Cekrek!!! Memotret slide ketika kuliah, etis kah?


“Jadi kalau kalian foto itu semua slide, kalian beneran baca?” #tanyaserius

Image and video hosting by TinyPic

Mungkin jika saya kelak jadi dosen, hal pertama yang akan saya lakukan adalah: TURN OFF PROJECTOR! karena lama-lama kasus potret memotret slide itu semakin menyebalkan. Apalagi dengan hp jepang! Ya HP jepang, yang pasti bunyi ketika shutter ditekan =.=
CEKRIK!
CEKlek!
CEKROK!
JEPREEEET!
Wooooi! berisik!

Sebenarnya saya tidak bermasalah-masalah banget sih dengan orang-orang yang mengeluarkan hp mereka dan memotret seluruh slide. Mungkin ingin menyalurkan hobi fotografi atau memang sangat antusias dan ingin segera pulang ke rumah mencetak si foto dengan ukuran A0 dan memajang foto itu di kamar agar ngelotok di otak 😀 Semua kemungkinan bisa terjadi kan? Nah, masa iya menyalurkan minat dan bakat dilarang :’D Jangan iri dengki kamu, Mon!

Tapi kok saya lama-lama risih ya? Ini murni personal opinion loh ya… jadi tidak bermaksud mendiskriditkan siapapun.
Kata sensei saya, kalau mau mengkritisi sesuatu harus menjabarkan alasannya terlebih dahulu. Yo wis! Manut ae kalau ke Cencei mah.

1. Is that the way “today’s students” appreciate their teacher?
Saya pernah jadi mahasiswa nakal! Pernah sampai dikeluarkan dari kelas. Dibandingkan kalian, mungkin saya pernah jadi mahasiswa yang lebih buandel. Namun kemudian saya belajar, seiring dengan bertambahnya usia dan uban ya hahahhaha, bahwa bukan begitu cara menghargai orang lain. Setidaknya menurut saya.

Atau mungkin, ini sih saya saja yang “baper” karena sudut pandang saya sudut pandang introvert.

Image and video hosting by TinyPic

Saya sih jujur saja, jika saya mengajar di depan kelas… kemudian terdengar bunyi CEKLAK! CEKLEK! CAKRUK! aduuh saya kan jadi gak enak, jadi kalian merasa saya ini Kim Kadarshian?
karena saya jadi mikir kalian teh merhatiin gak? Ngerti gak? Bukan slide yang perlu kalian pahami, tapi pemaparan dan penjelasan yang disampaikan oleh orang yang sudah berbusa ngomong di depan kalian semua.

Yah mungkin hak kalian sih “Ih dosen sama guru tuh ngomong di gaji tau!”
Iya, betul… saya pikir kalau dosen mau kejam sih pamer muka aja…pajang slidenya terus bilang “Yak bocaaaah! foto nih, puas-puasin. Besok kuis!” selesai! Semua pun senang! Hahahahaha.
Saya ingat pernah suatu kali salah satu dosen saya bilang “Saya itu gak butuh kalian, kalian yang membutuhkan saya” sedikit mmmm… well agak manasin kuping sih, tapi yaaa emang iya sih hahhaa. We attend a lecture to absorb something that more than we can absorb just from read books or handouts, itulah fungsinya ada tenaga pengajar di depan hidung kita.

Kemudian saya berpikir dari sudut pandang guru. Sakit gak sih kalau udah berkoar-koar di depan kelas eh point of focus murid-muridnya adalah “menyalurkan hobi fotografi”. Nah… nah… pernah belajar TEORI KEBUTUHAN MASLOW? dua puncak tertinggi kebutuhan manusia itu adalah: Aktualisasi diri dan Penghargaan. Saya pikir menjadi pengajar itu bentuk aktualisasi diri yang bisa ditempuh seseorang, namun untuk sampai si puncak ini, seseorang harus mendapatkan “Penghargaan” terlebih dahulu… saya pikir penghargaan dari seorang pengajar salah satunya adalah penghargaan dan pengakuan dari murid-murid mereka.

Nah, kita kan murid-murid nih… iya gak sih? Katakan pada saya standar penghargaan kita terhadap guru itu yang benar seperti apa sih? Saya tidak tahu, mungkin standar saya terlalu old school.

Huuuuuu…. kuno lo, Mon!

Then, ok! let’s move on to another reason

2. BERISIK!!!!!!!! dan sorry to say MENGGANGGU!
Ya udah deh, saya ngalah… memfoto slide kuliah itu memang mahapenting. Namun saya tidak tahan dengan bunyi berisik gadgetnya. Apalagi handphone Jepang…. aduuuh itu bunyinya bisa satu kelurahan dengar. Mungkin beberapa orang tidak tidak masalah ya, tapi sayangnya saya ini manusia yang mudah terdistraksi, jadi yaaaa annoyed lah. Kadang saya sampai hitung loh berapa kali bunyi CEKREK handphone yang saya dengar pada saat kuliah.

Yah gitu doang… cupu sekali Anda Marissa.

Oh, bukan itu saja, Anda tentu paham jika Anda ingin mengambil foto slide, Anda harus mengangkat tangan Anda. Dan saya, si pendek ini, yang sukanya duduk di pojokan kelas, yang lebih suka mencatat, harus sabar menunggu lambaian tangan para fotografer. CEKREK CEKREK CEKRET. Yak! Selesai sudah kalian memotret, tangan turun…. dan yak! Slide pun berpindah halaman :’)

No prob…. sudah biasa~hiks.

Begini…
Ketika kita pergi ke Masjid saja, kita diminta mematikan atau at least silent mode si telepon. Kenapa? Kan handphone juga handphone kita… suka-suka kita dong!
Perlu saja jelaskan kenapa? Karena DIKHAWATIRKAN MENGGANGGU KONSENTRASI JAMAAH!
Siapa tau juga kan, Imamnya sudah sepuh… lagi mimpin shalat baca Ar-Rahmaan, eh tiba-tiba ada handphone bunyi, waaah…. bisa aja imamnya jadi buyar terus lupa “Waduuuh, ini Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban yang ayat keberapa nih?”
Bisa aja kan?

Maka saya pribadi berkesimpulan, kode etik itu sesungguhnya jadi latihan untuk kita semua dalam menghadapi the real life.
Bukankah hal seperti itu seharusnya membuat kita berpikir “Eh iya ya, kita itu harus meminimalisir kelakuan kita yang mengganggu orang lain” iya gak sih?
Karena tidak semua orang memiliki kondisi sebaik kita. Mungkin kita memang jenius, awesome, luar biasa, punya konsentrasi tinggi. Tapi di samping kita? di depan kita? belum tentu lagi.

Aduh saya jadi ingat kakek saya pernah bilang “In your life, jika kamu tidak bisa membantu orang lain, setidaknya jangan mengganggu atau merepotkan orang lain”

3. Are you really READ your photos?
Saya ini pencatat yang buruk. Catatan saya hanya saya yang paham. Di S1, tidak ada yang mau meminjam catatan saya karena 1.) tulisan saya jelek, 2.) catatan saya itu lebih berbentuk gambar dari pada tulisan. Alhamdulillah sih jadi gak ada yang minjem AHAHAHAHAHAHAA. Masih ingat kah kalian nasib para manusia dengan tulisan bak mesin tik? Catatan mereka selalu berakhir di tukang fotokopi :’P

Image and video hosting by TinyPic

Namun apapun ceritanya, mencatat itu lebih baik untuk mengingat apa yang sudah kita pelajari. Saya misalnya, walaupun seringkali FAIL, tapi saya pasti ingat “Eh iya itu loooh…. aduuuh yang pake stabilo ijo! Aduh yang minggu lalu, gw nulis kok kalau gak salah ini deh *lalu nulis random dan mengarang bebas* ”

Tapi foto? Mau kalian apain? di pajang di Path?
Pernah suatu hari, ketika saya masih menjadi asisten dosen, murid saya curhat “Kak, catatan saya hilang”
“Hah, kenapa? kok bisa? Kehujanan?”
“Bukan, Kak…. hp saya di reset ulang gitu”
Zzzzzzzz….. =.=

Saya sih yakin beberapa di antara kalian memang by default pintar dan rajin, jadi si foto itu kalian pelajari. Tapi, ingat jika kalian ingin ngiket itu ilmu, pengen gak mau ilang, maka CATAT. Foto mah, sekali reset ilaaaaang!
Ingat deh Ikatlah Pengetahuan dengan menuliskannya”  begitu kata Sayyidina Ali bin Abi Talib.
jadi if it is possible, at least catet apa aja lah hahahhaaha :’D

demikian alasan saya.
Namun saya menyadari ini juga bukan sepenuhnya kesalahan para murid sih. Beberapa memang terpaksa karena gurunya kadang pelit berbagi literatur atau handout yang perlu dipelajari lebih lanjut. Jadi mmmm… punten loh ini Pak…. Bu….
jika boleh, izinkan kami memperoleh seluruh bahan material kuliah sebelum masuk kelas.

“Lha, emangnya kamu baca, Mon?”

hehe… gak juga sih :p kan saya kadang bandel. Tapi setidaknya itu mengurangi alasan pembenaran diri bagi kami para murid yang kadang suka keterlaluan males dan bandelnya ini :’)
Sungkem saya untuk semua guru-guru yang saya hormati  😀

 

Ya Allah…tolong, jangan biarkan para mahasiswa lapar Ya Allah :(


Sebagai omnivora sejati yang Mamanya jago banget masak dan punya orang-orang terdekat yang gak pernah ngelarang saya mau makan apa, kayaknya saya gak pernah ngerasa kelaparan deh apalagi sampai kurang gizi. Kelebihan iya hwahahahaha….
Nyam… nyam…nyam… semua dilahap.
Itupun kadang masih protes ke Mama, “Maaaa… masakin ini dong… saya pengennya ABCDEFGHIJ….Z” muacem muacem… sampe Mama pusing.

Kurang bersyukur banget yak, di sudut lain dunia ceritanya beda-beda lagi.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita, ada mahasiswa yang sampai tidak makan berhari-hari karena uang beasiswanya tidak keluar.

Ini nih beritanya

Jika itu tidak cukup mengharu biru, beberapa kali saya juga mendapat berita ada mahasiswa yang kuliah di luar negeri meninggal dunia karena kelelahan dan tidak memperoleh asupan gizi yang cukup, lagi-lagi karena beasiswanya tidak kunjung cair dan untuk bertahan hidup dia harus bekerja sambilan gila-gilaan.
Ketika saya masih menjadi asisten dosen di kampus dulu, ada seorang mahasiswa yang meninggal dunia karena maag akut. Semua orang di kost-an anak itu panik setengah mati karena mendadak mahasiswa tersebut ambruk dengan muka pucat, mereka membawa temannya itu ke rumah sakit terdekat, namun malang…. semua terlambat. Semua teman kost anak tersebut terisak-isak bahkan hingga naik angkot, kebetulan saya naik angkot yang sama dengan beberapa dari mereka lalu sempat mencuri dengar…. rupanya mahasiswa yang meninggal tersebut memang cukup tertutup, dia tidak pernah bilang pada temannya bahwa dia belum memperoleh kiriman uang dari keluarganya. Anak daerah juga kadang terlalu lugu dan polos sehingga sungkan bercerita pada dosennya. Ah… semua sudah terlambat.

Jika itu masih belum mengiris-iris hati kalian…. mungkin kalian harus dengan cerita yang satu ini.
Pernah ada kasus mahasiswa yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri hanya karena dia sudah kehabisan akal untuk membayar kuliah dan juga untuk makan sehari-hari. It sounds tragic and a little bit stupid… yeph saya akui itu, tapi si anak ini niatnya tidak mau merepotkan orang lain dan tidak mau orang lain kasihan pada dirinya. Tapi terlalu introvert juga tidak baik, seandainya dia cerita saja pada temannya maka pasti ada jalan keluar… namun ah lagi-lagi itu semua sudah terlambat.

Ketika saya masih di asrama dulu, bahkan ada temannya teman saya yang menanyakan apakah ada pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di sekitar kampus… lagi-lagi karena masalah ekonomi.

Iseng-iseng saya tanya pada teman-teman kantor saya, dan rupanya! Di setiap fakultas… di setiap angkatan… selalu ada kasus yang serupa! Selalu ada mahasiswa yang pasang poker face kemudian menolak kalau diajak makan oleh teman-temannya. Ada jutaan alasan! Ada yang bilang puasa Daud (Subhanallah… keren kan), ada yang bilang masih kenyang padahal temen-temennya gak liat dia makan seharian, ada yang bilang ada janji setiap diajak makan, dan sebagainya…. dan sebagainya… dan sebagainya…

Jika kalian membaca ini sambil asik browsing internet…
Jika kalian mahasiswa atau mantan mahasiswa yang bahagia, damai, sentosa…
Jika kalian suka tiba-tiba jutek ke teman kalian dan bilang “Ihhhh…lo kok kayak orang miskin banget sih”
THINK AGAIN! Jangan-jangan lingkungan sekitar kalian tidak “seindah” yang kalian lihat… oh ya! mungkin saja.

Dunia kemudian seakan-akan semakin kejam dan ketika kasus seperti ini semua saling menyalahkan, loh memang yang salah siapa? Semuanya salah lagi…. gw aja? lu aja? oh gak… kita bareng-bareng hahahahhaa… selamat ya. Sip deh nanti pas lapor ke Allah kita bareng-bareng aja #salahfokus.

Kalau dari sudut pandang saya, saya manusia yang super cuek… parahnya lagi saya tidak terlalu mau dipanggil wanita baik hati, saya lebih suka dikira wanita yang rada dingin dan jahat hahahahahahha. Kan keren dan cool-cool gimana gitu kayak di film-film [emooooon -.- zzz banget]. Jujur saja ketika saya kuliah saya tidak tahu keseluruhan kondisi sosial ekonomi teman-teman saya.

Setiap orang terlihat baik-baik saja dan seperti manusia manapun di muka bumi ini mereka sedang bermain di ruang dan waktu mereka masing-masing. Oh well, kita semua punya kebahagiaan dan masalah kita masing-masing. Sebagai manusia kuper yang kebetulan pernah ambil mata kuliah psikologi sosial (sebenarnya waktu itu cap cip cup sih milihnya hahahaha) saya hanya bisa menebak-nebak kondisi sosial ekonomi mereka masing-masing dari penampilan dan gerak-gerik mereka. Saya tahu jika ada teman saya yang bermasalah ketika ada dari mereka yang bercerita pada saya. Oh maafkan saya dengan segala kecuekan saya, tapi alibi saya kuat…. saya bukan mahasiswa yang belajar metafisika, ilmu membaca pikiran, apalagi ilmu kebatinan…sungguh. Ketika tahu juga gak bisa bantu banyak sih errrr… bener kan wanita berdarah dingin banget, but I try my best. Saya tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu, tapi apalah seonggok Marissa Malahayati, hanya rakyat jelata yang kemampuannya terbatas. Rasanya ingin melakukan hal yang lebih baik tapi gak bisa. Mau ngadu ke dosen atau kemana gitu tapi pasti yang curhat ke saya amanahnya “Jangan bilang siapa-siapa ya” huwaaa kalau kau tau rasanya kayak gimana, mau nangis tau gak… sedih tapi gak bisa apa-apa. Loser banget deh gw. oh well, masa lalu. Tapii saya jadi berpikir, apa jangan-jangan saya terlalu cuek ya… terlalu masa bodoh dengan orang lain… ah segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik. Maka sensitivitas kita terhadap lingkungan sekitar mungkin harus diasah, jangan terlalu rendah tapi jangan terlalu lebay juga.

Tapi saya juga gak habis pikir kenapa sih manusia bahkan masih ada aja yang bilang “Udah jangan bilang siapa-siapa, jangan ngerepotin orang lain” dan saat dia ngomong itu dia udah di ujung tanduk? Kenapa???? Kenapa???? dan Kenapaaaa???? Jika mau terbuka sedikit aja… mungkin kasus mahasiswa yang sampai sakit parah bahkan sampai meninggal hanya karena masalah ekonomi bisa diminimalisir. Setidaknya dua kepala lebih baik daripada satu… setidaknya kalau ada apa-apa, masih ada orang yang ngeliat “Wah ini gak beres nih” lalu rela lari ke seluruh penjuru dunia buat cari pertolongan. Oh come on… ketika kalian sedih, ketika kalian butuh pertolongan, ketika kalian butuh manusia lain, jika sudah lapor pada Tuhan maka sampaikan juga kepada orang lain yang kalian percaya. Apalagi kalau masih mahasiswa kan, masih panjaaaaaaang jalannya. Jika kalian keseleo ketika lomba lari, kalian harus lapor ke medis dan minta tolong ke tukang urut sampai pulih kan? That’s life! Kita butuh bantuan orang lain.

Peran institusional juga kadang bikin miris juga. Kadang kita menemukan fakta bahwa yang dapat beasiswa itu orang yang sudah mampu. Yang tidak mampu malah gak dapet beasiswa karena nilai IPnya kurang memuaskan misalnya. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau yang kurang mampu wajar-wajar saja kalau ada yang IPnya rendah, mungkin dia kurang gizi… jangankan mikir buat kuliah yang ada perut krucuk-krucuk dan cacing di perut udah disko-disko minta makan. Kalau gak lapar mungkin mereka kerja sambilan terus capek, udah sayup-sayup sampai lah seluruh materi kuliah. Mungkin hal ini disadari oleh pemerintah sehingga ada beasiswa buat yang berprestasi dan yang tidak mampu. Naaaah alhamdulillah kan… eh sayangnya masih ada juga kasus beasiswa telat. Yang mampu sih mungkin cuman ngomel aja, tapi yang benar-benar tidak mampu bisa memperpanjang masa puasa. Bayangkan kalau sampai ada yang putus sekolah, ada yang sakit, bahkan sampai ada yang meninggal… yah orang-orang di institusi bersangkutan itung aja deh dosanya, kayaknya malaikat juga bisa rusak kalkulatornya buat ngitung tumpukan dosa itu saking banyaknya. Tapi ini kan masalah sistem juga, huuuufttttt…..gak gampang ngurus orang Indonesia yang muacem-muacem ini. Mari berdoa semoga segala sistem pembiayaan sekolah dan kuliah di Indonesia Raya ini bisa semakin baik dan baik dan baiiiiik.

Setiap kali saya pergi dari rumah untuk sekolah dari saya kecil sampai saya lulus kuliah, Mama saya pasti bilang “Hati-hati yaaaaa… sekolah yang bener dan pinter ya” dan sambil lalu saya bilang “Iya, Maaaa…. udah apal” Saya membayangkan mungkin orang tua di seluruh dunia punya harapan dan doa yang sama dengan Mama saya, ingin anak mereka baik-baik saja dan “semakin baik” setelah sekolah. Semoga doa dan harapan mereka bisa tercapai, dan setiap mereka buka pintu rumah mereka bisa ngeliat wajah anak mereka yang cerah ceria, ngeliat anak mereka yang sudah bisa membanggakan mereka.

Please…. don’t die before you make your parents happy.

When I miss him…completely….


Udah lama gak nulis blog ya… entahlah, banyak kerjaan, banyak yang terjadi, tapi sebenarnya sedikit media curhatnya. Wajar sih… itu hal ilmiah! Bila belajar mikroekonomi , saat kita semakin sibuk… semakin banyak hal yang kita pikirkan…kita kerjakan… maka waktu luang akan semakin terbatas. Kalau waktu luang sudah terbatas maka harga waktu luang itu akan semakin mahal, bila waktu luang itu semakin mahal maka segala hal yang mengikuti waktu luang itu (dalam hal ini segala hal yang memungkinkan untuk jadi “isi” si waktu luang) akan ikut menjadi mahal… ya! Jadi jangan aneh bila banyak orang yang mengeluhkan saat kesibukan semakin meningkat maka bicara dengan keluarga, teman, orang-orang sekitar, atau sekadar santai-santai biasa menjadi begitu “MAHAL” ! Willingness to pay kita untuk membayar itu semua jadi begitu tinggi! Tapi masalahnya bayaran apa yang pantas untuk mendapatkan itu….! Dari sudut pandang gw, satu2nya bayaran universal untuk itu semua adalah WAKTU! Aih…. Makin ke sini gw paham mengapa waktu adalah uang

Di saat krisis teman untuk diajak ngobrol… karena makin kesini jadi males deh ngeganggu orang. Semakin ke sini jadi paham sekali permasalahan setiap orang dan semakin sungkan untuk gangguin…! Kalau sudah begini rasanya kangen banget sama Ayah, karena cuman beliau orang yang bisa menjadi problem solver saat gw stuck tanpa gw perlu bicara macem-macem. Beliau tidak pernah mendikte apa yang harus gw lakukan, Beliau cuman selalu memberikan plus minus dari setiap pilihan yang mau gw ambil! Beliau juga nggak pernah marah… dan ini keren banget! Seingat gw, ayah gw cuman pernah marahin gw dua kali seumur hidupnya : 1.) saat gw nggak menyahut panggilan dari Mama gw, 2.) saat gw kabur dari mushala pas shalat tarawih dan gw bohong terus bilang shalat :p apesnya pas ditanya apa inti ceramah, toeeeng  gw about:blank banget dan abislah gw diomelin pake hadits dan ayat Quran, di luar itu kayaknya Beliau cuman bilang “Ya! Asal kamu siap apa yang bakal terjadi aja… “ grrrrrr….

Kalau perlakuan Ayah gw ke gw itu diasumsikan seperti pandangan politik, maka Ayah gw adalah seorang yang sosial demokratis…. Sosialis karena benar-benar menjalankan kontrolnya sebagai orang tua: nanya gw kemana, sama siapa, ngapain, pokoknya 5W 1H deh. Tapi juga seorang yang demokratis karena gw diberi kebebasan untuk berkehendak semau gw asal nggak lepas dari aturan main norma yang ada, bahkan walau ayah gw masuk dalam kategori “Ikhwan” menurut gw, ayah gw memperbolehkan gw pacaran loh sebenernya…. TAPI…. Gw inget banget kata-kata Beliau:

Ayah: Ayah bahkan nggak apa kalau kamu pacaran

Me: Haaaaah…?  Yang bener? Tapi masih lamaaaaaaaa banget, Yah… belum ada laki-laki beruntung yang bisa membuat anak ayah jatuh cinta ha10000000x <– PD banget

Ayah: Okey! Tapi bila nanti ada yang bilang serius sama anak ayah… syarat pertama sih dia manusia, bernyawa, dan laki-laki  *ya iyalah! Emangnya anak perempuannya ini cacing planaria?* dan sebelum dia ngegombal… lalala… beralibi ria… maka tanyakan pada dia tentang “Apa definisi suka, sayang, dan cinta menurut dia” dan beri waktu ia berpikir untuk menjawab dimana tepatnya perasaan ia kepada Tuhannya, keluarganya, dan pada kamu…di kategori suka? Sayang? Atau cinta? Setidaknya dari awal dia harus jadi orang yang bijak memikirkan tindakannya, dia harus seimbangkan habluminallah dan habluminannas loh. Tapi kamu tanya baik-baik ya… jangan bawa golok :p

Me: ????? *pusing….garuk-garuk…cabut ketombe….*

Hingga beberapa waktu lamanya, gw berpikir kalau semua cowok gw kasih pertanyaan kayak gitu, gw bakal jadi perawan tua deh…. Gila! Susah banget tuh pertanyaannya dan GW NGGAK TAU JAWABANNYA karena Ayah gw keburu meninggalkan dunia ini sebelum gw tanya jawabannya. Lagipula gw kan ngiranya yang bakal seleksi fit and proper test calon suami itu ayah gw…. Kecewa banget deh. Tapi itu tetap akan menjadikan itu pertanyaan utama buat calon suami gw nanti ah, karena gw punya jawaban versi sendiri… hahahahahahahaha! Tinggal nanti liat aja jawabannya lebih mutu apa malahan sampah dibandingin jawaban versi gw :p kalau bagus lulus audisi….kalo nggak…ha10000x try again later.

Bukan cuman di bidang yang remeh-remeh aja! Ayah selalu bisa memberikan jawaban paling bijak saat gw menanyakan tentang bagaimana menghadapi orang lain sampai menyelesaikan PR yang ada hubungannya sama matematika *ahahahahahahaha, sayang anak perempuannya Beliau bodoh matematika dan galak kalau belum akrab sama orang aihhhh…mannernya!* Huwaaaa… hebat banget Mama gw bisa ngegaet cowok kayak gini :9 nanti gw minta resepnya ah *halah~*

Hmmm….udah lama banget nggak ada ayah… rupanya lama-lama kangen ya 🙂

Ayah orang yang paling semangat mau liat gw lulus kuliah (termasuk juga kakek gw sih… ) malah nggak bisa liat gw pas lulus nanti…
Ayah nggak liat adik gw jago banget bela diri, tinggi, sok cool, tengil, dsb…dsb…
Ayah nggak bisa liat istri dan anak-anaknya makin maniak sama kucing
Ayah juga nggak liat gw lagi berjuang mati-matian untuk nunjukkin gw bisa loh bikin bangga keluarga gw…
Ayah gw nanti nggak nikmatin gaji pertama gw kalau suatu hari gw kerja. Padahal gw pengen banget kalau gw kerja orang pertama yang happy adalah Mama dan Ayah gw…
Ayah gw tidak akan jadi wali gw bila gw menikah nanti…
Bila gw punya anak… Ia nggak akan liat satu orang kakek yang ilmiah dan baik banget…
Kalian tahu? Gw bahkan belum sempat memberikan apa-apa kepada Beliau sebelum Beliau pergi… dan itu sempat memukul gw habis-habisan tanpa seorang pun tahu dan sadari!

Kalau dirunut semuanya jadi sedih ya…
Tapi, ah sudahlah…  soalnya gw juga  punya Mama dan adik yang masuk kategori unik jadi selalu happy-happy aja ^0^v yang ada malah banyak yang mau merebut Mama gw nih karena jago masak hehehehehehe :p gw juga punya kucing yang baik-baik…. Cuman sedihnya yaaaaa karena kadang ada beberapa hal yang biasanya perlu tinjauan filosofis dan itu hanya ayah gw yang bisa pecahkan

Kalian tau… seharusnya cerita gw menjadi sebuah hal yang membuat kalian menyayangi betul orang tua kalian. Jangan sampai kalian sadar betapa berharganya mereka setelah mereka meninggalkan kalian, jaga baik-baik ya Mama dan Ayah kalian 🙂 salam dari gw yaaaa *sok akrab :p*