi warga yang saling peduli, hidup dalam kedamaian, dan punya kondisi keamanan dan politik yang stabil. Mungkin keliahatannya klise banget ya… akan tetapi tugas ini sangat berat!

Coba bayangkan! 10 negara ASEAN… semuanya punya pandangan politis yang berbeda-beda.
Belum lagi letak ASEAN yang strategis di dunia, dikelilingi berbagai laut, samudera, dan berbatasan dengan banyak negera lain, maka jangan heran kalau konflik-konflik geo-politik juga sering terjadi.
Huuuffft~~~nyut…nyut…nyut…
Itulah mengapa APSC dalam blueprintnya menyatakan bahwa program kerja mereka berkisar kepada penciptaan good governance, menyelesaikan kasus konflik-konflik geo-politik yang ada di internal Asia Tenggara maupun yang ada kaitannya dengan negara lain di luar Asia Tenggara seperti kasus konfik di Laut Cina Selatan.

Saya dan mungkin kita semua, mungkin gemas sewaktu ada kasus Pembantaian Muslim Rohingya, atau ketika beberapa pulau-pulau kita harus rebut-rebutan dengan Malaysia, atau pusing juga kenapa Menteri Luar Negeri kita, yang jujur saja tampan dan rapi itu :inlove: , harus repot-repot keliling semua negara di Asia Tenggara untuk shuttle diplomation masalah konflik Laut Cina Selatan. Saking gemasnya sampai banyak yang bilang “Udahlah…masalah seperti ini tinggal majuuuuu….serbuuuuu….. seraaaaaaang… terjaaaaaaang…..!” tanpa perlu tendeng aling-aling.

Wueeeeetssss… rupanya gak begitu caranya, kawan! Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa segala konflik yang menyangkut negara-negara ASEAN harus diselesaikan dulu secara damai, istilah kerennya apa ya? soft diplomacy.

Tapi, Mon! Susah banget kali… lamaaaa…kan 10 negara ya beda-beda semua sudut pandangnya…
Justru karena itu maka APSC ini jadi salah satu pilar utama ASEAN community. Kerjaannya ya bukan hanya meminimalisir konflik, tapi juga saling bantu membantu di bidang Hak Asasi Manusia, ada juga perjanjian untuk bekerjasama memberantas peredaran NARKOBA, saling membantu kalau ada bencana alam, bahkan masalah zona bebas senjata nuklir pun dibahas. Pokoknya bagaimana untuk mewujudkan ASEAN yang damaaaaaaaaaiiiiiii~

Not our bussiness…!
No! no… ini benar-benar urusan kita.
Masih ingat keantusiasan kita semua ketika melihat konflik-konflik kemanusiaan maupun geo-politik yang ada di Asia Tenggara? Yak! Semangat dan antusiasme yang luar biasa…
Akan tetapi sungguh kurang elok jika kemudian kita malah saling mencaci kepada negara ASEAN lain.
Tugas kita hanyalah membantu sebisa mungkin yang kita bisa.

Suatu hal yang luar biasa ketika banyak sekali relawan dan bantuan ke Myanmar untuk membantu muslim di Rohingya… tapi kalau sampai memukul rata bahwa semua biksu di dunia “jahat” membenci seluruh warga Myanmar, wueetssss… gak oke
Sama juga ketika ada aksi rebut-rebutan pulau dengan kawan serumpun kita…itu tuch… Malaysia. Yaaaa siapa yang gak kesel dan gemas sih, tapi yaaaa yang bisa kita lakukan adalah belajar dari pengalaman, selain itu Indonesia juga masih sangat butuh para ilmuwan dan ahli-ahli di bidang pertahanan dan konflik perbatasan. Masih sebal juga? gak apa… tapi jangan ikut-ikutan caci memaki di social media dsb. Yeaaah~ at least kita bisa mencoba jadi warga ASEAN yang elegan!
Begitu pula untuk masalah-masalah lainnya.
Untuk masalah kebijakan, tentu ini bukan kapabiltas kita untuk menjudge sepihak mengenai suatu hal. Ini masalah para petinggi-petinggi yang juga merupakan policy maker di level nasional maupun internasional. Yeaaaah… sampai sini, tugas kita hanya berdoa.

2. ASEAN Economic Community (AEC)
Aha! ini yang jadi bidang saya… ekonomi!
Karena pekerjaan saya kini erat kaitannya dengan AEC seharusnya saya bisa menjelaskan ini secara lebih simple dan agak lebih mudah dimengerti.

Skema di atas menjabarkan secara singkat mengenai lingkup kerja AEC. Sesuai dengan namanya maka tentunya urusannya terkait dengan ekonomi. Untuk menghadapi AEC, maka pemerintah sudah mempersiapkan berbagai inpres dan inpres yang terbaru dan insya Allah akan keluar dalam waktu dekat terkait dengan meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC 2015. Pemerintah juga sudah berjuang mati-matian untuk berusaha membangkitkan gairah ekonomi bangsa.. mulai dari sektor UKM sampai sektor industri besaaaaaar.

Tapi apakah benar kita sudah siap?
AEC ini memang di blueprintnya secara jelas menyatakan ingin membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif, selain itu AEC juga ingin mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas dan mempermudah pergerakan para pelaku usaha dan tenaga kerja terampil.

Nah masalahnya… banyak sektor usaha kita yang belum siap kalau bersaing dengan barang impor, bahkan yang diimpor dari negara-negara Asia tenggara sekalipun. Apalagi? Kalau kemudian tenaga kerja bisa lebih besar bergerak dari satu negara ke negara lain, maka jika kita tidak siap bisa jadi pasar tenaga kerja kita kemudian dipenuhi tenaga kerja asing. Sungguh mengkhawatirkan jika Indonesia hanya menjadi “bawahan” di negerinya sendiri.

Secara regional pun kondisi ekonomi semua negara ASEAN tidak seragam. Ada yang masuk high income countries, middle income countries, bahkan low income countries. Apa bisa ASEAN berintegrasi dengan baik? Uni Eropa yang kondisi ekonominya sudah agak lebih seragam saja toh bisa langsung pusing tujuh keliling ketika Yunani ekonominya jatuh.

Masalahnya rumit, kawan! Rumit sekali… harus ada yang bisa kita lakukan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Kita harus berusaha untuk bisa lebih pintar…
Ya? bagaimana lagi? Ini sih mau tidak mau wajib harus bersedia. Kalau kemampuan bahasa kita mandek… pas sekolah juga masuk telinga kanan keluar telinga kiri… lalu taraaaaaaa…. tahun 2015 bisa bisa posisi-posisi manajerial diambil alih para tenaga asing dari negara ASEAN yang lainnya. Gak adil? Mau marah? Loh kenapa gak adil? Kenapa harus  Jika saya pemilik suatu perusahaan yang akan memilih orang-orang yang memiliki kapabilitas yang paling baik untuk mengurus perusahaan saya. Mau asing kek…mau lokal kek… saya gak akan peduli. Ini bisnis! bukan lembaga amal, Bung! Selamat datang di dunia ekonomi…. hidup itu keraaaaaas, Bung!

Selain itu kita juga jangan hanya lihat kemungkinan-kemungkinan menyeramkan yang akan terjadi. Kesempatannya juga ada banyak.
Banjir impor, okay… tapi seharusnya kita juga bisa memanfaatkan pasar yang luas ini untuk memasarkan produk kita, bisa mendapatkan bahan baku yang lebih murah lalu memproduksi barang yang lebih efisien dan harusnya kualitasnya lebih baik.

Oiya… informasi pun sebenarnya lebih terbuka, bahkan ada program ASEAN untuk membangun Usaha Kecil Menengah (UKM) di setiap negara di ASEAN, hanyaaaaa sajaaaaa…. informasinya juga belum tersebar dengan baik bahkan website SME ASEAN pun hanya tersedia dalam bahasa tagalog! Yeaaah… pantes aja kalah UKM kita sama Thailand. Hanya Thailand dan google translate yang tahu.

Image and video hosting by TinyPic

Mohon kepada Kemlu atau siapapun yang membaca posting ini… pleaseeeee… informasi di SME ASEAN lebih dipublikasikan lagi dan perbaiki webnya. Pleaseee…

Siap? ya harus disiap-siapin.
Kita sudah menghadapi berbagai Zona perdagangan bebas dsb.
Toh kita masih hidup-hidup saja kan…
Ya hidup! Masalahnya kita ingin di posisi mana? Kalau ini pertandingan marathon… ya mungkin semuanya lari-lari saja… masalahnya kita ingin masuk di peringkat berapa? Kalau mau masuk peringkat atas maka lari yang cepaaaaat! Berjuang dengan stamina yang ada!

3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)
Hiyaaaa… kita hampir berada di akhir kisah mahapanjang ini.
Pilar terakhir itu pilar Sosio-Kultural. Pilar ini mencakup pengembangan SDM, pengembangan kesejahteraan, lingkungan hidup, dan Identitas ASEAN.

ASCC punya banyak misi, misalnya pemerataan pendidikan, akses terhadap Teknologi Informasi, peningkatan research and development di kawasan Asia Tenggara, dan lain sebagainya. ASCC juga ada di garis depan untuk memberikan bantuan jika ada satu negara ASEAN yang terkena bencana. Buat kalian-kalian yang punya passion di bidang kewirausahaan wuuuuetttttssss asal tau aja sebenarnya ada ASEAN Forum on Youth Entrepreneurship… ini program lama loh sebenarnya, seingat saya sejak tahun 2009.. tapi masih ada tidak ya? Entahlah… sepertinya masih ada, tapi seperti biasa kita suka ketinggalan info gitu dech!

Intinya ASCC ini sejalan dengan Millenium Development Goals 2015 yang misi-misinya adalah sebagai berikut:

Wuiiih… banyak hal ya.
Sungguh ini gak bisa kalau hanya mengandalkan pemerintah saja, yaaaa pemerintah juga kerjaannya banyak sih. Mungkin dari melakukan hal-hal yang kecil dulu seperti buang sampah pada tempatnya, jangan merusak pohon, jangan boros dan buang-buang makanan *wiiih catat nih, sering banget kan ada yang sok diet terus buang-buang makanan*, dan mulai menjalankan hidup sehat. Apalagi? Oiya! Peduli! Peduli kepada sesama… yeaaaah sampai lumutan juga kita gak akan bisa seratus persen menghapus kemiskinan… kelaparan…penyakit endemik… dsb… hellow.. kalau doraemon muncul di muka bumi pun dia tidak akan bisa melakukan itu.

But at least we try…. yang penting mah ikhtiar!
Tidak ada kebaikan yang sia-sia! Saya percaya itu! Sekecil apapun

Huwaaaaa selesai juga! Eh katanya saya mau ngasih review singkat aja, kenapa jadi banyak begini ya? hahahahaha…. masih suasana lebaran, bro! Maafin ya 🙂

Photo diary: Istiqlal, I’m in love ♥


Sebenarnya saya suka sekali fotografi!
Mungkin karena sudah ditempa bertahun-tahun jadi bagian publikasi, dekorasi, dan dokumentasi selama ini jadi terlanjur jatuh cinta dengan dunia fotografi.

Sebenarnya saya punya janji dengan seseorang untuk berburu foto, saya suka sekali foto-foto arsitektur… dan dia berjanji mau menemani saya asaaaaaaalkaaaaan saya memfoto dia juga :yawn: yaaah nggak apa deh asal ada temen yang mau diajak dengan gratis. Sayang sekali dia semakin sibuk dan rupanya saya orang yang sangat pemalas untuk beranjak dari rumah di musim hujan. Tapi… tuntutan seseorang yang sedang mencari tempat bekerja baru ini untuk mengunjungi tempat-tempat baru rupanya cukup banyak. Saya sudah bertekad kelak saya harus mendapatkan foto Istiqlal dan Katedral! Karena saya merasa mereka bangunan yang keren, unik, bersejarah, dan penuh filosofi di Jakarta. Rupanya Allah merestui niat saya… saya dibawa berkali-kali ke daerah lapangan banteng yang kebetulan dekat sekali dengan Masjid Istiqlal dan Katedral. And yeaaaay~~~ monggo diintip beberapa hasil jepretan saya.

Tidak terlalu bagus kualitasnya ya… karena memang hanya bawa HP waktu itu. Tapi kata seorang teman saya yang jago fotografi “The most important thing is the man behind the gun!” Jadi mau kameranya sejadul apaaaaaapuuuuuun~ yang penting adalah bagaimana si fotografer menangkap momen, pencahayaan, dan perspektif objek. Waaaaw! rasanya masih banyak yang harus dipelajari… but at least I try. Check this out:

Image and video hosting by TinyPic

Ini adalah tampak luar…
Naaaaah, fotografer yang baik itu sama seperti penulis! Gambar itu nggak akan bernilai kalau kalian nggak tau makna dan arti di baliknya *yah setidaknya tulisan dan cerita yang bagus akan menutupi hasil foto yang jelek hehehehe*. Saya sempat penasaran kenapa sih kok nama masjid ini agak unik ya: ISTIQLAL. Well, entah kalian merasa atau nggak, tapi saya yang muslim aja merasa waaaah ini gak biasa nih namanya. Biasanya nama masjid kan nama-nama asma’ul husna atau apalah. Tapi ini Istiqlal! Apa sih Istiqlal itu… tanya sana sini ke Bapak-bapak yang jagain sepatu dan tas *thank a lot ya, Pak* rupanya Istiqlal itu artinya MERDEKA! Yaph… merdeka dalam bahasa Arab.

Perhatikan lagi foto yang saya ambil tersebut, ada kubah besar kan yang menghias atap Istiqlal? Kalian tahu tidak berapa diameter kubah ini? Rupanya 45 meter! Yaph! untuk menggambarkan tahun kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945. Semakin menarik kan kawan? bahkan secara kebetulan lama pembangunan masjid ini adalah 17 tahun! makin match aja deh, 17 kan tanggal kemerdekaan kita.

Lanjuuuuut!

Tampak dalam deh

Image and video hosting by TinyPic

Kalau ke dalam maka akan tampak desain interior masjid Istiqlal. Sangat minimalis, tapi megah. Kubahnya dihiasi kaligrafi dengan warna keemasan… bagus sekali ya? Lebih bagus kalau bisa bikinnya sebenarnya hehehehe, tapi kalau saya sih ngaku aja walau punya basic cukup lumayan untuk menggambar tapi nggak bisa bikin kaligrafi…

Image and video hosting by TinyPic
Nah kalau foto itu, itu adalah tiang-tiang utama penyangga kubah. Tidak kelihatan dari foto ini, tapi tiang utama yang menyangga di sekeliling kubah ini jumlahnya ada 12! Kenapa 12? Karena ini melambangkan tanggal lahirnya Nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabi’ul Awal. Oiya… Masjid Istiqlal juga dibangun 5 lantai, kenapa? karena rukun islam ada 5 dan shalat wajib juga kan ada 5 waktu.

Image and video hosting by TinyPic

Ini bagian paling depan. Tapi sayang saya tidak bisa mengambil secara lebih detil lagi karena saya mengambil foto dari bagian akhwat (perempuan). Yang pasti arsitekturnya sangat cantik dan masih cling-cling karena baru saja selesai direnovasi.

Image and video hosting by TinyPic
Ini di bagian tengah masjid. Gimana ya… Masjid Istiqlal itu memang didesain untuk menampung jamaah yang sangat buaaaaanyaaaaak, karena itu memang sengaja didesain “terbuka” dan bisa dilihat juga kan atapnya tinggi. Sederhana saja… maksudnya supaya sirkulasi udara berjalan dengan lancar, dan jamaah nggak kepanasan apalagi sampai sesak nafas apalagi sampai pingsan hehehe.

Kalau diperhatikan lagi, bangunan Istiqlal ini mayoritas dibangun dari marmer dan stainless steel. Dahsyat kan? rupanya masih ada filosofinya juga loh. Soekarno bersikeras untuk membangun Istiqlal sekuat dan sekokoh mungkin! Katanya nggak boleh runtuh kalau bisa sampai 1000 tahun!  Konon itu sebagai tanda bahwa betapa cintanya Beliau kepada Islam… jadi dia ingin sampai dia meninggal sekalipun, rakyatnya tetap memiliki tempat ibadah yang mumpuni. Itu juga mengapa Istiqlal di bangun di jl. Medan Merdeka Timur karena ini merupakan “alun-alun”nya Jakarta…. strategis dengan banyak pusat keramaian, jadi setelah dari hiruk pikuk, lusuh, capek kerja, terpukul, sedih, patah hati, happy, atau apapun lah… orang bisa dengan mudah mencapai Istiqlal dan beribadah. Wueeeeets~~~ jaya banget nggak tuh filosofinya. Masih kurang? Okay… siapa takut? tambah lagi , tahukah kalian kalau rupanya…. tempat berdirinya masjid ini dulunya adalah Taman Wilhelmina dan disitu dulu ada benteng Belanda. Naaaah, kata Soekarno supaya makin terasa makna “Istiqlal”nya a.k.a merdeka, jadi benteng Belanda itu diratakan dengan tanah dan dibangunlah masjid ini. Merdekaaaaaaa!!!!! Allahu akbar! Pada baru tahu kan? Sama saya juga kok :p atau malah jangan-jangan kalian yang lebih duluan tahu daripada saya fufufu.

Nah ini juga bisa dijadikan sebuah pelajaran yang berharga banget.
Kalian mungkin sudah tahu bahwa arsitek masjid Istiqlal ini adalah seorang kristen protestan yang sangat taat bernama Fredrerich Silaban. Bukan mau SARA ya, tapi saya sih kagum luar biasa… dulu kan desain istiqlal disayembarakan, dan para panitia dengan sangat terbuka mengundang siapapun untuk ikut sayembara. Hebatnya lagi… orang yang non muslim pun mau ikutan sampai repot-repot mikir filosofinya mau seperti apa *yeaaah, tapi waktu itu hadiahnya juga emas batangan sih, tapi ada orang non muslim yang mau belajar mendalami arsitektur Islam juga rasanya wow banget deh*,  yang lebih lebih lebih kerennya lagi… panitia mengakui bahwa desain terbaik adalah karya seorang non muslim…. bayangkan kawan! Itu toleransi yang luar biasa yang pernah ada di muka bumi ini.

Hal hebat lainnya, Istiqlal memang sengaja dibangun di depan katedral yang arsitekturnya sangat indah.
Image and video hosting by TinyPic
Ada filosofinya?
Ada dong! DAN KALIAN WAJIB TAHU!
Sengaja dibangun di depan katedral supaya rakyat Indonesia belajar untuk terus harmonis dan bertoleransi. Supaya semua pemeluk agama bisa dengan tenang menjalankan ibadah mereka masing-masing lalu setelah itu bisa dengan mudah bersosialisasi satu sama lain dengan damai. Aduh mengharukan dan keren 🙂

naaaah seru kan?
Well, semua hobi itu seru kok kalau dijalani dan dinikmati.

Bumi ini luas, mereka menunggu loh untuk saya, kamu,  kita semua kunjungi dan jelajahi. Mereka menunggu untuk kita cari tahu dan hargai. Kalau kalian udah bisa menikmati setiap proses “pencarian” itu dengan fun dan enjoy… udah deh, kalian pasti feel so grateful for everything. Mumpung kawan… kata guru bahasa Inggris saya “Bumi Allah itu luas, maka jelajahilah… karena Allah pasti punya maksud membuat bumi ini begitu luas”

Selamat bertualang kawan! 🙂
kalau kata film Rab Ne Bana Dil Jodi, “Kita ini musafir cinta… kita akan bertemu di jalan!”
Okay, sampai ketemu di jalan, jangan lupa bawa uang lebih… siapa tahu saya gak bawa uang yang cukup buat naik ojek hehehehe

Karena kita [seharusnya] bukan bangsa pengemis!


Yihaaaa,
Sebuah hal yang menyenangkan karena walau kayaknya jarang  ada yang komentar di blog saya ini *hahahaha sedih banget http://www.emocutez.com* tapi rupanya banyak pembaca tanpa jejak yang bilang membaca tulisan saya, huhuhuhuhu terharu banget.

Banyak sekali tanggapan dari para pembaca tanpa jejak tersebut ada yang suka ada yang bilang tulisan saya galau *barometer galau itu apa sih? sungguh tidak pernah ada maksud untuk menggalaukan masa*

tapi kemudian saya menyadari satu hal, kalian… para pembaca blog ini… belum pernah melihat tulisan saya yang “ekonomi” banget. Mungkin saya harus mulai mencoba membagi sudut pandang saya yang menyangkut sisi keilmuan saya. Aha! Baiklah kalau begitu…http://www.emocutez.com

Pada suatu hari… pada sebuah acara talkshow mengenai isu-isu ekonomi di sebuah TV swasta 2 minggu lalu *ah ribet, sebut merk aja deh E*onomi* Challenge* di Metro TV *
Kalian yang tidak cukup beruntuk menonton acara tersebut mungkin bisa ngintip di sini

Jika kalian menonton acara tersebut, pasti kalian akan terhanyut dengan kata-kata diplomatis dan simpatiknya Ketua Delegasi  Eropa terhadap Indonesia, Julian Wilson. Sungguh! tidak ada keraguan dari saya kepada Beliau bahwa Ia sangat pantas menjadi diplomat kelas kakap! Cara penyampaian gagasannya sangat rapi dan terstruktur, orang yang menyenangkan, rapi, optimis, etc…etc…etc… butuh pengalaman karir diplomatis bertahun-tahun untuk mencapai sikap seperti itu.

Tapi yang cukup mengganggu saya adalah narasumber lain pada acara tersebut! kenapa? Ah silakan baca dulu tulisan saya sebelum kita sampai pada opini pribadi saya tersebut.

Inti dari diskusi tersebut adalah untuk membicarakan peran Indonesia terhadap perekonomian Eropa. Indonesia sebagai ketua Asean tahun lalu ikut memberi andil menyelamatkan perekonomian Eropa. Perluasan kerjasama ekonomi antara Asean dan Uni Eropa membantu Uni Eropa seperti semacam nafas buatan bagi perbaikan perekonomia Eropa. Naaaaah! intinya, okey! ASEAN membantu eropa… lalu apa yang akan dilakukan Eropa untuk Indonesia? http://www.emocutez.com

Sebagai orang yang berkompeten untuk hubungan Indonesia-Uni Eropa, sebuah hal yang wajar saat pembawa acara menanyakan banyak hal kepada Julian Wilson, dan sungguh saya kagum dengan Julian Wilson karena jawabannya sangat diplomatis dan rapi sekali. Tanpa menutupi banyak hal, Beliau mengatakan bahwa ada sekitar 500.000 pekerjaan yang tercipta dari hubungan ekonomi UE-Indonesia dan ada  3 juta RT yang hidupnya bergantung pada perdagangan CPO Indonesia-Eropa. Yah! total kasar 3,5 juta pekerja di Indonesia bergantung pada hubungan UE-Indonesia lah ya. Lalu bagaimana dengan Eropa? Eropa juga sangat bahagia sekali karena mereka mengimpor ikan dan CPO dalam jumlah yang cukup besar dari Indonesia. Terutama CPO! Beliau mengatakan sekitar 70% produk mereka memerlukan CPO sebagai bahan baku dan karena hanya Malaysia dan Indonesia yang memproduksi CPO dalam jumlah besar dan kualitas baik. Apa Pak Julian berbohong? tentu tidak! Tapi apa kita begitu sangat diuntungkan? tidak juga! Catat ya, hanya ada 3 juta pekerjaan yang tercipta di Indonesia, tapi Eropa? mereka mengimpor CPO sebaga bahan baku industri mereka…! dan jika setidaknya 35%  saja industri di Eropa menggunakan bahan baku CPO dari Indonesia, maka CPO kita pasti juga sudah membuka banyak lapangan pekerjaan di Eropa dan pasti lebih dari hanya sekadar 3,5  juta! Lalu… nanti si hasil olahan itu akan diekspor ke Indonesia, dan kita tentu akan membeli dengan harga yang cukup tinggi, dan yang perlu kita catat dan ingat, penduduk Indonesia itu sangat banyak dan luas wilayah Indonesia itu hampir sama dengan luas eropa… jadi big potential market sekali!

Yang lebih menarik lagi adalah… mereka menyatakan bahwa sayap pesawat airbus mereka dibuat di Indonesia! Yaaa! dibuat di Indonesia dan kemudian diboyong ke Eropa, dan tentu mereka mendapat keuntungan karena sayap pesawat ala Indonesia tidak terlalu mahal! Dan si salah satu pesawat terbesar di dunia itu akan melayang setiap harinya dengan keuntungan yang berlipat-lipat. Meanwhile in Indonesia… Bolehlah kita ekspor sayap pesawat… tapi jangan lupa, kita impor pesawat! bukan hanya sayapnya saja! Seinget saya sih harga pesawat pasti lebih besar dong daripada sayapnya doang! iya kan? http://www.emocutez.com

Tentu saja Indonesia merupakan market yang sangat luar biasa bagi Eropa. Sekarang siapa yang paling diuntungkan? sorry to say… tapi di sudut pandang saya ya Eropa laaaah! Tapi apa pak Julian salah? Tidak! sama sekali tidak! Jika saya menjadi diplomat hal yang sama akan saya lakukan seperti Beliau, dan saya rasa Beliau cukup jujur menjawab pertanyaan yang diberikan. Yang salah adalah jika kita tidak menganalisis pernyataan-pernyataan Beliau dengan bijaksana.

Puncak acara akhirnya si pembawa acara menanyakan apa dampak krisis eropa terhadap ASEAN, khususnya Indonesia. Pak Julian menyatakan bahwa Eropa memang sedang jatuh dan dalam kondisi sulit *tuh kan nggak bohong* tapi dengan optimis Beliau mengatakan bahwa sudah ada perspektif menuju ke arah perbaikan ekonomi mereka. Yah, wallahu’alam ya… tapi tugas diplomat memang untuk menjaga diplomasi bilateral maupun multilateral jadi jawaban seperti itu yaaaaaa memang seharusnya begitu.

Yang mengagetkan adalah ketika salah seorang pengamat ekonomi dari INDONESIA, kemudian ditanya kira-kira apa dampak krisis eropa terhadap Indonesia. Apa coba jawabannya? “Yaaaah… yang paling utama masalah likuiditas. Eropa akan membatasi kreditnya kepada negara-negara di dunia. Yah, Indonesia kalau seperti itu harus mencari sumber-sumber likuiditas yang lain bla…bla…bla..” Sungguh saya sangat kecewa dengan komentar tersebut. Si komentator ini jelas-jelas “ngarep” banget untuk terus berhutang kepada Eropa… dan jelas-jelas secara linear hanya berpikir “Oh, Indonesia … kau harus senantiasa berhutang.” Sepecundang itukah bangsa ini? http://www.emocutez.com

Saya tidak akan menepis bahwa mungkin untuk beberapa hal negara ini harus berhutang. TAPI! tidak selamanya kita harus menggantungkan ekonomi ini pada hutang bukan? Jika kalian kebetulan mempelajari makroekonomi, maka hutang internasional cukup memberatkan suatu negara terbuka kecil (small open economics coutries). Minal Aidzin wal fa idzin aja ya… negara ini punya economic stabilizer  tools bernama kebijakan fiskal dan kebijakan moneter! Kenapa sih komentarnya nggak yang lebih optimis dan mutu seperti “Ya… pemerintah dan otoritas kebijakan moneter kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ini bla…bla…bla…” saya tidak akan menjelaskan kurva-kurva atau persamaan ekonomi yang ngejelimet di blog ini. Tapi, saya ingin membuka mata pembaca sekalian bahwa sebenarnya harapan itu selalu ada! Saya ingin membuka mata diri saya dan Anda sekalian yang mungkin kelak dipercaya Tuhan menetapkan suatu kebijakan harusnya lebih memikirkan potensi di dalam negeri terlebih dahulu dibandingkan harus serta merta langsung berhutang. Hutang itu bukan penyelesaian masalah! Hutang hanya menunda dan menumpuk masalah! Setidaknya menurut saya.

Pun jika…kepepet banget… have no idea… dan harus terpaksa berhutang, kita harus ingat bahwa selama ini donator terbesar kita bukanlah Eropa, tapi Jepang dan beberapa negara di Asia. Eropa mah nomer ke sekian. Saat si komentator itu bilang “Yah… masalah likuiditas akan menjadi masalah besar kalau eropa tidak mau mengucurkan kreditnya” Owch please aja… kayaknya kok udah ngarep dan arghhhhh~ ini masalah jati diri bangsa,Bung http://www.emocutez.com. Kadang dalam hubungan internasional kita juga perlu jaim agar bisa lebih dipandang oleh negara lain. Bukan berarti menjadi congkak… bukan juga berarti menjadi begitu tertutup… hanya menjadi lebih bijak, mandiri, dan percaya diri terhadap kemampuan bangsa ini.

Yaaaah… capek juga nulisnya.
Oiya! salah satu filosofi ekonomi yang paling saya suka adalah bahwa ekspektasi masyarakat dapat berbanding lurus dengan kenyataan yang akan terjadi.
Sederhananya… ekspektasi kita mungkin saja (dan sangat mungkin) menjadi kenyataan!
Sekarang, apa kita cukup percaya diri terhadap kondisi perekonomian negara ini?
Sebagai pembanding… Ingatkah kalian bahwa Allah pernah menyatakan bahwa “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku” ?
Saya rasa tidak ada alasan untuk memiliki ekspektasi negatif terhadap berbagai hal, bagaimana menurut Anda? http://www.emocutez.com