Pelecehan seksual dan Bullying: Hal yang “tidak biasa” yang dianggap “biasa”



A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams.  A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.


Image and video hosting by TinyPic

Yak, puasa sudah lewat, weekend telah tiba, dan saatnya emonikova menggebrak logika-logika ajaib yang ada di sekitar kita. Ini penting sodara-sodara! Karena saya ingin pembaca emonikova tidak kalah dengan followers om Dedy Corbuzier yang disebut “smart people” itu. * OOT: Ufufufufufuufufu… Eh tapi lama-lama gw pun malas loh sama om Dedy hahahaha kadang dia doyan clickbait juga :p*

Jadi topik kita kali ini adalah pelecehan seksual dan bullying.
Siapa yang pernah jadi korban dua hal di atas, angkat tangaaaaan! Well… saya mungkin korban kedua-duanya.
Bullying jelas! Saya yang dulu gendut dan gak pernah make-up dan gak pinter juga sudah makan asam garam per-bully-an. “Ya ampun, Mon… udah jelek, gendut, lo gak pinter apa-apa pula.” |
“Eh kalau liat muka lo, lo kayak pembantu gitu ya” Well… mungkin yang ngomong gak pernah liat sinetron Inem Pelayan Seksi yang mukanya bening itu fufufufufufu. Semoga akhirnya dia mampu membeli TV di rumah, aamiin!!!!!!.
dan sebagainya yang kalau diinget-inget lagi rasanya nelongso.
Saya ada di posisi dimana saat ini saya begitu menyayangi semua orang, gak mau mencari alasan-alasan untuk mengingat masa lalu yang kelam kayak gitu.

Lalu pelecehan seksual? Oh pernah juga!
Salah satu yang paling kamfret adalah ketika saya masih menjadi assisten dosen di kampus. Saya ingat saat itu bulan ramadan dan yang menelpon saya beberapa kali lalu mengirim teks
“Kak, saya murid responsi kakak, telpon saya kak. Maafkan saya kak, teringat suara kakak saya hari ini jadi batal puasa.”
Perpaduan antara asdos yang masih polos dengan bumbu-bumbu kebegoan yang kuat saat itu, saya berpikir “Lha, apa urusannya inget gw kok batal puasa? Gw mirip donat?” Saya pikir anak ini mau ngeledek saya bulat dan ndut kayak donat. Ya akhirnya bodo amat, kebal aing mah kalo cuman dibilang gendut. Eh btw, di sekitar kampus IPB ada donat yang legendaris banget! Kalian harus coba deh kalau mampir ke IPB. Sumpah tuh donat enak banget!

Back to the topic!
Nah! hebohnya terjadi ketika saya cerita ke dosen pembimbing saya karena kami ini dekaaaaaat sekali, jadi kalau ada apa-apa ya cerita ke Beliau. “Ya Allah emooooooooooon! Kok kamu diem aja sih? Itu ngeri tauuuuuuuuu! Itu pelecehan seksual. Ihhh, jangan pulang malem-malem ah setelah ini.”
Owh… okay. Dan baru setelah sadar ngerasa serem dan keringet dingin. Jadi ngeri kalau pulang pas udah gelap.

Pelecehan seksual lainnya adalah ketika saya masih kerja di kemenkoperekonomian. Saya seringkali pulang larut karena bos saya saat itu memang “On” saat matahari terbenam. Jadilah burung hantu ini harus mencari ojek karena tidak ada angkot ke desa saya jika sudah malam. Jaman dulu belum ada ojek online ya. Naiklah saya ke ojek, entah doi ngira saya wanita macam apa, pak supir ojek malah bilang “Ngapain ke rumah, semalem aja yuk di hotel!” Ya saya gaplok juga si Bapak pakai botol aq*a bekas meeting, harusnya sih galon ya, lain kali bawa itu lah. Dan saya terpaksa harus setengah meloncat dari ojek tsb. Alasan mengapa saya akhirnya memilih kembali ke kampus untuk bekerja saat itu.

Saya yakin, bukan hanya saya yang mengalami kejadian seperti ini. Mungkin kalian juga pernah! Bahkan pedangdut macam Via Vallen!

Dan saya juga yakin, karena masih rendahnya kepedulian akan permasalahan ini, kita kadang tidak sadar jika sedang dilecehkan atau bahkan melecehkan! Oleh karena itulah, emonikova kali ini iseng tanya-tanya beberapa teman (yang saya sengaja samarkan namanya dsb karena mereka orang-orang baik dan cerdas yang kayaknya gak perlu berurusan dengan para netijen apapun alasannya -.-) dan bertanya mengenai perilaku bullying dan pelecehan.

Saya mengambil kasus via vallen karena menurut saya ini kasus unik. Perpaduan antara  Cyber Sexual Harrashment sekaligus Cyber Bullying! Nah ini! Ini penting untuk didalami lebih lanjut.

Mari kita mulai dari kasus pelecehan seksual itu sendiri, bener gak sih jika kita mengalami pelecehan seksual kita harus speak up?

Ini beberapa opini keren dari teman-teman saya. Aduh kok mereka keren-keren banget ya. Ini nih kenapa kalau nyari temen harus yang menyenangkan dan kepalanya “ngisi” jadi enak diajak ngobrol.

First of all, kita harus sepakat bahwa seseorang punya hak bicara ketika mereka mengalami hal yang tidak mengenakan
Image and video hosting by TinyPic

Dan entah kenapa ya, di Indonesia speak up, apalagi kalau berkaitan dengan pelecehan seksual itu terasa taboo di masyarakat kita? Parahnya lagi kadang kita pun gak ngeh kena pelecehan atau gak.

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Yang lebih bikin males lagi, di tanah air masih ada “keanehan”. Kalau kita korban, pasti nama,TTL, status, foto terbaru, pokoknya semuanya di publish. Lha, yang jadi pelaku? Udah mah muka ditopengin, di blur, suara disamarkan, nama jadi inisial. Walau mungkin pihak terkait ingin melindungi mereka dari amukan masa, tapi kan yang korban juga tengsin ya tiba-tiba menjadi pembicaraan banyak orang, apalagi kalau yang  diomongin masalah aib! Waduuuh…

Image and video hosting by TinyPic

 

Nah tapi lanjut komen terakhir di atas,  ada beberapa yang bilang, kalau mau speak up yaaaa jangan di media sosial karena media sosial penuh dengan netijen julid. Hal paling bener adalah, kalau ada bukti-bukti, langsung bawa ke komnas anak dan perempuan atau bahkan kepolisian. Saya yang gak suka rame-rame juga sebenarnya lebih cenderung ke pilihan ini. Soalnya kita kan awam ya masalah seperti ini.

Nah untuk kalian, boleh nih jaga-jaga untuk mencatat kontak yang bisa dihubungi jika kalian mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Catet loh, ini puenting sangat!
Kalau rupanya mereka no action dan lama dan malah bikin makin jengkel…
Yaaaa media sosial pilihan terakhir, rasakan kecaman-kecaman netijen!!!!

No darurat polisi : 110
Komnas perempuan : 021-390 3963
Komnas perlindungan anak (kalau kasus terkait anak-anak): 021-319 015 56

Dan ehmm… karena di postingan via vallen ada yang belain mas-mas bule yang katanya “Aduh emang orang sana mah itu biasa aja kali, mereka kan ceplas-ceplos. Lagian cowoknya ganteng.” please ya, foreigner juga gak terima kali dibilang gak sopan :’D Jika kalian pembaca setia emonikova, dan pernah baca mengenai artikel investigasi tanda parkir, pasti kenal sama Mamas Smiley. Nah, kali ini emonikova juga mengganggu Mas Smiley untuk menjawab emang kalau orang Barat maennya langsung nyosor kayak gitu?
Dan jawaban doi sih kira-kira.

A: “That man is simply stupid or crazy. Nothing else.”
Q: “But people said this man is handsome, so… the girl is want to show off that…”
A: “That someone handsome likes her? Well, handsome but stupid. So, your people is stand for someone just because their look? If a man smart enough, he’ll not take a risk by do catcalling to a woman in social media and this woman is an artist “

Gak berani lawan deh kalau pertanyaannya udah sefilosofis itu.

Saya pikir pun begitu. Ya kalo gak kenal dan gak pernah ada hubungan sama sekali sebelumnya mah mau bule mau bukan gak akan berani ngelakuin serendah itu ke perempuan. Mereka juga punya emak kali di rumah. Jadi kalau ada cowok yang melakukan pelecehan seksual maka yaaaa mesum dan bandel aja.

Yah kalau ganteng dan pinter mah dia gak usah gangguin perempuan juga kali, yang ada perempuan bertekuk lutut menunggu segera disuguhi lagu payung teduh (baca: akad). Kalau ganteng dan pinter mah gak perlu cara-cara murahan, wong di tahajud para wanita aja nama doi sudah diperebutkan. Iya gak sih? Yah sudahlah, kita tinggalkan Mas Smiley. Kalau kangen nanti kita tanya-tanya dia lagi untuk topik lainnya ya 😉

Yo wis, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka? Setidaknya beberapa waktu yang lalu CNN Indonesia memberikan beberapa tips untuk membantu korban pelecehan.

Ya intinya mungkin yang salah adalah: KITA.
Kita yang gak peduli dengan orang lain hingga kita sendiri yang merasakannya. Mungkin bully orang lain lebih gampang dan nikmat ya daripada berusaha menjadi pendengar yang baik atau orang yang bisa menghargai dan toleran. Ya, secara science wajar sih kalau banyak yang begitu, karena kalau mau bully, maki-maki, mendengki, dan nyinyir kan gak perlu pakai hati dan otak ya, jadi wajar lah jika kalori yang terpakai lebih minim. Dan layiknya badan yang gak pernah diajak olah-raga dan langsung encok pegel linu ketika sekali dipakai lari satu keliling lapangan bola, hati kita yang tidak biasa dilatih peka juga mungkin jadi kaku, keras, dan keseleo sekalinya dipakai berlatih untuk menjadi pribadi yang bijaksana. Mungkin kita menyerah untuk melembutkan hati yang kaku kaku itu, dan lambat laun memutuskan untuk tidak perlu melatih hati itu lagi.

Mungkin…
Mungkin…
Mungkin…

Lalu hatinya berkapur…
Dan terlalu terlambat untuk melembutkannya lagi.

Ah semoga saya salah memberi perumpamaan.

Beberapa waktu yang lalu ada berita mengenai orang utan yang menghalangi pembukaan hutan untuk kebun kelapa sawit. Saat itu saya mikir, “Wah, orang utan aja sekarang udah punya awarenees yang bagus nih.”
Jika kemudian kita tidak bisa punya “feel” untuk berbuat baik pada sesama dan lingkungan…. Well, mungkin pantas malu bahkan pada hewan sekalipun.

Cerita dari sebuah masjid kecil di pojok Tokyo: Catatan tentang toleransi dan saling menghargai
Saya dan Puisi: sebuah kilas balik

Leave a Reply

Your email address will not be published / Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.