A letter from Kyoto….


hari ini ada sebuah amplop besar sampai ke rumah saya, taraaaa inilah amplop itu

Image and video hosting by TinyPic

Isinya? Isinya adalah LoA dari salah seorang profesor di Teknik Lingkungan di Universitas Kyoto. Universitas impian saya selama ini…! Kyodai (Kyoto Daigaku) mungkin kalah pamor dengan Universitas Tokyo, tempatnya juga gak di pusat kota tapi peraih nobel di Asia paling banyak lahir dari universitas ini! Huwaaaaaaa….. kayak mimpi deh. Nobel loh nobel! Sewaktu masih SD saya pernah menulis di buku harian saya ingin salaman dengan peraih nobel… terus menjadi peraih nobel dari Indonesia.

Calon profesor saya pun juga peraih nobel loh, biarlah skrinsut yang bicara…

Buat yang belum liat sertifikat nobel, jangan khawatir saya juga baru liat sekarang hahahahahaha.
Nobel itu ada macam-macam, pada tahun 2007 Nobel Peace prize jatuh pada IPCC, sensei saya tergabung dalam penelitian IPCC jadi terhitung termasuk yang memperoleh nobel. Yang lebih kerennya lagi, Beliau sudah mengabdikan 20 tahun hidupnya untuk membangun model ekonomi energi se Asia-Pasifik! Asia Pasifik loh…. bukan cuman Darmaga atau Ciomas -.- Ya Allah…. keren dan rajin banget. Kalau saya sih ngebayangin aja udah bosen hahahaha, 20 tahun bangun model doang kan pusing ya. Istiqamah sekali Beliau ini.

Itu manis-manisnya…
Sekarang getirnya!
Permohonan pergantian universitas saya ditolak! Artinya beasiswa saya tidak bisa turun. Kenapa? karena LoA saya masih LoA profesor. Kalau bahasa kerennya LoA conditional. Saya masih harus lulus tes masuk universitas kyoto. Kabar sedihnya lagi, ujian masuknya adalah ke Fakultas Teknik dan jelas-jelas background saya ekonomi. Kisah sedih ketiga.. saya gak punya budget yang cukup *untuk saat ini* untuk berangkat tes kesana T^T huwaaaaaaaa sedih banget gak sih.

Jangan berisik lalu bilang “Kenapa gak ambil kelas internasional aja…. bla…bla…bla…” ya karena sensei saya di departemen teknik lingkungan itu… dan itu gak ada kelas internasional. Ya Allah… Beliau mau berbagi ilmu ke manusia bukan orang jepang aja udah subhanallah…. berbagi ilmunya ke saya lagi yang dari awal udah bilang I blind about energy economics. Beliau sampai rela loh gak pensiun dulu demi menunggu satu orang anak Indonesia bergelar emon ini berguru kepadanya. Tentu saja ini berkat perjuangan keras dan luar biasa dari promotor-promotor saya yang sabar Pak Rizaldi Boer dan Ibu Luky. Eh…. buat yang belum tau, Bapak Rizaldi Boer juga peraih nobel loh :p cari-cari di google ya. Heran deh IPB gak pasang baliho mahagede buat gembar-gembor masalah ini. Sudahlah kembali pada kisah sedih saya.

Mungkin memang susah juga ya jadi low middle income person…. tinggal dikit aja jadi mikir-mikir masalah uang. Belum cukup sampai situ, masih banyak manusia Indonesia yang memojokan keinginan saya…
“aduuuuh ngapain sih sekolah aja yang dipikirin”
“Kerja dulu aja kali, emang punya uang?”
bla
bla
bla
memang saya nggak punya… lalu mau apa?

Membantu tidak…
Mendukung tidak…
Menenangkan tidak juga…
Bikin stress iya!
Hal yang saya butuhkan saat ini adalah saran-saran yang solutif! Bukan menyalahkan segala keinginan saya.
Mungkin gak pernah kebayang ya… anak dengan kepintaran pas-pasan, kumel, acak-acakan, dan secara ekonomi juga gak banget bisa kemudian memperoleh kesempatan seperti ini. Ya nggak kebayang berarti kan bukan berarti hal yang mustahil.

Rasanya kadang jengkel sendiri….
Kadang mau marah ke ayah… dateng ke makamnya… terus bilang “See… this is what happened because you leave us so fast”
Kadang mau marah ke mama…”Kenapa sih, Ma…. gak pernah mau denger pas saya bilang jaga kesehatan baik-baik dari dulu”
Tapi ini bukan kesalahan mereka. Kalian tau? kalian tidak akan pernah melihat orang tua sehebat Mama dan Ayah saya. Sejak saya kecil saya bebas meraih apa yang saya suka. Mereka berhasil mendidik dua anak mereka. Saya dan adik saya mungkin bukan dari keluarga terpandang, tapi kami punya tekad untuk berjuang mati-matian untuk segala hal. Jika orang-orang melihat saya dan adik saya manusia-manusia bahagia yang Alhamdulillah gak ribet masalah akademis dan melihat keluarga kami always cheerful… kalian gak pernah liat betapa banyak hal dan rintangan yang kami hadapi bersama. Kami berjuang untuk banyak hal… seharusnya bumi ini lebih fair untuk menghargai kami, termasuk saya, dalam berbagai hal.

Saya lalu ingin marah… dan kemarahan terbesar saya adalah pada diri saya sendiri “What will you do!” sambil membentak ke arah cermin.

Bisakah dunia diam sejenak… biarkan saya berpikir jernih, menanyakan jalan terbaik kepada orang-orang yang saya anggap berkompeten dan tunda dulu segala komentar yang menyudutkan saya. Saya juga sedang berjuang dan berpikir… tapi saya butuh waktu dan sedikit ketenangan.

Jika saya seorang anak konglomerat apakah orang-orang akan diam?
Tidak juga kan?
Saya tidak pernah berkomentar masalah orang lain… mengapa orang lain harus repot berkomentar tentang urusan saya? kehidupan saya? segalanya! Mohon dengarkan saya terlebih dahulu, pahami…. lalu beri masukan. Diam sejenak, lalu biarkan saya mengambil keputusan.

Sudahlah biarkan saja…

Di atas lembar LoA saya terselip sebuah sticky notes kuning dengan tulisan dari sekretaris profesor saya. Rasanya ingin ketawa sekaligus mau nangis. Tulisannya “Dear Marissa-san hope it works well” Lalu ada smiley-nya. Unfortunately it hasn’t work well yet… but there will be a time 🙂
Image and video hosting by TinyPic
Saya kira cukup…!
Apapun keputusan saya nanti, semoga semua bisa menghargai dengan baik.
Jika saya memilih sekolah lagi… semoga alasan-alasan saya bisa diterima. Orang setega apa sih yang tega menyia-nyiakan kebaikan orang lain? Orang lainnya beda negara lagi.

Perjuangan saya masih panjang… masih harus belajar gila-gilaan
dan menempa hati. Udah mencoba menjadi gak cengeng… tapi kadang kalau denger yang kejam-kejam masih belum kuat.

huhuhuhu….

Special thanks:
* Mama… the best mom in the universe. Apa perlu semua Mama di muka bumi belajar dari Mama? Biar mereka bisa menghargai dengan baik pilihan dan keinginan anak-anak mereka?

* Pak Boer dan Bu Luky... terima kasih telah memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat. It’s a pleasure. Terima kasih juga sudah berheboh-heboh karena saya

*My lovely brother... yang bilang “Be yourself! No matter what they say!” hahahha kita memang English Man in New York banget deh

*Tiko…. Rupanya kisah hidup kita hampir serupa. Bahagia punya sahabat baru yang bisa berbagi pikiran. Apapun yang terjadi semoga gw jadi ya ke Kyodai.

*Solih… Paling tau masalah gw, tapi pada akhirnya jadi orang yang paling heboh mendukung gw. Kaget loh tiba-tiba so sweet hahahaha. terima kasih… terima kasih sudah mengenal gw dan menganggap gw sebagai diri gw sendiri. Keren banget… :’D

*Habib… terima kasih telah menyemangati juga beberapa jam sebelum tulisan ini diposkan. Go! pergi kemana aja yang kamu mau! Nekad kan? Insya Allah aku bantu dengan… doa :p Oleh-oleh dari KL masih belum turun nih, mohon segera diproses -,-

Demikian…

bangun! wujudkan mimpi2 walau masih ngantuk banget! 🙂 salam juang!

 

 

Emonikova [Pernah] ke Nusa Dua, Bali :D


Halooooow semuanyaaaaa 😀
Mohon maaf saya lama meninggalkan blog dan jarang berkicau di social media. Saya baru pulang dari Nusa Dua, Bali pekan lalu daaaaaaannnn karena kecapean dan norak gak pernah pergi terlalu jauh…. saya kena flu berat. Karena saya ada riwayat asma, sinusitis, dsb… kalau udah kena flu saya gak bisa berkutik.

Tapi tetap saya punya hutang cerita kepada kalian.
Ngapain nih ke Nusa Dua? Ngapaiiiin yaaaa… kebetulan ada acara APEC Women and Economy Related Forum. Acaranyanya yaaaa… mirip kayak acara ibu-ibu PKK tapi tingkat internasional hahahahhaa. Namanya Ibu-Ibu semua, maka acaranya pasti heboh dan banyak pernak pernik. Cuman saya sendiri merasa manajemen waktu acaranya sendiri kurang baik. Kalau kata bos besar saya… “Barang dagangannya bagus, tapi yang dagangnya kurang bagus”

Acara ini gedeeeeee bangeeeeet… tapi kami yang ikut nggak ngeh rangkaian dan runtutan acarannya seperti apa. Jadi kesana ngawang-ngawang… acaranya juga jadi ngaret. Padahal narasumber acara dsb-nya kereeeeeeeeen bangeeeeet setengah mati.

Nusa dua gimana ya?
Yang paling berkesan kayaknya semua barang-barang disana muaaaaahaaaaal! Edyan pokoknya. Satu deretan nusa dua itu hotel dan penginapan semua. Terus gimana barang-barangnya pada gak mahal… miss world di sana, APEC meetings juga disana, bahkaaaaan konon kalau Pak SBY datang… satu daerah di Nusa Dua itu di blok! alias gak boleh ada yang lewat.

Hotel untuk pertemuan APEC Women kali ini di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali. Konon ini hotel terbesar di Indonesia dan luasnya 27 hektaaaaaaarrrrrrr! Jadi kalau kalian ada acara di hotel itu emang lebih baik pake shuttle bus, jadi bisa langsung di antar ke depan venue acara. Kalau nggak? Selamat jalan menjelajahi 27 hektar deh.

Saya gak sempet foto-foto banyak, tapi pemandangannya sih emang cukup oke. cekidot….
Image and video hosting by TinyPic

Ini depannya doang hahahahhaa… gak sanggup motoin semuanya.

Oiya, seperti yang saya ceritakan sebelumnya acaranya agak jadi berantakan. Bayangkan! Bayangkan! Bu Linda Gumelar (Menteri Pemberdayaan Wanita-pen) lewat… kan kalau aturan protokoler mah kita pasti berdiri lalu tepuk tangan elegan kan… ini? GAK SAMA SEKALI! yang ada malah jadi crowded karena pada rebutan poto -.- krik banget. Gak percaya, liaaaat dong….
Image and video hosting by TinyPic

Sudahlah… mari kita lupakan Ibu Linda Gumelar. Ngomong-ngomong masalah Bali, memang cuman daerah ini di seantero Indonesia raya yang paling siap buat acara2 internasional. Slaah satu yang paling saya kagumi adalah seniman-seniman Bali itu udah siap manggung kapanpun diperlukan! Hebat ya… dan semuanya udah mateng banget. Kostumnya udah oke, cara mereka present karya seninya juga oke, yaaaaaa sudahlah…. propinsi lain jangan iri deh sama Bali hehehehe
Image and video hosting by TinyPic

Oiya… saya tidak hadir sendiri. Saya bersama bos besar saya serta bos saya. Hehehehehe…. narsis dulu
Image and video hosting by TinyPic

Oiyaaaa… acaranya juga keren-keren. Yang paling bikin saya pengen jingkrak-jingkrak adalah ada acara yang moderatornya Desi Anwar…. Ya Allah, smart sekali presenter yang satu ini. Bahasa Inggrisnya juga sedaaaaaaappppp keren dan lancar banget. Sorry fotonya burem… gemeter bo liat Desi Anwar hahahahhaa *lebay*
Image and video hosting by TinyPic

Topik yang dibahas juga menarik, tentang trend wanita masa kini. Jadi kalau saya berpikir “Udah ah… ngapain sih nikah bla…bla…bla…” RUPANYA statistik internasional mencatat bahwa wanita-wanita yang berpikir seperti saya itu meningkat! Hufffft… untung deh masih jadi wanita Indonesia ya, secara budaya masih gak tega lah gak berkeluarga sama sekali.

Tapi memang, dunia sedang menghadapi masalah besar terkait ekonomi dan wanita *widiiiiiiw*. Ceritanya… karena permasalahan ekonomi semakin complicated, maka banyak wanita yang akhirnya memutuskan bekerja… dan bekerjanya pun gila-gilaan sampai akhirnya jumlah anak yang mereka miliki jadi sedikit atau bahkan enggan untuk punya anak.

Naaaaaah…. yang muda….akhirnya jadi ngeri. Sadar tidak sadar akhirnya mereka berpikir “Ah, ribet… ngapain berumah tangga… saya bisa berkonsentrasi bekerja dan menghidupi keluarga saya sekarang tanpa harus repot membentuk keluarga baru” 

Kayak sepele ya? Tapi percaya gak… itu salah satu alasan kenapa di banyak negara maju akhir-akhir ini makin sedikit jumlah warga negara usia mudanya. Kenapa? Yaaaaaa karena gak ada yang mau melahirkan anak! gila kan? Pokoknya kalau udah belajar ekonomi kita jadi belajar macem-macem deh.

Jadi kalian para pria…. jangan meremehkan peran wanita ya! Kalian gak tau nasib muka bumi ini juga ada di tangan para wanita fufufufuufu.
Pokoknya hasil pertemuan saya secara umum menyimpulkan bahwa wanita itu harus PINTAR dan sekaligus harus BIJAKSANA. Harus pintar… karena wanita itu lebih multitask… ngurus anak…. ngurus suami…ngurus kerjaan… ngatur keuangan keluarga…. huuuufffttt macem2! Tapi harus bijaksana juga agar semua bisa dijalankan dengan baik.

Ya sudah… kali ini segini aja ya.
Saya masih dalam masa penyembuhan jadi harus segera boboks 🙂

See yooooouuuuuuuuu~!

Belajar dari filosofi sabuk taekwondo


Seperti cerita saya di posting sebelumnya kalau adik saya adalah atlet taekwondo kota Bogor. Suatu hari dia pernah bercerita pada saya tentang filosofi dari sabuk taekwondo.
“Kak, tau gak… filosofinya keren banget loh. Kayaknya semua orang tuh harus tau deh, biar pas nuntut ilmu tuh gak jadi sombong”
“Sedaaaaap…. waaah emang sekeren apa, Ki?” Tanya saya..
“Iya, Kak… semua warna itu menunjukkan sikap kita di tiap tahapan menuntut ilmu”
“Masa sih? Apa aja memangnya?”

Mulailah adik saya bercerita…..

“Nih… kalau pas mulai maka sabuknya adalah warna PUTIH. Putih itu melambangkan kesucian,awal/dasar dari semua warna. Jadi di awal kita itu masih putih…polos…belum tau apa-apa… tapi warna putih itu siap dikasih warna apa aja”.

“Setelah itu kalau lanjut sabuknya ganti jadi warna KUNING. Kuning itu menyimbolkan warna bumi. Bumi itu kan dasar… pondasi… jadi di awal-awal belajar, kita harus belajar basic-nya dengan serius dan sungguh-sungguh.Karena ilmu kita yang awal-awal ini yang akan jadi pondasi kita untuk belajar ilmu-ilmu selanjutnya. Kalau gak kuat? waaaah lewaaaaaat”

“Udah gitu lanjut HIJAU, naaaah kenapa hijau? Karena dari bumi itu kan nanti tumbuh dan berkembang tunas-tunas tumbuhan. Naaaah, sama! Setelah kita menguasai basic ilmunya, maka sedikit demi sedikit kita mulai berkembang. Kemampuan kita, ilmu kita, dan semua hal yang harus kita lanjut pelajari”

“Udah hijau nih,Kak… lanjut sabuk BIRU. Biru melambangkan langit,Kak! Langit itu di atas, memayungi semesta. Jadi filosofinya setelah belajar cukup lama, kita harus seperti langit, udah bisa melihat secara keseluruhan apa yang kita pelajari… apa yang mau kita kejar… dan memayungi, berarti dengan ilmu itu kita harus bisa mengayomi orang lain”

“Setelah biru nanti dikasih sabuk MERAH. Merah itu melambangkan matahari. Kenapa matahari? kata Sabeum kiki nih… karena matahari adalah pusat tata surya,dan semua planet mengelilingi matahari. Nah jadi filosofinya dengan ilmu yang kita miliki kita harus sudah memiliki perilaku pemimpin dan bisa menjadi pedoman bagi orang lain. Kita harus bisa mengontrol emosi dan sikap kita. Intinya bisa punya sikap pemimpin, bisa mimpin diri sendiri dan juga orang lain”

“Kalau udah expert,Kak… maka layak deh dapet sabuk HITAM, kalau tadi di awal sabuknya warna putih sebagai warna yang polos banget, sekarang hitam.. hitam itu dianggap sebagai campuran setiap warna. Jadi kalau warna semua sabuk-sabuk itu dicampurin naaaah kan jadi hitam tuh. Jadi kalau udah sabuk hitam berarti kita harus memiliki semua sifat-sifat yang terangkum dalam sabuk-sabuk taekwondo. Harus terus putih dan siap untuk belajar ilmu apapun, harus terus kuning supaya gak ngeremehin setiap ilmu-ilmu dasar, harus terus hijau dan mau tumbuh dan berkembang dengan ilmu yang ada, harus terus Biru biar terus tahu apa cita-cita kita dan terus mengayomi orang lain, terus merah juga supaya punya perilaku yang layak menjadi pemimpin. Hitam itu berarti dia dianggap sudah cukup matang dalam ilmunya tapi yaaaa bukan berarti harus sombong karena dia harus ingat bahwa untuk jadi “HITAM” dia harus melalui berbagai proses yang panjang sebelumnya.”

Saya lalu terpesona… rupanya adik saya keren juga hahahahha lumayan lah http://eemoticons.net

Saya jadi banyak belajar…
Saya jadi ingin dapat “sabuk hitam” dari bidang yang saya pelajari. Ah… semoga

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434


Saya selaku pengurus blog paling ngawur dan aneh se-Indonesia….
Tuan rumah blog Emonikova….
Mengucapkan….

emonikova's lebaran card

maafkan atas segala kekhilafan…
maafkan atas segala opini yang mungkin kadang tidak cukup represetatif atau kurang bermutu…
maafkan atas segala keegoisan…
maafkan atas segala kesoktahuan…
maafkan untuk segala hal yang kurang berkenan.

Terima kasih atas segala hal luar biasa dan baik dari kalian semua, pembaca saya yang sangat berharga.

Hormat saya,

Marissa Malahayati

NB: Sorry… gambarnya rada berantakan ya? hahahaha maklum bikin sendiri dan udah lama gak menggambar 🙂

When I decide to continue my study : Sebuah cerita dari meja wawancara beasiswa


Someday
Our fight will be won then
We’ll stand in the sun then
That bright afternoon
‘Till then
On days when the sun is gone
We’ll hang on
Wish upon the moon

(Someday—- The Hunchback of Notre Dame OST)

Ingatlah bahwa ego kita tidak boleh mengalahkan impian kita.
Biarkan ego dan setiap pemikiran kita berdebat,
bukan untuk mematahkan semangat berjuang
Hanya untuk membuat kita semakin bijaksana dalam mengambil keputusan.

Setidaknya itulah yang saya pelajari bulan ini.

Mulai dari kabar gembira dulu, insya Allah awal tahun depan jika tidak ada aral melintang saya akan kembali bersekolah di Magister Ekonomi Terapan, di sebuah universitas negeri di Bandung. Akhirnya ada juga yang mau nerima saya hahahahaha dan alhamdulillah-nya lagi insya Allah saya akan sekolah dengan very very full scholarship, jadi seharusnya sih tinggal belajar dan dapet nilai yang bagus. Kalau saya inget tagline lembaga pemberi dana beasiswa saya “Ingatlah! Beasiswamu adalah amanah rakyat untukmu” Huwaaaaaaaa ampuuuuun deh, langsung deg-deg-an kalau inget uang beasiswa saya itu juga dapet dari pajak mukyaaaaaaaa, dosa banget kalau saya nggak serius.

Saya sudah berjanji pada adik-adik kelas saya yang juga murid-murid saya di kelas responsi untuk berbagi cerita jika saya sudah memperoleh beasiswa. Hmmmm…. prosesnya masih panjang sih, saya masih harus pengayaan, ngurus berkas, dsb. Tapi biarlah sebelum saya lupa dengan kisah-kisah heroik saya. Berjanjilah… ketika kalian selesai membaca ini, siapapun kalian, dimanapun kalian akan melanjutkan studi atau impian kalian, ingatlah bahwa kalian bukan apa-apa tanpa kerja keras dan bantuan orang lain! Saya tidak mau pembaca blog saya menjadi orang yang angkuh. Setuju? Baik! Lanjuuuut.

Perjuangan saya memperoleh beasiswa itu gak mudah. Saya berkali-kali gagal, berkali-kali kecewa, dsb. Kegagalan terbaru saya adalah ketika saya gagal di step terakhir beasiswa Pemerintah Turki. Kegagalan yang saya buat sendiri, karena saya bisa-bisanya lupa membawa satu bundel semua hasil publikasi saya. How stupid! Tapi kemudian saya menyadari bahwa memang itu bukan pilihan yang tepat dari Allah untuk saya. Pun saya keterima berarti saya harus meninggalkan tanah air 2,8 tahun. Okay… gak kuaaaat hahaaha :p

Banyak yang mungkin bertanya-tanya dan bahkan kecewa karena saya akhirnya malah memilih melanjutkan sekolah di dalam negeri dan bukan di luar negeri. Aiiish… reviewer saya pun gemes setengah mati tentang itu sampai Beliau bilang “Kamu itu… sedikit lagi loh. Kamu sudah pantas melanjutkan studi kamu ke belahan dunia manapun yang kamu mau”

Iya, Mon! Kenapa? Perjuangan lu hanya segitu saja?

hahahahhaa… ya  gak lah! Dari dulu impian saya menjelajahi eropa, suwun ke Universitas Tokyo, dan memenuhi rasa penasaran mengenai benua Eropa. Tapi Allah lebih tahu yang terbaik untuk saya, untuk keluarga saya, untuk semua orang di sekitar saya, dan tentu untuk negara saya. Saya akan ceritakan hal ini nanti. Sebentar ya.

Bagi saya, langkah terberat dalam beasiswa itu sebenarnya wawancara. Kenapa ya? kalau administrative things sih asal kita apik dan teliti, insya Allah semuanya beres. Tapi pas wawancara, wueeetssss… kalau Allah gak ridha atau kita terlalu takabur bisa macem-macem tuh halangannya, mulai dari blank, ketinggalan macem-macem, keringet dingin, sakit perut, atau telinga tiba-tiba tuli dan otak buntu sampai gak ngerti pewawancara ngomong apa. Sedih banget ya hahahahhaha.

Wawancara saya yang terakhir, yang mengantarkan saya untuk dapat Magister ekonomi terapan ini, cukup berasa nano-nano. Antara PD, blank, dan kepikiran karena pada tanggal yang sama adik saya daftar ulang ke SMA. Kasian banget adik saya sampai diusir dari sekolahnya karena gak ada wali yang dateng :'( sorry adikku sayang, untungnya dia selalu ikhlas kalo kakaknya bilang mau sekolah lagi *walau sempet ngambek seharian*

Tanggal 2 Juli 2013 saya dan kandidat lain diharuskan mengikuti briefing calon penerima beasiswa di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan. Gedungnya oke punya hahahhaa, buat kalian yang punya kelebihan harta nanti…boleh tuh nikahan di gedung itu. Insya Allah tempat duduknya cukup hehehehe.

Saya pun telat karena saya kerja dulu, dan biasaaaaa…. fatamorgana jarak. Merasa kantor saya deket banget sama dhanapala saya pikir tinggal menggelinding kesana, eh rupanya mesti nyebrang pake jembatan penyebrangan toh. Ya udahlah saya pun menyebrang sambil lari-lari. Nyampe gedungnya udah keringetan terus kotak snack udah mau abis, waaaah panik jangan-jangan gak kebagian snack *lagi-lagi salah fokus*

Masuk kedalam gedung, saya baru sadar kacamata ketinggalan di kantor, saya duduk di belakang. Huwaaaaa gak keliatan apa-apa. Untung kuping masih normal jadi masih bisa mengikuti dengan baik. Sesi tanya jawab pun seru, semua antusias. Ya iyalaaaaaah…. siapa yang gak antusias, wong kalau kita lulus untuk program Magister atau Doktor Luar Negeri, mau bayar SPP sampai 3 milyar juga dibayarin mwahahahaha. Saya yang daftar magister dalam negeri aja ngeliat rincian beasiswanya langsung deg-deg-an, huwaaaa utang gw sama rakyat Indonesia banyak banget -.- kalau gw bodoh kayaknya pantas dilempar bakiak deh.

Kemudian, secara mengejutkan ada pengumuman bahwa kita harus nunggu sebentar karena kami semua aka dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan setiap kelompok harus liat jadwal wawancara. Kalau kebagian hari itu juga maka silakan duduk dengan manis di gedung tersebut. Saya PD dong “Aaaaaah….paling besok, lalalala yeyeyeyeye, pulang ke Bogor aja ah ngurus sekolah adik” eh emang deh Allah itu suka banget ngasih surprise, saya rupanya kelompok satu dan wawancara siang di hari itu juga. Huwaaaaaa…. kelabakan! Sms Mama, sms adik, sampe sms dosen, bukannya sms minta doa, tapi nanya gimana kabar adik saya yang mau daftar ulang itu. Dosen saya bilang “Forget your brother for a while, dia udah keterima di SMANSA, kamu masih belum dapet beasiswa. Focus for your interview” Okeh takluklah sudah. Minta maaf ke adik dan janji akan bayar ganti rugi dengan nonton Despicable Me 2 hehehhehehe.

Saya pun melangkah dengan mantap untuk kembali ke kantor. Ambil kacamata, suwun ke bos, ambil berkas-berkas, dan print semua bukti publikasi yang pernah saya buat *karena trauma dengan kasus gagal beasiswa pemerintah turki*

Siang saya pun kembali ke gedung kece di komplek Kemenkeu itu. Karena sudah mulai tenang dan kenyang karena sudah menghabiskan dua mangkok mie ayam (kalau grogi saya akan makan banyak hahahahaha). Saya mulai ekspansi, melemparkan pandangan ke semua penjuru. Kaget banget karena banyak yang pakai bajunya lebih aksi daripada ngelamar kerja. Saya sendiri hanya pakai jilbab dan baju biru muda, celana hitam, dan sepatu kucel karena keinjek di kereta pas pagi-pagi, yaaah penampilan standar anak kereta lah. Pasrah aja deh. Saya pun kemudian iseng-iseng mencari siapa saja sih orang-orang yang apply beasiswa ini, rupanya semuanya keren-keren… sama mah bukan apa-apa. Ada yang daftar magister ke Amrik, bahasa Inggrisnya udah kayak air terjun niagara… lancar dan deras. Ada anak ITB yang mau ambil beasiswa ke Titech, keliatannya sih cupu-cupu gitu, eh tapi pas liat publikasinya hehehehhe jiper ah, anaknya nyantai banget “Mas kenapa gak ambil monbu aja? U to U mah langsung tinggal guling aja kali dengan CV seoke ini.” terus jawabannya “Heu… saya teh ketinggalan info, pas lagi ada daftar-daftar itu saya teh lagi conference di Jepang” Haaahahahaha… udah deh, no further confirmation, udah canggih tuh si anak ITB, tapi ya ampuuuuun logat sundanya gak nahan hahahahaha. Ada juga anak kedokteran UI yang ambil beasiswa tesis, kemudian dengan gegap gempita menjelaskan mengenai penelitian dia ke saya. Saya takjub, tapi sayang saya gak ngerti hahahahahha terlalu keren soalnya.

Tapi yang paling hebat adalah, ada seorang penyandang cacat yang bertekad mengambil beasiswa magister. Dia berjalan pun harus dibantu dengan tangannya karena paha dan betisnya tidak sempurna. Bukan saya kalau nggak penasaran sama orang, iseng-iseng lagi saya dengarkan ketika dia ngobrol dengan kandidat lain. Kenapa sih Mas mau sekolah lagi? jawabannya Saya ingin menjadi inspirasi bagi orang-orang seperti saya. Keterbatasan bukan alasan untuk kita meraih cita-cita kita, bukan alasan untuk melunturkan semangat kita. Subhanallah… saya aja masih suka luntur semangatnya hahahhahaa. Hebat ya? Huwaaaa saya udah senyum-senyum miris aja, kira-kira bakal keterima gak ya hahahahaha.

Karena keasikan memperhatikan orang lain, tanpa terasa saya dipanggil untuk segera menuju kursi panas dan bertemu dengan para reviewer saya. Rupanya satu orang direview oleh 3 orang: 2 orang doktor dan 1 orang psikolog. Jangan kaget deh, kalau keluar dari ruangan ini ada yang sampai nangis-nangis bombay, reviewernya detil banget dan kadang kata-katanya menyentuh di sanubari yang paling dalam, padahal mah pertanyaannya gitu-gitu aja, tapiiii ya itu…mendalam. Saya akan ringkaskan percakapan saya dengan para reviewer, tentu dengan keterbatasan ingatan saya hehehehhe….

Reviewer 1 (R1) : Waaaah…. dengan siapa nih?
Saya (M): Marissa, Pak. Marissa Malahayati
R1: Malahayati itu nama kapal ya?
M: Oh mungkin banyak Pak jadi nama kapal, tapi sebenarnya itu nama Pahlawan wanita di Aceh
R2: Owalaaaah orang Aceh toh
M: Secara patrilineal orang Jawa Timur, Bu
R1: Loh… Ibu kamu orang Aceh toh, kok bisa ketemu orang Jawa Timur. Keren sekali ujung ketemu ujung
M: Biasa lah, Pak… cinta bersemi di kampus

———dan percakapan ringan terjadi di 10 menit pertama hanya karena Malahayati

R1: Marissa, kenapa sih kok kamu apply beasiswa yang dalam negeri. Kamu putus asa apa gimana ini? Ceritanya bagaimana?
R3: Iya nih. Hasil publikasi kamu sudah banyak, bahasa Inggris sudah baik, essay kamu bagus, pernah jadi mapres segala, aduuuh sayang banget. Kenapa?
R1: Ini sih sudah pantas sebenarnya ambil yang luar negeri, harusnya kamu sabar dan berjuang sedikiiiiit lagi saja. Apa alasan kamu? Dosen kamu gak ngasih kamu rekomendasi buat sekolah keluar? Masa perlu saya yang kasih?
M: Saya juga maunya keluar, Pak. Dosen saya welcome sekali, bahkan sudah menawarkan senseinya di Universitas Tokyo untuk membimbing saya. Tapi saya rasa itu belum jalan terbaik untuk saya dari Tuhan.
R1: Ah masa iya? Universitas Tokyo loh! Tokyo Daigaku! Jutaan orang gontok-gontokan untuk masuk Todai.
M: Tapi saya mempertimbangkan masalah keluarga saya, Pak.
R1: Aha! Ini pasti serius. Teruskan
M: Mama saya terserang stroke saat saya di tingkat akhir S1, Pak. Sekarang sudah jauh lebih membaik akan tetapi saya pikir lebih bijaksana jika saya dalam waktu dekat ini tetap memperhatikan Beliau. Adik saya juga baru masuk SMA sekarang sedangkan ayah saya sudah meninggal dunia sejak saya duduk di bangku kelas 2 SMP. Saya rasa saat ini, saya bertanggung jawab pula untuk menjaga adik saya apalagi sekarang dia baru saja peralihan dari SMP ke SMA, saya masih belum bisa sepenuhnya melepas dia.
R1: Ah… saya paham sekarang. Kalau begitu, kamu ada rencana lanjut ke S3 kan?
M: tentu Pak, saya ingin tulisan saya masuk ke publikasi-publikasi internasional jadi saya rasa jenjang S3 akan menjadi channel saya meraih impian saya tersebut.
R1: Baik…. kamu harus bisa menyelesaikan S2 kamu dengan cepat dan baik. Banggakan Ibu dan adik kamu. Kemudian ketika kamu sudah siap, apply jenjang doktor. Tapi saya sungguh tidak mau lihat kamu apply untuk dalam negeri lagi. Kalau kamu mau wujudkan impian kamu tersebut, harus ada waktu dimana kamu menjelajahi dunia dan membuka wawasan kamu. S3 harus dan harus di luar negeri ya. Kontak dengan dosen kamu terus, pikirkan untuk masuk Todai. Tapi mohon maaf, kamu jangan lupa menikah ya jangan belajar terus
M: *melongo* iya, Pak… masa iya saya mau jomblo terus.
R2: Udah ada calon belum?
M: Hehehe… it is complicated, Bu
R2: hahahahahhaha… waaaah, harus ada syarat tambahan berarti nanti kalau mau ambil S3. harus udah ada rencana menikah dan harus udah ada calonnya.
R3: Iya… iya… terus resepsinya di gedung ini, jangan lupa undag kita-kita ya.
M: *melongo* *tak bisa berkata-kata* errrrr -_____-

———————————lalu entah kenapa jadi ngomongin masalah jodoh.

R1: Kenapa sih kamu mau berjuang sekeras ini. Apa motivasi utama kamu?
M: karena saya yang sekarang mungkin tidak akan jadi apa-apa tanpa bantuan orang lain. Saya pikir, saya kelak harus bisa jadi orang yang bisa membantu banyak orang. Jika tidak dengan harta, mungkin dengan ilmu yang saya miliki.
R1: Berat sekali bahasanya, apa contoh konkritnya? Kamu punya background yang mendasari pernyataan kamu itu?
M: Saya dan adik saya sekolah saja, Pak…. itu semua karena ada bantuan dari keluarga saya untuk membiayai semua biaya sekolah kami. Jika tidak ada, mungkin saya tidak akan apply untuk beasiswa magister hari ini. Mungkin tidak pernah ada nama saya di database mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor. Dari itu saja, saya berusaha belajar mati-matian untuk setidaknya menunjukkan rasa terima kasih saya kepada Beliau. Saya ingin pintar, agar kelak saya bisa mengajari banyak orang. karena saya tahu betapa berharga dan mahalnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Bapak Ibu sekalian, hidup saya ini tidak mudah… tapi Allah memberikan saya kemudahan-kemudahan, dan kemudahan itu datang dari orang-orang lain. Saya rasa tidak etis jika saya egois dan hanya ingin mengejar keberhasilan dan prestige diri saya sendiri. Keberhasilan saya adalah ketika saya dibutuhkan, dibutuhkan untuk membawa kebahagiaan dan kemudahan bagi orang lain.

—————————————- dan seterusnya!

Wawancara saya sendiri berlangsung kurang lebih 45 menit bahkan kayaknya lebih! terlalu keasikan mengorek-ngorek jati diri saya sepertinya. But actually, saya belajar tips untuk wawancara beasiswa:

1. JUJUR! karena itu membuat pembicaraan mengalir dengan lebih baik. Berbohong itu menguras memori karena kita harus merecall memori kita tentang kebohongan yang kita buat hahahahha

2. Bawa berkas selengkap-lengkapnya. Masalah mau diliat atau gak, pokoknya BAWA! At least kita udah well prepare. Jangan lupa kita juga udah harus ngelotok tentang apa penelitian kita, apa pencapaian-pencapaian kita, dsb.

3. MAKAN dan ISTIRAHAT YANG CUKUP, kalau saya sih suka capek sendiri kalau grogi. Hiburan saya ya makan enak dan boboks hehehehhe. Ini sih tergantung kalian.

4. SOPAN! Wawancara beasiswa itu yang dinilai bukan masalah otak aja tapi juga masalah kepribadian. Yaaaa… buat apa sih pinter tapi manner nol besar kan?

5. IBADAH dan DOA. jangan lupa juga MINTA DOA ORANG TUA.

Intinya kalian memang harus menjual diri tapi jangan lebay dan jangan sombong.

Semoga post ini menjawab beberapa rasa bertanya-tanya kalian jadi saya gak usah berkali-kali ngejawab hahahahaha.