A little notes from Japan: Part 3 (last part); Welcome to science city, Tsukuba….
Sewaktu saya masih kecil, hingga saya sebesar ini hobi saya adalah nonton film kartun, dan salah satu kartun favorit saya adalah ASTRO BOY. Saking gilanya saya sampai punya tuh binder, kontak pensil, dan aneka pernak pernik astro boy. Ya ampunnn parah banget kan -.-
kalau kalian berada pada masa kecil yang serupa dengan saya, jika kalian juga generasi beruntung yang waktu kecil suguhan kartunnya berkualitas banget, dijamin pasti pernah nonton Astro Boy… apalagi astro boy 2003 yang nyanyi soundtracknya duo favorit saya Chemistry! Arggggghhhhh~~~~ Keren parah! Adik saya aja sampai ngefans banget sama astro boy yang versi Jepang tentunya.
Dalam film itu, diceritakan kalau Atom (pemeran utama di astro boy) itu tinggal di sebuah kota yang full with science banget…namanya Metro City.
Saya selalu membayangkan, ada gak yaaa kota di Jepang yang se-science Metro city di film ini. Dasar bocah, kayaknya waktu itu saya sempat komat-kamit “Ya Allah… bawa hamba ke Metro City” hahahahaha bocaaaaaah! Ampuuun!
Mungkin karena pas itu doa-nya masih polos-polosnya kali ya, lalu diijabah… taraaaaa, Allah lalu memberikan saya kesempatan untuk ke science city-nya Jepang: Tsukuba.
Memang belum seheboh yang ada di film astro boy, tapi Tsukuba benar-benar sebuah kota yang secara default di setting scientific banget. bahkan di pedestarian area aja ada robot zone! Wuaduuuuh….!
Tsukuba sendiri menurut keterangan dari dosen saya merupakan kota di Jepang yang rasio antara doktor dan rakyat jelatanya 4:1. Jadi dari setiap 4 orang penduduk di Tsukuba, 1 orang pasti doktor. Sisa 3-nya lagi, mayoritas master atau lagi lanjut master, dsb. Keren kan?
Selain itu, mayoritas research center di Jepang itu ada di Tsukuba. Kalau di Tokyo nyawa transportasinya adalah kereta, kalau di Tsukuba pakai bus. Hati-hati juga kalau naik bus, salah naik… salah juga tujuan kita. Dan Tsukuba ini isinya research center semua, jadi kalau kalian ke sini mohon ingat baik-baik seluruh informasi mengenai tujuan kalian, jangan cuman inget “Pokoknya gw mau ke research center..” Huwaaaaa ada buaaaanyak banget di sini hahaha… tiap renteng jalan pasti ada research center.
Saya sendiri menginap di sebuah hotel di Tsukuba center.
Di depan hotel saya mall-mall berderet rapi hahaha. Tapi rupanyaaaaa…. Mall ini kalau jam 8 malem ditutup. Ya amploooop! Jadi pas jam 8 kurang 15 aja udah kena usir kalau main-main cuci mata ke si mall hahaha. Tapi Alhamdulillah sempet beli jam tangan… lumayan, 1000 yen! Segitu kan standar ya untuk jam tangan, dan betapa kagetnya saya ketika Mbak Kasirnya juga ngasih kartu garansi segala buat jam tangan saya. Haaah… ya ampun, 1000 yen kan paling 100 ribuan ya, pakai garansi segala :’D sungguh mengharukan hehehe.
Saya suka pemandangan Tsukuba di pagi hari. Walau musim dingin, tapi pas saya datang alhamdulillah cukup cerah. Cerah kaaaan? Ceraaaah… tapi anginnyaaaaa Ya Allah…. gak kuat deh. Dingin banget. Hari pertama datang suhunya -2 derajat celcius. Padahal saya udah happy melihat matahari yang cerah tersenyum, errrr… tricky sunshine.
Saya sendiri diundang pelatihan oleh Sensei saya di National Institute of Environmental Studies (NIES), tempat sensei saya bekerja. Huwaaaaa…. ya ampun kurang baik apa sih Beliau. Kalau kelak saya sekolah terus jadi anak bodoh kayaknya Mega Combo durhaka deh sama Beliau.
Jujur saya jiper banget ikut pelatihan ini. Yang ikut dua dosen saya. Pak dosen dari ITB malah kepala departemen pula. Terus dari negara lain, waduuuuh ada anak S3, ada orang dari kementerian lingkungan hidup…. Ya Allah… mana laptop saya hang! Ihhh kaco pisan lah.
Tapi senang karena saya jadi belajar banyaaaaaaak hal dari mereka.
Hufffttt I should study hard… harder… hardest!
Diantosan ya, Sensei…
Sebenarnya bukan masalah sih kalau saya mau seenaknya aja dalam hidup ini, tapi lagi-lagi… menerima begitu banyak kebaikan dari banyak orang baik, rasanya saya gak tega tuh untuk tidak melakukan yang terbaik untuk mereka. Hanya itu kan yang bisa saya lakukan! Eh eh… jadi curcol. Mari lupakan hahahha.
Kembali ke scientific-nya Tsukuba hahahaha… sebagai penyuka bunga, saya kemudian ngeh juga kalau di beberapa spot publik, mayoritas tanamannya di kasih tag keterangan. Jadi kita bisa tau ini pohon apa aja.
Saya tidak tahu apa di semua tempat seperti itu, tapi di sekitar kantor sensei saya sampai di pinggir jalan pun semua pohonnya dikasih name tag. Waduuuh keren banget. Saking cintanya dengan tanaman, bahkan katanya ada tanaman yang “di amankan” dulu selama musim dingin di rumah kaca dan baru akan ditanam lagi pas musim semi atau panas.
Hal unik lainnya, banyak lampu di tempat publik yang baru nyala kalau ada orang di sekitar area tersebut. Pas orangnya sudah gak ada… si lampu mati. Di suatu malam saya sempat iseng melototin lampu jenis ini di sebuah tempat pemarkiran sepeda di depan hotel saya, sampai sekarang saya masih bingung si lampu itu pakai sensor apa. Mungkin sensor gerak *Iyaaaah… sok tau deh gw ahahahaha*
Karena siang full pelatihan, maka jalan-jalan cuman bisa pas malam. Dan itu pun terbatas karena lagi-lagi: Mall tutup jam 8 malam, ada beberapa yang buka sampai jam 9 malam tapi hufffttt jarang. Eh tapi ada juga loh yang buka 24 jam hehehe tapi yaaaa 1-2 toko. Alasan ini yang membuat saya jadi gak bisa bertemu teman saya di Tsukuba, padahal pengen banget! Secara dia pasti lebih paham kan tentang ke-oke-an si Metro City eh… Tsukuba city hehehe.
Jadi kalau mau narsis juga bisanya malem hahahaha….
Oiya…. kalau jeli, di beberapa tempat kalian bisa liat toko atau hotel majang hiasan boneka satu set lengkap. kayak begini nih:
Itu adalah boneka Hinamatsuri….Ini penjelasannya
Kebetulan tanggal 3 Maret akan dilaksanakan hari Hinamatsuri itu, makanya banyak yang pasang hiasan boneka ini.
Sensei saya sempat bercerita sedikit tentang Hinamatsuri. Katanya hari anak perempuan ini doanya simple, supaya si anak perempuan di keluarga tumbuh sehat dan menjadi anak yang baik. Naaaah, si boneka ini biasanya gak beli tapi memang warisan turun menurun.
Kalau kalian ngerasa “Wah kece berat nih dipajang di rumah gw, beli ah… satu set” Waaaah… boleh banget, tapi siap-siap rogoh kocek agak dalam. Harga boneka ini minimal sekitar 90.000 Yen, itu minimal yaaaa… MINIMAL! hahaha…. yaaaah 9 juta-an. Ih kalau saya mending beli laptop baru hahahaha. Tapi memang worthed sih. Mungkin ini juga jawaban kenapa boneka ini gak gampang rusak walau udah diwariskan turun menurun.
Hmmmmm…. menarik.
Saya pikir cukup sekian dari saya hehehe…
Capek juga ngetiknya.
See you in another posting. Sebenarnya cerita ttng Tsukuba masih puaaaaanjaaaaang banget tapi sudahlah, gak beres-beres kalau saya cerita hahaha.
Hmmmm… semoga kita bisa bertemu lagi Jepang 😀 I Love you so much!
See you!