Pamit…
Pamit: /pa·mit/ v permisi akan pergi (berangkat, pulang); minta diri;
Saya bertanya-tanya mengapa definisi pamit pada KBBI salah satunya adalah “minta diri”
Bukankan diri kita adalah hak kita, untuk apa kita meminta diri kita sendiri? Eits…tidak… tidak seperti itu.
Saya pernah membaca bahwa mungkin setiap orang, berada di suatu tempat…di suatu waktu… karena mereka dipercaya Tuhan untuk menyelesaikan sesuatu di saat itu, di tempat itu, tentu dengan orang-orang yang ada pada waktu dan tempat tersebut. Jika tugas sudah diselesaikan, maka mereka akan dipercaya Tuhan untuk meloncat ke ruang dan waktu yang lain, bertemu orang-orang yang berbeda pula… begitu seterusnya…. seterusnya… seterusnya… hingga seluruh tugas selesai maka Tuhan akan memanggil mereka satu per satu.
Ada dua implikasi jika hal tersebut [mungkin] benar. 1. Seseorang tidak akan pernah melompat, mengambil level yang lebih lanjut dalam stage kehidupannya jika dia belum menyelesaikan stage sebelumnya. Maka terima saja terjebak di ruang dan waktu tersebut. 2. Jika tugas di suatu ruang dan waktu sudah selesai, maka bersiaplah jika harus dipercaya untuk mencicipi ruang dan waktu yang lain dan bertemu orang-orang baru.
24 tahun saya hidup… saya sudah terikat dengan orang-orang yang begitu berarti untuk saya. Mama… adik saya… keluarga saya… guru-guru saya…. teman-teman saya… semuanya. Kalian tahu? selama 24 tahun saya belajar untuk bangkit berkali-kali ketika jatuh, saya belajar untuk tidak terlalu cengeng menjalani sesuatu, saya menyaksikan betapa banyak orang demi seorang Marissa Malahayati sudah melakukan dan mengorbankan banyak hal.
Saya melihat Mama saya sejak Beliau masih sehat, hingga kini jalannya yang sedikit pincang karena pernah terkena stroke. Rambutnya yang tebal semakin banyak yang rontok dan sedikit demi sedikit mulai menjadi abu dan putih.
Saya melihat adik saya, sejak dia masih bayi… saya bermain bersama dia, belajar beberapa hal bersama, ngomel-ngomel ketika dengan puppy eyes dia meminta saya mengerjakan tugas keseniannya [dan tetap saya kerjakan juga], hingga kini dia sudah kelas 2 SMA… sedikit lagi mengecap bangku kuliah… sebentar lagi menghadapi dunia yang saya hadapi saat ini.
Saya mengenal ayah saya… mendengar cerita-cerita Beliau… dimarahi habis-habisan karena salah tajwid ketika membaca Al-Quran, hingga Beliau akhirnya meninggalkan saya dan saya yang sekarang hanya berusaha mengingat-ngingat apa yang pernah Beliau katakan, membaca ulang buku-buku koleksinya, dan berjuang menjadi anak perempuan baik yang selama ini Beliau idamkan
Selama 24 tahun saya hidup, saya melihat segala sesuatu banyak yang berubah.
Saya sendiri berjuang untuk mengubah diri saya menjadi lebih baik, membuat orang-orang bisa menjadi bangga pada saya yang sepertinya tidak melakukan hal luar biasa yang begitu signifikan untuk mereka. Saya berjuang… kadang menangis… tapi setiap saya menyadari bahwa orang lain mungkin telah berjuang lebih keras untuk saya, rasanya terlalu tidak sopan untuk menyerah terlalu dini.
Hingga akhirnya Allah merestui saya untuk meloncat ke ruang dan waktu lain bertemu orang-orang baru, saya diizinkan untuk melanjutkan studi saya ke JEPANG.
Sesungguhnya, saya sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk setiap orang yang berarti yang akan saya tinggalkan sementara di tanah air, akan tetapi saya tidak tahu apakah segala usaha tersebut juga dirasa baik untuk mereka. Maka izinkan saya, melalui tulisan ini “minta diri” untuk melakukan perjalanan jauh kali ini. Genapkan kesempatan yang diberikan Allah ini dengan doa dan izin dari kalian semua.
Marissa akan tetap menjadi orang yang sama.
Masih menjadi pecinta kucing, masih akan senang menggambar, masih akan menjajal rasa penasarannya terhadap fotografi, masih malas untuk membuka selimut dan bangkit dari kasur setiap kali bangun tidur, masih tidak suka melihat anak-anak kecil yang memberi jasa ojek payung harus kehujanan karena meminjamkan payungnya untuk orang lain, masih suka lagu-lagu jadul, masih suka bicara sendiri dengan boneka, masih suka memeluk Mama setiap kali ingin dimasakan sesuatu, masih suka jadi Ms. complain, dsb… dsb… dsb…
Yang seharusnya berubah adalah kedewasaannya, kemandiriannya, dan pola pikirnya.
Sekali lagi, terima kasih untuk kalian semua, dan sekali lagi pula… izinkan saya berpamitan dengan kepala tegak kepada kalian semua.
Biarkan perjalanan ini membuat saya bisa menghargai sesuatu lebih baik dari sebelumnya,
biarkan pelajaran yang saya peroleh menjadikan saya seseorang yang memiliki gagasan dan pemikiran yang lebih lugas dan cerdasbiarkan semua hal yang akan saya hadapi nanti membuat saya tertawa dan meringis dan kemudian menjadi saya menjadi seseorang yang lebih kuat dalam menghadapi segala hal.
Rasanya tidak tahu terima kasih sekali jika perjalanan ini saya sia-siakan.
ketika saya pulang nanti, ketika tiba waktu kalian menggerinyitkan dahi dan berpikir beberapa menit “Ini siapa ya? perasaan kenal” lalu mengingat saya sepersekian menit berikutnya “Oiyaaaa…. inget….inget!”, saya harap ketika hari itu tiba saya memang menjadi seseorang yang pantas untuk kalian ingat dan kalian kenal…
Sebagai satu partikel kecil diantara jutaan bahkan milyaran partikel-partikel lainnya di planet ini yang setiap saat berdoa dan memuji Sang Pencipta, saya tentu harus tahu diri bahwa jika tidak melakukan apa-apa maka saya hanya sekadar membuat sesak planet ini dan huuuftttt… apa yang bisa saya banggakan pada Allah nanti. Maka dengan ini, dengan rasa terima kasih yang teramat sangat, saya berjanji untuk melaksanakan tugas-tugas saya dengan sebaik-baiknya. Terima kasih Ya Allah…
dan untuk semuanya yang saya kenal… saya mohon doa kalian semua dan tentu saya mohon pamit beberapa waktu dari tanah air tercinta ini. Sekali lagi, terima kasih.