Toxic Masculinity: Sudahkah kita memperlakukan pria dengan baik?


Maaf-maaf-maaf, terjadi banyak kekacauan dan kesibukan di dunia nyata yang membuat tante harus undur diri sejenak dari dunia maya 😀

Baiklah, mari kita bahas hal-hal yang menarik dan agak-agak nampol di kepala. Jadi beberapa waktu yang lalu saya baru selesai membaca, eh denger deh, sebuah buku yang judulnya “For the Love of Men” tulisan seorang wartawan bernama Liz Plank. Cukup menarik sih, karena membantu kita untuk melihat dari berbagai perspektif.

Nah jika kalian para wanita suka merasa “Duh kok ini cowok-cowok kok sulit banget dipahami.” Mungkin emang benar, dan itu semua karena lingkungan membuat stigma bahwa share the feeling, berbagi perasaan, curhat, adalah hal yang lebih feminim dibandingkan maskulin. Padahal, kebutuhan akan validasi perasaan dan pemikiran itu adalah kebutuhan manusia, tidak peduli gendernya apa.

Nah, stigma-stigma yang seperti inilah yang kemudian disebut: Toxic Masculinty.

Nah, sebelum kita tersesat lebih jauh, apa sih toxic masculinity? Dilansir dari healtline.com, …“toxic masculinity is an adherence to the limiting and potentially dangerous societal standards set for men and masculine-identifying people.” Intinya, standar-standar sosial yang mendefinisikan maskulinitas. Gak boleh nangis, gak boleh terlalu warm, gak boleh terlalu ramah, gak boleh curhat, gak boleh suka warna pink, gak usah masak ato belajar masak, dan sebagainya. Pokoknya, pria, diharuskan untuk selalu kuat secara mental dan fisik. Kalau kemudian capek dan nangis langsung dijudge “waaah lemah lo!” padahal kan sedih, dan aneka pergolakan emosi lainnya, bisa dirasakan oleh siapa aja.

Hal itulah yang membuat WHO sampai turun tangan dan bilang bahwa angka harapan hidup pria lebih rendah dibandingkan wanita. Saya kemudian membaca blog tulisan Dr. Robert H. Shmerling, MD, Senior Faculty Editor, Harvard Health Publishing, dan Beliau udah bilang ke istrinya kalau dia kayaknya bakal mangkat lebih duluan dari istrinya:

“I knew that, on average, women live longer than men. In fact, 57% of all those ages 65 and older are female. By age 85, 67% are women. The average lifespan is about 5 years longer for women than men in the U.S., and about 7 years longer worldwide.”

Pertanyaannya kenapa? Karena pria lebih mudah terserang stress, lalu akhirnya ada yang sakit, ada yang cari pelarian dari hal-hal ekstrim, dan ada juga yang bunuh diri. Sound stupid, apalagi bagi saya, karena saya sih tau banget hidup ini sulit dan gila ya. Tapi when life gives you lemon…. yaaaa udah nangis dulu sehari-dua hari, curhat ke random friends, atau main sama kucing, lalu kemudian maju jalan lagi! Apakah curhat dan nangis-nangis sampe ingusan itu menyelesaikan masalah? tidak! Tapi itu rupanya membuat mental kita lebih siap aja menghadapi realita. Dan ketika kita lebih siap, kita menjadi lebih kuat. That’s how strong women could be.

Nah ini yang seringkali tidak dinikmati oleh para pria yang boro-boro curhat, untuk nangis aja kadang gengsi. Nah seketikanya harus curhat, sukur-sukur ada yang mendengarkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Kebanyakan malah “Ah elo…. gitu doang aja. Cupu ah.”

Hal itu rupanya semakin merembet ke hal-hal yang lebih besar. Dalam buku “For the Love of Men”, si penulis bilang bahwa selama proses dia menulis buku, dia mewawancara beberap orang pria dan para pria ini banyak sekali yang menyembunyikan fakta ketika mereka merasa dilecehkan secara seksual. Mengapa? Karena ketika mereka kemudian curhat tentang ketidaknyamanan yang mereka rasakan, termasuk pelecehan seksual yang mereka alami, mayoritas respon yang mereka dapatkan adalah “Ah gitu aja, kamu kan cowok, lawan lah.”, “Masa’ gak bisa lawan?”

Padahal sih harusnya speak up, biar yang melakukan tuh sadar yang mereka lakukan itu busuk. Jadi inget kasus “rahim anget”, yang mohon maaf, menurut saya kok jijik ya. Kita sebagai wanita kan lebih bangga ketika dilihat secara pemikiran, secara kecerdasan emosional dan intelektual. Saya sih males banget kalau saya achieve sesuatu, terus penghargaan yang saya dapatkan menjurus ke hal-hal seksual. Naaaah…. dulu pernah nih ada pebulu tangkis yang kece sih emang, dan staminanya emang kuda. Namun alih-alih penghargaan pada kekuatan fisik dan kecerdasan strateginya, yang banyak muncul malah kaum-kaum “rahim anget.” Dan pada gak terima kalau kemudian ditegur.

Oh ya, kasus pelecehan seksual yang terjadi di sebuah instansi baru-baru ini juga, sama….
Ketika melapor malah kembali dipertanyakan “Loh kenapa gak bilang dari dulu-dulu?” dan malah kemudian diancam untuk dirumahkan.

Hal ini kemudian semakin rumit, karena, kalau kata buku ini, pria cenderung punya ekspektasi dan pengharapan yang tinggi pada dirinya. Nah, ketika kemudian dia gagal, maka orang yang pertama kali menyalahkan mereka adalah…. siapa lagi kalau bukan… diri mereka sendiri. Jika kemudian orang lain ikutan menyudutkan dan menyalahkan si Mas-Mas malang ini, maka itu akan jadi semacam validasi “Tuh kan gw salah.”

Hmmmm…. pendek kata, selain keras kepala… kayaknya para pria ini juga keras hati :’)

Hal ini yang mungkin menjelaskan kenapa sosok “ayah” di dalam keluarga selalu menjadi salah satu yang bikin kita suka naik darah. Berulang kali saya selalu dapat curhatan
“Bapak gue udah sakit-sakitan, Mon… udah gue suruh berhenti kerja aja. Diem deh diem di rumah. Apa susahnya sih?”
“Ya ampun Mon, ya masuk rumah sakit lah, wong maksain diri. Pake acara gak bilang-bilang kalo ada penyakit pula.”

Dan berulang kali juga saya bilang “Udah…. sabar, biarin aja Beliau mau nyobain apa. Tapi lebih dijagain aja.”
Dan berulang kali juga itu menjadi boomerang, dan mereka pasti akan bilang “Mon, gak gitu… lo gak ngerti…..”

Mungkin iya, tapi jangan lupa juga kalau pride seorang ayah adalah menjaga keluarganya sebaik mungkin.
Dan percayalah, saya juga pernah mengalami hal serupa ketika dulu ayah saya sakit.

Saya sedih, laki-laki yang paling saya sayangi di muka bumi ini terkesan memaksakan diri. Padahal saat itu, di kepala saya “udah…udah…. hidup aja, selama mungkin.” Saya kesal juga karena saya merasa ayah saya tidak memahami rasa khawatir dan sedih saya. Yang saya belum pahami saat itu, mungkin orang yang paling sedih adalah Beliau, karena merasa tidak berdaya dan malah membuat orang-orang disekitarnya sedih dan khawatir.

Semua orang bersedih, dan tidak ada gunanya untuk saling keras kepala memperdebatkan siapa yang paling terluka.

Nah, jadi, untuk kalian yang masih punya ayah, biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Support them. Ingatkan untuk hati-hati dan jaga diri. Puji mereka ketika mereka bikin sesuatu, seremeh temeh apapun itu.

Dan buat kalian yang mau jadi atau udah jadi ayah, jangan biarkan keras hati dan kepala kalian menyakiti orang-orang yang sayang kalian. Di muka bumi yang kejam ini, ada manusia yang kemudian memilih kalian jadi kepala keluarga. Maka mereka, sudah pasti, orang-orang yang siap mendengar dan berjuang bersama ketika ada suatu permasalahan. Jangan dipendam sendiri.

Kembali lagi ke topik kita. Saya sungguh mendukung kesetaraan gender, namun kesetaraan gender itu apa? Feminisme itu apa? Mengagung-agungkan wanita namun kemudian mengesampingkan keadilan dan perasaan para pria? Kan lucu dan blunder jika mencap diri sebagai feminis, namun malah lupa tentang hak asasi manusia. Dulu pernah, di sebuah grup yang saya ikuti, ada perdebatan panjang maha tidak berguna tentang sebuah lowongan pekerjaan yang hanya meminta satu orang pria untuk posisi tersebut. Pengirim lowongan sudah menjelaskan, bahwa di divisinya, hampir semua anggotanya wanita, sedangkan ada beberapa pekerjaan yang mungkin lebih efisien jika dibantu pria. Yang namanya emak-emak kan sore mungkin harus pulang cepet untuk masak, jemput anak, dsb. Sesuatu yang saya rasa bisa dipahami.
Dan kemudian perkara itu diperdebatkan sampai mati antara feminis vs non-feminis.
Pertarungan silat lidah dan argumentasi itu hanya berputar-putar di perkara “Kok gak boleh perempuan.” yang bagi kami yang malas “Lah, kan sudah dijelaskan.”
Dibalas dengan jawaban jitu “Memangnya wanita tidak layik bekerja.”
Kalau mau adu bodoh-bodohan, maka bisa saja kita balik pertanyaan tersebut “Memangnya pria tidak layik bekerja?”

Bukankah beban sosiologis dan antropologis pria, setidaknya pada masyarakat kita, lebih berat karena dituntut untuk membiayai keluarga, punya pekerjaan tetap, dsb dsb dsb dsb dsb. Dan jika mau sedikit berbaik sangka, bagaimana jika pria yang diterima untuk posisi tersebut adalah anak baik, yang uang gajinya diberikan untuk ibunya di rumah…. atau untuk keluarga kecil barunya?

Mengapa, sungguh sulit, bagi manusia untuk berbaik hati dan berbaik sangka?

Tidak ada yang tahu akhir pertarungan tersebut, karena pada akhirnya mayoritas keluar grup atau ganti e-mail. Jadi mohon maaf, memang ceritanya berakhir di situ saja.

Akhirul kalam, Mama saya selalu bilang “Orang itu bisa jahat mungkin karena pernah diperlakukan tidak adil atau tidak menyenangkan. Hati mereka luka, terus mereka jadi tidak percaya pada orang lain dan tidak peduli ketika menyakiti orang lain. Jadi, ketika kita ketemu orang yang baru, senyum aja…. berbuat baik aja…. karena siapa tau itu bisa melembutkan hati mereka.”

Maka bukankah pria, sama halnya seperti wanita, adalah manusia? Maka bukankah kita perlu memperlakukan pria sebagaimana kita wanita ingin diperlakukan. Dilihat serta diperlakukan dengan penuh rasa hormat.

Saya Tante Emon, ketemu lagi di cerita lainnya.
terima kasih.

Romansa Mas Kucing Abu…


Sebagai bagian dari warga Indonesia, pasti banyak yang bertanya “Ih kok udah kepala 3, masih sendiri aja.” Jika pembicaraan semakin kejam, maka akan berlanjut “Cewek lagi….nanti susah punya anak ya.” Yah gak usah jauh2… setidaknya itu yang terjadi sama Princess Syahrini :’D. Gimana kalau gw aja yang cerita kenapa…. kenapa ya beberapa orang belum bertemu jodohnya, atau sudah tapi mikirnya lamaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget! Setidaknya dari pengalaman gw. Yok, udah siap gelar tikernya? Jangan lupa jaga jarak dan pakai masker :’D 


Gw mengawali hipotesis gw dengan kata: Kaget! 
Yaph! Kaget yang membuat ambyar seluruh logika dan konsentrasi kita. Loh? Apa hubungannya? Begini….
Sebagai cewek normal, gw juga pernah dan bisa naksir2an. Tapi ya gagal beberapa kali karena banyak hal. Tapi dari sisi gw sendiri, gw mungkin tidak seperti kebanyakan teman sebaya yang secara mental siap mengarungi bahtera rumah tangga. Ya Allah, mengarungi bahtera selat Bali pake ferry aja gw mabok. 
Dari sisi gw, kesiapan emosional gw memang cemen. Gw masih sedih kalau inget tentang ayah gw. Dan wah… kadang suka random aja “Duh kalau gw nikah, suami gw meninggal muda gimana ya.” Akhirnya… seperti followers Jousk* gw kan jadi parno dan malah asik mencari dan menimbun emas berlian. BWAHAHAHHAHAHAHA! 


Iya! Serandom itu! SERANDOM ITU! Gw aja kaget! Shock, liat kaca, terus ngomong, edan… gw bisa kayak gitu juga ya. Dan jujur deh, gw sedang enjoy dengan kesendirian gw. Tinggal di apato mungil yg gw bebas acak2in dan bisa eksperimen macem macem di balkon. Gw merasa akhirnya gw menemukan jati diri gw. Huwaaaaaaa, rasanya kayak baru abis cukur rambut dan creambath! Fresh dan ringan banget. Kayaknya, klo gw bisa angkut Mama, adik, dan kucing2 gw untuk selalu bareng gw, udah sih… gw pasti mager untuk mikir mau ngapain lagi.


Eits, tapi inget… sedingin apapun orang, pasti butuh temen juga lah. Nah, gw yang memutuskan untuk gak usah punya temen banyak2 banget, karena ribet, malah berakhir jadi tempat curhat banyak orang! Mungkin karena mereka yakin rahasia mereka aman di gue, wong gw gak ada rekan gosip.
Capek juga kadang. menjaga rahasia itu berat loh. Apalagi kisah kisah yang mendarat di meja redaksi gw serba serius. Mulai dari masalah mental health, toxic family, muacem muacem! Abis kalau curhatnya ke para ukhti atau akhi cuman disuruh mendekatkan diri sama Allah, hellooowwwwww…. mereka juga tau keles gak bego bego banget untuk tahu solusi seperti itu. Mbok ya kasih moral support atau tawaran solusi yg lebih konkrit
.

Pada akhirnya, gw juga butuh curhat dong. Tapi gw harus mikir mikir juga, ke siapa ya cerita gw bisa “aman”


Jeng jeng jeng…. di sini gw mulai main api pake korek dan tabung gas melon


Gw cerita deh dengan seorang cowok, kita sebut saja Mamas. 

Nah, Mamas ini tipe favorit gw banget lah! Dieeeeeeeeeem! Gak banyak komentar, kikuk, kaku, namun baik hati. Kayak kucing abu abu yang doyan ngaso di ubin rumah sambil menikmati sepoi angin dan rintik hujan. Cuman ngeong kalau disodorin ikan sama nasi anget. Nah, kira-kira begitu. (Maaf… gw kesulitan memberikan deskripsi yg lbh manusiawi)


Dan macam cerita when Harry meets Sally, tentu pada akhirnya semua niat mulai berubah arah. Perahu mulai oleng melawan angin. Dan gw jadi sadar, rupanya kisah romansa manusia seumuran gw tidak semanis ubi madu. 
Kita menyadari bahwa hidup dan perangai kita gak keren keren amat. Banyak kekurangan sana sini. Banyak masalah yang ruwet dan uwel uwelan seperti kabel headset di dalam ransel. Jangankan menceritakan ke orang lain, nulis di buku harian terus kita baca sendiri aja rasanya pengen bakar bukunya. Setidaknya, bagi gw… ada saat ketika gw bahkan gak pede dengan eksistensi diri gw sendiri. Gw merasa banyak hal gak sempurna yang klo boleh, gw gak mau tau juga.

Lalu… lalu… lalu… entah kerasukan makhluk astral dari mana, tiba-tiba tercetus ide untuk “cek ombak”: menceritakan segala kejelekan itu ke seseorang. Entah apa guna dan mashlahatnya ya, tapi penasaran aja apakah ada orang yang tahan dengan segala keanehan gw yang wadidaw ini?
Gw pun memulai social experiment ini ke si Mamas ini. Secara mengejutkan, dia adem ayem aja. Agak zonk sih, karena ekspektasinya akan terjadi pertempuran ala ala 2 kubu di pertandingan tarkam. Namun, tidak…. tidak terjadi apa apa. Seperti kucing abu di ubin rumah, dia tetep selow menikmati angin sepoi dan hujan rintik. Mungkin tinggal tambah senja dan kopi hitam biar jadi kucing abu indie.

Oh… Mas kucing abu. 


Eits, gimana? Sejauh ini kisah Mas Kucing Abu ini adem ayem aja kan. Ya… ya… ya…tentu. Tapi bukan mendewasa jika sesuatu tanpa masalah. Kita memang doyan keributan yang memacu adrenalin. Gw pun. 


Mas kucing abu ini, diam sekali…. karena gw males dengan keributan, gw enjoy sih. Tapi, mmmm… rasanya kok gw terus ya yg menghujani Mas Kucing Abu ini dengan aneka cerita random? Sulit sekali crack up Mas kucing abu, suliiiiit sekali. Gw sih cukup PD gak ada banyak orang yang sanggup handle kucing abu ini. Hati-hati, kucing abu ini walau selow, tapi klo buntutnya keinjek, ya nyakar juga. GRAUUUUP miaawwwwrrrrrr!


Beritanya adalah, perlahan… dia mulai cerita tentang dirinya, masa lalunya, keluarganya, semuanya….
Gw kira gw siap… rupanya gw KAGET!
Menjalin hubungan, menjalin tali silaturahim aja gw mulai mikir “ hah? Apa gw mampu?”


Dibalik kebaikan dan ketenangannya, rupanya Mas kucing abu tetaplah manusia biasa dengan segala kompleksitas dan permasalahannya. Dan gw kaget aja dia menutup rapat semua itu sendiri sampe setua ini. Yah sama lah seperti kita kita, dipaksa ortu untuk milih suatu jurusan, dibanding-bandingin, dan sebagainya. 
Yang gw kasian ke dia adalah… kenapa pada akhirnya dia harus menceritakan hal hal itu ke gw!

Gw? yang secara emosional meledak ledak dan berapi api. Gw yang main bismillah, maju, serbu, serang, terjang ketika menghadapi sesuatu. Gw yang nekad dan gak sabaran. Tapi jangan lupa, gw juga cengeng. Kalau bocah, gw tipe yang kalo berantem, langsung gebug dan hajar tapi sambil nangis dan ingusan. Kalo kucing, gw tentunya representasi dari kucing oren yang gede ngeong ngeong sebelum ambil ancang-ancang nyakar. 
Wah! Gw jadi meragukan kompetensi gw sebagai teman dia. Mungkin dia gak butuh gw yang hebring ini. Atau apakah gw “guna” ya dengan personality gw yang rupanya bertolak belakang parah dengan Mas kucing abu? Duh kalian pernah liat dong kucing abu sama kucing oyen, segimana bedanya mereka? Naaaaah… itu! Kira kira begitu. 


Dan cerita atau imajinasi kita semua tentang romansa ala ala FTV ludes semua kayak martabak anget! Gw kemudian “reset” semua hal, pertanyaan gw ubah semua “Eh, kamu gak apa kan temenan sama aku?” 


Gw suka sekali… sukaaaaa sekali kucing abu ini. Beberapa kali gw bilang ke dia, kalau kami masih bocah dan dia tinggal di Leuwiliang dahulu kala (plis cek google maps ya guys letak tempat ini)… dia pasti akan gw ajak main tiap sore. Gw ajak buat bantuin gw nangkepin ayam kalau udah mau magrib (mmmm… masih agak bully sih, tapi nangkepin ayam pas sore itu sebuah kegiatan yang fun dan hits untuk anak leuwiliang di era itu). Gw tidak sembarang memilih orang loh untuk menangkap ayam-ayam gw, ayam gw butuh dekapan lembut saat ditangkap dan dimasukin ke kandang ufufuufufufufu. Hanya orang terpilih dan kredibelnyang boleh megang ayam peliharaan gw. 


intinya, Mas Kucing abu ini baik… baik sekali. Tapi gw butuh waktu menerka nerka apa yang ada dipikirannya. Gw suka sekali Mas kucing abu, tapi gw takut juga klo nowel buntutnya dia bakal nyakar gak ya? Ah masa ada kucing sejinak itu, gak mungkin dong.

duh mas kucing abu….

gw merasa gw tuh udah paling busuk masalah berteman dengan manusia, nah mas kucing abu ini lebih parah dari gw. Pokoknya banyak! Banyak hal yang bikin gw terkaget kaget. Yang bikin gw, “HAH?”
“HAH?“
“gimana…gimana?“

Terus gw akan lebih bawel dan bilang “Duuuuuh kita udah terlalu tua untuk belajar how to socialize. Masa hal seremeh itu aja gak aware sih” Geram juga… jangan2 dia berteman dengan gw karena orang lain lama lama shock juga dengan sifat-sifat ajaib di balik ketenangan Mas kucing abu. Gw tidak bisa cerita detil, tapi yang pasti… erghhhh pengen nyubit!

Tapi, seperti dia bisa menerima semua keajaiban gw yang super absurd ini. Mungkin gw harus mencoba. Lebih sabar.

ini belum apa apa loh. Gw, gw baru belajar open up dengan seseorang, dan gw baru belajar melihat cowok open up ke gw. Udah kaget, bengong, terbelalak, penuh gejolak adrenalin, pusing. Gila! Berumah tangga pasti lebih edan edan lagi ya.

mungkin proses mengenal seseorang itu adalah proses belajar seumur hidup…

klo kalian penasaran dengan Mas kucing abu, sama kok… gw juga. Gak janji ya kami bisa bareng terus. Tapi biarkan gw jadi teman Mas kucing abu. Supaya kami jadi kucing komplek yang akur dan gak saling cakar atau bikin berisik sampe dibanjur air seember sama tetangga yang galak.

fiuh… uji kesabaran ini…..

Meratapi Literasi Indonesia: Karena Rakyat Indonesia berhak Mendapat Buku-Buku yang Lebih Baik


Pernah suatu hari saya geram dengan orang-orang Indonesia yang tidak gemar membaca, apalagi dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Bukannya apa-apa, Karena adik saya pun pernah seperti itu. Itu terlalu aneh Karena setahu saya sewaktu masih bocah dia cukup suka membaca dan rasanya semua orang di keluarga saya memang suka baca. Lha kok ini males banget. Untung kami belum sampai pada mufakat untuk melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa adik saya ini tidak tertukar di rumah sakit.

Adik saya itu biasanya kalau jalan-jalan pasti berkunjung ke gram***a yang notabenenya toko buku paling kawakan di  tanah air. Sekarang? Nope
“Ki, ke gram** yuk cari buku”
“Aduuuh… gak deh kak. Bobok aja deh di rumah”
Ini kan serius, kalau anak yang suka baca saja tiba-tiba malas ke toko buku, pasti ada yang salah.

Saya pun iseng-iseng melakukan riset kecil. Ini pasti ada yang salah… pasti ada yang salah…. entah itu apa.
Saya berkali-kali mendapat isu dari sahabat dan teman saya yang suka berburu buku.
“Iya, Mon… jadi secara kuantitas sih bertambah, tapi kualitas… aduuuuh, jauh menurun”
“Aduh, Mon… lo pasti sedih lah liat buku di sini sekarang. Kurang beragam”

Saya tentu percaya teman-teman saya itu, they are limited edition in this planet dan sejauh yang saya tahu opini mereka selalu objektif dan kritis. Tapi kan penasaran dong jika kita belum liat sendiri. Saya pun memutuskan, saat kunjungan super singkat saya ke tanah air (yang pada akhirnya hanya bikin sakit punggung walau I am super duper happy to meet my family and my cats) saya bertekad untuk ke TOKO BUKU.

Sudah habis dilahap polusi dan panas matahari, kepala saya langsung pusing karena lapar karena sesampainya di toko buku saya paham kenapa orang seperti adik saya saja bisa jadi malas bertandang ke toko buku. Wanna see the reason?
“BUKUNYA TIDAK BERAGAM” and sorry to say (dan maaf jika ini menampar para penulis di tanah air) “KUALITASNYA Pfffffffftttttt…..”

Indonesia! Seriously! Are you lose your mind or what?

Mau lihat… okay! no pic= HOAX, so check this out.

Penulisnya beda-beda tapi semuanya selalu diawali “Love in…”
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Saya pikir ini diawali Mbak Illana Tan sih (eh bener gak sih, gak pernah baca soalnya)
kayaknya semuanya hanya latah ikut-ikutan, dan metode penulisannya? Entahlah mungkin gelar peta lalu lempar panah “Aha! Dapet Stockholm” lalu ditulislah “Love in Stockholm”,
Tertancap di Ottawa, tulis saja love in Ottawa
dst…
Masalah apakah alur cerita dan latar masuk akal atau tidak, oh itu belakangan… toh sekarang lagi trend pembaca-pembaca remaja dibodohi dengan angan-angan romansa walaupun itu tolol sekalipun!!!!
Pernah sahabat saya mengkritik “Ya ampun, Mon… ada loh yang nulis ‘salju menumpuk di Tokyo'” buat para pembaca blog ini, saya kasih tau ya… it is rare salju menumpuk di Tokyo. Seringnya, turun salju pun langsung cair. Mungkin kalau di utara Jepang oke lah ya.

Tapi itu sih belum seberapa, mari positif thinking, mungkin penulisnya datang ke Tokyo ketika badai salju. Who knows! Jakarta dan Bandung aja bisa hujan es kok.
Ada juga loh yang bisa-bisanya menulis, ini latarnya di Eropa utara ya… “Matahari bersinar terang dan menghangati Januari di hari itu”
Ketika membaca frase itu, saya sempat berpikir itu novel science fiction dan kejadiannya ketika global warming sudah melelehkan kutub utara. Kawan… Januari itu: MUSIM DINGIN, dan please kalau kalian ambil latar utara bumi apalagi di kawasan Eropa Utara, jangankan hangat…. matahari aja bersinarnya cuman beberapa jam.

Kalian paham “ketololan” yang terjadi? (Maaf saya terlalu kasar kali ini).  Bahkan saya bisa pastikan bahwa penulisnya, minim membaca. Mungkin terlalu sibuk dengan social media.

Saya berpikir, hmmm… okay fail with young adult mungkin mereka punya alternatif hiburan yang lain. Saya merangsek ke rak entertaiment.

Dan… tebak yang saya temukan:
Image and video hosting by TinyPic

Oh God! Damn it! What’s the point kalian khatam masalah k-pop? APAAAAAAA?
Ya ampun gila apa ya.

Saya mencoba positive thinking. Wah gimana dengan buku biografi. Mungkin ada tokoh-tokoh inspiratif yang bisa mengobati rasa sakit hati saya dengan buku-buku novel young adult. Saya merayap ke sisi buku biografi dan sejarah, yang saya temukan konspirasi ahok lah, konspirasi jokowi lah… Ya Allah, apa sih kok rasa-rasanya kepala saya penat ya melihat itu semua.

Saya berpikir lagi, saya terlalu emosional mungkin karena kurang dekat dengan Tuhan. Saya lalu mendekati buku untuk Muslim. Dan bahkan kali itu saya langsung ingin melakukan taubatan nasuha kepada Allah SWT karena this one really kill me!
Image and video hosting by TinyPic

Jadi manusia itu sibuk ibadah ke Tuhan hanya untuk masalah romance? Jika ibadah itu hanya mengurusi masalah percintaan antar lawan jenis, udah deh… bareng-bareng masuk neraka lah sekalian. Oh come on! Bisa kan ada buku Harun Yahya tentang science and Quran, Answers for daily life kayak ‘Boleh gak sih kita meluk-meluk anjing?’, ‘gimana sih cara thaharah yang baik dan benar?’, ‘Perihal alkohol pada makanan’, yang pertanyaan-pertanyaan sehari-hari seperti itu kan lebih bermutu dan berkualitas jika diserahkan kepada ahlinya dan dijawab dengan bahasa yang remaja banget, dan dijadiin buku. Saya yakin itu akan membantu sekali untuk banyak orang (nih, gw kasih ide! Biar ada yang bisa bikin buku rada bermutu)

Saya lelah marah-marah, karena saya pecinta buku non-fiksi saya menyeret bada saya ke rak buku-buku non fiksi. Well… cukup menarik. Tapi covernya suram (apa salahnya men-judge book from its cover, cover yang bagus toh salah satu cara memanjakan dan menarik pembaca), topiknya sempit, dan saya yang sudah tua ini saja agak enggan membacanya apalagi anak muda.
Image and video hosting by TinyPic

In short, pilihan buku yang cerdas, mencerahkan, menarik, dan dengan tema beragam itu sangat-sangat TERBATAS.
Dan ini: MENYEDIHKAN.

Indonesia yang tertinggal masalah literasi

Dengan lunglai, Mama saya menyambut dengan rendang andalannya dan bilang “Nah, liat kan sekarang. Bagaimana anak Indonesia bisa pintar jika ‘jendela dunianya’ saja cuman jendela yang ditutup kertas kado warna pink”

Ya! Jendela itu ada, tapi yang terlihat dari dalam hanya pink pucat, bukan dunia yang ada di luar sana. In short: FANA!

Adik saya pulang dari kuliah hanya tertawa, “Kenapa Kak? Sekarang tau kan kenapa Kiki males ke toko buku? Kiki ke perpustakaan di kampus kak sekarang karena buku jaman dulu masih jauh lebih bagus daripada yang muncul akhir-akhir ini”

Adik saya yang kini agak lebih bijak setelah masuk kuliah kemudian mengakatan “Jangan negative thinking kak,  masyarakat kita gak suka baca, mugkin bacaan yang menariknya aja yang terbatas. Orang Indonesia suka kok baca dan belajar hal-hal baru” Dengan teliti saya mendengarkan adik saya yang selalu membaca buku yang saya berikan ke kampus dan dia mengaku antrian panjang untuk ikut membaca buku-buku yang saya hadiahkan pada adik saya cukup panjang.

Miris loh, sewaktu saya masih kecil saya masih dibelikan buku-buku seri ilmu pengetahuan oleh Mama dan Ayah saya. Saya juga membaca dongeng dari seluruh dunia. Ketika saya sudah lebih mahir membaca, buku-buku novel saya naik kasta ke serial-serial misteri dan petualangan. Sebelum saya berangkat ke Jepang, saya masih bangga karena ada novel sekelas Laskar Pelangi yang ceritanya manis dan menyemangati anak-anak Indonesia. Saya percaya pada saat itu litarasi di Indonesia akan naik kelas, dan kualitasnya akan semakin baik.

Nyatanya? Saya bahkan tidak bisa menumukan buku non-fiksi populer di toko buku dengan retail terbesar di tanah air. Tidak ada buku buku seperti “what if” atau “naked statistics” atau jika memang belum ada penulis Indonesia yang cukup sakti membuat buku seperti itu, setidaknya mbok ya terjemahannya.

Ada? Tidak!

Jangan pikir saya ini tidak minder, berteman dengan orang-orang dari negeri lain seperi Jepang dan China saja sudah membuat saya “jiper”. Mereka bertanya mengapa saya tidak membawa buku teks dari Indonesia sedangkan mereka? Rak mereka penuh dengan buku-buku teks asing yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Saya? Saya haru membeli buku-buku itu dengan uang saya sendiri… mencari di toko buku… dan mau tidak mau harus membeli versi bahasa Inggris.

Kalian pikir saya jago-jago amat, saya bahkan masih mengggunakan google translate dan kamus untuk menerjemahkan beberapa kata dan kalimat, dan itu… itu makan waktu!

Negara lain pada umumnya menerjemahkan beberapa buku teks dan karya literatur penting dan terkenal lainnya (seperti novel dsb) kedalam bahasa mereka. Alasannya? Agak mudah dipelajari dan memperluas perspektif mereka mengenai perkembangan dan sudut pandang di negara lain.

Di banyak seminar ESQ sering terdengar: lihat, tiru, modifikasi…
Apa yang dilihat?
Apa yang mau kita tiru?
Apa yang mau kita modifikasi?
Novel-novel picisan yang hanya menjual mimpi cinderalla story?

Saya ini bukan pembaca buku teenlit atau young adult loh, tapi saya bisa memastikan bahwa buku young adult asing banyak yang ceritanya menarik… bukan hanya masalah cinta kadang juga tentang persahabatan , keluarga, pokoknya lebih beragam.

Karena saya pecinta non-fiksi populer, saya masih mendapatkan buku-buku seperti itu di sini.
Image and video hosting by TinyPic

dan masih ada juga novel-novel klasik yang menurut saya kisahnya penuh makna
Image and video hosting by TinyPic

As a book lover and an avid reader, jelas negara lain lebih menarik bagi saya. Bahkan India saja bukunya lebih beragam dari kita loh! Trust me!

Sebuah Pembodohan

Jika saya begitu jahat, dan punya ambisi untuk menguasai suatu negara, saya akan menggunakan suatu ide brilian: Buat saja seluruh masyarakat di negara tersebut jadi BODOH.
Jadi punya pemikiran sumbu pendek.
Kenapa? Karena dengan itu saya bisa dengan mudah mendoktrin dan membodohi orang-orang di negara tersebut. Yah! diadu domba sedikit juga nanti perang sendiri, mulai dari perang mulut hingga ke perang otot… yang pasti tidak ada perang otak, karena otak mereka sudah kosong melompong!

Karena saya cukup “strategis” dalam berpikir maka saya terlalu gegabah jika membom negara tersebut, bom sekolah… bom perpustakaan…. aduuuh, cemen banget sih. Belum tentu berhasil masih bisa kena gugat PBB pula.

Bagaimana jika, saya susupi dengan trend?
Racuni dengan sinetron dan infotaiment tidak mutu yang hanya membahas artis dan aneka berita tidak mutu lainnya.
Jangan lupa, agar lebih mantap “kebegoan” yang akan tercipta…. di negeri ini artis harus jadi segala-galanya. Ketika ada bom nuklir di Korea Utara, tanyalah artis dangdut.
Ketika ada penemuan teknologi yang baru, jangan lupa wawancara artis sinetron striping (ssst… sinetronnya pun tiru habis drama di luar negeri, kalau ratingnya bagus… diperpanjang hingga 1 juta episode, sssttt ini rahasia kita aja ya, jagan bagi-bagi strategi ini loh).

Okay, sekarang seluruh media dari media cetak hingga online pokoknya harus sibuk memberitakan hal-hal yang gak penting tapi seru, misalnya jambak-jambakan antar dua artis ibukota dan isu nikah siri sampai tayangan langsung artis yang sedang ngeden melahirkan.
Agar lebih “cerdas” jangan lupa #sharedisocialmedia.

Lalu trend tercipta, dunia masyrakat negeri ini menjadi sempit.
Piramida penduduk negeri ini yang didominasi oleh anak muda membuat saya sadar “Well, target utama: Anak muda”
Maka, buat juga buku yang ada (in case masih ada yang mau baca buku) mendoktrin anak muda untuk trapped in the nutshell.

And yeah! Perfect! Makan waktu sih, tapi efeknya dahsyat dan dijamin anti gagal.

Karena masyarakat kemudian diperlihatkan bahwa “cinta” itu hanya sebatas dimabuk kepayang oleh lawan jenis. Maka mereka akan lupa cinta pada sesama, cinta pada orang tua, cinta pada orang yang berbeda keyakinan, cinta pada alam.
Yaaaah… biarkan saja, toh mereka nanti akan gontok-gontokan sendiri ketika ada kawannya yang beda keyakinan atau suku.
Diamkan saja, toh nanti mereka juga akan mati sendiri terkena banjir dan longsor (atau dimakan anakonda lapar) wong mereka yang rusak lingkungannya sendiri kok.

Oiya! Jangan ajarkan hubungan science dan agama, agung-agungkan saja masalah virus merah muda dan keutamaan nikah muda. Semuanya nikah muda, biar si perempuan segera hamil dan punya anak banyak…
Paling nanti sibuk mengurus anak dan akan lupa dengan pendidikan dan karirnya.
Jangan tunjukan jalan ke surga itu beragam… pokoknya jangan!
Ini juga metode yang efektif untuk membuat peperangan antara wanita karir dan Ibu rumah tangga. Padahal mereka punya keutamaan masing-masing ya, eh biarkan saja! Kalau kaum wanita sudah perang dunia, negeri ini makin mudah dikuasai.

Oiya! Karena di negeri ini sudah terlanjur “bodoh”
Sebar juga isu kalau wanita yang masih single hingga after 25 itu bakalan mandul, perawan tua, pokoknya yang jelek-jelek. Selipkan juga isu wanita yang sekolah tinggi dan berkarir itu seringkali tidak mau menurut pada pria.
So, genius women will never get married! Dan kalau wanita-wanita cerdas tidak menikah… maka tidak ada bayi-bayi yang genius pula. Ya ampuuuuuun sempurna!

Karena negeri ini sudah terlanjur “bodoh”, maka katakan juga bahwa kualitas manusia itu bisa dilihat dari fisiknya. Kalau dia gendut, hitam, pokoknya jauh dari standar artis-artis kurus tinggi langsing, itu hina banget deh!
Jangan lupa! Di bully juga… buat mereka tidak pede! Efek paling ringan:trauma dan minim percaya diri, paling berat: BUNUH DIRI.

Dan bukankah itu sempurna?
Semoga misi “pembodohan” di atas tidak terjadi di Indoenesia.

Kawan, saya tidak menjudge jika kalian nikah muda, tidak membaca buku, tidak sekolah tinggi, kalian salah. Oh no! Mana mungkin saya berani melakukan itu.
Namun saya hanya ingin mengatakan we should do more!

Jika kalian ibu-ibu muda, didik anak kalian sebaik mungkin. Carikan buku yang baik, ceritakan cerita-cerita yang berkualitas, angkat impian mereka.
Jika kalian wanita atau pria yang masih single, fokus ke pekerjaan dan pendidikan kalian
Jika kalian pelajar, maka belajar dengan giat dan konfirmasi seluruh informasi yang kalian terima.
Dan lebih dari itu semua: read a good materials.
Jika kalian tahun bahwa tontonan TV tidak bermutu… turn it off!
Bijaklah dalam menggunakan social media dan selalu konfirmasi seluruh berita yang kalian dapat, amati, dan sortir. Kalian ini sudah besar… bisa bedakan mana yang baik dan buruk.
Investasikan tabungan kalian untuk membeli buku yang bagus berdasarkan hobi dan minat kalian. Baca!
Jika kalian tidak suka buku, beli majalah yang “berbobot”… national geographic misalnya jika kalian tertarik dengan alam.
Pelajari! dan Dalami! Lalu sadarlah bahwa dunia ini luas, dan dunia ini membutuhkan kita… manusia dengan kualitas yang lebih baik.

Saya tahu, tulisan-tulisan saya banyak yang “kontroversial” dan banyak juga yang sudah terlalu sebal dengan saya. But really! I criticize for your good. Kita tidak bisa hidup dengan perspektif yang sempit.

Jika membaca buku yang berkualitas saja kita tidak tahan, bagaimana kita bertahan dalam konstelasi global?
Bagaimana? Beri saya jawaban.

Sekali lagi, kita berhak mendapat akses yang lebih baik pada hal-hal yang lebih berkualitas, salah satunya: BUKU dan bahan bacaan lainnya.

 

 

“Jangan Merepotkan” yang [pada akhirnya] merepotkan


“I don’t say any words, because I don’t want to disturb you” -so many people in this planet (maybe especially Indonesian)

Sungguh saya kehilangan konteks dari kalimat “Jangan bilang-bilang ya, takut ngerepotin”
dan kemudian di balik “jangan bilang-bilang”itu terselip masalah yang aduhai. Then the problem getting bigger… no one have idea what’s happened. And if you want to trust me…. when a problem getting bigger it is getting harder to solve. Bahkan dalam menyusun tesis saja, dalam menyusun riset, dalam mengerjakan persamaan matematika, kita mengenal namanya “penyederhanaan” karena pada dasarnya kita buka super human yang bisa solve everything by ourselves ALONE! kita perlu menyelesaikan sesuatu step by step…. memilah mana yang bisa diselesaikan terlebih dahulu. Itulah fungsi mengapa kita sekolah, mengapa kita bersosialisasi, mengapa kita menjalani sebuah konsep bernama kehidupan, agar bisa membentuk pola pikir seperti ini.

Namun pada kenyataannya “facts sometimes more complicated than fiction” ujar Dr.Watson.

Seorang Ibu diam-diam kepada anak-anaknya ketika dia merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya. Waktu bergulir, Beliau kemudian ambruk. Siapa yang tahu rupanya Beliau sudah terserah kanker stadium 4?

Di sudut lain planet ini, ada lagi seorang Ibu dengan kisah yang hampir sama, BRUK! tiba-tiba Beliau ambruk… Siapa menyangka rupanya Beliau terkena stroke dan diabetes?

Di sebuah rumah sakit di suatu hari, ada seorang ayah terkulai di rumah sakit…. kecelakaan… di rumahnya istrinya tidak pernah tahu kalau dia punya beberapa permasalahan serius di kantor.

Dan jutaan kasus serupa atau hampir sama tersebar di penjuru planet bumi dan semuanya di awali dengan sebuat mindset “Gak mau ngerepotin ah”

Benarkah kemudian itu semua tidak merepotkan?
Benarkan itu semua menunjukan rasa cinta yang luar biasa pada seseorang? Benarkan jika kita mencintai seseorang kita PERLU dan mungkin HARUS melakukan sebuah tindakan “Maha bijaksana”bernama “GAK MAU MEREPOTKAN” itu?

Saya pribadi mengatakan “TIDAK” hal paling bijaksana justru adalah dengan melakukan hal sebaliknya.

Pfffttttt……………let me give you an example

I know someone in this planet, a mom, very nice and kind but one thing she always said “I don’t want to disturb anyone”including her kids. In my opinion, she has nice kids… kids who loves her than anybody else. But even with her kids, she never said her problems…. until in one point she got sick. She knows that her kids are great, have a big dreams, not such a genius but know how to work hard to achieve something. She always ask them to go far…. to get their dreams? but can they? NO! because they can’t   leave their mom that easy. they worry about her…

One of her kids is a very nice one, have a math ability above average… but he doesn’t want to go far.
One of her kids love her very much, but somehow she got really disappointed for now. She disappointed because she fell being fooled, being untrusted,everything. She never being disappointed like this before… never.

don’t you think psycologically stuff being so serious?

What funny is… I know where I found this story. I know exactly that story… and if you ask me how does it feels. It feels hurt more than anything in this world.

Jangan tanyakan kenapa kemudian si anak dengan kecerdasan di atas rata-rata akhirnya tidak memanjangkan langkahnya, dan tidak terbesit dalam mindsetnya untuk melanjutkan sekolah setinggi-tingginya.
Jangan tanyakan kenapa kemudian si anak tidak punya waktu lagi untuk jatuh cinta apalagi membangun rumah tangganya sendiri
Jangan tanyakan mengapa mereka semua bisa tersenyum da tertawa lepas di suatu waktu namun sesaat kemudian tatapannya kosong

Dan lalu…. diantara mereka, menyimpan cerita mereka sendiri.
With the same story and the same reason “Sudahlah, biar gak ngerepotin orang lain”

Hahahahhhaa… dear genius human! Even if you have very good equation like Newton’s law… you can’t solve any mechanical problems if no one revels the problems.

Like Sigmund Freud, maybe someday I will die and bring such of question and problem in front of God just to find the answer.

sekadar curhat tengah malam…


Jadi ceritanya tahun sudah mau berganti… lembar agenda, kalender, dan usia juga.
Malam ini entah  kenapa rasanya belum bisa tidur dan tiba-tiba berpikir “Tahun depan mau ngapain ya?”
Jadi, Mon tahun depan mau ngapain?
Nyelesein riset, lanjut S3, mungkin lanjut jadi peneliti selama-lamanya. Seorang cowok nyebelin bersikeras bilang suatu hari seorang marissa harus dapat nobel. 2015 Malala, siapa tahu kan 2025 Malahayati. Ah that crazy man, I will kill him for making me miss him so much. Seseorang yang telah membawa Marissa menjadi lebih baik di tahun 2015… hey, thank you 🙂 *oh come on he even will never read this one*

tapi jauh dari itu semua masih banyak yang belum kesampaian….
Tahun depan saya mau mmmm… melihat adik kecil kesayangan saya masuk kuliah. I am waiting this moment for years. Saya selalu bersama Kiki sejak dia bayi sampai sebentar lagi kuliah. Kami punya hobi yang sama, film kesukaan yang sama, tapi tetep paling sering berantem. Rasanya saya ingin membuat robot Baymax, yang super ndut dan super baik buat jagain si bocah ini kemana-mana. He will be okay, but just to make sure everything will be 100% okay, it is better a baymax take care of him.

This is how I want to hug my brother….

Seperti di kartun-kartun, kami sayang satu sama lain, kadang kalau jalan gandengan sampai dikira pacaran padahal umur beda 8 tahun. Saya sih gak macem-macem, saya cuman mau bilang “Ki, you know what… for many reasons I am so proud of you”
banget…
Makasih ya untuk berusaha jadi cowok yang keren walau kamu bahkan gak punya foto bareng ayah karena ayah ninggalin kamu sejak kecil. Makasih juga sudah berjuang untuk jadi cowok baik, yang gak rewel walau mama gak selincah dulu lagi karena stroke. Kalian tahu seberapa hebat adik saya? He decided to study near our house…. padahal dengan kemampuan otaknya yang diatas rata-rata, tes IQnya yang selalu di bawah tipis dari Jenius (walau malesnya juga di atas rata-rata; Nak please sesekali optimumkan karunia Allah itu :’D aduuuuh gak sanggup deh bayangin kemalesan doi) saya yakin dia bisa kemana aja. Kemanaaaa aja yang dia mau. “Gak ah, Kiki mau deket Mama aja”
Suatu hari juga sempet loh dia bilang dia mau masuk jurusan gizi atau teknologi pangan,
“Loh kenapa?’
“Kenapa? Yaaah biar kiki bisa ngatur pola makan Mama jadi Mama gak sakit lagi” Untuk yang belum tahu, Mama saya terserang diabetes dan stroke, dan itu karena pola makan (plus keturunan). Singkat kata keluarga kami memang banyak yang lebih dulu berpulang karena masalah pola makan.
“Mama aja?”
“Ya udah Mama kita, Mama yang lain juga lah… biar gak ada Mama yang sakit lagi di Indonesia. Then everybody will be happy, world will be ended in very happy ending”
But trust me he is bad on that field, he hates chemistry very much and biology, he will never make it :p
Akhirnya dia memutuskan mau masuk Statistik atau Matematika, alasannya karena dia suka math daripada pelajaran lainnya.
“Udah kakak sekolah di Jepang aja yang bener, Mama buat Kiki dulu ya. Tunggu aja nanti suatu hari Kiki nyusul kakak”

Mungkin biasa aja, tapi perlahan saya merasa… “Is he do these for me? Supaya kakaknya happy?” and if this is true, then after my mom… I will got diabetes, because that’s too sweet for me.  Really….

In the same time I am also feel happy…. suatu hari dengan kepala tegak saya bisa bilang ke ayah saya “He just better than we expected… more than anybody else expected” Adik saya yang super cuek itu, diam-diam jadi salah satu pria paling romantis yang pernah saya kenal.

Kiki..kiki… kiki…. awas aja kalau kamu mengecewakan kakak kamu ini loh… awas aja. Udah sampe ditulis di blog loh.

Mama dan Kiki itu dua orang yang mungkin paling mengkhawatirkan saya. I am okay, since I know they are okay there, Bahkan khawatir juga karena belum terlihat khilal saya bakal menemukan jodoh saya yang sebenarnya saya juga males memikirkan itu,

But let me make this clear…. saya mau menikah, mau…. dan siapa yang gak?
Salah satu impian terbesar saya adalah jadi Mama yang bukain pintu untuk setiap anggota rumah. Sama seperti adik saya, saya juga ingin masak…. masak yang super sehat, supaya tidak ada lagi yang sakit. Supaya bisa mempertinggi rekor life expectacy rate di dinasti keluarga saya (ahahahhha dinasti….). Gak perlu jadi seluarga yang super wah, mewah, bergelimang harta, tapi cukup keluarga yang setiap hari saling ketawa. Boleh saling marah tapi selesaikan dalam waktu max 1×24 jam. Saya ingin menghabiskan hidup saya dengan seorang cowok yang meruntuhkan segala kesombongan saya, yang bisa saya hargai dan hormati, yang bisa saya banjiri handphonenya dengan semua foto-foto jepretan saya. Saya dan adik saya juga butuh bocah yang bisa dibentuk sedemikian rupa agar suka nonton kartun, suka baca, suka liat bintang, nerd, suka kucing, dan gampang ketawa.

But you can’t hurry love isn’t it? at least I can’t.

“But Marissa, you can’t do so many calculation on it!”
I know… but…. how can you are not “calculate”it, I mean… it is about a man who will always I see beside me every time I open my eyes, and hopefully he will be available for me until I closed my eyes. which means, it will be a forever contract. Dan itu hal yang sulit… kalau saya ini angkot (aduuuh imajinasi guweh….) mungkin si jodoh udah ada, cuman yaaaa kelewat aja jadi harus retreat mundur lagi, atau memang masih jauh. Bagaimanapun hingga seorang Marissa sampai mendarat di Tokyo pasti bukan main-main, ada alasan yang pasti dan insha Allah terbaik dari semua ini. So, Mom… Kiki… semuanya, I just want to say… I am okay and I am happy.

Overall….
Semakin lama saya hidup di muka bumi ini, saya semakin bisa bilang betapa bangga dan bersyukurnya saya dengan kesempatan hidup sekarang ini.
Punya adik yang nyebelin tapi sebenarnya romantis
Mama yang keterlaluan baiknya sampai maling pun dikasih teh manis
kucing-kucing yang se-Taman Pagelaran tahu kalau mereka kucing yang paling baik dan paling nurut sekomplek
Almarhum Ayah yang bijaksana tapi sayang terlalu cepat pergi.
Almarhumah Nenek yang jago masak dan super talented
Alhamhum Kakek yang kayak ensiklopedia berjalan
semuanya….
Semuanya…
Mohon doanya ya semoga saya bisa membuat kalian senyum terus…. selamanya….
I don’t have any idea how, but I will…

and promise is promise.