Sepenggal kecemasan: Festival Buku dan Rendahnya Minat Baca Masyarakat


Oh hai! Saya kembali, tadinya mau bergunjing banyak mengenai sabab musabab hilangnya tulisan di blog ini selama nyaris 2 tahun! Serta kepulangan saya kembali ke tanah air. Tapi nanti saja… ada hal yang lebih krusial, dan itu adalah tentang: Buku!

Langsung saja, jadi kemarin saya mengunjungi IIBF, atau Indonesia International Book Fair. Terakhir kali saya ke book fair di Indonesia hmmm… sepertinya 10 tahun lalu, sebelum saya berangkat ke Jepang. Seingat saya, book fair itu begitu menyenangkan. Walau banyak buku tua, tapi menyambangi book fair tetaplah sebuah oase. Saya ingat, terakhir kali saya ke book fair adalah setelah saya selesai tes TOEFL untuk syarat beasiswa. Mendung, hujan, dan ketika tes…performa busuk. Maka munculah ide jalan dulu ke book fair untuk menghibur hati yang gundah.

Kala itu, kegundahan terobati. Kala itu loh ya.

Saat ini, 10 tahun kemudian.

Takdir membawa saya berkantor tidak jauh dari kawasan Gelora Bung Karno dan hanya butuh 15 menit berjalan untuk sampai ke JCC, tempat book fair biasanya diadakan. Ekspektasi saya sungguh tinggi, “Setelah 10 tahun, pasti kualitas buku makin ketje cetar membahana dong.”
Melawan polusi, radikal bebas, terik matahari, serta beban ekonomi kelas menengah, dengan gagah berani, saya melangkah ke JCC.

Dalam hati, tekad sudah membuncah “Buku! Tunggu aku… aku akan hamburkan hartaku yang tidak seberapa itu untukmu.”

Terlihatlah banner

IMG_1422

“Hmmm…kok kurang meyakinkan ya ?” ujar saya dalam hati. Tapi abaikan saja, karena memang selain bibir, hati dan pikiran saya memang kejam. Oke… positif, tetap berapi-api, Mon! Tetap berapi-api.

Masuk…
Keliling 2 rit…
Balik lagi…
Berputar… berputar…
dan

ZONK!

Oke! Ini murni memang Emon kejam. I am being mean here! Tapi kalau kalian tanya saya, “Worth gak sih ke international book fair?” Jawaban saya singkat, jelas, padat : Gak.
Goler-goler aja deh di rumah, panas… dan inget, Jabodetabek lagi banyak hujan angin tiap sore. Boboks udah paling benar. Jadikan istirahat sebagai salah satu agenda penting dalam hidup Anda.

Walau kejam, tapi saya punya argumentasi. Hal pertama adalah: SEPI! KOSHONG SODARA-SODARA!

IMG_1424

Ok! Kalian bisa menangkis argumentasi saya “Lah Mon, lo dateng hari kerja, siang-siang, maaph-maaph nih, Mon… ya cuman lo aja.”
Dan saya menerima argumentasi itu. Baiklah, kalian benar… Anda benar netijen!
Yang banyak datang adalah anak SMA, yang sepertinya berkunjung atas inisiasi dan undangan penerbit erlangga. Di booth mereka, mereka ada beberapa workshop untuk anak-anak sekolah dan cukup seru. Ada juga seminar mengenai hak cipta kepenulisan dan penerbitan, yang menurut saya sih pasti penting untuk para penulis. Itupun masih bisa dikritisi lagi oleh tante Emon yang hobi berceloteh ini, ruangan seminarnya seuprit banget di pojokan.

Tapi ya sudahlah… itu masih bisa ditolerir. Tapi yang ini, kalian pasti gak bisa mengelak.
Acara ini garing, kriuk-kriuk, karena minimnya variasi pada buku yang tersedia.
Setidaknya, buat saya, tidak banyak buku yang menarik di event yang dengan jelas menuliskan “International” pada judul acaranya.
Yang paling fatal, saya tidak merasakan kesan “internasional” pada acara ini.

Oke, ada perpustakaan Cina, perusahaan percetakan korea, dan dua perusahaan dari Timur Tengah yang jujur aja saya gak paham mereka tuh perusahaan apa karena semua judul di boothnya pake bahasa Arab. Tapi so what ???? Mereka tidak menjual buku, buku yang mereka pajang juga… ya permisi… saya gak bisa baca.

Jadi, ini event, internasionalnya itu sebelah mana ??? bukan karena ada booth pake bahasa wallahu’alam terus acara itu dikategorikan internasional. Saya berekspektasi ada sebuah booth toko buku yang menyajikan buku terbitan dari berbagai negara, dan please pake bahasa inggris.

Mungkin ada ya, entah di booth mana.

Tapi jiwa saya sudah geram dan kadung kecewa. Apalagi cuaca panas, lembab, dan saya lelah sekali karena dalam minggu ini dihajar rapat beruntun. Ekspektasi sudah besar, eh… koleksi buku sih, ini bukan mau sombong ya… sama perpustakaan mini saya di rumah juga lebih menarik perpustakaan di rumah saya sih.

Udahlah, bilang aja Indonesian Book Fair, gak usah sok-sok bilang “internasional”.

Kegeraman saya bertambah lagi karena saya tidak bisa menemukan buku-buku dengan topik yang saya suka: Sains populer.
Ini juga bukan jumawa, kalian yang kenal saya pasti tahu betapa saya ini penuh amarah dan julid. Jadi kalau baca buku fiksi, apalagi romance, chicklit, teenlit, sudah pasti baca 10 menit, ngomel-ngomel 10 hari. Hanya buku non-fiksi yang bisa membuat saya diam karena saya harus berpikir dan kadang bulak-balik bukunya dan bahkan ambil sticky notes buat catetan.
Busuknya lagi, saya pernah juga jadi ilustrator sewaktu masih muda belia dan saya punya skill yang amat terkutuk bernama : my visual long term memory is so excellent. Jadi, saya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang judge book from its cover. Saya sudah sampai pada taraf “Hah, ini kok illustrator covernya niru gambar luna dan artemis di covernya, yaaah… illustratornya aja gak kreatif, apalagi penulisnya.”

Gila gak!? Itu kan pribadi yang menyebalkan. Tapi memang saya semudah itu terdistraksi.
Tapi… jika kalian mau sedikit mengikuti sudut pandang dan perspektif saya, kalian coba… coba ke toko buku di Indonesia, sadar gak sih kalau untuk buku fiksi aja, tema dan bahkan desain covernya ya gitu-gitu aja.

Tidak bervariasi.

Teenlit, checklit, dkk-nya berkisar dari mas-mas, mbak-mbak, long distance, atau kantor beda, ketemuan. Kalo mau yang sedih, salah satu meninggoy.
non-fiksi, yaaaah paling temanya dua: membangun bisnis dan manajemen keuangan sama motivasi diri (yang menurut saya sih, no one can motivate yourself except your own self). Sisanya ? Kalo gak buku resep, ya tips lolos BUMN, CPNS, sama masuk PTN. Oh ya! Satu lagi yang cukup dominan. Buku agama.

Udah itu aja, jadi hidup itu zikir, lolos PTN, lolos BUMN/CPNS, terus menemukan cinta, dan meninggoy.

Terus manusia Indonesia tuh pada gak ada yang tertarik gitu dengan, apa kek, fisika kuantum, kimia pangan, fisiologi musang, camping di tepi niagara, pembangunan rumah di lempeng tektonik, membuat roket untuk pindah planet, apakah benar Isaac Newton pintar karena kepalanya kejedot apel. Banyak!

Kita, makhluk-makhluk FOMO ini, tahu tentang sesuatu. Apa ya, lari misalkan. Kita ikut event-event lari, beli aneka pernak pernik untuk lari, latihan menguatkan otot kaki.
Tapi kita tidak punya akses untuk mengetahui bagaimana sih lari ditinjau dari sisi matematika, fisika, biologi, kimia, sosial, psikologi, ekonomi.
Atau yah, mungkin kurang kali ya.
Hal-hal yang bagi kita yang hanya insan kepo yang gak ada niatan menjadi atlet atau peneliti untuk hal itu, sebenarnya bisa mengetahui hal tersebut dari buku. Iya gak sih? Masa’ gak ada yang sependapat sama saya sih ?

Banyak hal yang masih misterius di muka bumi ini. Dan dengan harga tiket pesawat yang keparat mahalnya, maka opsi yang lebih ramah kantong untuk mempelajari itu semua adalah dengan membaca buku.

Bukan mau meremehkan penulis atau penerbit di tanah air ya, tapi jika kita masuk ke toko buku di luar negeri, gak usah jauh-jauh deh, di Thailand aja atau di Singapura, kalian bisa lihat topik dan variasi buku yang mereka tawarkan lebih bervariasi.
Gak itu lagi, itu lagi.
Dan bentuknya juga bermacam-macam, dari full text, buku bergambar, hingga komik. Jangan lupa juga, untuk kalian yang belajar bahasa asing, sudah banyak penerbit di luar negeri yang menyediakan buku-buku novel berbahasa asing dengan judul bervariasi yang ketebalan dan pemilihan bahasanya disesuaikan dengan level kemampuan bahasa pembaca.


Dulu, sewaktu saya kuliah, salah satu sensei reviewer disertasi saya pernah berkata, “Good writer comes from good reader.” Pemilihan topik, diksi, hingga cara penyampaian dalam sebuah karya tulis hanya bisa dilakukan oleh orang yang, bukan hanya banyak membaca, namun juga bisa menyerap, mengolah, dan mengkombinasikan intisari dari berbagai sumber. Tulisan seperti itu yang kemudian menjadi tunas gagasan-gagasan baru.

Sensei saya yang paling baik hati di planet bumi mendidik saya untuk baca buku sampai kebawa mimpi. Dalam zemi (seminar) bulanan kami di lab, Beliau gak tanya langsung “Heh, gimana penelitian kalian yang busuk itu ?”, tapi selalu mengawali pertanyaan dengan “Bulan ini kalian baca buku apa ? Buku apa yang kalian rekomendasikan ke temen-temen kalian?” Boleh komik, novel, sampai buku serius. Rupanya hal itu menyenangkan… kita jadi bisa tahu karakter teman-teman kita dari buku yang mereka rekomendasikan. Kita juga jadi punya perspektif yang lebih luas mengenai apa aja sih hal yang terjadi di muka bumi ini. Kita kemudian jadi ingin terus mencari tahu.

Saya mencoba berhipotesis untuk fenomena rendahnya variasi buku bacaan di Indonesia ini. Ada banyak hipotesis, tapi mungkin salah satunya adalah karena ya memang minat baca masyarakat rendah. Penerbit maupun penulis agaknya enggan mengambil risiko untuk menerbitkan buku yang terlalu keluar dari “pakem” buku yang tengah laris di pasaran.
Kalau di pasaran yang laku tentang bisnis peternakan, yang semua penerbit akan menerbitkan tentang ternak, dari ternak domba sampai ternak magot (yakin deh beberapa dari kalian setelah ini akan browsing apa itu magot).
Kalau di pasaran lagi hits tema-tema tentang pelakor, ya semua cerita tentang pelakor, dari yang pelakornya di kawasan urban maupun rural.

Lalu, itu semua menjadi lingkaran setan, dengan terbitnya buku yang itu-itu saja, pembaca pun hanya terpapar hal yang itu-itu saja. Begitu terus, hingga hari ditiupnya sangkakala.

Sudahlah rakyatnya malas membaca, dengar-dengar… akan dapat wakil presiden yang juga gak suka baca.

Ya harus gimana ?

Jujur, saya marah dengan adanya fenomena ini!

Asal kalian tau ya. Dulu, waktu SD, saya sekolah di desa. Buku itu suliiiiiiiiiit sekali. SD saya saat itu harus menunggu limpahan buku dari dikbud dan itu harus menunggu berbulan-bulan. Ketika buku-buku itu datang, baca covernya aja nih, baca kata “Jakarta” aja udah membuka mata saya sebagai seorang bocah ingusan bahwa ada loooh tempat lain di muka bumi ini selain Leuwiliang, dan tempat itu namanya “Jakarta.”
Saya ingat, betapa kala itu, saya bertanya pada guru saya bagaimana bentuk Jakarta, apa itu ibu kota? mengapa ibu kota itu ramai?

Satu hal baru pada sebuah buku bisa menjadi jalan untuk ribuan pengetahuan baru.
Maka bagi saya, menjadi penting bagi buku-buku yang ada di Indonesia untuk menawarkan topik dan pilihan yang lebih beragam. Karena siapa tahu, hal-hal baru yang diberikan itu akan membuka jalan untuk pembaca, entah siapa dan kapan, pada jalan hidup dan pengalaman yang lebih menarik. Yang pasti, eksplorasi pengetahuan dari buku sejatinya menjadi langkah pertama seseorang untuk mengeksplorasi dunia.

Saya bahkan mencoba bertanya ke teman satu ruangan saya yang baik hati, Mbak Ikum… yang rupanya setelah 1 tahun kami seruangan, kami baru tahu satu sama lain bahwa kami adalah pemerhati toko buku! Jadi, kemanapun kami pergi di belahan dunia manapun, satu tempat yang wajib kami datangi adalah toko buku. Saya bertanya, “Mbak, kenapa sih minat baca masyarakat kita rendah ?”

Beliau menjawab setidaknya ada 3 faktor: 1.) Harga buku di Indonesia itu MAHAL (dan ini saya amini sih, ini beneran amin yang paling serius), 2.) Variasi buku di Indonesia itu kurang, yang tanpa masyarakat kita sadari, mungkin mereka juga jenuh karena yang itu lagi – itu lagi, kurang banyak kebaruan, dan formatnya yang itu-itu aja, gak kayak di Jepang yang bahkan buku itu ada yang bisa disakuin (see ? apa saya bilang!), 3.) Budaya dan lingkungan, pada dasarnya memang kultur Indonesia itu adalah kultur tutur bukan kultur literasi. Budaya kita sampai turun menurun kebanyakan dari perkataan, bukan dari catatan sejarah seperti pada di Eropa. Yang agak mending itu ya kawasan pantura jawa, mereka ada punya banyak catatan sejarah yang beneran ditulis, seperti misalnya babad tanah jawi hingga hal kayak serat centhini. Makanya, provinsi dengan minat baca tertinggi itu kalo gak salah di Yogyakarta.

Dan rupanya bener dong kata Mbak Ikum, emang harus sungkem ke Beliau

Untitled

Udah ah, kita tinggalkan Mbak Ikum (makasih ya, Mbak) takut kalian semua ngefans.

—-

Saya sudah puas ngomel-ngomelnya.
Apakah saya pulang dengan tangan kosong?
Oh tidak, untungnya ada booth kompas yang menawarkan buku-buku yang cukup menarik perhatian saya. Saya beli dua buku ini. Keduanya menawarkan hal-hal “baru” yang saya belum ketahui banyak.

IMG_1425

Goresan Malam; merupakan sebuah catatan apik dari wartawan kompas yang merangkum sejarah dan filosofi batik-batik yang ada di Indonesia. Sebuah buku yang menurut saya langka, dan akan menjadi sebuah “aset” untuk pecinta buku yang juga merupakan pecinta seni. Kita, sebagai orang Indonesia, seringkali tidak mengetahui banyak terkait budaya Indonesia, dan buku ini membawa kita pada kesadaran betapa kayanya budaya Indonesia bahkan jika ditilik hanya dari batik. Saya yang sudah menyambangi banyak toko buku, merasa buku ini akan menjadi koleksi menarik. Dan jika kalian ‘FOMO’, hey! Percayalah, setelah membaca buku ini kalian bisa memulai percakapan dengan “Eh, tau gak sih beda batik pesisiran Cirebon sama Madura ?”
Bagaimana, menambah level ketampanan/kecantikan Anda satu strip kan ?

Bioetika; jujur ini hal yang cukup baru sih, setidaknya untuk saya. Jika kalian dokter atau peneliti di bidang biologi dan kimia mungkin hal ini lebih familiar. Namun, oh tidak untuk saya. Saya selalu ingin tahu, perkara-perkara seperti suntik mati, donor sperma, donor organ, pembekuan sel telur, itu tuh boleh gak sih? Kita gak bicara hukum agama aja di sini, ini kan permasalahannya adalah kebutuhan untuk hal-hal itu ada, dan makin meningkat. Masa’ hal seperti itu harus dianggap tabu terus menerus, gak mungkin kan. Cepat atau lambat, kita akan sampai pada masa ketika hal-hal seperti ini akan menjadi hal yang cukup lumrah pada komunitas kita. Buku ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana dinamika bioetika tersebut di Indonesia. Namun sayang, penulisannya masih terlalu “ilmiah”, padahal akan lebih menarik jika dikemas dalam penulisan yang lebih populer dengan lebih banyak studi kasus.

Gimana, menarik kan? I told you. Dan saya menunggu lebih banyak buku dengan pembahasan yang bisa memberikan efek “Oh… gitu!” kepada saya dan kita semua.

Dan untungnya lagi, pulang masih ketemu nasi rawon. Lumayan lah, daripada gigit sandal.

IMG_1427

Ngomong-ngomong….Konon, kalau kita punya impian, harusnya sih gak boleh bilang-bilang ke orang lain. Tapi jiwa ini sudah terlalu geram.
Melihat hal ini semua, saya ingin kembali mendalami kemampuan bahasa asing saya, termasuk bahasa Perancis dan Jepang. I want to be a translator.
Bukan karena saya jumawa ya dengan kemampuan saya yang gitu-gitu aja. Tapi, ada beberapa bagian dari jiwa saya ingin memperkenalkan bacaan yang menarik dan menyenangkan dari berbagai belahan dunia. Saya ingin banyak orang memahami mengapa membaca sangat menyenangkan.

Saya mencintai buku dan membaca, jauh sebelum saya mencintai musik dan seni. Dan buku yang membawa saya jatuh cinta dengan banyak hal.

Semoga Tuhan mengizinkan ya. Maaf loh, Ya Allah kalau hamba mintanya macem-macem. Gak apa ya ? Pleasseeeeeee….

Oh bentar, sebelum pamit undur diri…Ini pesan saya untuk kalian book lover yang sekarang masih kuliah atau tinggal di LN : GOTONG BUKU KALIAN PULANG KE TANAH AIR!
Jangan hiraukan bea cukai, mereka tidak tahu kalau tumpukan buku kalian itu, belum tentu bisa kalian temukan di Indonesia.
Catat petuah saya ini dengan tinta emas, kalau perlu print, figura, gantung di tembok!!! Camkan itu!!!

seharusnya hashtag itu #KamiBernurani


Indonesia itu unik…
Negeri cantik yang punya masalah super kompleks
Dipenuhi banyak kisah penuh motivasi dan juga kisah misteri…
Sebagai orang yang “jauh”dari tanah air saat ini, saya merasa berita di Indonesia kok ya aneh-aneh semua.

Mulai dari kasus seorang wanita cantik yang tiba-tiba meninggal dunia setelah “ngopi” yang menurut saya yang cuman liat aja (dan udah menghabiskan puluhan tahun dengan novel detektif) terlalu gak masuk akal kalau itu bukan kasus pembunuhan… lalu tiba-tiba ada pegawai resto yang nyicip kopi petaka itu. Kalau saya jadi manajer resto saya akan amankan barang bukti, dan jika saya pegawai dibanding saya sibuk icip-icip mending saya heboh nelpon ambulance atau ambil segelas air putih. Useless sih tapi namanya juga usaha. Yaaaaah tau lah… pokoknya terlalu banyak yang misterius dalam satu frame cerita. Yang pasti jika itu benar kasus “pembunuhan”pelakunya sudah pasti orang pinter dan cerdas… bisa mengelabui kamera CCTV dsb! Woowww~~~plok plok plok plok….
lalu terusssssssss cerita yang aneh-aneh muncul, ada istri yang baru sadar suaminya juga “wanita”setelah menikah beberapa bulan…. which is “huh”? kok bisa gitu… entah lah ini obrolan dewasa hahahhaa. Terus kasus malpraktik…. hingga akhirnya muncul berita paling klimaks bulan ini: Ledakan dan Penembakan di Sarinah.
Lalu muncul hastag #kamitidaktakut
Bukan masalah hastag yang keren ini… namun cara Indonesia menunjukan ketidaktakutannya yang  menurut saya “What? Seriously?

Dari yang pada selfie

Ah cemen aja lo, Mon! Suka-suka orang aja lageeee….
Iya saya memang cemen… tapi waspada dan ceroboh itu dua hal yang berbeda.
Dan selfie! I love selfie, everybody loves selfie… namun sebuah hal yang bijaksana jika kita tahu tempat dan waktu kapan harus selfie. Lah Indonesia… ada taman bagus dikit, selfie… ada jembatan baru, selfie… ada kecelakaan, selfie… hingga ada teroris, selfie!!! Come on! nanti ketika malaikat pencabut nyawa mau dateng mampir juga selfie?
Berikan saya satu penjelasan paling ilmiah, paling akurat, paling bijaksana untuk menjelaskan fenomena ini.

lalu ramai juga di twitter dsb, pedagang sate dan pedagang asongan yang stay cool aja gitu…

Subhanallah banget sih…
Tapi, saya punya sudut pandang lain. Ketika kondisi kritis dan kematian tidak menakutkan seseorang, maka mungkin mereka selama ini dekat dengan kondisi tersebut. Guys, bagaimana jika yang sebenarnya di benak mereka adalah “I am poor, if I am not sell anything today… my family can’t eat anything today!” atau “WTH with terrorist, with my condition I will be die later or soon
Saya merasa bahwa ini malah sebuah capture bisu betapa indeks gini di kota Jakarta sangat besar… rakyat kecil sudah tidak takut mati demi sesuap nasi. Hal luar biasa, namun bukan hal yang harus dibanggakan terlalu berlebihan…namun sebuah bahan renungan untuk kita semua.

Dan alih-alih peduli ada berapa korban jiwa…
Trending topic di twitter lebih ke #polisiganteng :”D yang memang polsinya ganteng…

namun entah lah… jika tetangga saya rumahnya kebakaran, lalu datang pemadam kebakaran yang rupanya guanteng buanget, tetap ganjil rasanya jika saya kemudian malah heboh “Gyaaaa, pak pemadam kebakarannya guaaanteeeengggg”  jika menurut kalian itu biasa aja ya monggo, menurut saya… mmm gak.

Dalam bertindak, kita mengenal suatu hal bernama Etika.
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika adalah:

etika/eti·ka/ /étika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)

mari garis bawahi hak dan kewajiban moral. Semuanya hak kita, selfie, berpendapat, naksir cowok ganteng, main enggrang, minum kopi, guling guling, jugkir balik… semuanya! Namun apa kewajiban moral sudah terlaksana dengan baik? Itu loh yang seharusnya dipikirkan terlebih dahulu.

Mungkin saya bukan marissa yang dulu, mungkin kini saya marissa yang kolot, menyebalkan, susah diajak ngeguyon…
Namun melihat foto-foto yang bersebaran di social media, memang kata Joker “why so serious?” dan kita memang butuh guyon… namun lama kelamaan saya bertanya “Apakah nurani bangsa sudah membeku?”

Jika saya yang tergeletak di situ… dengan tertatih saya berharap ada yang menolong saya… jika harapan itu tidak ada, saya akan berdoa biarlah saya menjadi korban terakhir, saya akan berharap semoga semua orang bisa lari sejauh mungkin melarikan diri, menyelamatkan diri…. menyelamatkan nyawa yang berharga bagi dirinya dan keluarganya. Bukan blitz kamera, bukan tongkat tongsiss, bukan hashtag #Timsarganteng, bukan orang yang berseliweran di sekitar saya untuk menjajakan dagangan mereka, bukan orang-orang yang kemudian upload foto di instagram atau path “Di sini loh TKPnya, gilaaa tadi gw liat sendiri cewek berkerudung bercucuran darah”

Indonesia ini bukan panggung sandiwara…
Ini sebuah negeri dengan 200 juta lebih manusia yang punya nurani.

Untungnya dari sekian banyak berita seperti ini, ada juga berita yang cukup memberikan saya “harapan”, seorang mas tukang ojek suatu armada yang menyelamatkan seorang mbak-mbak

Mungkin masih banyak harapan berserakan di setiap sudut Jakarta, harapan mengenai manusia-manusia yang manusiawi, yang bernurani.

Dengan sejarah panjang sebagai negeri yang dilandasi gotong royong, saya mungkin akan lebih bahagia jika hashtag yang berseliweran itu adalah #kamibernurani

flower….flower everywhere….. ✿♥‿♥✿


Dear semua pengunjung emonikova yang baik hati dan setia…
terima kasih atas antusiasme yang luar biasa untuk posting sebelumnya. Tapi rasanya kita tidak boleh terlalu terlarut pada suasana sentimentil terus menerus. Jadi saya memutuskan harus sedikit menyegarkan pikiran kalian.

Emmm….mulai darimana ya? kenapa selalu susah sekali memulai suatu cerita. okay….jadi begini,tahukah kalian kalau saya sangat suka BUNGA! jadi apapun ceritanya saya suka semua hal berkaitan dengan bunga. Jadi walau muka agak-agak jutek tapi sebenarnya saya ini romantis loh *halah* Impian saya,kalau punya rumah sendiri nanti… selain punya ruang perpustakaan sendiri, halaman rumah saya harus banyak dipenuhi tanaman dan bunga~ huwaaaaaa bakal indah banget.

Naaaaah…. kerena kegilaan saya dengan bunga, makanya saya paling nggak bisa menahan diri kalau sudah melihat bunga, pasti bawaannya pengen foto-foto. Baru-baru ini saya baru saja berfoto dengan beraneka macam bunga,okaaaaay time to pamer-pamer hehehehehe

Image and video hosting by TinyPic

bagus kan? Hohohoho~ terima kasih pada my little pocket camera.
tebaaaaak itu dimana coba???
First of all…itu masih di dalam negeri ya tentunya, insya Allah nanti kalau Allah ngasih rezeki, saya bisa foto flower exibition yang lebih wah dan lebih cantik lagi di luar negeri tentunya.
Oiya, saya juga nggak punya waktu dan kesabaran yang luar biasa buat ke kota bunga dan sejenisnya yang macetnya suka gila-gilaan dan gak manusiawi.

Jadi dimana?

Di depan kantor saya! tepatnya di Lapangan Banteng, Jakarta.
Mulai tanggal 7 Juni sampai 7 Juli nanti *kalau nggak salah* ada festival Flora dan Fauna. Jadi Lapangan Banteng tiba-tiba berubah jadi cantik banget setelah ditata dengan bunga dan tanaman warna-warni. Kalau pintar cari spot foto yang oke berasa nggak di Jakarta. Jika kalian mau cari flora fauna yang oke, kalian juga bisa kesini. Sebagai info aja peserta eksibisi ini pemenang-pemenang lomba yang diadain sama majalah Flona, jadi gak ada flora atau fauna yang jelek.Kalau saya sih paling suka stand lidah buaya, disana ada yang jual taneman lidah buaya yang buat dimakan, kita bisa belajar bikin es lidah buaya gimana, dan mereka jual es lidah buaya… di Jakarta yang panasnya parah itu es lidah buaya itu berasa minuman dari surga jadi rasanya harus coba hehehe.

Naaaaah… lalu bagaimana supaya bisa mampir kesana?
Saya ngertinya kalau pakai kereta.

  1. Dengan CL Bogor-Jakarta Kota, kalian bisa turun di Stasiun Juanda… dari situ jalan kaki dikit bisa langsung nyampe dengan selamat sentosa di Lapangan Banteng.
  2. Dengan CL Bogor-Jakarta Kota, kalian juga bisa turun di Stasiun Gondangdia lalu pakai kopaja P20 minta turun di Hotel Borobudur nah udah tinggal menggelinding deh ke Lapangan Banteng. Enaknya kalau turun di Gondang adalah kalian gak capek jalan kaki.
  3. Dengan CL Bogor-Jatinegara, kalian bisa turun di Stasiun Senen. Terus lanjut naik ojeg atau naik angkot tapi saya lupa angkot berapa.
  4. Bisa juga naik Bus Agra Jurusan Bogor-Lebak Bulus, terus turun di Lebak Bulus terus lanjut naik kopaja P20. Cuman yaaaaa jauuuuuh, Bray. Capek di kopaja. Tapi kalau kalian pakai kopaja AC nggak terlalu capek sih.

Intinya sih gampang banget buat sampai ke Lapangan Banteng.

Oiya… dari situ juga kalian nanti praktis kalau mau lanjut ke Monas dan liat-liat PRJ *kalau jadi pindah ke Monas ya*
Oiya… ultah Jakarta ini juga ada banyak event, jadi ada beberapa museum yang free buat dikunjungin. Ada 10 museum kalau nggak salah…
Deket agustus, dengar-dengar Gedung Pancasila (Kantor Kementerian Luar Negeri) juga ada Open House. Waaaah… pokoknya sering-sering liat agenda aja deh… banyak acara-acara seru yang sayang kalau dilewatin.

Enjoy life, guys! Enjoy! ♪♪(o*゜∇゜)o~♪♪

a notes from my [new] office


Huwaaaaa it has been so long since my latest posting 😀
Maaf ya… hehehehe, sekarang saya sudah pindah kerja ke tempat baru dan karena sekarang bulak-balik Jakarta-Bogor errrrrrr pas pulang semua tulang mau remuk.

Well, supaya pada nggak penasaran saya sekarang kerja dimana, saya jelaskan di sini aja ya. Sekarang saya menjadi Staf Ahli Ekonomi Muda di Kemenko Perekonomian, tepatnya di kedeputian Kerjasama Ekonomi Internasional. Walau namanya keren, I’m still contract based ya disini, jadi saya belum jadi apa-apa…. so stop to say “Waaaa kereeeen~” dsb. Yeaaaah~ setelah kegagalan saya nggak lolos CPNS Kemlu rupanya saya diberi kesempatan sedikit mencicipi gimana sih rasanya kerjasama ekonomi internasional itu. Jujur sebenarnya saya sangat antusias setengah mati di sini. Akhirnya…. akhirnya saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri tanda tangan pak Hatta Rajasa dan tanda tangan Pak Marty Natalegawa! Lebay kan? hahahahaha… tinggal vis-a-vis ketemu bapak-bapak menterinya nih.

Baru satu bulan di sini udah mulai kerasa suka dukanya seperti apa. Mulai dari sukanya dulu deh…. I love my office, karena letaknya di Lapangan Banteng dan itu posisi yang cukup strategis daaaaaan~ pemandangannya yang oke punya…jadi bisa memuaskan hasrat saya buat foto-foto.
Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Tinggal foto-foto di sekitaran Pasar Baroe dan Jalan Antara nih… waaaah lovable view bgt, kayaknya kalau kalian ada yang rencana buat foto pre-wed boleh lah di situ~ paling yaaaa malu aja diliatin orang :p

Kemudian, mmmm… karena dari dulu impian saya belajar tentang integrasi ekonomi internasional dan segala macam policy-nya, waaaah di sini sebenarnya tempat yang tepat buat belajar, dan buat kalian mahasiswa yang ngerasa pinter banget ekonomi internasional…. please come, and you will feel nothing, here. Teori dan praktik itu bedaaaaaaaaa banget! Selain itu juga yaaaa… dapet gaji yang lumayan cukup disini. Standar PNS sih, hanya bedanya gak dapet tunjangan, well… there will be a time lah ya 🙂 curi ilmu dulu yang banyak di sini.

Oiya… satu lagi yang penting, disini kita bisa bebas cari beasiswa, bahkan kalau mau nyambi sekolah sambil kerja juga nggak apa asal kuat aja. Saya sendiri karena masih penasaran dengan beasiswa, jadi hingga hari ini pun masih sibuk apply sana sini dan belajar bahasa inggris. Wueeeets…. jangan tanya perjuangannya deh.

Sekarang dukanya….okey dukanya adalah:
1. CAPEK! beneran deh, sehabis pulang kerja itu kita capek! nggak ada tenaga lagi buat mikir. Jadi benar kata teman-teman saya yang udah kerja kalau udah sampai rumah itu yang mau lu lakukan adalah shalat terus tidur. Boro-boro deh mau mikir buat yang besoknya mau kuliah atau wawancara kerja di tempat lain atau tes lalalalala, haaaah masa bodoh! Makanya saran saya sih, kalau nanti mau sekolah… bulatkan tekad sekolah aja! Ya gak larang sih kalau mau sambil kerja, tapi energi itu terkuras kawan saat kalian di kantor, kalau topik kuliahnya ringan dan tesnya gampang sih mungkin happy2 aja ya, tapi kalau kalian bener2 mau serius untuk jadi expert yang punya kemampuan mumpuni ya mau nggak mau harus sekolah yang benar, serius, dan fokus… ikhlaskanlah pekerjaan kalian, atau minta izin belajar. Gak ada yang nggak butuh pengorbanan di muka bumi ini kawan! Kalau kalian bener-bener mau matang secara akademik, maka fokuskan perhatian, semangat, jiwa, dan raga untuk akademik. Tapi jika memang bakat kalian sebagai praktisi dan gak ada jiwa terjun ke dunia akademisi, mungkin belajar gila-gilaan juga udah kurang menantang lagi, so…. focus….focus…focus….!

2. KAGET! kalian gak tau kan gimana sih pengambilan keputusan yang dilakukan di tingkat atas pemerintahan kita… saya sudah melihatnya kawan! Wuuuuuiiiisssssh~ alot banget. Semua perundingan memakan waktu dan tenaga, belum lagi semua anggota forum yang mau angkat bicara menyampaikan opini dan kepentingan instansi masing-masing. Opini dari yang bermutu sampai yang sampah banget ada di meja rapat. Dari yang cerdas banget sampai yang gak jelas banget tersedia dengan lengkap. Ngebayangin nasib bangsa ada di meja-meja itu… dan jadi bahan perdebatan yang kusut, rasanya gemes banget! Saya berpikir… birokrat itu kalau adil pasti masuk surga tapi kalau nggak… pasti masuk neraka dengan cara ditendang-tendang. Kebayang gak sih oleh kalian nasib jutaan rakyat Indonesia ada di meja rapat-rapat dan perundingan itu! Gila kan? Gila memang… dan suliiiiiit sekali untuk mencapai kesepakatan. Ya memang public goods itu pareto optimum sih, pasti akan ada pihak yang dirugikan ketika suatu kebijakan publik diimplementasikan, but when you know the facts with your own eyes… rasanya~ nggak bisa dijelaskan deh.

Oiya, banyak juga anggapan bahwa PNS pada males. Eits… tunggu dulu, gak semuanya kok. Saya yang cuman staff kontrak aja rajin hehehehe bukan PNS berarti ya. Hmmm… itu sih tergantung orangnya ya. Memang sistem yang ada memungkinkan seorang PNS untuk melakukan moral hazard, bisa aja finger print pagi terus keluyuran kemanaaaa atau ngegabut di kantor terus finger print lagi sorenya taraaaaa~ di akhir bulan dapat gaji yang sama dengan yang kerja rajin. Well, tergantung orangnya sih. Kalau saya, masih terkait dengan kekagetan saya sebelumnya, saya nggak mau mendzhalimi bangsa Indonesia… gila aja, uang gw dari hasil kerja keras rakyat juga kali. Selain itu, saya tipe pemalas kelas kakap, jadi saya kerjakan semuanya dengan baik dan secepat mungkin supaya nanti my boss nggak usah mengganggu masa-masa santai saya yang indah dan tenteram… daaaaaan tidak ada yang boleh mengganggu jadwal pulang saya, sekian!

Kadang serem juga dimarahin sama bos… atau sering juga diperdaya sama yang senior2 buat ngerjain tugas mereka T^T tapi yaaa apa boleh dikata, semua ada prosesnya. Pasti ada sesuatu yang sedang Allah rencanakan, dan semua ini pasti menjadi mata rantai yang terkait satu dengan yang lainnya.

Tapi kemudian keinginan saya untuk sekolah lagi semakin besar,kenapa ya? mungkin karena saya gemas dengan meja-meja perundingan dan pertemuan yang hanya penuh dengan debat alot. Kalau masih level kroco-kroco sih nggak bisa berbuat apa-apa di tingkat policy making, hanya bisa menelan mentah2 hasil kesepakatan para birokrat atas. Gemes kan? Yaaaaa gemes aja sih nggak akan mengubah apa-apa. Kelak harus ada waktu dimana saya yang mengisi meja itu, menghentikan hal-hal yang gak perlu di meja itu, melontarkan opini cerdas dan cermat untuk suatu masalah. Menyadarkan setiap orang dalam forum bahwa di meja pertemuan kita sedang membahas masalah banyak orang bukan main monopoli. Haaaaah~ tapi saya sendiri tidak akan bisa melakukan apa-apa, semoga rekan-rekan saya kelak di meja-meja itu adalah orang yang sevisi dengan saya, atau bahkan punya visi yang lebih baik. Harapan itu selalu ada… dan pasti ada…

That’s all from me 🙂
Just come to my office if you have time…
Ada sebuah kedai gelatto yang enaaaak banget deket2 situ 😀 you will like it.

Photo diary: Istiqlal, I’m in love ♥


Sebenarnya saya suka sekali fotografi!
Mungkin karena sudah ditempa bertahun-tahun jadi bagian publikasi, dekorasi, dan dokumentasi selama ini jadi terlanjur jatuh cinta dengan dunia fotografi.

Sebenarnya saya punya janji dengan seseorang untuk berburu foto, saya suka sekali foto-foto arsitektur… dan dia berjanji mau menemani saya asaaaaaaalkaaaaan saya memfoto dia juga :yawn: yaaah nggak apa deh asal ada temen yang mau diajak dengan gratis. Sayang sekali dia semakin sibuk dan rupanya saya orang yang sangat pemalas untuk beranjak dari rumah di musim hujan. Tapi… tuntutan seseorang yang sedang mencari tempat bekerja baru ini untuk mengunjungi tempat-tempat baru rupanya cukup banyak. Saya sudah bertekad kelak saya harus mendapatkan foto Istiqlal dan Katedral! Karena saya merasa mereka bangunan yang keren, unik, bersejarah, dan penuh filosofi di Jakarta. Rupanya Allah merestui niat saya… saya dibawa berkali-kali ke daerah lapangan banteng yang kebetulan dekat sekali dengan Masjid Istiqlal dan Katedral. And yeaaaay~~~ monggo diintip beberapa hasil jepretan saya.

Tidak terlalu bagus kualitasnya ya… karena memang hanya bawa HP waktu itu. Tapi kata seorang teman saya yang jago fotografi “The most important thing is the man behind the gun!” Jadi mau kameranya sejadul apaaaaaapuuuuuun~ yang penting adalah bagaimana si fotografer menangkap momen, pencahayaan, dan perspektif objek. Waaaaw! rasanya masih banyak yang harus dipelajari… but at least I try. Check this out:

Image and video hosting by TinyPic

Ini adalah tampak luar…
Naaaaah, fotografer yang baik itu sama seperti penulis! Gambar itu nggak akan bernilai kalau kalian nggak tau makna dan arti di baliknya *yah setidaknya tulisan dan cerita yang bagus akan menutupi hasil foto yang jelek hehehehe*. Saya sempat penasaran kenapa sih kok nama masjid ini agak unik ya: ISTIQLAL. Well, entah kalian merasa atau nggak, tapi saya yang muslim aja merasa waaaah ini gak biasa nih namanya. Biasanya nama masjid kan nama-nama asma’ul husna atau apalah. Tapi ini Istiqlal! Apa sih Istiqlal itu… tanya sana sini ke Bapak-bapak yang jagain sepatu dan tas *thank a lot ya, Pak* rupanya Istiqlal itu artinya MERDEKA! Yaph… merdeka dalam bahasa Arab.

Perhatikan lagi foto yang saya ambil tersebut, ada kubah besar kan yang menghias atap Istiqlal? Kalian tahu tidak berapa diameter kubah ini? Rupanya 45 meter! Yaph! untuk menggambarkan tahun kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945. Semakin menarik kan kawan? bahkan secara kebetulan lama pembangunan masjid ini adalah 17 tahun! makin match aja deh, 17 kan tanggal kemerdekaan kita.

Lanjuuuuut!

Tampak dalam deh

Image and video hosting by TinyPic

Kalau ke dalam maka akan tampak desain interior masjid Istiqlal. Sangat minimalis, tapi megah. Kubahnya dihiasi kaligrafi dengan warna keemasan… bagus sekali ya? Lebih bagus kalau bisa bikinnya sebenarnya hehehehe, tapi kalau saya sih ngaku aja walau punya basic cukup lumayan untuk menggambar tapi nggak bisa bikin kaligrafi…

Image and video hosting by TinyPic
Nah kalau foto itu, itu adalah tiang-tiang utama penyangga kubah. Tidak kelihatan dari foto ini, tapi tiang utama yang menyangga di sekeliling kubah ini jumlahnya ada 12! Kenapa 12? Karena ini melambangkan tanggal lahirnya Nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabi’ul Awal. Oiya… Masjid Istiqlal juga dibangun 5 lantai, kenapa? karena rukun islam ada 5 dan shalat wajib juga kan ada 5 waktu.

Image and video hosting by TinyPic

Ini bagian paling depan. Tapi sayang saya tidak bisa mengambil secara lebih detil lagi karena saya mengambil foto dari bagian akhwat (perempuan). Yang pasti arsitekturnya sangat cantik dan masih cling-cling karena baru saja selesai direnovasi.

Image and video hosting by TinyPic
Ini di bagian tengah masjid. Gimana ya… Masjid Istiqlal itu memang didesain untuk menampung jamaah yang sangat buaaaaanyaaaaak, karena itu memang sengaja didesain “terbuka” dan bisa dilihat juga kan atapnya tinggi. Sederhana saja… maksudnya supaya sirkulasi udara berjalan dengan lancar, dan jamaah nggak kepanasan apalagi sampai sesak nafas apalagi sampai pingsan hehehe.

Kalau diperhatikan lagi, bangunan Istiqlal ini mayoritas dibangun dari marmer dan stainless steel. Dahsyat kan? rupanya masih ada filosofinya juga loh. Soekarno bersikeras untuk membangun Istiqlal sekuat dan sekokoh mungkin! Katanya nggak boleh runtuh kalau bisa sampai 1000 tahun!  Konon itu sebagai tanda bahwa betapa cintanya Beliau kepada Islam… jadi dia ingin sampai dia meninggal sekalipun, rakyatnya tetap memiliki tempat ibadah yang mumpuni. Itu juga mengapa Istiqlal di bangun di jl. Medan Merdeka Timur karena ini merupakan “alun-alun”nya Jakarta…. strategis dengan banyak pusat keramaian, jadi setelah dari hiruk pikuk, lusuh, capek kerja, terpukul, sedih, patah hati, happy, atau apapun lah… orang bisa dengan mudah mencapai Istiqlal dan beribadah. Wueeeeets~~~ jaya banget nggak tuh filosofinya. Masih kurang? Okay… siapa takut? tambah lagi , tahukah kalian kalau rupanya…. tempat berdirinya masjid ini dulunya adalah Taman Wilhelmina dan disitu dulu ada benteng Belanda. Naaaah, kata Soekarno supaya makin terasa makna “Istiqlal”nya a.k.a merdeka, jadi benteng Belanda itu diratakan dengan tanah dan dibangunlah masjid ini. Merdekaaaaaaa!!!!! Allahu akbar! Pada baru tahu kan? Sama saya juga kok :p atau malah jangan-jangan kalian yang lebih duluan tahu daripada saya fufufu.

Nah ini juga bisa dijadikan sebuah pelajaran yang berharga banget.
Kalian mungkin sudah tahu bahwa arsitek masjid Istiqlal ini adalah seorang kristen protestan yang sangat taat bernama Fredrerich Silaban. Bukan mau SARA ya, tapi saya sih kagum luar biasa… dulu kan desain istiqlal disayembarakan, dan para panitia dengan sangat terbuka mengundang siapapun untuk ikut sayembara. Hebatnya lagi… orang yang non muslim pun mau ikutan sampai repot-repot mikir filosofinya mau seperti apa *yeaaah, tapi waktu itu hadiahnya juga emas batangan sih, tapi ada orang non muslim yang mau belajar mendalami arsitektur Islam juga rasanya wow banget deh*,  yang lebih lebih lebih kerennya lagi… panitia mengakui bahwa desain terbaik adalah karya seorang non muslim…. bayangkan kawan! Itu toleransi yang luar biasa yang pernah ada di muka bumi ini.

Hal hebat lainnya, Istiqlal memang sengaja dibangun di depan katedral yang arsitekturnya sangat indah.
Image and video hosting by TinyPic
Ada filosofinya?
Ada dong! DAN KALIAN WAJIB TAHU!
Sengaja dibangun di depan katedral supaya rakyat Indonesia belajar untuk terus harmonis dan bertoleransi. Supaya semua pemeluk agama bisa dengan tenang menjalankan ibadah mereka masing-masing lalu setelah itu bisa dengan mudah bersosialisasi satu sama lain dengan damai. Aduh mengharukan dan keren 🙂

naaaah seru kan?
Well, semua hobi itu seru kok kalau dijalani dan dinikmati.

Bumi ini luas, mereka menunggu loh untuk saya, kamu,  kita semua kunjungi dan jelajahi. Mereka menunggu untuk kita cari tahu dan hargai. Kalau kalian udah bisa menikmati setiap proses “pencarian” itu dengan fun dan enjoy… udah deh, kalian pasti feel so grateful for everything. Mumpung kawan… kata guru bahasa Inggris saya “Bumi Allah itu luas, maka jelajahilah… karena Allah pasti punya maksud membuat bumi ini begitu luas”

Selamat bertualang kawan! 🙂
kalau kata film Rab Ne Bana Dil Jodi, “Kita ini musafir cinta… kita akan bertemu di jalan!”
Okay, sampai ketemu di jalan, jangan lupa bawa uang lebih… siapa tahu saya gak bawa uang yang cukup buat naik ojek hehehehe