Tentang Seorang Pria…


Sebuah persembahan cerita untuk my lovely brother yang akan berulang tahun besok, kelak kamu akan membacanya dan jadilah seorang pria yang hebat 🙂

Saya….
Hanya merasakan hidup selama 12 tahun dengan ayah saya. Itupun tidak full time karena tentu saja Beliau bekerja dsb. Selama 12 tahun, dengan pengetahuan saya tentang kehidupan yang masih sangat minim, saya mencoba memahami nilai-nilai yang Beliau pegang. Lagi-lagi, dengan pengetahuan saya yang masih sangat minim tentang kehidupan, saya sangat mengagumi ayah saya karena alasan-alasan yang sangat sederhana. Namun, setelah Beliau meninggalkan saya dan keluarga, saya marah pada Beliau sekaligus pada Tuhan, well… why should my father? why?
Sempat sedikit shock, saya lalu mengumpulkan setiap kepingan ingatan saya tentang Beliau, alasannya? Karena hanya kenangan-kenangan itu yang bisa saya jaga dan saya ingat selamanya. Kenangan itu akan jadi harta paling berharga dalam hidup saya, dan semoga juga untuk orang lain.

Izinkan saya bercerita sedikit tentang Beliau.

Ayah saya adalah seorang anak pertama dari keluarga yang biasa saja. Karena Beliau seorang anak yatim, maka untuk membantu ekonomi keluarganya, Beliau menjadi gembala ternak saat masih sekolah, membantu ibunya berjualan, dan karena pintar Beliau juga menyambi menjadi guru di kampung halamannya. Karena prestasi akademisnya yang baik, Beliau kemudian bisa bersekolah di IPB melalui jalur undangan. Harapan Beliau saat itu hanya satu, kelak bisa menjadi guru, lalu kembali ke kampung halamannya dan mencerdaskan anak-anak di kampung halamannya.

Hampir menjadi dosen tetap namun akhirnya Beliau give up for his biggest dream, alasannya masalah ekonomi. Saat itu, menjadi dosen apalagi belum tetap sangat tidak prospektif. Beliau kemudian menjadi seorang pegawai swasta.

Saat mendengar cerita itu, saya kemudian protes kepada ayah saya. Bagaimana mungkin impian yang sudah Beliau perjuangkan bertahun-tahun harus kandas begitu saja. He just great… so why he should stop? Why? ini terlalu tidak fair.

Menjawab pertanyaan saya yang menggebu saat itu, Beliau hanya tersenyum lalu menjawab dengan kalimat-kalimat yang menurut saya terlalu berat untuk saya mengerti saat itu.

“Jadi pria itu berarti menjadi imam… menjadi pemimpin… menjadi seorang mengambil keputusan. Itu amanah dari Allah” Jawab ayah saya pendek

“Masa bodoh… ini masalah cita-cita, yah. Ayah yang bilang perjuangkan impian sampai mati. Gantung cita-cita di di bintang, jangan hanya sampai di bulan karena bulan sudah pernah dicapai oleh NASA. Lha… ini ayah sendiri kok melanggar kata-kata itu?” Protes saya

“Ayah belum selesai. Nak, menjadi seorang pria itu haruslah bijaksana… karena imam yang tidak bijak hanya akan merugikan umat. Sampai situ, setuju?”

“Iya, lalu?”

“Lalu… ayah yang saat itu harus mengambil keputusan yang paling banyak memberikan keuntungan bagi orang-orang di sekitar Ayah. Kalau ayah bersikeras untuk sekolah lagi…. bersikeras untuk melanjutkan pekerjaan yang uangnya tidak jelas… maka Ayah akan mengorbankan kalian. Tentu ayah tidak mau menjadi egois”

“Okay, alasan diterima. Tapi ini berarti ayah menyerah dengan impian ayah?”

“Tidak… siapa ya menyerah? Justru Ayah sedang mengembangkan impian ayah jadi lebih fenomenal… lebih nyata…. lebih keren”

“Sok banget. Memangnya mempersiapkan apa?”

“Mempersiapkan kamu” jawab ayah saya singkat.

Saya bingung lalu bertanya, “Maksudnya apa? Saya gak mau jadi guru ah… jadi dosen juga… saya mau jadi presiden Amerika Serikat aja. Kayaknya lebih kaya dan keren”

“Hahahahahaha… terserah kamu mau bercita-cita jadi apa. Akan tetapi satu hal yang kamu tidak boleh lupa, ketika kamu semakin berilmu nanti maka jadilah orang yang semakin rendah hati. Jadilah orang yang bisa membagi ilmu kamu untuk kepentingan banyak orang. Ilmu itu harta dan amanah, dan kamu tahu kan setiap harta harus dikeluarkan zakatnya.”

“Iya, yah? gimana bayar zakat ilmu?”

“Dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan mengamalkannya sebaik yang kamu bisa. Ingat juga bahwa ilmu adalah harta, maka dia bisa dicari terus menerus hingga ke pojok bumi manapun. Ingat bahwa ilmu adalah amanah, dan amanah hanya diberikan pada orang yang pantas, maka jadilah orang yang baik sehingga Allah menilai kamu pantas untuk diamanahi ilmu pengetahuan”

“Aduh pusing banget ya, yah… gak ngerti deh”
“Yaaaaa… nanti juga ada saatnya kamu ngerti. Yang penting ingat saja dulu”

Lalu pembicaraan pun semakin mencair, dan saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa pembicaraan itu akan menjadi pondasi berpikir saya di masa yang akan datang.

* * *

Saya tidak akan bercerita lebih panjang mengenai ayah saya, mungkin harus dibuat sebuah buku khusus untuk menceritakan Beliau. Singkat cerita, Beliau kemudian sakit saat saya duduk di kelas 6 SD karena sebuah kecelakaan di kantornya dan kemudian meninggal dunia saat saya duduk di bangku SMP kelas 2.

Saat Beliau jatuh sakit, saya sangat marah pada Tuhan. Yaaaa… supaya kalian tahu saja, saya pernah sampai tiap hari hanya menggugat Tuhan. Bagi saya terlalu tidak adil jika seseorang yang baik seperti Beliau harus jatuh sakit seperti itu. Gila!

“Ayah gak kasian sama kita-kita, sampai sakit begini?” Kata saya pada Ayah saya, “Kenapa sih Ayah masih aja baik sama Allah, Allah aja gak baik sama Ayah. Yaaaaa jangan dibaik-baikin dong Allah-nya, keenakan nanti”

“Ayah merasa ayah beruntung banget aja”

“Ayah demam kali -____-, syarafnya bener-bener rusak rupanya”

“Nggak… ini serius. Tidak banyak yang mau menerima orang yang sakit seperti Ayah sekarang dengan baik… dengan sabar… tapi ayah punya kalian, semuanya baik, semuanya sabar, semuanya tetap semangat. Kamu juga rupanya bisa kan dapat NEM tertinggi”

“Cuman sekabupaten, Yah… gak se-Indonesia.”

“Tapi itu luar biasa kan? Kamu pikir itu biasa, bagi ayah luar biasa. Nak, tidak mudah menjaga semangat berjuang di saat-saat sulit dan kamu bisa melakukan itu. Kelak kamu bisa menjadi wanita yang hebat, masih mau jadi presiden Amerika?”

“Gak Yah, jadi presiden Amerika banyak musuhnya. Kayaknya jadi dokter mata aja deh”

“You change your dream because of me?”

“Sepertinya begitu”

“Iya, gak apa. Tapi kelak… setelah kamu semakin dewasa, kamu harus semakin mantap dalam menentukan impian dan jalan hidup. Jangan terlalu sering berubah, karena itu membuat kamu menjadi kurang fokus terhadap apa yang kamu kejar. Tentukan langkah yang mantap, pantaskan diri, lalu berjuang… jangan takut gagal, toh semua orang pernah gagal”

“Saya orang yang takut kepada kegagalan, yah…. saya sih jujur saja”

“Untuk apa? Nak, setiap pencapaian besar itu butuh waktu… butuh proses… dan salah satu proses yang harus kamu hadapi adalah kegagalan. Berhasil dan gagal itu satu paket.”

“Mengapa harus satu paket?”

“Agar kita menghargai setiap jerih payah yang telah kita tempuh… agar kita menghargai setiap hal yang kita peroleh… agar kita bersyukur dan semakin rendah hati”

“Ayah terlalu banyak teori!”

“Hahahahahaha…. oya? Iya sih ya… tapi gak apa selama teorinya baik dan benar.”

Beberapa tahun kemudian saya tidak memiliki kesempatan untuk kembali berdebat dengan Beliau.

* * *

Hari ini, saya sudah bertemu dengan banyak pria. Beberapa orang yang sangat bersemangat dalam meraih setiap impiannya, beberapa terlalu mudah bertekuk lutut pada kegagalan. Saya geram! Manusia di muka bumi ini seharusnya menyadari bahwa banyak orang yang meninggal terlalu cepat sebelum mereka meraih impian dan cita-cita mereka, lalu apakah pantas jika masih saja ada yang ingin menyerah begitu dini dengan impian-impian mereka?

Jika ingin menyerah, bolehkan saya memohon untuk setidaknya kalian mencoba satu kali lagi…. terus menerus seperti itu. Setidaknya modifikasi impian dan rencana-rencana yang ada sehingga lebih memungkinkan untuk dicapai. Tapi jangan menyerah! Bergerak maju bukan hanya harus dengan cara berlari, merangkak pun tidak apa…. yang penting maju! Itu saja!

Saya yang hari ini, ingin mewujudkan impian saya sekaligus impian ayah saya yang belum tercapai. Jika kalian pikir ini mudah, maka kalian salah besar… saya sudah jatuh berkali-kali, ratusan kali menangis, berkali-kali pula ingin menyerah, tapi apakah saya pantas untuk menyerah? Tidak kawan, saya harus maju… jika tidak saya akan semakin tertinggal dan semakin jauh dari semua impian saya.

Setiap pencapaian besar butuh waktu!

Bagaikan perlombaan marathon, jutaan orang sedang berlari mengejar impian mereka masing-masing…. terus berlari hingga lelah. Jika kita terjatuh, lalu kita berhenti karena lelah…. maka kita hanya akan terinjak oleh peserta marathon yang lain. Perjuangan ini tidak mengenal kata lelah…. jika kau lelah, maka mungkin kau belum menemukan hal apa yang tengah kau perjuangkan.

Me and my father, long….long….long time ago 🙂

 

Dalam Doaku


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

(Sapardi Joko Damono, 1989)

In a melancholic feeling in my heart…..

Well, here I am now~ now, with hijab :)


Okay… supaya tidak ada yang tanya-tanya dan heboh lagi
Kini saya nyatakan secara resmi kalau saya sudah berkerudung sekarang.
And here is my photograph…
tentu dengan editan supaya menyamarkan jerawat hehehehe

me

me nowadays!

 

Waaaaah? Mon.. akhirnya! kenapa? kenapa?

Kenapa ya? Sebenarnya mungkin sejak SMA sudah mau ya, tapi karena saya pernah kesal dengan perlakuan beberapa teman saya yang mendikte saya hanya karena saya tidak berjilbab *Mungkin bisa diubek-ubek posting sebelum-sebelumnya kalau penasaran dengan ceritanya* jadi yaaaa nggak jadi, apalagi pas perguruan tinggi masih ada aja yang belum mengerti bahwa saya tipe manusia yang nggak bisa dijudge oleh siapapun. Saya sudah cukup puas kok menunjukkan bahwa tanpa jilbab juga gw masih bisa tuh hidup, punya prestasi, punya hal yang bisa dibanggakan, gak usah pake narsis lagi.Parah kan? Paraaaaaah banget laaaah~ untungnya saya punya teman yang sangat baik-baik. Yaaaah tidak banyak, tapi sangat baik 🙂 Sahabat-sahabat terbaik saya adalah orang-orang yang sudah tidak pernah complain dengan apapun yang saya lakukan, mereka hanya menegur kalau saya mulai jadi uring-uringan atau panik gak jelas karena sesuatu. Well, I love them! very much~

Saya juga punya seorang teman, dan dia non-islam.
Not a special person, biasa aja… cuman karena punya beberapa hobi dan interest yang sama jadi cukup sering ngobrol juga.
Ada hal yang keren dari dia, kemanapun dia pergi dia selalu bawa Injil kemana-mana! Pokoknya religius banget deh. Tadinya sih biasa-biasa saja ya. Yaaaah… biasa lah saya juga sering liat ikhwan dan akwat yang gak pernah ketinggalan bawa Quran kemana-mana. Tapi pernah lagi asik-asik ngobrol sama dia, adzandzuhur berkumandang

Teman saya  : Mon, shalat tuh… udah adzan waktunya shalat bukan?
Saya: Ah tangguuuung, nanti aja ah…
Teman saya: Loh, emang ibadah bisa ditunda-tunda?
Saya: Utamanya sih di awal waktu, tapi kan ada range waktunya. Pokoknya asal jangan lewat aja. Lapar ah makan dulu~
Teman saya: Tapi yang utama kan awal waktu, kenapa buat Tuhan tidak memberi yang utama, Mon? Ini buat Tuhan loh…tenang gw mah bisa nunggu. Shalat sana!

JLEBH! kata-katanya masuk akal, maka saya langsung shalat tanpa ba-bi-bu lagi.

Karena saya sewaktu kuliah tidak suka mengobrol dengan segerombolan orang (sampai sekarang saya kurang suka keramaian) maka setelah shalat saya masih menghabiskan beberapa menit bersama teman saya itu. Setelah ngalor ngidul ngobrol tiba-tiba dia bertanya pertanyaan yang sebenarnya paling saya malas untuk menjawabnya:

Teman saya  : Mon, kalau wanita muslim itu harus berkerudung ya?
Saya: Iya, kewajibannya begitu… ada di Al-Quran sih sebenernya.
Teman saya: Oh… terus kenapa lu nggak pake? Lu kan anak baik, Mon?
Saya: *waaah di bilang baik, hidung terbang* —-saya ceritakan hal-hal yang bikin saya mikir-mikir untuk berkerudung——
Teman saya: Waaah… begitu. ya udah, sabar ya….
Saya: Lu sendiri, kenapa tiap kemana-mana selalu bawa Injil, ini kan cukup gede.  Memang selalu dibaca?
Teman saya: Gak sih,Mon. Tapi gw bangga dengan agama gw, dan gw selalu tenang setiap gw melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Tuhan gw.
Saya: Subhanallah, keren banget.
Teman saya: Lu bangga dengan agama lu kan, Mon?
Saya: Bangga laaaaah…. jangan tanya! Bangga banget! Lu harus tau, cendekiawan islam bahkan lebih pintar dari semua ilmuwan Eropa!
Teman saya: Naaaah… oleh karena itu, Mon… jika lu bangga dengan agama lu, maka lakukan apa yang Tuhan perintahkan. Ini bukan masalah apa yang orang lain telah lakukan ke lu, forget it! Ini masalah apa yang sudah Tuhan lakukan ke lu dan apa yang harus lu lakukan kepada Tuhan lu. Come on! Show to the world you can be a trully moslem scholar like you have said! jangan setengah-setengah dalam iman.

JENG~ JENG~ JENG~ rasanya kesindir banget! JLEBH!
Sebagai informasi ya, dulu dia selalu jadi salah satu orang yang mengingatkan saya untuk shalat di awal waktu. Saya belajar dari dia bagaimana untuk benar-benar toleran…
Saya juga belajar dari dia bagaimana benar-benar bangga pada Allah…
Saya belajar bagaimana menghargai orang lain yang berbeda keyakinan dengan saya.

Saya ingin dunia belajar, bahwa menggerakan hati manusia *setidaknya untuk manusia yang agak bebal seperti saya* tidak bisa dengan hanya kata-kata dari yang halus hingga sindiran atau kritik yang tajam, tapi harus diiringi dengan perbuatan dan contoh nyata.

Saya yang sudah dilempar dan dicecar aneka dalil dan hadist dari jaman sekolah hingga kuliah, yang sudah pernah kena sindir dari beberapa orang, toh rupanya malah luluh dengan pertanyaan seseorang yang cuman bertanya “Lu bangga dengan agama lu kan, Mon?” gw jadi berpikir, apa gw akan gengsi ya kalau tiap saat gw bawa Quran gw dan gw baca tiap hari dimanapun gw berada? kenapa gw lebih sering meluk si HP dan si lappy daripada Quran gw? waduuuuh pantesan laptop gw pernah dimaling orang, notice dari Allah juga kali ya.

Sejak hari itu tanpa siapapun tahu, saya mulai kepikiran kata-kata teman saya siang dan malam, tapi aaah lama-lama ilang juga dihapus skripsi, kerjaan, dan sebagainya. Apalagi saya serem juga liat teman saya pada lepas jilbab selepas lulus, aje gile… yang udah 4 tahun aja bisa lepas, gimana gw? hahahahahaha diuwel-uwel kali jilbabnya.
Tapi lama kelamaan saya ingat lagi, dan berusaha mencari celah dimana pernyataan teman saya yang salah, dan TIDAK ADA!

Saya sampaikan niat saya kepada Mama dan Mama cuman bilang, “Silakan kakak, asal kakak tetap istiqomah, jangan dilepas-lepas nanti ya”
Saya cerita ke adik saya dan dia cuman bilang “Oke kak, tapi kata bu Yoyoh guru agama kiki… nanti jangan pakai pakaian yang ketat dan rambutnya jangan diliatin” CEREWET tapi saya iyakan juga karena bener hehehehehehe
dan orang terakhir yang saya beritahu adalah Pillowman, as usual and as I hope dia no comment macem-macem walau saya sudah heboh cerita kalau saya takut main lepas juga kayak teman-teman saya di kampus! dia cuman bilang “Iya… memang sudah waktunya” lalu tidak ada komen selanjutnya… huffft~ dia memang paling tau saya orang yang heboh tapi tidak suka kehebohan.

dan taraaaaaaa, here I am now~ now, with hijab 🙂

Kenapa saya tidak bilang-bilang ke banyak orang? Terutama yang perempuan
1. Saya sendiri pas awal pakai masih agak males2an, kadang kalau keluar rumah juga masih di buka hahhahahahaha :p jadi yaaa gak usah berisik lah ya.

2. Saya tidak suka kehebohan “Aaaaaa M-on selamaaaat yaaaa” “Aaaaaa amdulillah, emon sejak kapan” “Aaaaaaa, kenapa gak bilang-bilang?” haduuuuuwh~ agak pusing hahahaha. Saya nggak mau orang heboh lah, everything can be happen… saya cuman berharap semuanya mendoakan aja. Lagian saya juga belum bener-bener banget kok, kadang masing lupa lengan baju kependekan, baju berantakan, terus dipanggil-panggil adik saya karena rambut keluar, aaaaah banyaaaaak! nggak muna deh gw, makanya daripada congratulate me lebih baik pray for me. Udah deh, doain si Marissa Malahayati a.k.a emonikova makin hari makin baik ilmu, iman, amal dan rizqinya.

Harapan saya, emmmm….saya ingin jadi world traveler dan penulis kelas dunia. Dengan berhijab, kelak… cepat atau lambat… saya ingin membuat ilmu saya berarti untuk banyak orang, dan ingin menunjukkan how great Islam is…how great moslem is…
That’s all…
Saya akan penuhi janji saya kepada teman saya, kelak I’ll be a moslem scholar…

Keren ya… keren dong! impian harus senantiasa keren

Yaaaa… semoga saya bisa sekeren mimpi-mimpi saya
dan Allah meridhai setiap langkah saya itu. Aamiin.

NB: my very dearest friend, muslimah yang belum berjilbab, seloooow~ saya juga pernah kok kayak kalian :p jadi saya nggak akan komentar macem2, ah kalian juga udah tau modal saya deuh hehehehe… impian saya sih semoga kelak kalian punya cerita yang lebih inspiring dan berkesan daripada saya 🙂 harus! supaya kalian ngerasain betapa mengesankannya berusaha lurus di jalan Allah itu. Gak gampang kan? Makanya kalian nanti akan belajar untuk menghargai itu. Well, you will find your own way, Gals! Insya Allah. Jangan lupa, setelah itu share ceritanya ke saya, siapa tau kita bisa tulis satu buku terus dapat royalti, terus kita kaya raya mwahahahahahahahaha <– tetep mata duitan

jiplak tulisan orang lain? Masih jaman?


Huuuuft! berapa kali harus saya bilang saya sebenarnya tidak pernah bermasalah dengan orang yang menggunakan tulisan saya untuk tulisan mereka bla-bla-bla ASALKAN mereka mencantumkan nama saya, susah banget sih? Emangnya nulis gampang? huwaaaaa you should read many books before you can write something good! Hingga hari ini, ketika saya mau menggunakan tulisan orang lain saja, bahkan jika itu adik kelas saya sendiri, saya pasti akan meminta izin terlebih dahulu karena saya tahu menulis itu tidak mudah.

Bulan ini, entah ada angin apa… seseorang menggunakan tulisan saya untuk dipajang di blognya TANPA meminta izin kepada saya atau sekadar memberi penjelasan singkat bahwa itu adalah tulisan saya… sebenarnya mau menyelesaikan hal ini secara baik-baik, tapi orangnya nggak nanggepin… jadi yaaaaa, biar saya aja yang bongkar! heuuuuuu! dosa… dosa deh sekalian.

Image and video hosting by TinyPic

Itu merupakan tulisan saya yang saya kirim ke Kompetisi Essay Mahasiswa  Nasional tahun 2010 yang diselenggarakan oleh tempo institute. Mengapa dia bisa dapatkan? Karena pada tahun 2010-2011, essay yang masuk 20 besar dipajang di website tempo institute dan hahahahaha saya dapat 20 besar,tapi nggak usah dibesar-besarkan yang lebih bagus dari saya juga buanyaaaaak hahahahaha. Naaaah, sayangnyatahun 2012 ini si essay-essay yang udah dari angkatan 2010 itu udah nggak dipajang lagi, ngerti laaaah… udah saatnya yang angkatan baru yang merasakan sensasi tulisan mereka dipajang di website tempo institute dan dibaca dunia *halah*, dan taaaaaaraaaaaaaa setelah saya iseng-iseng ngecek, rupanya tulisan saya malah mejeng di blognya mas wedha darmawan yang darmawan karena mau meluangkan space blognya…. ya! darmawan tapi kurang bijaksana karena asal kopi paste begitu saja *sorry to say, ya Mas….* dan setelah kepo melacak social medianya…. betapa terkejutnya saya ketika tahu orang ini adalah duta bahasa gitu deh~ hah udah deh nggak usah dilanjutkan. Setelah saya cek lagi, ada juga essay-essay orang lain yang dia kopipaste 🙁 owwwwwh… why

Kalau tulisan yang dia kopas itu adalah tulisan saya yang non formal kayak yang di blog atau apalah…. saya sih nggak akan heboh-heboh banget. Tapi ini? Ini tulisan saya yang pernah masuk lomba…pernah publikasi… dan errrrrghhhhh! Dia tidak mengerti betapa dekatnya pekerjaan saya dengan menulis, beberapa kali saya dipanggil wawancara kerja karena track record menulis saya dan bahkan ada yang karena membaca blog saya *ini tips juga buat blogger yang juga job seeker :p watch out your blog hehehehehe* bisa dibayangkan nggak kalau ada pihak yang iseng-iseng ngecek judul tulisan saya dan taraaaaaaa muncul di blog atau website orang lain dengan nama orang lain juga? come on! jangan dzhalim deh.

Grrrrrrr….
Pembaca yang baik, omelan saya ini belum seberapa kok, sewaktu saya submit tulisan ke jurnal nasional, editornya langsung memberi “surat cinta” yang sangat mengena karena saya salah menulis nama penulis di daftar pustaka dan salah menulis judul dan volume jurnal yang saya kutip. Segitu saya udah nulis yaaaa mengutip dari mana, nggak asal kupipa gitu aja, diomelinnya langsung dahsyat!Saya saja pernah dimarahin untuk masalah-masalah seperti ini, karena dalam dunia menulis plagiarism itu suatu tindakan yang fatal…. sekecil apapun. Kalau mengutip perkataan editor saya “Tolong hargai setiap jerih payah dan pemikiran orang-orang yang sudah menginspirasi setiap bagian inspirasi kita” hahahahaha saya masih inget banget surat cinta pak editor tercinta itu.

Haaaaah,sudahlah…
mau tahun baru.
Saya masih berbaik sangka mas tersebut hanya khilaf *mungkin khilafnya cukup sampai situ aja ya, Mas…* semoga Allah membukakan pintu hatinya… aamiin…
Tapi untuk pembaca sekalian, bijaklah dalam mengutip atau kopi paste… kita tidak berhak merebut hak orang lain sekecil apapun 🙂

Well… see you!

Let’s talk a little bit seriously about… crazy little things called “love”


So, what is love?
Hahahaha… orang yang nggak romantis seperti saya sih sebenarnya nggak terlalu kompeten untuk membicarakan hal se-so-sweet ini. Tapi setelah mikir-mikir, dan ngeliat temen-temen udah nikah, beli cincin nikah, nyari WO, lalalala, dan bahkan mulai ada yang nanya macem-macem, waaah luar biasa! Waaah jadi kepikiran macem-macem juga. Well, honestly I enjoy my life today… not perfect one but happiest one.

Bagaimana ya…
If you ask me, am I fall in love with someone. I guess it is a yes. maybe a big yes…
Tapi kalau udah ada yang nanya, kapan nikah? aduuuuh…tunggu dulu.
Belum merasa pantas untuk berpikir hal seserius itu hahahahaha…

Agar tidak terlalu penasaran, biarkan saya menuliskan cerita dan pemikiran saya mengenai hal ini…

Well,
Saya ini bukan orang yang mudah, kawan! Saya seorang idealis ambisius  tapi juga seorang yang sangat sentimentil untuk beberapa hal. Saya yang hari ini, mungkin sedang senang-senangnya mengurus keluarga saya. Dekat mama… cerita banyak hal, give many present to her, suddenly hug her Saya juga lagi seneng-senengnya manjain adik saya, saling ngeledek pas ngajarin dia MIPA, support dia pas tanding, waaaah pokoknya in this time saya sedang pengen spend my time with my family.

Dan sepertinya saya mulai bisa bernafas lega, Mama makin hari makin baik… I can see, she is happy now walau masih suka pusing dengan kelakuan anak-anaknya. Adik saya juga, hmmmm dia makin cowok akhir-akhir ini. He becomes a lovable boy. Rasa-rasanya beberapa tahun kedepan, saya akan lebih berfokus finding full time job deh… ya itu saja yang utek-utekan berada di pikiran saya saat ini. Mau nyekolahin adik, bawa mama ketempat fisioterapi yang paling yahud, bla…bla…bla….

But it doesn’t mean I don’t have a time to fall in love. Oh I have…. many times, very much.
bagaimana ya? sungguh sebuah hal menyenangkan ketika “We have a best partner to share with”.
Ketika ada orang yang nggak perlu dikasih tahu bahwa saya lagi sedih atau down tapi tetep dengan gegap gempita mendukung.
Ketika ada orang yang bisa dijadikan lawan bicara yang baik…
Ketika ada yang diam-diam menasehati saat saya mulai sedikit demi sedikit galau dan menggila.
Ketika ada orang yang menjadi teman yang baik untuk membicarakan masa depan.
Ketika ada orang yang tanpa banyak komentar mendukung setiap keputusan dan impian saya
Dan sebuah hal yang menyenangkan juga ketika saya bisa membalas melakukan hal serupa.
Saya tidak akan menampik hal itu, it’s an awesome feeling.

Masalahnya apa yang kemudian harus saya lakukan?
Saya rasa apa yang sudah saya lakukan saat ini sudah merupakan hal yang benar.
Saya bukan remaja jaman sekarang yang menuntut seseorang untuk memegang tangan saya di depan publik, yang menuntut seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu dan pikirannya untuk saya, yang menuntut seseorang untuk mati-matian menunjukkan betapa tergila-gilanya dia pada saya hahahahahaha… terlalu lebay rasanya melakukan hal seperti itu. Saya pun sama, saya tidak mau seseorang menuntut saya secara terlalu berlebihan. Bukankah akan lebih bijak dan adil ketika kita satu sama lain saling menghargai impian dan prioritas masing-masing saat ini.

Cuek sekali ya?
ya mungkin… tapi saya memang bukan orang yang memiliki kriteria romantis berdasarkan kriteria-kriteria masa kini. Saya seorang yang sangat konservatif terhadap pemikiran-pemikiran saya sendiri. Apa salahnya sih ketika saya memberikan ruang dan waktu bagi saya dan orang lain untuk menyelesaikan beberapa “life tasks” yang perlu diselesaikan lebih dahulu dan lebih mendesak. Saya tidak mau egois… dan saya tidak mau ribet….itu saja sih. Life is hard, I don’t want to make it harder. Pokoknya Keep It So Simple deh.

Beranjak ke hal yang lebih serius,
Semalam sebelum saya tes CPNS, I have a depth conversation with my cousin. Dia membicarakan banyak hal… banyak sekali dan merasa dinasehati juga sih. When she talk about relationship, dia bilang masalah menjalin hubungan dengan seseorang itu secara serius hingga memutuskan untuk share a life with… itu bukan masalah sepele! atau sesepele perkataan orang. Bukan cuman masalah… “well we fall in love each other… let’s get married… let’s have babies…” tapi ada hal-hal mahapenting yang juga harus diperhitungkan…
1. Apa kita sudah bisa menerima satu sama lain secara baik dan menyeluruh? Yaaaa~ kalau cuman pas lagi suka-suka doang sih everything looked good. Tapi apa kita siap menerima semua kekurangan pasangan kita dan juga kekurangan keluarganya? dan apakah dia juga bisa melakukan hal serupa. Nobody’s perfect… maka menerima kekurangan itu sudah sepatutnya menjadi pertimbangan utama. Belum lagi kita harus memikirkan apakah pasangan kita bisa menghargai target dan impian-impian kita. Einstein bercerai dengan istri pertamanya Minerva hanya karena sang istri yang memiliki kepandaian yang nyaris sama dengan Einstein merasa Einstein menghambat karir dan cita-citanya. Well, that’s life!

2. Apa kita sudah siap nggak ngerepotin keluarga kita lagi. Apa kita sudah cukup dewasa untuk mengurus diri kita dan rumah tangga kita sendiri? Udah nggak ada excuse untuk merepotkan orang tua lagi, further we have more responsibility to take care them, help them, not disturd and annoy them. With greater power and age, we have more responsibilities

etc… for several things, kakak sepupu saya sangat bijak ya 🙂 sebenarnya mungkin karena saya dan kakak itu agak-agak sama pemikirannya sih.

jadi yaaaaah… emang sih, emang banget… rezeki itu di tangan Allah. Saya tahu itu.
Saya juga tahu, di negeri ini jadi perempuan itu agak lebih repot karena udah 20 tahunan keatas udah ditanya-tanya kapan punya pasangan dan ditakut-takutin kalau kelamaan nggak akan dapet lah… jadi perawan tua lah…. wuiiiiih macem-macem…
tapi memangnya harus bagaimana?
Saya sedang membiarkan calon suami saya asyik mengurus urusan-urusannya sekarang… mungkin dia lagi semangat-semangatnya mengurus orang tua dan keluarganya seperti saya, mungkin sedang asyik menyusun agenda untuk mengejar target masa depannya, mungkin juga dia sedang sembunyi di balik sebuah tembok besar karena sedang dikejar-kejar fans-fansnya, mungkin dia sedang mengintip saldo rekening tabungannya dan sedang berpikir keras bagaimana mengatur keuangannya di tengah situasi ekonomi yang tidak mudah ini, mungkin sedang mencari-cari mushala untuk bersiap shalat dzuhur, mungkin dia sedang iseng memandang kosong jalanan yang dipenuhi hilir mudik orang dan kendaraan, mungkin sedang tersenyum simpul lalu tertawa kecil karena menbaca tulisan saya,banyak kemungkinan bukan? dan biarkan saja dia melakukan apapun yang dia suka~ apapun~ tanpa intervensi dari saya… hanya intervensi dari Allah yang terbaik bukan. Di lain pihak, dia juga mungkin berpikiran serupa dengan saya.
So what can I do? Udahlah…… biar Allah aja deh yang ngatur semuanya ya… kenapa harus too many people yang pusing untuk memikirkan hal seperti ini sih hahahahahaha. Gitu aja kok repot, masih jauh deh… masih banyak PR yang harus dilakukan.

Well, it becomes a big mystery, right?
jadi siapa sih orangnya, Mon? Mmmmm…. tau ah gelap. Kalau kata dosen saya “Nggak usah lebay dan heboh kalau masih ada kemungkinan galau dan belum pasti” kemungkinan galau dan tidak pasti itu masih besar, mana saya orangnya bosenan dan free-spirit banget pula hahahahaha~ jadi biarkan misteri menjadi misteri…
But from here I just want to say for him and make a  little note for myself, “Before you love me, love Our God, love our family, love all people around us, love our life. It’s crucial… no matter what. Don’t worry, everything will be ok for us :fingersxd: “