Dari dua planet: Sebuah kisah
Dan ini adalah sebuah kisah yang bisa ditemukan di planet apapun
(P.S: Seluruh kemiripan tokoh dan latar, dsb, hanya kebetulan belaka. Don’t think too much about it 😉 )
Di antariksa ini jumlah planet tidak dapat terhitung banyaknya. Tanpa banyak manusia bumi ketahui, masih di galaksi bimasakti, terdapat dua planet lain yang berpenghuni. Planet tanpa nama, namun alien-alien di planet tersebut menyebut planet mereka planet alpha dan planet beta. Planet alpha dan beta adalah planet yang dulunya bersahabat, akan tetapi sama halnya dengan yang terjadi di planet bumi persahabat selalu bisa pecah hanya karena perbedaan pendapat. Melalui sebuah sejarah panjang hubungan planet alpha dan beta tidak seharmonis dulu. Bagi alien planet alpha, merekalah yang benar! Alien planet beta dianggap sebagai alien kelas 2, dan keberadaannya merupakan ancaman bagi stabilitas kehidupan di planet alpha. Bagi alien planet beta, pemikiran alien planet alpha sangat kolot dan mereka tidak memperoleh perlakuan yang adil.
Padahal, secara fisik tidak ada yang berbeda secara nyata antara makhluk planet alpha dan planet beta. Ada beberapa perbedaan minor, misalnya: rambut alien planet beta akan berubah menjadi keabu-abuan ketika terkena pancara matahari, seluruh alien di planet beta adalah KIDAL! (dan ini masalah besar bagi alien planet a, karena kidal dianggap jorok dan kotor bagi alien planet alpha), seluruh alien beta juga tidak memakan salmonella! Makanan khas bagi alien planet alpha!
=========================
Ardella, seorang gadis alien dari planet alpha. Planet alpha adalah sebuah planet yang luas, namun ardella tidak pernah melintasi planet alpha dari ujung ke ujung. Dia mencintai tempatnya saat ini, dengan bunga yang mekar sepanjang tahun, hujan yang turun teratur dan rintiknya membentuk ritmenya sendiri, pohon-pohon yang hijau, makanan yang enak. Ardella adalah seorang yang ceria, namun tidak banyak bicara pada orang yang baru dikenalnya. Ardella wanita yang baik, namun cepat bosan, tidak suka perdebatan, basa-basi, dan yang paling parah…. dia tidak suka tersenyum.
Ardella mencintai ilmu pengetahuan, dia selalu membaca seluruh buku dari planet alpha bahkan dari planet bumi sekalipun. Ia mencintai buku, hingga dia jarang berbicara bahkan dengan alien lain seusianya. Hingga akhirnya dia bertemu dengan alien lain bernama Aslan!
“Hai, Della… mmm, pinjam buku Polaris dong” ujar Aslan suatu hari.
“Hah? Mendadak banget. Kamu bisa pinjam di perpustakaan. Rak kedua dari pojok kiri”
“Sudah di cek, habis dipinjam”
“kamu kan punya, lusa ujian loh.”
“Justru itu, kalau gak butuh gak akan pinjam. Buku saya hilang”
“Ya ampuuuun ceroboh banget”
“Iya, iya, please”
“Ya udah, besok datang ke sini ya. Pagi!”
Mereka pun bertemu di suatu pagi, Della memberikan sebuah buku kepada Aslan. “Hah? Apa ini… saya kan hanya minta kopiannya.” Kata Aslan kaget.
“Saya punya dua, ini cetakan yang lebih lama. Tapi isinya hampir semua sama kok. Ambil dan jaga baik-baik.” Kata Della sambil kemudian pamit.
“Della! Saya traktir makan ya”
Ardella bukan alien yang punya banyak uang, dan dia sudah lama tidak makan enak jadi “Okay! Ayo!”
Di sebuah cafe.
“Eh, salmonella di resto ini enak banget loh! Harus dicoba” Ujar Della bersemangat.
Muka Aslan sedikit berubah “Kamu makan salmonella?”
“Yaiyalah! Itu makanan wajib seluruh alien planet ini. Ya ampun, kenyel-kenyel, gurih, enak, nyam!”
“Saya tidak makan salmonella.”
“Hah? Yang bener? Seumur hidup?”
“Iya”
“Kamu harus coba!Kamu alergi ya?”
“Pokoknya tidak boleh”
“Okay, tapi beneran deh kamu melewatkan makanan paling enak seantero planet ini”
Setelah menu datang, semua pun menyantap makanan mereka masing -masing. Della kemudian menyadari sesuatu, Aslan makan dengan menggunakan tangan kiri. Ya! Aslan rupanya seorang kidal. Della tidak suka perdebatan, maka dia mencoba berpikir mungkin Aslan berasa dari suatu tempat di planet a dimana kidal bukanlah suatu masalah besar. Tapi tetap saja itu terasa aneh bagi Della. Tapi dia tidak mau mempertanyakannya apalagi memperdebatkan itu semua.
“Kamu kenapa liat saya begitu” Aslan menyadari jika Della melihatnya seperti seorang detektif yang sedang melihat tersangka.
“Gak, gak ada apa-apa” Jawab Della, “Eh… asal kamu dari mana sih?”
“Calico. Paling utara Planet Alpha”
“Oh, jauh sekali ya. Orang Calico seperti kamu semua”
“hahahahhaa… loh kok tanya begitu sih?”
“Gak apa, soalnya kamu unik”
“Hahaha terima kasih”
Mereka pun pulang. Della, entah kenapa tidak bisa berhenti menatap Aslan. Kali ini dia menyadari sesuatu lagi, rambut Aslan berubah sedikit keabu-abuan ketika terkena cahaya matahari. Tidak begitu nyata terlihat, tapi ya! Della yakin rambut Aslan berubah menjadi abu tua.
“Terima kasih ya, akhirnya makan enak hari ini” kata Della.
“Belum bisa membayar bukunya”
“Itu buku tua, lagipula mungkin kamu butuh. Dijaga ya, jangan hilang. Ngomong-ngomong, mmm.. rambut kamu bagus”
“Oya? Hahahaha kenapa?”
“Kayak berkilau-kilau gitu deh.”
“Hahahhaa, komentar kamu tuh lucu-lucu deh. Kamu juga rupanya kamu bisa senyum juga ya”
“Hahahhaa… oya. Cuman pas ketemu kamu aja sih. Terlalu aneh sebagai alien Planet Alpha. Ah saya juga aneh sih sebagai alien planet ini”
“Siapa bilang, kamu salah satu alien paling baik di planet ini. Hanya saja kamu jarang ngomong. Orang jadi harus sedikit repot menerka-nerka jalan pikiran kamu. Tapi, kalau sudah tahu, saya pikir kamu benar-benar baik”
Della tersenyum “Aslan, ini pertama kalinya dalam hidup, seseorang bilang saya alien yang tidak aneh. Terima kasih”
“Sama-sama. Kamu juga orang pertama yang bilang saya alien yang unik dan lucu”
Keduanya lalu tertawa bersama.
=========================
Planet Alpha adalah planet yang indah, namun bukan berarti semuanya aman. Konflik antara Planet Alpha dan Planet Beta kembali memanas. Berita di seluruh penjuru Planet Alpha menekankan betapa bahayanya berinteraksi dengan alien Planet Beta. Seluruh berita yang ada membuat Della penasaran apa yang terjadi dengan Planet Beta, ia membaca segalanya, termasuk seluruh kebiasaan-kebiasaan alien Planet Beta. Della menyadari, dia mengenal kebiasaan-kebiasaan itu.
Sekumpulan alien Alpha seperti biasa berkumpul di kantin saat jam istirahat.
“Eh kalian tau Aslan gak sih? Ini jangan-jangan loh, jangan-jangan, dia alien Planet Beta”
“Iya, dia kan makan pakai tangan kiri iya gak sih? Eh Della, sesekali berpendapat dong” kata salah seorang teman Della.
“Mmm… iya. Tapi katanya dia dari paling utara planet ini. Dan itu jauh banget kan. Mungkin orang sana memang kidal. Tapi apapun itu dia baik banget, dan itu lebih dari cukup” Komentar Della
“Hayoooo…. mulai naksir Aslan ya”
“Uhuuuk… uhuk” Della sedikit tersedak “Ya gak lah, gak begitu. Tapi dia memang baik kan”
“Ini sejarah, akhirnya seorang Della gak cuman menilai buku, tapi juga alien lain”
“Eh tapi hati-hati loh, kalau dia bener dari Planet Beta kamu harus jaga jarak”
“Ih, apa banget deh. Jangan ganggu orang yang jatuh cinta. Ya gak, Dell”
“Ih… apa sih. Gak tau hahhahaa… udah ah. Gosip itu semua”
Della tersenyum, ini terlalu aneh dan bodoh kalau sampai dia jatuh cinta dengan Aslan. Dia berpikir mungkin ini bukan jatuh cinta, ini hanya sebuah rasa penasaran karena di mata Della ada banyak hal yang belum terungkap dari seorang Aslan.
Namun semesta ini punya aturan main tersendiri, semakin kita mencari tahu dan memperhatikan seseorang, semakin sulit melupakan orang itu, dan itu mungkin awal dari sebuah fenomena bernama jatuh cinta.
=================
Aslan dan Della entah mengapa semakin dekat. Della mempercayakan rahasia-rahasianya pada Aslan, begitu pula Aslan mempercayakan segala pembicaraan tentang mimpi-mimpinya kepada Della. Mereka menjadi teman berdiskusi, berbagi mimpi, dan berbagi rahasia. Di mata Della, Aslan menjadi alien yang berbeda di depannya, suaranya…tatapan matanya… raut mukanya… menjadi lebih lembut namun tetap tegas ketika dia mengutarakan impian-impiannya. Aslan pendengar yang baik, dan banyak hal hebat yang tersembunyi di balik seorang Aslan.
“Aslan, nama kamu itu artinya apa sih? Sepertinya itu bukan nama yang lazim di planet ini”
“Oya? Masa sih?”
“Iya. Tapi bagus sih. Jadi tidak pasaran”
“Hahahhaa…”
“Saya penasaran deh, Calico itu tempat seperti apa? Orang-orang di sini sampai ada yang ngira kalau kamu dari Planet Beta loh saking uniknya”
“Apa yang mereka bilang?” Kini suara Aslan terdengar begitu serius.
“Ya unik aja… “
“Apa yang mereka bilang?” Tegas Aslan sekali lagi.
Della terdiam. “Kamu marah?”
“Tidak. Tapi penasaran”
“Ya kamu tidak makan salmonella, kidal, dan itu cukup aneh kan di planet ini”
“Menurut kamu?”
“Iya sih, saya baca, itu kebiasaan alien Planet Beta”
Lalu beberapa menit kemudian semuanya terdiam, tidak ada suara sama sekali
“Bagaimana jika saya memang benar dari Planet Beta?” Tanya Aslan “Apa kamu akan berubah dalam menilai saya?”
Della terdiam, mereka hanya saling menatap.
“Aslan… sebagaimana kamu menerima saya apa adanya, maka hal yang sama akan saya lakukan pada kamu. Kamu alien yang baik, baik sekali… sedikit berbeda bukan masalah. Kita toh alien dari galaksi yang sama”
“Saya berasal dari Planet Beta, Della.”
Kini semuanya benar-benar terdiam.
“Kenapa kamu datang ke Planet Alpha? Ini terlalu bahaya, saya tidak bisa melihat orang sebaik kamu… diperlakukan dengan tidak baik jika orang-orang tahu kamu….argggh… kenapa kamu gila?”
“Karena saya merasa tidak ada yang benar dengan perseteruan antara dua planet ini, Della. Saya ingin melihat Planet Alpha dengan mata kepala saya sendiri. Mempelajarinya.”
“Tapi kamu mengerti bahwa ini berisiko?”
“Ya! Tapi saya tidak akan pernah tahu jika tidak pernah datang ke sini. Della, kamu bisa lihat kan… saya aman di sini. Tidak ada yang menyakiti saya sedikitpun.”
“Aslan, kamu sangat baik… baik sekali”
“Kamu juga Della, baik sekali… terima kasih.”
“Aslan, mengapa ada alien yang saling membenci hanya karena mereka berbeda. Bukankah perbedaan ada agar kita saling mudah mengenal dan kemudian saling membantu”
“Saya tidak tahu, Della. Tapi pasti… kelak, impian kita melihat setiap alien saling menjaga satu sama lain dan saling menghargai satu sama lain akan terwujud”
“Aslan, bagaimana jika planet kita sudah terlalu tua untuk memanggul impian-impian kita?”
Aslan tersenyum, “Tuhan tidak pernah membebankan kita dengan hal yang tidak bisa kita lakukan”
=========================
Aslan pulang ke Planet Beta beberapa minggu kemudian, tidak ada yang tahu bahwa dia kembali ke Planet Beta. Sesekali Della melihat Planet Beta yang di langit. Di Planet Beta, Aslan melakukan hal yang serupa. Begitu terus… bersama dengan matahari yang terbit dan tenggelam setiap hari.