Komunitas ASEAN 2015: Apa, Mengapa, Bagaimana?


Mengawali postingan saya kali ini yang akan rada teknis ceritanya, mari kita ucapkan

:present: HAPPY BIRTHDAY ASEAN!  :present:

tepatnya tanggal 7 Agustus kemarin ASEAN sudah mencapai usia 46 tahun, asiiiik~ kalau usia manusia ini tuh lagi usia “matang-matang”nya dan tentu sudah semakin mapan dan sudah semakin bijaksana dalam menapaki diri dan kehidupan, seeeeedddaaaaap!

Oiya, tidak ada salahnya juga bukan kita sekalian memberikan sedikit “kado” untuk ASEAN yang baru saja berulang tahun. Terserah deh bagaimana caranya, tapi kalau kalian punya blog hmmmm Komunitas Blogger ASEAN lagi ada even nih yaitu lomba blog ASEAN. Bukan masalah menang atau kalah… meramaikan saja juga gak apa-apa… yang penting ada sedikit antusiasme dan tanda sayang untuk ASEAN hehehe.

Well…well….well… saya rasa cukup sekapur sirihnya.
Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya, di usia yang sudah mencapai 40++, maka sudah sewajarnya ASEAN juga harus semakin matang, tentunya dalam hal ini matang sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Untuk menunjukan kematangan itu maka para kepala negara ASEAN menyepakati untuk membentuk ASEAN Community 2015 / Komunitas ASEAN 2015. Sebelum membuat otak kawan-kawan semua berasap… atau mata berat…. atau mulut yang sudah mulai gatal untuk menguap, saya rasa biarlah animasi ini yang memberikan penjelasan tentang apa siiih komunitas ASEAN itu?

Saya jelaskan disini, ketika Anda mengatakan ASEAN community hanyalah tentang perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan sekaligus perpindahan secara bebas faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) maka hal tersebut kurang tepat. Perdagangan bebas hanyalah salah satu poin dalam ASEAN community. Yang perlu dipahami adalah ASEAN community ini memiliki 3 pilar yaitu Pilar Keamanan-Politik (ASEAN Political-Security Community), Pilar Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Pilar Sosiokultural (ASEAN Socio-Culture Community). Naaaaaah….. masalah Perdagangan Bebas itu masuk kedalam pilar Ekonomi. KEA sendiri memiliki pembahasan dan cakupan yang sangat luas tapi sebernarnya intinya satu: Ingin menciptakan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi seluruh warga ASEAN.

Waduuuh! Kok mendadak sekali sih? Sebentar lagi kan tahun 2015.
Sebenarnya sih tidak mendadak banget, wacana pembentukan KEA ini sendiri sudah ada dan disepakati sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia tahun 2003! Catat ya! Tahun 2003, itu berarti sejak 10 tahun yang lalu. Jika masih rada mengawang-ngawang…. kita coba pelajari bareng-bareng yuks!

Tapi…
Tapi…
Tapi…

Telat deh kayaknya kalau mulai taunya sekarang

Oh… come on! Gak ada kata telat buat jadi kece hahahaha. Tancaaaap!

1. ASEAN Political-Security Community (APSC)

Naaaah, pilar pertama dulu nih, judulnya APSC…mohon jangan diplesetkan jadi “APaaa SiCh” errrr… :sweat:
Sesuai judulnya maka APSC punya misi untuk membuat setiap warga ASEAN jadi warga yang saling peduli, hidup dalam kedamaian, dan punya kondisi keamanan dan politik yang stabil. Mungkin keliahatannya klise banget ya… akan tetapi tugas ini sangat berat!

Coba bayangkan! 10 negara ASEAN… semuanya punya pandangan politis yang berbeda-beda.
Belum lagi letak ASEAN yang strategis di dunia, dikelilingi berbagai laut, samudera, dan berbatasan dengan banyak negera lain, maka jangan heran kalau konflik-konflik geo-politik juga sering terjadi.
Huuuffft~~~nyut…nyut…nyut…
Itulah mengapa APSC dalam blueprintnya menyatakan bahwa program kerja mereka berkisar kepada penciptaan good governance, menyelesaikan kasus konflik-konflik geo-politik yang ada di internal Asia Tenggara maupun yang ada kaitannya dengan negara lain di luar Asia Tenggara seperti kasus konfik di Laut Cina Selatan.

Saya dan mungkin kita semua, mungkin gemas sewaktu ada kasus Pembantaian Muslim Rohingya, atau ketika beberapa pulau-pulau kita harus rebut-rebutan dengan Malaysia, atau pusing juga kenapa Menteri Luar Negeri kita, yang jujur saja tampan dan rapi itu :inlove: , harus repot-repot keliling semua negara di Asia Tenggara untuk shuttle diplomation masalah konflik Laut Cina Selatan. Saking gemasnya sampai banyak yang bilang “Udahlah…masalah seperti ini tinggal majuuuuu….serbuuuuu….. seraaaaaaang… terjaaaaaaang…..!” tanpa perlu tendeng aling-aling.

Wueeeeetssss… rupanya gak begitu caranya, kawan! Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa segala konflik yang menyangkut negara-negara ASEAN harus diselesaikan dulu secara damai, istilah kerennya apa ya? soft diplomacy.

Tapi, Mon! Susah banget kali… lamaaaa…kan 10 negara ya beda-beda semua sudut pandangnya…
Justru karena itu maka APSC ini jadi salah satu pilar utama ASEAN community. Kerjaannya ya bukan hanya meminimalisir konflik, tapi juga saling bantu membantu di bidang Hak Asasi Manusia, ada juga perjanjian untuk bekerjasama memberantas peredaran NARKOBA, saling membantu kalau ada bencana alam, bahkan masalah zona bebas senjata nuklir pun dibahas. Pokoknya bagaimana untuk mewujudkan ASEAN yang damaaaaaaaaaiiiiiii~

Not our bussiness…!
No! no… ini benar-benar urusan kita.
Masih ingat keantusiasan kita semua ketika melihat konflik-konflik kemanusiaan maupun geo-politik yang ada di Asia Tenggara? Yak! Semangat dan antusiasme yang luar biasa…
Akan tetapi sungguh kurang elok jika kemudian kita malah saling mencaci kepada negara ASEAN lain.
Tugas kita hanyalah membantu sebisa mungkin yang kita bisa.

Suatu hal yang luar biasa ketika banyak sekali relawan dan bantuan ke Myanmar untuk membantu muslim di Rohingya… tapi kalau sampai memukul rata bahwa semua biksu di dunia “jahat” membenci seluruh warga Myanmar, wueetssss… gak oke
Sama juga ketika ada aksi rebut-rebutan pulau dengan kawan serumpun kita…itu tuch… Malaysia. Yaaaa siapa yang gak kesel dan gemas sih, tapi yaaaa yang bisa kita lakukan adalah belajar dari pengalaman, selain itu Indonesia juga masih sangat butuh para ilmuwan dan ahli-ahli di bidang pertahanan dan konflik perbatasan. Masih sebal juga? gak apa… tapi jangan ikut-ikutan caci memaki di social media dsb. Yeaaah~ at least kita bisa mencoba jadi warga ASEAN yang elegan!
Begitu pula untuk masalah-masalah lainnya.
Untuk masalah kebijakan, tentu ini bukan kapabiltas kita untuk menjudge sepihak mengenai suatu hal. Ini masalah para petinggi-petinggi yang juga merupakan policy maker di level nasional maupun internasional. Yeaaaah… sampai sini, tugas kita hanya berdoa.

2. ASEAN Economic Community (AEC)
Aha! ini yang jadi bidang saya… ekonomi!
Karena pekerjaan saya kini erat kaitannya dengan AEC seharusnya saya bisa menjelaskan ini secara lebih simple dan agak lebih mudah dimengerti.

Skema di atas menjabarkan secara singkat mengenai lingkup kerja AEC. Sesuai dengan namanya maka tentunya urusannya terkait dengan ekonomi. Untuk menghadapi AEC, maka pemerintah sudah mempersiapkan berbagai inpres dan inpres yang terbaru dan insya Allah akan keluar dalam waktu dekat terkait dengan meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC 2015. Pemerintah juga sudah berjuang mati-matian untuk berusaha membangkitkan gairah ekonomi bangsa.. mulai dari sektor UKM sampai sektor industri besaaaaaar.

Tapi apakah benar kita sudah siap?
AEC ini memang di blueprintnya secara jelas menyatakan ingin membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif, selain itu AEC juga ingin mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas dan mempermudah pergerakan para pelaku usaha dan tenaga kerja terampil.

Nah masalahnya… banyak sektor usaha kita yang belum siap kalau bersaing dengan barang impor, bahkan yang diimpor dari negara-negara Asia tenggara sekalipun. Apalagi? Kalau kemudian tenaga kerja bisa lebih besar bergerak dari satu negara ke negara lain, maka jika kita tidak siap bisa jadi pasar tenaga kerja kita kemudian dipenuhi tenaga kerja asing. Sungguh mengkhawatirkan jika Indonesia hanya menjadi “bawahan” di negerinya sendiri.

Secara regional pun kondisi ekonomi semua negara ASEAN tidak seragam. Ada yang masuk high income countries, middle income countries, bahkan low income countries. Apa bisa ASEAN berintegrasi dengan baik? Uni Eropa yang kondisi ekonominya sudah agak lebih seragam saja toh bisa langsung pusing tujuh keliling ketika Yunani ekonominya jatuh.

Masalahnya rumit, kawan! Rumit sekali… harus ada yang bisa kita lakukan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Kita harus berusaha untuk bisa lebih pintar…
Ya? bagaimana lagi? Ini sih mau tidak mau wajib harus bersedia. Kalau kemampuan bahasa kita mandek… pas sekolah juga masuk telinga kanan keluar telinga kiri… lalu taraaaaaaa…. tahun 2015 bisa bisa posisi-posisi manajerial diambil alih para tenaga asing dari negara ASEAN yang lainnya. Gak adil? Mau marah? Loh kenapa gak adil? Kenapa harus  Jika saya pemilik suatu perusahaan yang akan memilih orang-orang yang memiliki kapabilitas yang paling baik untuk mengurus perusahaan saya. Mau asing kek…mau lokal kek… saya gak akan peduli. Ini bisnis! bukan lembaga amal, Bung! Selamat datang di dunia ekonomi…. hidup itu keraaaaaas, Bung!

Selain itu kita juga jangan hanya lihat kemungkinan-kemungkinan menyeramkan yang akan terjadi. Kesempatannya juga ada banyak.
Banjir impor, okay… tapi seharusnya kita juga bisa memanfaatkan pasar yang luas ini untuk memasarkan produk kita, bisa mendapatkan bahan baku yang lebih murah lalu memproduksi barang yang lebih efisien dan harusnya kualitasnya lebih baik.

Oiya… informasi pun sebenarnya lebih terbuka, bahkan ada program ASEAN untuk membangun Usaha Kecil Menengah (UKM) di setiap negara di ASEAN, hanyaaaaa sajaaaaa…. informasinya juga belum tersebar dengan baik bahkan website SME ASEAN pun hanya tersedia dalam bahasa tagalog! Yeaaah… pantes aja kalah UKM kita sama Thailand. Hanya Thailand dan google translate yang tahu.

Image and video hosting by TinyPic

Mohon kepada Kemlu atau siapapun yang membaca posting ini… pleaseeeee… informasi di SME ASEAN lebih dipublikasikan lagi dan perbaiki webnya. Pleaseee…

Siap? ya harus disiap-siapin.
Kita sudah menghadapi berbagai Zona perdagangan bebas dsb.
Toh kita masih hidup-hidup saja kan…
Ya hidup! Masalahnya kita ingin di posisi mana? Kalau ini pertandingan marathon… ya mungkin semuanya lari-lari saja… masalahnya kita ingin masuk di peringkat berapa? Kalau mau masuk peringkat atas maka lari yang cepaaaaat! Berjuang dengan stamina yang ada!

3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)
Hiyaaaa… kita hampir berada di akhir kisah mahapanjang ini.
Pilar terakhir itu pilar Sosio-Kultural. Pilar ini mencakup pengembangan SDM, pengembangan kesejahteraan, lingkungan hidup, dan Identitas ASEAN.

ASCC punya banyak misi, misalnya pemerataan pendidikan, akses terhadap Teknologi Informasi, peningkatan research and development di kawasan Asia Tenggara, dan lain sebagainya. ASCC juga ada di garis depan untuk memberikan bantuan jika ada satu negara ASEAN yang terkena bencana. Buat kalian-kalian yang punya passion di bidang kewirausahaan wuuuuetttttssss asal tau aja sebenarnya ada ASEAN Forum on Youth Entrepreneurship… ini program lama loh sebenarnya, seingat saya sejak tahun 2009.. tapi masih ada tidak ya? Entahlah… sepertinya masih ada, tapi seperti biasa kita suka ketinggalan info gitu dech!

Intinya ASCC ini sejalan dengan Millenium Development Goals 2015 yang misi-misinya adalah sebagai berikut:

Wuiiih… banyak hal ya.
Sungguh ini gak bisa kalau hanya mengandalkan pemerintah saja, yaaaa pemerintah juga kerjaannya banyak sih. Mungkin dari melakukan hal-hal yang kecil dulu seperti buang sampah pada tempatnya, jangan merusak pohon, jangan boros dan buang-buang makanan *wiiih catat nih, sering banget kan ada yang sok diet terus buang-buang makanan*, dan mulai menjalankan hidup sehat. Apalagi? Oiya! Peduli! Peduli kepada sesama… yeaaaah sampai lumutan juga kita gak akan bisa seratus persen menghapus kemiskinan… kelaparan…penyakit endemik… dsb… hellow.. kalau doraemon muncul di muka bumi pun dia tidak akan bisa melakukan itu.

But at least we try…. yang penting mah ikhtiar!
Tidak ada kebaikan yang sia-sia! Saya percaya itu! Sekecil apapun

Huwaaaaa selesai juga! Eh katanya saya mau ngasih review singkat aja, kenapa jadi banyak begini ya? hahahahaha…. masih suasana lebaran, bro! Maafin ya 🙂