selfie…: aku, kamu, kita semua suka selfie
A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams. A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.
salah satu hal menarik yang terjadi bulan ini selain pergolakan geopolitik di dalam negeri [yang setelah gw nyampe Jepang, rasanya liat berita politik dan ribut2 di socmed itu semacam ‘yaelah moment’] adalah kecenderungan masyarakat yang semakin senang melakukan eng…ing…eng…. SELFIE.
What to say, I also love selfie.
Tapi ketika selfie punya arti-arti lain, maka selfie menjadi lebih dari sekadar selfie [Mon, naon…sih]
Yang paling gressssss saat ini adalah foto selfie pas hari ibu.
Tapi itu seremonial, ada juga selfie sama pacar setiap kali jadian per bulan [and surely it makes you remember other people boy/girl friends than your crush at all :p]
Selfie when you have new make up stuff, or new haircut
dan yang tidak kalah panas tentu kecendrungan cowok yang juga makin kesini makin sering selfie
we have so many selfie! You do it good, Indonesia! Ah….really?
Ada hal menarik yang saya temukan.
Coba tebak ada berapa foto sefie di hari ibu pada hari ibu di Indonesia? Ayoooo tebaaaak…wallahu’alam tapi pasti ada ribuan karena ketika saya buka social media, wuuuusssssh… terpaan foto selfie menerjang. so happy to see it, but erghhhh buat gw anak mami yang tinggal jauh di rantau rasanya mT^Tm aaaaa kangen mama. Walau sama mama pasti ditanya “Kak… kakak boleh sekolah terus tapi inget ya mama mau cucu” Arrrrghhhh makjleb brow. Kadang yang ambil foto selfie itu suka gak tendeng aling-aling juga sih sama perasaan orang T^T huhuhuhuhu. But it almost ok and not such a big deal.
Dari seluruh foto selfie itu sodara-sodara sebangsa dan setanah air, ada berapa orang…. berapa orang, yang tepat pada hari itu keep their cellphone far far away and then come to their mom and said “Mom, I love you. thank you” lalu makan bareng sambil ketawa-ketawa dan minum teh anget bareng.
Mungkin gak sampai setengahnya. I found that’s fact 😉
Dan bukankah dunia yang lebih disibukan dengan foto selfie dibandingkan kontak langsung dengan orang yang dicintainya adalah dunia yang hambar dan terlalu menyedihkan?
Jadi… apakah hal baik yang kita lakukan kepada ibu kita, lebih banyak secara signifikan daripada foto selfie kita? THINK AGAIN!
Seberapa sering kita pulang dengan senyum lalu bilang, “Maaaaa… ini ada oleh-oleh.”
atau “Ma, masak dong….kita makan bareng-bareng ya”
atau sekadar bilang “Oke, Ma…. siap laksanakan” sesegera mungkin ketika Ibu kita menyuruh sesuatu.
Tapi itu kan momentum, Mon, what’s wrong with it? Tidak ada yang salah dengan momentum, apapun yang terkait dengan waktu maka itu gak salah, kawan…itu exogenous variable. Satu-satunya yang kurang sreg adalah apakah selfie kemudian bisa menjadi manifestasi yang tepat untuk menyatakan cinta, kasih sayang, dan semacamnya? hei hei hei…. tidak sedangkal itu kawan.
Jika pada kenyataannya kita toh lebih sibuk dengan urusan lain, mulai dari jalan bareng pacar tiap minggu sampai waktu kita ketemu ibu atau keluarga lebih sedikit daripada intensitas ketemu pacar, lalu lebih sibuk dengan pekerjaan dan hangout bareng temen daripada sekadar ngobrol bareng keluarga sendiri, atau lebih ramah dan manis di depan keluarga calon mertua daripada keluarga sendiri. Forget selfie! Fix yourself!
Itu belum cukup…
Yang lebih bikin badan ngilu-ngilu adalah, when someone take selfie with their boyfriend/girlfriend kalau secara annual atau monthly sih lumayan ya, tapi weekly? Saya dulu sempat jengah dan gara-gara itu saya unfollow beberapa teman yang melakukan hal itu, mungkin di belakang pada komat kamit “Dasar jomblo gak laku, gak bisa liat orang seneng” hahahahhaa bodo amet… tapi bayangkan….bayangkan….bayangkan…. tiap minggu kalian melihat foto orang yang I don’t even know who dan membanjiri timeline. Baru setelah sampai tokyo gw belajar tentang privasi…. Bukannya hal kayak gitu, I mean have a date with someone you love and maybe will have more serious relationship, itu semacam privasi ya? Kalau gw… gw kalau gw punya pacar maka pasti lebih seneng ngobrol dengan tenang berdua dan gak sibuk dengan ambil foto selfie. Waste time banget. Imagine a date when both of you, or at least you so busy with uploading your photograph or check in on socmed! Untuk apa…. untuk dapat pengakuan dunia bahwa kalian pasangan paling romantis di muka bumi? Oke… jika itu kalian dapat lalu untuk apa? Dijual ke pasar saham? Meaningless kan?
So please…. kalau mau selfie jangan over dosis lah. Sahabat gw bilang gw ini harus menahan komentar gw yang kadang terlalu pedas, but hey hey hey world look…look…look…. don’t you think that it just annoying?
Kemudian ini lagi-lagi menjadi pertanyaan paling krusial dalam per-selfie-an, “Apakah selfie, adalah perwujudan yang benar untuk cinta dan kasih sayang?”
Lalu di saat yang sama timeline pun dipenuhi juga foto selfie gw yang narsis pas kurang kerjaan dan penuh kegajean, selfie beberapa orang yang baru mencoba tatanan rambut baru, make up baru, dan bahkan pria-pria yang secara mengejutkan selfie juga tapi dengan gaya yang menurut gw sih kurang macho dan terlalu banyak efek kamera. Gw jadi merasa ikutan mainstream. Ahhhh…tapi ini penting ya…. in photography, kalau kalian ambil foto selfie, it’s okay! tapi kebanyakan efek itu GAK BANGET! buat cowok, itu bikin kalian keliatan kurang manly karena ‘woooow…. cowok sibuk main kamera 360’ and trust me ide kalian using sexy lips effect itu juga GAK BANGET. Man with red lips? Arghhhhh…. tenggelamkan aku di rawa-rawa deh. Terus buat kita para cewek, when take selfie dan overbright, terlalu putih, atau kebanyakan efek juga, gw baru sadar kalau it is nothing except we look like suzzana pas dia akting jadi pocong. Dan duck face… stupid face…cengo face… whatever! Kalian merasa gak sih foto itu mencatat momen yang mungkin gak balik lagi, and you use cengo face? Itulah kenapa kadang gw lebih suka ambil foto candid karena ambil muka kalian secara natural sekarang udah susah! Susaaaaaah banget!
Jadi selfie itu apa? sejenis pencitraan…
Memangnya yang kita lakukan sudah begitu luar biasa sehingga layak selfie?
Kalau masih ngerasa sebagai remah cabe rawit di bungkus gorengan sih, yaaaa…. jangan aneh-aneh banget lah.
Pesan gw: do selfie but in natural and ‘make sense’ way!
Let’s take sefie together, JEPREEEEET!
P.S: Ah sebuah rahasia lagi, kenapa gw juga selfie… karena gw biasanya lonely traveler, jadi kalau jalan2 pasti sendiri. Gw agak gak sabaran soalnya dan gak semua orang bisa jadi teman seperjalanan yang baik untuk gw [errrrr gw sih yang gak baik], jadi sefie is one of the solution. arrrr…. mblo….mblo….