Mengapa kita tidak bersatu saja ???


Jika Anda follower saya di twitter maka beberapa dari Anda akan merasa geram atau sekadar bertanya-tanya kenapa saya berkali-kali menyebut nama “Dewa Ilmu Pengetahuan” lalu memaki-maki beberapa orang yang terlalu memuja-muja si Dewa tersebut. Beberapa kali teman saya yang tipe ikhwan-ikhwan kemudian mempertanyakan “Mooon… Dewa itu gak ada!” *kalau yang akhwat mah udah gak kuat kali ya menghandle saya hahahahha jadi gak komentar*, hahahahahha…. makanya dengarkan penjelasan saya terlebih dahulu.Mohon maaf, kebanyakan baca sastra melayu tahun ini gara2 ngajarin adik sebelum UN, jadi gaya bahasanya suka aneh-aneh.

Dewa Ilmu Pengetahuan yang saya maksud adalah lambang-lambang Universitas yang ada di muka bumi… well ada yang bentuk gajah megang pentungan, ada yang kayak penggebuk kasur, ada yang bentuk tameng dan bunga tratai, ada yang bentuk burung garuda, daaaaaan sebagaaaaainya… Saya mulai geram karena seperti ada chauvinisme masalah ini. Setiap orang membangga-banggakan almamater mereka secara “lebay” lalu terkesan mendewakannya. Sejujurnya bagi saya hal seperti amatlah tidak krusial dan tidak penting.

Sungguh bukan maksud saya atau menjadi kewenangan saya untuk mengganggu tiap kubik rasa bangga Anda pada almamater Anda. Tidak! Tidak sama sekali! Tapi ketika rasa bangga itu menuntun Anda pada keangkuhan… ini lain cerita! Saya mencintai dunia akademik dan penelitian, saya tidak mau dunia tersebut dikotori sifat tidak bermutu seperti itu! Kini ini menjadi urusan saya… Anda suka, atau tidak suka.

Pernahkah kalian? kita semua…. melakukan hal yang paling pertama diperintahkan Tuhan, IQRA! membaca! Baca filosofi setiap lambang kampus di muka bumi ini, jika Anda jeli… Anda akan menemukan satu kesamaan, semuanya akan merujuk pada KEBIJAKSANAAN dan KERENDAHHATIAN! Ketika Anda tidak bisa memupuk itu pada tindak tanduk Anda sebagai insan akademis, maka sebenarnya Anda telah mencederai “Dewa Ilmu Pengetahuan” yang Anda banggakan.

Pembaca yang budiman…
Mata, hati, serta pikiran saya kemudian mulai lelah dengan beberapa kenyataan yang ada. Dalam instansi pemerintah, banyak orang yang membanggakan almaternya, beberapa diantara mereka bahkan hanya ada yang mengambil jenjang akademis yang lebih tinggi hanya untuk menaikan jabatan mereka lalu menyombongkan almamaternya secara luar biasa. Bahkan ada joke yang beredar… kalau ingin melihat proporsi lulusan mana yang paling banyak diterima di suatu perusahaan, maka lihatlah susunan bos besar di institusi tersebut dan lihat mereka lulusan mana, nepotisme terselubungkah? Aaaah… ilmu saya belum cukup untuk menjawab itu. Tapi jika saya adalah “Dewa Ilmu Pengetahuan” maka saya akan menangis sedih memandang kenyataan ini.

Di dunia penelitian, kadang ego institusi juga masih begitu dominan. Institusi X kadang anti bekerjasama dengan institusi Y hanya karena beda institusi, bahkan kadang dalam satu institusi saja ada juga kasus Manusia X tidak mau bekerja sama dengan Manusia Y karena beda almamater. Tidak semua memang, tapi ada! dan itu membuat saya tidak habis pikir!

Mengapa ada… diantara kita, yang secara halus menyatakan bahwa, orang dari institusi X lebih “kurang kompeten” dibandingkan orang dari institusi Y?
Sungguh itu picik sekali!
Ingat! Anda bukanlah lebih pintar daripada orang lain, Anda mungkin hanya lebih dulu belajar dibandingkan orang lain. Satu lagi! Anda mungkin hanya lebih beruntung.

Saya harus mengakui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia memang tidak merata, hal ini mengakibatkan ada ketidakmerataan kualitas pendidikan. Oke! Kita menyepakati itu. Lalu apakah jika kita berada di institusi dengan kualitas yang baik, kita pantas pongah? apa kita pantas merasa lebih eksklusif dari orang lain? Saya rasa tidak… ini tidak ada dalam konsep ilmu pengetahuan yang ingin mengajarkan kita menjadi bijaksana!

Pengetahuan akan berkembang ketika ia menjadi interdisiplin, catat ya…bukan hanya multidisiplin tapi juga interdisiplin, artinya setiap ilmu bersatu padu untuk memecahkan suatu permasalahan. Untuk menjadikan ilmu itu menjadi interdisiplin dan komprehensif serta terus berkembang, maka diperlukan kerjasama yang baik dari semua stakeholder. Dengan demikian semua bisa saling melengkapi kekurangan masing-masing. Ketika saya misalnya, seorang lulusan ilmu ekonomi, di sebuah institut pertanian, apa saya hanya boleh meneliti dengan orang-orang dari institusi yang sama dengan topik yang itu-itu saja pula? Apa salahnya jika ada masa ketika saya ingin belajar fisika, kimia, teknik, geografi, dsb untuk kemudian memperluas pengetahuan saya… apa salahnya jika saya kemudian bekerja sama dengan orang-orang dari bidang keilmuan yang berbeda dan dari institusi yang berbeda untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada? Salah? Apa karena saya minoritas yang berpikir demikian maka semuanya menjadi salah?

Pembaca yang budiman….
Saya… saya mengecap pendidikan hingga S1 saja sudah Alhamdulillah sekali. Tidak banyak orang yang seberuntung saya di muka bumi ini, apalagi selain masalah finansial, otak saya juga agak pas-pas-an :'(
Saya… saya mungkin salah satu orang yang paling banyak dicaci di muka bumi ini karena pilihan-pilihan saya bersekolah dan keasikan melakukan penelitian padahal harusnya saya menjadi kepala keluarga yang baik karena merupakan anak pertama.
Sudah pengorbanannya segitu, masih ada yang iseng bilang “Aduuuh… kok penelitiannya ambil jatah bidang orang lain sih?”, “Aduuuh… Perguruan tinggi kamu siapa yang jadi menteri gak ada ya?”, “Aduuuuh ngapain sih belajar terus?” daaaaaan sebagaaaaaaiiiinyaaaaaa… belum tentu deh kalian kuat kalau jadi saya, udah banyak banget soalnya. Saya ini dicap sombong, brengsek, nyebelin, kampungan, dsb sudah pernaaaaaaah semua! dan sudah kebal!
Tapi apakah saya dendam untuk itu semua?
Tidak…! Tidak sama sekali!
Sejak saya menasbihkan diri mengabdikan diri saya untuk setiap orang disekitar saya lewat ilmu pengetahuan, saya bermimpi ada sebuah masa dimana setiap ilmuwan, akademisi, hingga penentu kebijakan bersatu padu merumuskan penelitian dan kebijakan untuk negeri secara bersama-sama. Tidak perlu melihat SARA, almamater, parpol, atau kecemburuan sosial lainnya.
Jika otak saya mampu, saya ingin belajar semua bidang. Okelah otak saya sudah diset belajar ilmu sosial sekelas ilmu ekonomi, tapi saya juga ingin belajar science, saya ingin belajar sastra, semuanya…. saya ingin bekerja sama dengan orang-orang yang menguasai dan mencintai bidang keilmuan mereka masing-masing dan memiliki ghirah yang sama dengan saya, membangun ilmu pengetahuan untuk kepentingan bersama.

Saya ingin ada sebuah masa, dimana saya kelak bisa menjadi sebuah role model bagi generasi-generasi setelah saya bahwa kehilangan atau kekurangan bukan menjadi alasan untuk berhenti berjuang, tapi sebuah alasan untuk menjadi jauh lebih baik dan bisa menjadi pribadi yang bisa memperbaiki banyak hal. Saya ingin menjadi sebuah simbol perjuangan, bahwa variabel endogen kesuksesan adalah sikap serta perjuangan kita sendiri, bukan masalah almamater, parpol, SARA, atau kecukupan materi.

Mengapa tidak banyak yang kemudian berpikir sama dengan saya?
Mengenyahkan ego-ego pribadi lalu bersatu padu saling membantu untuk kemashlahatan bersama. Sesulit itukah?

Saya pernah bertemu seorang teman yang belajar di jurusan teknik geologi dalam sebuah lomba tingkat nasional , dalam esainya yang luar biasa  dia berkata…

“……Bumi ini semakin tua dan beban yang ditanggung semakin berat, akan ada masa ketika bumi tidak kuat lagi menampung serta menahan beban yang ada. Kita yang hari ini, berjalan tanpa pernah menyadari itu, lalu terus membebani bumi hingga kelak melebihi kapasitasnya. Ahli-ahli akuntansi kemudian hanya membangun bangunan megah yang bisa menyeimbangkan neraca debet dan kredit mereka, ahli ekonomi hanya asik dengan pembangunan yang bisa membuat kurva indiferen dan garis anggaran mereka saling bersinggungan, para ahli-ahli teknik terus membangun bangunan megah tanpa memperhitungkan social cost deficit dari bangunan megah mereka, ahli statistik terlena dengan data-data pertumbuhan ekonomi tanpa melihat ketimpangan yang terjadi, semua orang pintar di muka bumi ini asik dengan pekerjaan mereka masing-masing, dengan diri mereka masing-masing, dengan institusi mereka masing-masing, mereka terlena lalu lupa… bumi yang tengah mereka pijak sedang berteriak, meminta mereka bersatu padu, mengulurkan tangan, untuk setidaknya sekali dalam hidup mereka memperdulikan kemashlahatan semesta.”

Jadi, masih ingin egois? Aaaah… apa daya? saya sudah berusaha menyadarkan Anda.
Saya sudah berusaha menyampaikan pemikiran saya.

 

 

 

 

Sebuah dialog dengan Saudara Galau…


Kenapa galau itu ramai diperbincangkan akhir-akhir ini?
Apa dan siapakah galau?
Mari kita berkenalan lebih dekat dengan Beliau.

Sebelumnya saya akan membacakan Curriculum Vitae Saudara Galau.
Nama: Galau Van Confuce
TTL: Pemikiran manusia, sejak berabad-abad yang lalu. Akan tetapi jika saya tidak salah Confuse sendiri baru masuk ke dalam kamus manusia pada sekitar pertengahan abad ke 14, bukankah begitu Saudara Galau *lalu disambut anggukan dan senyuman dari Saudara Galau*
Prestasi yang pernah diraih: awwww… ini yang luar biasa! Berhasil memengaruhi hati dan pikiran manusia hingga berabad-abad, dan yang terbaru menjadi perbincangan terhangat oleh seluruh umat manusia di dunia. Luar biasa sekali…. tidak banyak yang memiliki prestasi kaliber internasional seperti Anda! *lagi-lagi Saudara Galau tersenyum, sorot matanya memperlihatkan rasa bangga*

Ah langsung saja, sepertinya banyak yang ingin orang-orang ketahui tentang Anda.

Saya mulai saja, siapakah sebenarnya Anda?

Itu bukan pertanyaan yang tepat untuk saya, yang tepat adalah SIAPA ANDA?

Aha! Anda responden saya yang paling menarik. Saya paham bahwa pertanyaan saya terkesan terlalu dangkal, akan tetapi mohon pahami pekerjaan saya dan peran Anda sebagai narasumber

Saya suka Anda! Anda sangat berani. Definisi tentang saya hanya bisa diterjemahkan oleh masing-masing manusia itu sendiri. Yaaaah… namun beberapa manusia pantang menyerah, beberapa dari mereka mencoba mendefinisikan saya.

Dalam KBBI saya didefinisikan sebagai:
sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran);

Aiiih…. aneh sekali, saya tidak suka definisi saya dalam KBBI, kurang mendalam

Saya lebih suka mendefinisikan saya dalam morfologi nama orang tua saya dalam bahasa Inggris. Confuse, dalam kamus Miriam Webster saya didefinisikan sebagai:

1. archaic : to bring to ruin
2. a : to make embarrassed 

    b : to disturb in mind or purpose
3. a : to make indistinct 

    b : to mix indiscriminately : jumble
    c : to fail to differentiate from an often similar or related other
Saya pikir secara definisi sudah cukup jelas.
Saya adalah konflik dalam nurani manusia ketika ada beberapa pilihan. Mungkin secara sederhana begitu.
Baiklah, lalu apa? Apa misi Anda dengan membuat kebimbangan-kebimbangan dalam pikiran manusia?
Hahahahaha… saya sedang membuat manusia lebih bijaksana dalam memaknai pilihan mereka.
Apa maksud Anda?

Begini… Anda tahu kan ungkapan easy come easy lose! Saya ingin membuat manusia menjadi lebih berpikir bahwa setiap pilihan memiliki konsukuensi, bahwa setiap pilihan tidak mudah. Dengan demikian manusia akan bisa lebih menghargai kehidupan mereka, karena mereka sadar bahwa melakukan pemilihan dalam hidup tidaklah mudah. Saya ingin membuat permainan menjadi sedikit lebih menantang hahahahhaha!

Anda gila!

Manusia yang gila! Saya hanya membuat sebuah permainan psikologis sederhana. Yang menentukan akhir dari permainan tetaplah manusia itu sendiri. Ini yang saya rasa harus dipahami oleh semua orang, saya hanya membuat sebuah game psikologis sederhana, aturan main, lama bermain, akhir permainan, semuanya Anda yang mengatur. Hanya saja, permainan saya ini harus dijalankan oleh semua umat manusia, tidak boleh tidak!

Apa Anda sadar telah membuat banyak orang merasa tidak percaya diri, merasa ragu, merasa kacau, dan sebagainya

Itu urusan Anda-Anda semua, urusan saya adalah menjalankan peran saya dengan baik. Ini sudah ada SOP-nya, saya ikuti aturan main, Anda ikuti aturan main, lalu selesai!

Tapi Anda menyadari kan kalau game Anda ini cukup ruwet, terutama bagi yang mentalnya belum terbentuk secara kokoh

Paham sekali! Sangat paham! Bahkan Tuhan saja paham. Itulah mengapa Tuhan meminta Anda-Anda semua berdoa, bersujud kepada-Nya, bahkan shalat istikharah. Jauh sebelum Anda mengkhawatirkan ini, Tuhan Anda sudah lebih khawatir kepada Anda. Yaaaa~ Anda-Anda saja yang kadang mengenyahkan perhatian-Nya.

Bodoh sekali manusia itu

Tidak bodoh, justru terlalu pintar, kepintaran mereka memungkinkan mereka untuk melakukan banyak hal, hal ini yang membentuk kegalauan-kegalauan mereka sendiri. Kegalauan Anda untuk membuat mereka merendah karena kepintaran mereka, merasa bahwa semuanya nothing tanpa kekuatan Mahadaya Illahi, agar manusia menyadari sisi manusianya dan menyadari sisi Ketuhanan dan Penciptanya, agar manusia yang sudah diberi segala macam hal luar biasa ini dan didaulat sebagai makhluk paling sempurna ini menjadi lebih sopan dan lebih sering berdialog dengan Tuhannya setidaknya untuk meminta izin melakukan sesuatu dan meminta restu agar semuanya baik-baik saja.

Apa manusia sudah begitu jauh dengan Tuhan sehingga mereka hanya berfokus pada Anda, rasa galau?

Saya diciptakan untuk menjadi suatu perasaan manusiawi, galau tidak bisa diindetikan dengan dekat atau jauhnya seseorang pada Sang Mahapencipta. Saya toh sama dengan Anda, saya diciptakan Tuhan. Masalahnya seberapa dalamkah fokus manusia ketika dia menghadapi rasa galau? Hanya terperangkap bersama saya dan secara sadar dan tidak sadar menciptakan masalah-masalah baru, atau kemudian mencari solusi dan mendekati Illahi untuk membatasi rasa galau itu sendiri dan kemudian bangkit berkali-kali untuk mencapai tahapan-tahapan hidup dan pemikiran yang lebih tinggi.

Bahasa Anda terlalu tinggi, saya pusing

Hahahaha… tenang saja, saya menanti Anda memahaminya.

Saya malu pada Anda, sejujurnya saya menyalahkan Anda untuk beberapa konflik pemikiran yang terjadi di kepala saya, saya sungguh mohon maaf.

Tidak perlu minta maaf, perang yang besar hanya untuk prajurit yang terbaik

Apakah saya salah satu prajurit terbaik itu?

Entahlah… ini tergantung seberapa besar Anda menilai amanah-amanah yang Tuhan berikan pada Anda. Apakah ini misi kecil, remeh, besar, luar biasa, itu semua tergantung pemikiran Anda.

Lagi-lagi pemikiran, apakah Anda tahu ini memusingkan.

Ya… saya memang memusingkan. Tapi saya ada. Permainan sedang dimulai… Anda sedang melakukan permainan Anda sendiri. Saya lawan Anda… dan ingatlah saya memang tangguh tapi saya bisa ditaklukan. *Kata Galau sambil menyeringai lebar lalu meneguk secangkir teh di mejanya*
Jadi bagaimana? Anda pilih karir atau sekolah Anda? Eits… tunggu… sekolah yang mana yang akhirnya Anda pilih? Hahahaha… panjang sekali catatan Anda, semoga Anda bisa mengakhiri permainan Anda dengan cantik.
Lalu saya terdiam….
Saya undur diri ya… masih banyak pekerjaan yang harus saya lakukan. Mohon pamit…. dan aaaah! terima kasih atas tehnya enak sekali. Sebuah kehormatan juga berbincang dengan Anda
Lalu Galau pun pergi, meninggalkan saya yang masih penuh dengan tanda tanya.

Sedang Kerajingan Nonton Animated Short Movie!


Kerja membuat waktu untuk nonton film menjadi berkurang drastis. Kalau baca buku sih bisa sambil-sambil berdiri di kereta, apalagi sekarang ada Tab jadi bisa baca e-book pas lagi bergelantugan di kereta. Tapi film? Owch… gak sempet deh, padahal saya ini sebenarnya maniak film juga.

Sebagai pengobat kerinduan, maka akhir-akhir ini saya rajin menonton Animated Short Movie. Short movie sendiri biasanya durasinya kurang dari 30 menit. Kalaupun ada yang lebih, yaaaaa lebih dikit lah. Tapi jangan kira film-film animasi yang durasinya pendek gak bagus, eiiiits…. ditonton dulu kawan. Kata teman saya “Film itu harus memperkaya khazanah kehidupan” jadi saya pun memilih beberapa film animasi pendek yang ceritanya bagus-bagus. Masalah gambar, itu urusan keseratus sekian lah…. no.1 tetep masalah makna film tersebut. Okay, diliat ya:

1. Paperman (2012)

Kalau Tuhan sudah menakdirkan sesuatu, maka tidak ada yang bisa menghalanginya untuk terjadi. Begitu juga masalah jodoh hehehehe. Kira-kira pesan itulah yang mau disampaikan dari film animasi ini.

Film dengan gambar, cerita, dan durasi yang minimalis ini berhasil memboyong Piala Oscar tahun 2012. Loh apa bagusnya? Ya mungkin karena kesederhanaannya. Cerita yang sederhana ini bikin kita senyum-senyum sendiri, terutama buat para jomblowati yang setelah menonton film ini berharap menemukan paperman mereka masing-masing.

Kisahnya tentang seorang pria biasa yang jatuh cinta dengan seorang wanita yang dia temui di stasiun kereta api. Dia berusaha menyampaikan pesannya melalui kapal-kapal kertas yang dia terbangkan ke tempat si wanita yang dia suka, tapi Tuhan emang suka menguji seberapa teguh keinginan seseorang. Misi kapal-kapal kertas itu gagal, dan akhirnya dia memutuskan gak percaya lagi dengan kapal kertas dan berusaha mengejar wanita yang dia suka sendiri. Sayang sekali, dia kemudian kehilangan jejak. Di saat mulai galau da putus asa, tiba-tiba keajaiban terjadi… kapal-kapal kertas yang di terbangkan kemudian membantu si pria ini untuk menemukan wanita yang dia cari.

Penasaran? ditonton aja deh…. cuman 7 menit kurang kok.

2. For The Birds (2001)

Film animasi pendek ini mungkin asik aja buat temen ketawa-ketawa

Nuansa humornya kerasa banget! Film pendek garapan Pixar ini memang dimaksudkan untuk bikin penontonnya ketawa-ketawa, mungkin ingin menjungkirbalikan anggapan film Oscar harus menguras air mata :p . Film ini berkisah tentang sekelompok burung kecil yang mencoba membully seekor burung raksasa yang ingin berteman dengan mereka (macam nge-geng gitu lah). Segala upaya jahat telah dilakukan, tapi apa daya kejahatan mereka malah berimbas ke apesnya sekelompok burung-burung kecil tersebut.

Buat yang lagi pengen ketawa-ketawa, saya rekomendasikan film ini deh.

3. Father and Daughter (2000)
Kalau kalian lagi sebel sama ayah kalian, atau justru lagi kangen banget sama ayah kalian…. mohon ditonton deh film pendek yang satu ini. Sebelumnya harus saya kasih spoiler dulu kalau film ini menguras air mata berember-ember.

Film yang menang Oscar tahun 2000 ini (dan memang pantas), mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang sangat akrab dengan ayahnya. Suatu hari, Sang Ayah harus pergi jauh ke suatu tempat dan meninggalkan si anak. Akan tetapi sayangnya, Sang Ayah tidak pernah kembali. Si anak perempuan yang sangat menyayangin ayahnya tersebut kemudian terus menunggu setiap hari di tempat dia berpisah dengan ayahnya berharap keajaiban datang dan ayahnya pulang. Si anak itu menunggu dari sejak dia masih kecil… hingga kemudian dia menjadi tua renta dan kemudian meninggal dunia. Huwaaaaaaa….. nangis bombay deh liatnya. Mohon siapkan mental Anda. Oiya jangan lupa tissue juga.

4. The Moon and the Son: An Imagined Conversation (2005)

Kalau film yang ini berkisah tentang percakapan imajinatif antara seorang anak laki-laki dengan ayahnya. Film yang menang Oscar tahun 2005 ini secara visual sih biasa-biasa aja, apalagi gambarnya juga aneh. Tapi dari sisi cerita, rasanya akan membuat kita penasaran sampai detik film terakhir. Film ini berkisah tentang percakapan imajinatif seorang anak laki-laki yang complain dengan segala kelakukan dan perlakukan ayahnya ketika ayahnya itu masih hidup. Si anak mempertanyakan apa penyebab ayahnya itu menjadi orang yang kasar kepada keluarganya, bahkan si ayah pernah sampai hati tega membakar hotel yang merupakan bisnis keluarga mereka. Dalam percakapan imajinatif itu akan terkuak segala masa lalu Sang Ayah yang sebenarnya sangat berat dan nanti kalian akan tahu apa kaitannya juga dengan kasus pembakaran hotel keluarga. Akan tetapi walau si anak ini mencoba memahami masa lalu ayahnya yang suram dan berat, dia tetap merasa bahwa itu semua tidak bisa menjadi pembenaran atas segala kelakuan kasar ayahnya tersebut.

Pokoknya terlalu deh kalau pas nonton film ini kalian gak terhipnotis dan nggak penasaran!

Okay… sepertinya rekomendasi dari saya cukup mengisi sedikit waktu di waktu luang kalian. Happy watching good movies 🙂

flower….flower everywhere….. ✿♥‿♥✿


Dear semua pengunjung emonikova yang baik hati dan setia…
terima kasih atas antusiasme yang luar biasa untuk posting sebelumnya. Tapi rasanya kita tidak boleh terlalu terlarut pada suasana sentimentil terus menerus. Jadi saya memutuskan harus sedikit menyegarkan pikiran kalian.

Emmm….mulai darimana ya? kenapa selalu susah sekali memulai suatu cerita. okay….jadi begini,tahukah kalian kalau saya sangat suka BUNGA! jadi apapun ceritanya saya suka semua hal berkaitan dengan bunga. Jadi walau muka agak-agak jutek tapi sebenarnya saya ini romantis loh *halah* Impian saya,kalau punya rumah sendiri nanti… selain punya ruang perpustakaan sendiri, halaman rumah saya harus banyak dipenuhi tanaman dan bunga~ huwaaaaaa bakal indah banget.

Naaaaah…. kerena kegilaan saya dengan bunga, makanya saya paling nggak bisa menahan diri kalau sudah melihat bunga, pasti bawaannya pengen foto-foto. Baru-baru ini saya baru saja berfoto dengan beraneka macam bunga,okaaaaay time to pamer-pamer hehehehehe

Image and video hosting by TinyPic

bagus kan? Hohohoho~ terima kasih pada my little pocket camera.
tebaaaaak itu dimana coba???
First of all…itu masih di dalam negeri ya tentunya, insya Allah nanti kalau Allah ngasih rezeki, saya bisa foto flower exibition yang lebih wah dan lebih cantik lagi di luar negeri tentunya.
Oiya, saya juga nggak punya waktu dan kesabaran yang luar biasa buat ke kota bunga dan sejenisnya yang macetnya suka gila-gilaan dan gak manusiawi.

Jadi dimana?

Di depan kantor saya! tepatnya di Lapangan Banteng, Jakarta.
Mulai tanggal 7 Juni sampai 7 Juli nanti *kalau nggak salah* ada festival Flora dan Fauna. Jadi Lapangan Banteng tiba-tiba berubah jadi cantik banget setelah ditata dengan bunga dan tanaman warna-warni. Kalau pintar cari spot foto yang oke berasa nggak di Jakarta. Jika kalian mau cari flora fauna yang oke, kalian juga bisa kesini. Sebagai info aja peserta eksibisi ini pemenang-pemenang lomba yang diadain sama majalah Flona, jadi gak ada flora atau fauna yang jelek.Kalau saya sih paling suka stand lidah buaya, disana ada yang jual taneman lidah buaya yang buat dimakan, kita bisa belajar bikin es lidah buaya gimana, dan mereka jual es lidah buaya… di Jakarta yang panasnya parah itu es lidah buaya itu berasa minuman dari surga jadi rasanya harus coba hehehe.

Naaaaah… lalu bagaimana supaya bisa mampir kesana?
Saya ngertinya kalau pakai kereta.

  1. Dengan CL Bogor-Jakarta Kota, kalian bisa turun di Stasiun Juanda… dari situ jalan kaki dikit bisa langsung nyampe dengan selamat sentosa di Lapangan Banteng.
  2. Dengan CL Bogor-Jakarta Kota, kalian juga bisa turun di Stasiun Gondangdia lalu pakai kopaja P20 minta turun di Hotel Borobudur nah udah tinggal menggelinding deh ke Lapangan Banteng. Enaknya kalau turun di Gondang adalah kalian gak capek jalan kaki.
  3. Dengan CL Bogor-Jatinegara, kalian bisa turun di Stasiun Senen. Terus lanjut naik ojeg atau naik angkot tapi saya lupa angkot berapa.
  4. Bisa juga naik Bus Agra Jurusan Bogor-Lebak Bulus, terus turun di Lebak Bulus terus lanjut naik kopaja P20. Cuman yaaaaa jauuuuuh, Bray. Capek di kopaja. Tapi kalau kalian pakai kopaja AC nggak terlalu capek sih.

Intinya sih gampang banget buat sampai ke Lapangan Banteng.

Oiya… dari situ juga kalian nanti praktis kalau mau lanjut ke Monas dan liat-liat PRJ *kalau jadi pindah ke Monas ya*
Oiya… ultah Jakarta ini juga ada banyak event, jadi ada beberapa museum yang free buat dikunjungin. Ada 10 museum kalau nggak salah…
Deket agustus, dengar-dengar Gedung Pancasila (Kantor Kementerian Luar Negeri) juga ada Open House. Waaaah… pokoknya sering-sering liat agenda aja deh… banyak acara-acara seru yang sayang kalau dilewatin.

Enjoy life, guys! Enjoy! ♪♪(o*゜∇゜)o~♪♪

Mungkin kita hanya [selalu] butuh waktu untuk belajar…


Mulai darimana ya?
Mulai dari bilang… KERJA ITU CAPEK! bener deh, sekolah dan belajar tetap menyenangkan. Saya yang hari ini kemudian kembali menyusun impian saya yang sebenarnya. Rupanya saya memang ingin menjadi seorang dosen atau peneliti, yang terlarut dengan bacaan dan tulisan-tulisannya… yang pulang lebih cepat dari suaminya di masa depan nanti dan menyambutnya dengan senyum simpul dan secangkir kopi atau teh hangat. Yang menyempatkan setiap waktu luangnya mengajari adiknya… murid-muridnya… orang-orang di sekitarnya… yeaaah seperti itu.

Saat kita masuk dunia kerja, rupanya jenuh itu sering kali bertandang dan merayu-rayu. Di tempat manapun pasti ada atasan atau rekan kerja yang kurang “sreg” dengan setiap idealisme yang kita susun sendiri. Saya yang sebenarnya terlalu tergila-gila dengan buku, menulis, yang manja setengah mati dengan Mama dan sayang luar biasa dengan adik dan kucing-kucingnya ini rupanya akhirnya mulai jenuh dengan rutinitas di kantor baru yang baru saya jalani beberapa bulan ini. Yeaaah… kalau kalian pernah vis-a-vis bertemu saya, kalian pasti tahu betapa bosanan dan tidak sabarannya saya.

Rasanya… rasanya ingin mengeluh untuk beberapa hal,
Walau tentunya saya sangat mencintai pengalaman baru yang saya peroleh di kantor saya ini. Gila aja… hei! Siapa yang cukup beruntung menghadiri beberapa konferensi nasional dan internasional selevel APEC dan ASEAN? I’m lucky… I got awesome experiences. Tapi yaaaa… manusia deh ada-ada aja kan. Intinya sama seperti kalian yang kadang merasa lelah dengan rutinitas kalian, begitu pula saya… begitu pula kita semua…

Saya lalu bulak-balik mengunjungi salah satu rumah Allah di Ibukota, Masjid Istiqlal!
Jangan salah… beberapa kali saya bertemu ustadzah saat shalat berjamaah disana, dan biasanya dapet nasehat bahkan doa gratis hehehehe, lumayan banget buat saya yang udah nggak pernah mentoring lagi dan doa, boi! siapa tau diijabah.

Suatu hari… saya datang lagi ke Istiqlal, kali ini misi saya adalah COMPLAIN!
Sombong banget kan? Ke Allah aja complain… hahahaha, saya sering gitu deh walau saya tau itu ngawur sekali, tapi kepada siapa lagi coba berkeluh kesah kalau bukan langsung ke Allah? ke siapaaaaaa? Wah saya udah siapin segala macam complain deh… mulai dari gaji saya yang pending karena masalah birokrasi [zzzzzz….] sampai pengumuman beasiswa saya yang terpending cukup lama… pokoknya semua hal duniawi yang lagi saya nggak syukuri deh.

Lalu semua berubah ketika negara api menyerang!
Eh… maksud saya ketika saya melihat sesuatu.

Saat saya mau ambil air wudhu, sekalian berkece-kece ria di depan kaca. Betapa kagetnya saya ketika saya melihat seseorang yang sedang membongkar tempat sampah di dekat tempat wudhu. Saya pikir, oh well pemulung biasa lah… okay cuekin aja deh. Tapi rasanya Allah menyuruh saya melihat orang tersebut. Saya pun terpaku melihat orang tersebut dengan pikiran kosong.

Kalian mau tahu apa yang dilakukan orang tersebut?
Rupanya dia hanya mengumpulkan kotak-kotak bekas minuman, lalu dia pun mengumpulkan setiap tetes sisa-sisa minuman tersebut ke dalam sebuah gelas kecil bekas botol aqua.
Saya meringis, antara heran… kasihan… kaget… dan mulai mengkalkulasi secara asal berapa jumlah bakteri di dalam minuman yang dia kumpulkan itu.

Saya hentikan orang tersebut, lalu karena saya sedang berhemat dan ehm… diet… uang saya yang tersisa cukup banyak. Maka saya putuskan memberikan sejumlah uang saya pada orang tersebut…
“Mas, nggak usah mungut di tempat sampah gitu deh. Beli minumnya… di luar banyak yang jual” kata saya dengan nada yang kayaknya rada teriak deh *that’s why…. orang yang pertama kali kenal saya ngerasa saya agak jutek*
Dia mengangguk pelan.
Karena gak percaya saya tunggu dia membeli minuman dan saya suruh kembali menemui saya. Bossy sekali saya itu *____* bukan apa-apa, saya masih belum puas nanya-nanya aja.

Dia kembali, “Mbak, ada kembalinya” saya kagum dia masih bisa berlaku jujur.
“Udah….buat kamu aja,tapi  tolong deh jangan pungut makanan dan minuman dari tempat sampah lagi ya. Ngeliatnya aja pusing” kata saya seperti pas mengomeli adik saya.
Dia lalu tersenyum…. daaaaaaaaaan apa yang dia lakukan?
Dia mengambil beberapa bagian uang kembalian tersebut dan kemudian sisanya….. dia masukan ke dalam kontak infak di masjid.

Saya melongo.

Apa-apaan ini? Hei…. hei… come back, enak aja. Gw mau ngasih buat dia kok malah dimasukin ke kotak amal sih? Saya sewot juga dong, soalnya dia hanya mengambil sedikit bagian dari uang kembalian tersebut.

“Eh… eh… kok dimasukin ke dalam kotak amal sih?” Kata saya sewot.
Dia tersenyum, lalu bilang

“Mbak… terima kasih, uang Mbak itu adalah uang dari Allah, jadi saya kembalikan lagi ke Allah. Saya sudah mengambil bagian yang saya butuhkan, Mbak. Insya Allah, jika Allah mau saya akan memperolehnya lagi. Semoga nanti uang itu walau nggak seberapa bisa membantu orang-orang yang lebih kurang beruntung dibandingkan saya. Mbak jangan khawatir, Allah ada di dekat kita….melihat kita… insya Allah juga akan menjaga kita. Pertolongan Allah itu dekat kok, Mbak”

Saya makin melongo….

Lalu saya tersentak,
Saya ambil wudhu, shalat magrib, kemudian lupa dengan segala complain saya

Mon…. yang lu hadapi masih belum ada apa-apanya! Lu harus kuat…! gak ada yang perlu lu khawatirkan.
Karena pertolongan Allah itu dekat!

Untuk masalah life lesson, kita mungkin memang harus terus belajar…. teruuuuussss belajar…. tanpa henti 🙂