Sepenggal kecemasan: Festival Buku dan Rendahnya Minat Baca Masyarakat


Oh hai! Saya kembali, tadinya mau bergunjing banyak mengenai sabab musabab hilangnya tulisan di blog ini selama nyaris 2 tahun! Serta kepulangan saya kembali ke tanah air. Tapi nanti saja… ada hal yang lebih krusial, dan itu adalah tentang: Buku!

Langsung saja, jadi kemarin saya mengunjungi IIBF, atau Indonesia International Book Fair. Terakhir kali saya ke book fair di Indonesia hmmm… sepertinya 10 tahun lalu, sebelum saya berangkat ke Jepang. Seingat saya, book fair itu begitu menyenangkan. Walau banyak buku tua, tapi menyambangi book fair tetaplah sebuah oase. Saya ingat, terakhir kali saya ke book fair adalah setelah saya selesai tes TOEFL untuk syarat beasiswa. Mendung, hujan, dan ketika tes…performa busuk. Maka munculah ide jalan dulu ke book fair untuk menghibur hati yang gundah.

Kala itu, kegundahan terobati. Kala itu loh ya.

Saat ini, 10 tahun kemudian.

Takdir membawa saya berkantor tidak jauh dari kawasan Gelora Bung Karno dan hanya butuh 15 menit berjalan untuk sampai ke JCC, tempat book fair biasanya diadakan. Ekspektasi saya sungguh tinggi, “Setelah 10 tahun, pasti kualitas buku makin ketje cetar membahana dong.”
Melawan polusi, radikal bebas, terik matahari, serta beban ekonomi kelas menengah, dengan gagah berani, saya melangkah ke JCC.

Dalam hati, tekad sudah membuncah “Buku! Tunggu aku… aku akan hamburkan hartaku yang tidak seberapa itu untukmu.”

Terlihatlah banner

IMG_1422

“Hmmm…kok kurang meyakinkan ya ?” ujar saya dalam hati. Tapi abaikan saja, karena memang selain bibir, hati dan pikiran saya memang kejam. Oke… positif, tetap berapi-api, Mon! Tetap berapi-api.

Masuk…
Keliling 2 rit…
Balik lagi…
Berputar… berputar…
dan

ZONK!

Oke! Ini murni memang Emon kejam. I am being mean here! Tapi kalau kalian tanya saya, “Worth gak sih ke international book fair?” Jawaban saya singkat, jelas, padat : Gak.
Goler-goler aja deh di rumah, panas… dan inget, Jabodetabek lagi banyak hujan angin tiap sore. Boboks udah paling benar. Jadikan istirahat sebagai salah satu agenda penting dalam hidup Anda.

Walau kejam, tapi saya punya argumentasi. Hal pertama adalah: SEPI! KOSHONG SODARA-SODARA!

IMG_1424

Ok! Kalian bisa menangkis argumentasi saya “Lah Mon, lo dateng hari kerja, siang-siang, maaph-maaph nih, Mon… ya cuman lo aja.”
Dan saya menerima argumentasi itu. Baiklah, kalian benar… Anda benar netijen!
Yang banyak datang adalah anak SMA, yang sepertinya berkunjung atas inisiasi dan undangan penerbit erlangga. Di booth mereka, mereka ada beberapa workshop untuk anak-anak sekolah dan cukup seru. Ada juga seminar mengenai hak cipta kepenulisan dan penerbitan, yang menurut saya sih pasti penting untuk para penulis. Itupun masih bisa dikritisi lagi oleh tante Emon yang hobi berceloteh ini, ruangan seminarnya seuprit banget di pojokan.

Tapi ya sudahlah… itu masih bisa ditolerir. Tapi yang ini, kalian pasti gak bisa mengelak.
Acara ini garing, kriuk-kriuk, karena minimnya variasi pada buku yang tersedia.
Setidaknya, buat saya, tidak banyak buku yang menarik di event yang dengan jelas menuliskan “International” pada judul acaranya.
Yang paling fatal, saya tidak merasakan kesan “internasional” pada acara ini.

Oke, ada perpustakaan Cina, perusahaan percetakan korea, dan dua perusahaan dari Timur Tengah yang jujur aja saya gak paham mereka tuh perusahaan apa karena semua judul di boothnya pake bahasa Arab. Tapi so what ???? Mereka tidak menjual buku, buku yang mereka pajang juga… ya permisi… saya gak bisa baca.

Jadi, ini event, internasionalnya itu sebelah mana ??? bukan karena ada booth pake bahasa wallahu’alam terus acara itu dikategorikan internasional. Saya berekspektasi ada sebuah booth toko buku yang menyajikan buku terbitan dari berbagai negara, dan please pake bahasa inggris.

Mungkin ada ya, entah di booth mana.

Tapi jiwa saya sudah geram dan kadung kecewa. Apalagi cuaca panas, lembab, dan saya lelah sekali karena dalam minggu ini dihajar rapat beruntun. Ekspektasi sudah besar, eh… koleksi buku sih, ini bukan mau sombong ya… sama perpustakaan mini saya di rumah juga lebih menarik perpustakaan di rumah saya sih.

Udahlah, bilang aja Indonesian Book Fair, gak usah sok-sok bilang “internasional”.

Kegeraman saya bertambah lagi karena saya tidak bisa menemukan buku-buku dengan topik yang saya suka: Sains populer.
Ini juga bukan jumawa, kalian yang kenal saya pasti tahu betapa saya ini penuh amarah dan julid. Jadi kalau baca buku fiksi, apalagi romance, chicklit, teenlit, sudah pasti baca 10 menit, ngomel-ngomel 10 hari. Hanya buku non-fiksi yang bisa membuat saya diam karena saya harus berpikir dan kadang bulak-balik bukunya dan bahkan ambil sticky notes buat catetan.
Busuknya lagi, saya pernah juga jadi ilustrator sewaktu masih muda belia dan saya punya skill yang amat terkutuk bernama : my visual long term memory is so excellent. Jadi, saya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang judge book from its cover. Saya sudah sampai pada taraf “Hah, ini kok illustrator covernya niru gambar luna dan artemis di covernya, yaaah… illustratornya aja gak kreatif, apalagi penulisnya.”

Gila gak!? Itu kan pribadi yang menyebalkan. Tapi memang saya semudah itu terdistraksi.
Tapi… jika kalian mau sedikit mengikuti sudut pandang dan perspektif saya, kalian coba… coba ke toko buku di Indonesia, sadar gak sih kalau untuk buku fiksi aja, tema dan bahkan desain covernya ya gitu-gitu aja.

Tidak bervariasi.

Teenlit, checklit, dkk-nya berkisar dari mas-mas, mbak-mbak, long distance, atau kantor beda, ketemuan. Kalo mau yang sedih, salah satu meninggoy.
non-fiksi, yaaaah paling temanya dua: membangun bisnis dan manajemen keuangan sama motivasi diri (yang menurut saya sih, no one can motivate yourself except your own self). Sisanya ? Kalo gak buku resep, ya tips lolos BUMN, CPNS, sama masuk PTN. Oh ya! Satu lagi yang cukup dominan. Buku agama.

Udah itu aja, jadi hidup itu zikir, lolos PTN, lolos BUMN/CPNS, terus menemukan cinta, dan meninggoy.

Terus manusia Indonesia tuh pada gak ada yang tertarik gitu dengan, apa kek, fisika kuantum, kimia pangan, fisiologi musang, camping di tepi niagara, pembangunan rumah di lempeng tektonik, membuat roket untuk pindah planet, apakah benar Isaac Newton pintar karena kepalanya kejedot apel. Banyak!

Kita, makhluk-makhluk FOMO ini, tahu tentang sesuatu. Apa ya, lari misalkan. Kita ikut event-event lari, beli aneka pernak pernik untuk lari, latihan menguatkan otot kaki.
Tapi kita tidak punya akses untuk mengetahui bagaimana sih lari ditinjau dari sisi matematika, fisika, biologi, kimia, sosial, psikologi, ekonomi.
Atau yah, mungkin kurang kali ya.
Hal-hal yang bagi kita yang hanya insan kepo yang gak ada niatan menjadi atlet atau peneliti untuk hal itu, sebenarnya bisa mengetahui hal tersebut dari buku. Iya gak sih? Masa’ gak ada yang sependapat sama saya sih ?

Banyak hal yang masih misterius di muka bumi ini. Dan dengan harga tiket pesawat yang keparat mahalnya, maka opsi yang lebih ramah kantong untuk mempelajari itu semua adalah dengan membaca buku.

Bukan mau meremehkan penulis atau penerbit di tanah air ya, tapi jika kita masuk ke toko buku di luar negeri, gak usah jauh-jauh deh, di Thailand aja atau di Singapura, kalian bisa lihat topik dan variasi buku yang mereka tawarkan lebih bervariasi.
Gak itu lagi, itu lagi.
Dan bentuknya juga bermacam-macam, dari full text, buku bergambar, hingga komik. Jangan lupa juga, untuk kalian yang belajar bahasa asing, sudah banyak penerbit di luar negeri yang menyediakan buku-buku novel berbahasa asing dengan judul bervariasi yang ketebalan dan pemilihan bahasanya disesuaikan dengan level kemampuan bahasa pembaca.


Dulu, sewaktu saya kuliah, salah satu sensei reviewer disertasi saya pernah berkata, “Good writer comes from good reader.” Pemilihan topik, diksi, hingga cara penyampaian dalam sebuah karya tulis hanya bisa dilakukan oleh orang yang, bukan hanya banyak membaca, namun juga bisa menyerap, mengolah, dan mengkombinasikan intisari dari berbagai sumber. Tulisan seperti itu yang kemudian menjadi tunas gagasan-gagasan baru.

Sensei saya yang paling baik hati di planet bumi mendidik saya untuk baca buku sampai kebawa mimpi. Dalam zemi (seminar) bulanan kami di lab, Beliau gak tanya langsung “Heh, gimana penelitian kalian yang busuk itu ?”, tapi selalu mengawali pertanyaan dengan “Bulan ini kalian baca buku apa ? Buku apa yang kalian rekomendasikan ke temen-temen kalian?” Boleh komik, novel, sampai buku serius. Rupanya hal itu menyenangkan… kita jadi bisa tahu karakter teman-teman kita dari buku yang mereka rekomendasikan. Kita juga jadi punya perspektif yang lebih luas mengenai apa aja sih hal yang terjadi di muka bumi ini. Kita kemudian jadi ingin terus mencari tahu.

Saya mencoba berhipotesis untuk fenomena rendahnya variasi buku bacaan di Indonesia ini. Ada banyak hipotesis, tapi mungkin salah satunya adalah karena ya memang minat baca masyarakat rendah. Penerbit maupun penulis agaknya enggan mengambil risiko untuk menerbitkan buku yang terlalu keluar dari “pakem” buku yang tengah laris di pasaran.
Kalau di pasaran yang laku tentang bisnis peternakan, yang semua penerbit akan menerbitkan tentang ternak, dari ternak domba sampai ternak magot (yakin deh beberapa dari kalian setelah ini akan browsing apa itu magot).
Kalau di pasaran lagi hits tema-tema tentang pelakor, ya semua cerita tentang pelakor, dari yang pelakornya di kawasan urban maupun rural.

Lalu, itu semua menjadi lingkaran setan, dengan terbitnya buku yang itu-itu saja, pembaca pun hanya terpapar hal yang itu-itu saja. Begitu terus, hingga hari ditiupnya sangkakala.

Sudahlah rakyatnya malas membaca, dengar-dengar… akan dapat wakil presiden yang juga gak suka baca.

Ya harus gimana ?

Jujur, saya marah dengan adanya fenomena ini!

Asal kalian tau ya. Dulu, waktu SD, saya sekolah di desa. Buku itu suliiiiiiiiiit sekali. SD saya saat itu harus menunggu limpahan buku dari dikbud dan itu harus menunggu berbulan-bulan. Ketika buku-buku itu datang, baca covernya aja nih, baca kata “Jakarta” aja udah membuka mata saya sebagai seorang bocah ingusan bahwa ada loooh tempat lain di muka bumi ini selain Leuwiliang, dan tempat itu namanya “Jakarta.”
Saya ingat, betapa kala itu, saya bertanya pada guru saya bagaimana bentuk Jakarta, apa itu ibu kota? mengapa ibu kota itu ramai?

Satu hal baru pada sebuah buku bisa menjadi jalan untuk ribuan pengetahuan baru.
Maka bagi saya, menjadi penting bagi buku-buku yang ada di Indonesia untuk menawarkan topik dan pilihan yang lebih beragam. Karena siapa tahu, hal-hal baru yang diberikan itu akan membuka jalan untuk pembaca, entah siapa dan kapan, pada jalan hidup dan pengalaman yang lebih menarik. Yang pasti, eksplorasi pengetahuan dari buku sejatinya menjadi langkah pertama seseorang untuk mengeksplorasi dunia.

Saya bahkan mencoba bertanya ke teman satu ruangan saya yang baik hati, Mbak Ikum… yang rupanya setelah 1 tahun kami seruangan, kami baru tahu satu sama lain bahwa kami adalah pemerhati toko buku! Jadi, kemanapun kami pergi di belahan dunia manapun, satu tempat yang wajib kami datangi adalah toko buku. Saya bertanya, “Mbak, kenapa sih minat baca masyarakat kita rendah ?”

Beliau menjawab setidaknya ada 3 faktor: 1.) Harga buku di Indonesia itu MAHAL (dan ini saya amini sih, ini beneran amin yang paling serius), 2.) Variasi buku di Indonesia itu kurang, yang tanpa masyarakat kita sadari, mungkin mereka juga jenuh karena yang itu lagi – itu lagi, kurang banyak kebaruan, dan formatnya yang itu-itu aja, gak kayak di Jepang yang bahkan buku itu ada yang bisa disakuin (see ? apa saya bilang!), 3.) Budaya dan lingkungan, pada dasarnya memang kultur Indonesia itu adalah kultur tutur bukan kultur literasi. Budaya kita sampai turun menurun kebanyakan dari perkataan, bukan dari catatan sejarah seperti pada di Eropa. Yang agak mending itu ya kawasan pantura jawa, mereka ada punya banyak catatan sejarah yang beneran ditulis, seperti misalnya babad tanah jawi hingga hal kayak serat centhini. Makanya, provinsi dengan minat baca tertinggi itu kalo gak salah di Yogyakarta.

Dan rupanya bener dong kata Mbak Ikum, emang harus sungkem ke Beliau

Untitled

Udah ah, kita tinggalkan Mbak Ikum (makasih ya, Mbak) takut kalian semua ngefans.

—-

Saya sudah puas ngomel-ngomelnya.
Apakah saya pulang dengan tangan kosong?
Oh tidak, untungnya ada booth kompas yang menawarkan buku-buku yang cukup menarik perhatian saya. Saya beli dua buku ini. Keduanya menawarkan hal-hal “baru” yang saya belum ketahui banyak.

IMG_1425

Goresan Malam; merupakan sebuah catatan apik dari wartawan kompas yang merangkum sejarah dan filosofi batik-batik yang ada di Indonesia. Sebuah buku yang menurut saya langka, dan akan menjadi sebuah “aset” untuk pecinta buku yang juga merupakan pecinta seni. Kita, sebagai orang Indonesia, seringkali tidak mengetahui banyak terkait budaya Indonesia, dan buku ini membawa kita pada kesadaran betapa kayanya budaya Indonesia bahkan jika ditilik hanya dari batik. Saya yang sudah menyambangi banyak toko buku, merasa buku ini akan menjadi koleksi menarik. Dan jika kalian ‘FOMO’, hey! Percayalah, setelah membaca buku ini kalian bisa memulai percakapan dengan “Eh, tau gak sih beda batik pesisiran Cirebon sama Madura ?”
Bagaimana, menambah level ketampanan/kecantikan Anda satu strip kan ?

Bioetika; jujur ini hal yang cukup baru sih, setidaknya untuk saya. Jika kalian dokter atau peneliti di bidang biologi dan kimia mungkin hal ini lebih familiar. Namun, oh tidak untuk saya. Saya selalu ingin tahu, perkara-perkara seperti suntik mati, donor sperma, donor organ, pembekuan sel telur, itu tuh boleh gak sih? Kita gak bicara hukum agama aja di sini, ini kan permasalahannya adalah kebutuhan untuk hal-hal itu ada, dan makin meningkat. Masa’ hal seperti itu harus dianggap tabu terus menerus, gak mungkin kan. Cepat atau lambat, kita akan sampai pada masa ketika hal-hal seperti ini akan menjadi hal yang cukup lumrah pada komunitas kita. Buku ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana dinamika bioetika tersebut di Indonesia. Namun sayang, penulisannya masih terlalu “ilmiah”, padahal akan lebih menarik jika dikemas dalam penulisan yang lebih populer dengan lebih banyak studi kasus.

Gimana, menarik kan? I told you. Dan saya menunggu lebih banyak buku dengan pembahasan yang bisa memberikan efek “Oh… gitu!” kepada saya dan kita semua.

Dan untungnya lagi, pulang masih ketemu nasi rawon. Lumayan lah, daripada gigit sandal.

IMG_1427

Ngomong-ngomong….Konon, kalau kita punya impian, harusnya sih gak boleh bilang-bilang ke orang lain. Tapi jiwa ini sudah terlalu geram.
Melihat hal ini semua, saya ingin kembali mendalami kemampuan bahasa asing saya, termasuk bahasa Perancis dan Jepang. I want to be a translator.
Bukan karena saya jumawa ya dengan kemampuan saya yang gitu-gitu aja. Tapi, ada beberapa bagian dari jiwa saya ingin memperkenalkan bacaan yang menarik dan menyenangkan dari berbagai belahan dunia. Saya ingin banyak orang memahami mengapa membaca sangat menyenangkan.

Saya mencintai buku dan membaca, jauh sebelum saya mencintai musik dan seni. Dan buku yang membawa saya jatuh cinta dengan banyak hal.

Semoga Tuhan mengizinkan ya. Maaf loh, Ya Allah kalau hamba mintanya macem-macem. Gak apa ya ? Pleasseeeeeee….

Oh bentar, sebelum pamit undur diri…Ini pesan saya untuk kalian book lover yang sekarang masih kuliah atau tinggal di LN : GOTONG BUKU KALIAN PULANG KE TANAH AIR!
Jangan hiraukan bea cukai, mereka tidak tahu kalau tumpukan buku kalian itu, belum tentu bisa kalian temukan di Indonesia.
Catat petuah saya ini dengan tinta emas, kalau perlu print, figura, gantung di tembok!!! Camkan itu!!!

Meratapi Literasi Indonesia: Karena Rakyat Indonesia berhak Mendapat Buku-Buku yang Lebih Baik


Pernah suatu hari saya geram dengan orang-orang Indonesia yang tidak gemar membaca, apalagi dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Bukannya apa-apa, Karena adik saya pun pernah seperti itu. Itu terlalu aneh Karena setahu saya sewaktu masih bocah dia cukup suka membaca dan rasanya semua orang di keluarga saya memang suka baca. Lha kok ini males banget. Untung kami belum sampai pada mufakat untuk melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa adik saya ini tidak tertukar di rumah sakit.

Adik saya itu biasanya kalau jalan-jalan pasti berkunjung ke gram***a yang notabenenya toko buku paling kawakan di  tanah air. Sekarang? Nope
“Ki, ke gram** yuk cari buku”
“Aduuuh… gak deh kak. Bobok aja deh di rumah”
Ini kan serius, kalau anak yang suka baca saja tiba-tiba malas ke toko buku, pasti ada yang salah.

Saya pun iseng-iseng melakukan riset kecil. Ini pasti ada yang salah… pasti ada yang salah…. entah itu apa.
Saya berkali-kali mendapat isu dari sahabat dan teman saya yang suka berburu buku.
“Iya, Mon… jadi secara kuantitas sih bertambah, tapi kualitas… aduuuuh, jauh menurun”
“Aduh, Mon… lo pasti sedih lah liat buku di sini sekarang. Kurang beragam”

Saya tentu percaya teman-teman saya itu, they are limited edition in this planet dan sejauh yang saya tahu opini mereka selalu objektif dan kritis. Tapi kan penasaran dong jika kita belum liat sendiri. Saya pun memutuskan, saat kunjungan super singkat saya ke tanah air (yang pada akhirnya hanya bikin sakit punggung walau I am super duper happy to meet my family and my cats) saya bertekad untuk ke TOKO BUKU.

Sudah habis dilahap polusi dan panas matahari, kepala saya langsung pusing karena lapar karena sesampainya di toko buku saya paham kenapa orang seperti adik saya saja bisa jadi malas bertandang ke toko buku. Wanna see the reason?
“BUKUNYA TIDAK BERAGAM” and sorry to say (dan maaf jika ini menampar para penulis di tanah air) “KUALITASNYA Pfffffffftttttt…..”

Indonesia! Seriously! Are you lose your mind or what?

Mau lihat… okay! no pic= HOAX, so check this out.

Penulisnya beda-beda tapi semuanya selalu diawali “Love in…”
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Saya pikir ini diawali Mbak Illana Tan sih (eh bener gak sih, gak pernah baca soalnya)
kayaknya semuanya hanya latah ikut-ikutan, dan metode penulisannya? Entahlah mungkin gelar peta lalu lempar panah “Aha! Dapet Stockholm” lalu ditulislah “Love in Stockholm”,
Tertancap di Ottawa, tulis saja love in Ottawa
dst…
Masalah apakah alur cerita dan latar masuk akal atau tidak, oh itu belakangan… toh sekarang lagi trend pembaca-pembaca remaja dibodohi dengan angan-angan romansa walaupun itu tolol sekalipun!!!!
Pernah sahabat saya mengkritik “Ya ampun, Mon… ada loh yang nulis ‘salju menumpuk di Tokyo'” buat para pembaca blog ini, saya kasih tau ya… it is rare salju menumpuk di Tokyo. Seringnya, turun salju pun langsung cair. Mungkin kalau di utara Jepang oke lah ya.

Tapi itu sih belum seberapa, mari positif thinking, mungkin penulisnya datang ke Tokyo ketika badai salju. Who knows! Jakarta dan Bandung aja bisa hujan es kok.
Ada juga loh yang bisa-bisanya menulis, ini latarnya di Eropa utara ya… “Matahari bersinar terang dan menghangati Januari di hari itu”
Ketika membaca frase itu, saya sempat berpikir itu novel science fiction dan kejadiannya ketika global warming sudah melelehkan kutub utara. Kawan… Januari itu: MUSIM DINGIN, dan please kalau kalian ambil latar utara bumi apalagi di kawasan Eropa Utara, jangankan hangat…. matahari aja bersinarnya cuman beberapa jam.

Kalian paham “ketololan” yang terjadi? (Maaf saya terlalu kasar kali ini).  Bahkan saya bisa pastikan bahwa penulisnya, minim membaca. Mungkin terlalu sibuk dengan social media.

Saya berpikir, hmmm… okay fail with young adult mungkin mereka punya alternatif hiburan yang lain. Saya merangsek ke rak entertaiment.

Dan… tebak yang saya temukan:
Image and video hosting by TinyPic

Oh God! Damn it! What’s the point kalian khatam masalah k-pop? APAAAAAAA?
Ya ampun gila apa ya.

Saya mencoba positive thinking. Wah gimana dengan buku biografi. Mungkin ada tokoh-tokoh inspiratif yang bisa mengobati rasa sakit hati saya dengan buku-buku novel young adult. Saya merayap ke sisi buku biografi dan sejarah, yang saya temukan konspirasi ahok lah, konspirasi jokowi lah… Ya Allah, apa sih kok rasa-rasanya kepala saya penat ya melihat itu semua.

Saya berpikir lagi, saya terlalu emosional mungkin karena kurang dekat dengan Tuhan. Saya lalu mendekati buku untuk Muslim. Dan bahkan kali itu saya langsung ingin melakukan taubatan nasuha kepada Allah SWT karena this one really kill me!
Image and video hosting by TinyPic

Jadi manusia itu sibuk ibadah ke Tuhan hanya untuk masalah romance? Jika ibadah itu hanya mengurusi masalah percintaan antar lawan jenis, udah deh… bareng-bareng masuk neraka lah sekalian. Oh come on! Bisa kan ada buku Harun Yahya tentang science and Quran, Answers for daily life kayak ‘Boleh gak sih kita meluk-meluk anjing?’, ‘gimana sih cara thaharah yang baik dan benar?’, ‘Perihal alkohol pada makanan’, yang pertanyaan-pertanyaan sehari-hari seperti itu kan lebih bermutu dan berkualitas jika diserahkan kepada ahlinya dan dijawab dengan bahasa yang remaja banget, dan dijadiin buku. Saya yakin itu akan membantu sekali untuk banyak orang (nih, gw kasih ide! Biar ada yang bisa bikin buku rada bermutu)

Saya lelah marah-marah, karena saya pecinta buku non-fiksi saya menyeret bada saya ke rak buku-buku non fiksi. Well… cukup menarik. Tapi covernya suram (apa salahnya men-judge book from its cover, cover yang bagus toh salah satu cara memanjakan dan menarik pembaca), topiknya sempit, dan saya yang sudah tua ini saja agak enggan membacanya apalagi anak muda.
Image and video hosting by TinyPic

In short, pilihan buku yang cerdas, mencerahkan, menarik, dan dengan tema beragam itu sangat-sangat TERBATAS.
Dan ini: MENYEDIHKAN.

Indonesia yang tertinggal masalah literasi

Dengan lunglai, Mama saya menyambut dengan rendang andalannya dan bilang “Nah, liat kan sekarang. Bagaimana anak Indonesia bisa pintar jika ‘jendela dunianya’ saja cuman jendela yang ditutup kertas kado warna pink”

Ya! Jendela itu ada, tapi yang terlihat dari dalam hanya pink pucat, bukan dunia yang ada di luar sana. In short: FANA!

Adik saya pulang dari kuliah hanya tertawa, “Kenapa Kak? Sekarang tau kan kenapa Kiki males ke toko buku? Kiki ke perpustakaan di kampus kak sekarang karena buku jaman dulu masih jauh lebih bagus daripada yang muncul akhir-akhir ini”

Adik saya yang kini agak lebih bijak setelah masuk kuliah kemudian mengakatan “Jangan negative thinking kak,  masyarakat kita gak suka baca, mugkin bacaan yang menariknya aja yang terbatas. Orang Indonesia suka kok baca dan belajar hal-hal baru” Dengan teliti saya mendengarkan adik saya yang selalu membaca buku yang saya berikan ke kampus dan dia mengaku antrian panjang untuk ikut membaca buku-buku yang saya hadiahkan pada adik saya cukup panjang.

Miris loh, sewaktu saya masih kecil saya masih dibelikan buku-buku seri ilmu pengetahuan oleh Mama dan Ayah saya. Saya juga membaca dongeng dari seluruh dunia. Ketika saya sudah lebih mahir membaca, buku-buku novel saya naik kasta ke serial-serial misteri dan petualangan. Sebelum saya berangkat ke Jepang, saya masih bangga karena ada novel sekelas Laskar Pelangi yang ceritanya manis dan menyemangati anak-anak Indonesia. Saya percaya pada saat itu litarasi di Indonesia akan naik kelas, dan kualitasnya akan semakin baik.

Nyatanya? Saya bahkan tidak bisa menumukan buku non-fiksi populer di toko buku dengan retail terbesar di tanah air. Tidak ada buku buku seperti “what if” atau “naked statistics” atau jika memang belum ada penulis Indonesia yang cukup sakti membuat buku seperti itu, setidaknya mbok ya terjemahannya.

Ada? Tidak!

Jangan pikir saya ini tidak minder, berteman dengan orang-orang dari negeri lain seperi Jepang dan China saja sudah membuat saya “jiper”. Mereka bertanya mengapa saya tidak membawa buku teks dari Indonesia sedangkan mereka? Rak mereka penuh dengan buku-buku teks asing yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Saya? Saya haru membeli buku-buku itu dengan uang saya sendiri… mencari di toko buku… dan mau tidak mau harus membeli versi bahasa Inggris.

Kalian pikir saya jago-jago amat, saya bahkan masih mengggunakan google translate dan kamus untuk menerjemahkan beberapa kata dan kalimat, dan itu… itu makan waktu!

Negara lain pada umumnya menerjemahkan beberapa buku teks dan karya literatur penting dan terkenal lainnya (seperti novel dsb) kedalam bahasa mereka. Alasannya? Agak mudah dipelajari dan memperluas perspektif mereka mengenai perkembangan dan sudut pandang di negara lain.

Di banyak seminar ESQ sering terdengar: lihat, tiru, modifikasi…
Apa yang dilihat?
Apa yang mau kita tiru?
Apa yang mau kita modifikasi?
Novel-novel picisan yang hanya menjual mimpi cinderalla story?

Saya ini bukan pembaca buku teenlit atau young adult loh, tapi saya bisa memastikan bahwa buku young adult asing banyak yang ceritanya menarik… bukan hanya masalah cinta kadang juga tentang persahabatan , keluarga, pokoknya lebih beragam.

Karena saya pecinta non-fiksi populer, saya masih mendapatkan buku-buku seperti itu di sini.
Image and video hosting by TinyPic

dan masih ada juga novel-novel klasik yang menurut saya kisahnya penuh makna
Image and video hosting by TinyPic

As a book lover and an avid reader, jelas negara lain lebih menarik bagi saya. Bahkan India saja bukunya lebih beragam dari kita loh! Trust me!

Sebuah Pembodohan

Jika saya begitu jahat, dan punya ambisi untuk menguasai suatu negara, saya akan menggunakan suatu ide brilian: Buat saja seluruh masyarakat di negara tersebut jadi BODOH.
Jadi punya pemikiran sumbu pendek.
Kenapa? Karena dengan itu saya bisa dengan mudah mendoktrin dan membodohi orang-orang di negara tersebut. Yah! diadu domba sedikit juga nanti perang sendiri, mulai dari perang mulut hingga ke perang otot… yang pasti tidak ada perang otak, karena otak mereka sudah kosong melompong!

Karena saya cukup “strategis” dalam berpikir maka saya terlalu gegabah jika membom negara tersebut, bom sekolah… bom perpustakaan…. aduuuh, cemen banget sih. Belum tentu berhasil masih bisa kena gugat PBB pula.

Bagaimana jika, saya susupi dengan trend?
Racuni dengan sinetron dan infotaiment tidak mutu yang hanya membahas artis dan aneka berita tidak mutu lainnya.
Jangan lupa, agar lebih mantap “kebegoan” yang akan tercipta…. di negeri ini artis harus jadi segala-galanya. Ketika ada bom nuklir di Korea Utara, tanyalah artis dangdut.
Ketika ada penemuan teknologi yang baru, jangan lupa wawancara artis sinetron striping (ssst… sinetronnya pun tiru habis drama di luar negeri, kalau ratingnya bagus… diperpanjang hingga 1 juta episode, sssttt ini rahasia kita aja ya, jagan bagi-bagi strategi ini loh).

Okay, sekarang seluruh media dari media cetak hingga online pokoknya harus sibuk memberitakan hal-hal yang gak penting tapi seru, misalnya jambak-jambakan antar dua artis ibukota dan isu nikah siri sampai tayangan langsung artis yang sedang ngeden melahirkan.
Agar lebih “cerdas” jangan lupa #sharedisocialmedia.

Lalu trend tercipta, dunia masyrakat negeri ini menjadi sempit.
Piramida penduduk negeri ini yang didominasi oleh anak muda membuat saya sadar “Well, target utama: Anak muda”
Maka, buat juga buku yang ada (in case masih ada yang mau baca buku) mendoktrin anak muda untuk trapped in the nutshell.

And yeah! Perfect! Makan waktu sih, tapi efeknya dahsyat dan dijamin anti gagal.

Karena masyarakat kemudian diperlihatkan bahwa “cinta” itu hanya sebatas dimabuk kepayang oleh lawan jenis. Maka mereka akan lupa cinta pada sesama, cinta pada orang tua, cinta pada orang yang berbeda keyakinan, cinta pada alam.
Yaaaah… biarkan saja, toh mereka nanti akan gontok-gontokan sendiri ketika ada kawannya yang beda keyakinan atau suku.
Diamkan saja, toh nanti mereka juga akan mati sendiri terkena banjir dan longsor (atau dimakan anakonda lapar) wong mereka yang rusak lingkungannya sendiri kok.

Oiya! Jangan ajarkan hubungan science dan agama, agung-agungkan saja masalah virus merah muda dan keutamaan nikah muda. Semuanya nikah muda, biar si perempuan segera hamil dan punya anak banyak…
Paling nanti sibuk mengurus anak dan akan lupa dengan pendidikan dan karirnya.
Jangan tunjukan jalan ke surga itu beragam… pokoknya jangan!
Ini juga metode yang efektif untuk membuat peperangan antara wanita karir dan Ibu rumah tangga. Padahal mereka punya keutamaan masing-masing ya, eh biarkan saja! Kalau kaum wanita sudah perang dunia, negeri ini makin mudah dikuasai.

Oiya! Karena di negeri ini sudah terlanjur “bodoh”
Sebar juga isu kalau wanita yang masih single hingga after 25 itu bakalan mandul, perawan tua, pokoknya yang jelek-jelek. Selipkan juga isu wanita yang sekolah tinggi dan berkarir itu seringkali tidak mau menurut pada pria.
So, genius women will never get married! Dan kalau wanita-wanita cerdas tidak menikah… maka tidak ada bayi-bayi yang genius pula. Ya ampuuuuuun sempurna!

Karena negeri ini sudah terlanjur “bodoh”, maka katakan juga bahwa kualitas manusia itu bisa dilihat dari fisiknya. Kalau dia gendut, hitam, pokoknya jauh dari standar artis-artis kurus tinggi langsing, itu hina banget deh!
Jangan lupa! Di bully juga… buat mereka tidak pede! Efek paling ringan:trauma dan minim percaya diri, paling berat: BUNUH DIRI.

Dan bukankah itu sempurna?
Semoga misi “pembodohan” di atas tidak terjadi di Indoenesia.

Kawan, saya tidak menjudge jika kalian nikah muda, tidak membaca buku, tidak sekolah tinggi, kalian salah. Oh no! Mana mungkin saya berani melakukan itu.
Namun saya hanya ingin mengatakan we should do more!

Jika kalian ibu-ibu muda, didik anak kalian sebaik mungkin. Carikan buku yang baik, ceritakan cerita-cerita yang berkualitas, angkat impian mereka.
Jika kalian wanita atau pria yang masih single, fokus ke pekerjaan dan pendidikan kalian
Jika kalian pelajar, maka belajar dengan giat dan konfirmasi seluruh informasi yang kalian terima.
Dan lebih dari itu semua: read a good materials.
Jika kalian tahun bahwa tontonan TV tidak bermutu… turn it off!
Bijaklah dalam menggunakan social media dan selalu konfirmasi seluruh berita yang kalian dapat, amati, dan sortir. Kalian ini sudah besar… bisa bedakan mana yang baik dan buruk.
Investasikan tabungan kalian untuk membeli buku yang bagus berdasarkan hobi dan minat kalian. Baca!
Jika kalian tidak suka buku, beli majalah yang “berbobot”… national geographic misalnya jika kalian tertarik dengan alam.
Pelajari! dan Dalami! Lalu sadarlah bahwa dunia ini luas, dan dunia ini membutuhkan kita… manusia dengan kualitas yang lebih baik.

Saya tahu, tulisan-tulisan saya banyak yang “kontroversial” dan banyak juga yang sudah terlalu sebal dengan saya. But really! I criticize for your good. Kita tidak bisa hidup dengan perspektif yang sempit.

Jika membaca buku yang berkualitas saja kita tidak tahan, bagaimana kita bertahan dalam konstelasi global?
Bagaimana? Beri saya jawaban.

Sekali lagi, kita berhak mendapat akses yang lebih baik pada hal-hal yang lebih berkualitas, salah satunya: BUKU dan bahan bacaan lainnya.

 

 

Bukumu… Filmmu… Tulisanmu… adalah kamu


Ada bermacam-macam cara orang mengurangi stressnya, saya termasuk orang yang lebih senang membaca, menulis, dan menggambar untuk sekadar menghilangkan jenuh. Saya agak sedikit sulit bersosialisasi and making friend, saya sangat pendiam jika bertemu orang yang belum terlalu saya kenal tapi kalau sudah sangat kenal wew… sama aja hahahaa.

Tapi tahukah kalian bahwa sifat seseorang, termasuk saya, sebenarnya terukir dari kebiasaan yang kita lakukan sejak kecil, termasuk di dalamnya apa yang kita baca, lihat, lakukan, disaat kita masih kecil dulu. Sewaktu kuliah pengantar manajemen saat S1 dulu, dosen saya bilang “Jika kamu ingin melihat diri kamu 15 tahun yang akan datang, lihat buku yang kamu baca saat ini”. Aaaaaaah, Tapi sebelum sampai pada hal itu, biarkan saya sedikit bernostalgia dengan masa kecil saya. Saya lahir di keluarga yang mementingkan agama dan pendidikan. Saya lahir di keluarga yang kecil tapi tergila-gila dengan buku. Saat saya TK, saya melihat semua anggota keluarga saya setiap hari membaca. Kakek saya suka sekali membaca koran dan sejarah dunia, setelah Beliau membaca Beliau akan ceritakan beberapa hal menarik dari yang Beliau baca kepada saya. Ayah saya penyuka buku filsafat dan ekonomi, saya tidak mengerti jenis buku itu saat masih TK tapi saya melihat satu-satunya saat ketika ayah saya begitu asyik dan menikmati sesuatu adalah ketika Beliau membaca, bahkan jika ada gempa bumi sekalipun Beliau tidak akan bergeming dari tempat Beliau membaca. Nenek saya penggemar berita, setiap hari menonton berita dan Beliau ahli memasak nomor wahid di keluarga tentu saja punya koleksi buku resep yang sangat banyak. Yang luar biasa dari nenek saya adalah Beliau bisa hapal sekali membaca. Mama saya, penyuka novel misteri, ketika saya masih kecil Mama saya memperlihatkan koleksi novel lima sekawan yang Beliau miliki dan dengan muka sedikit sedih Mama saya bilang “Sebenarnya lebih banyak lagi nih, cuman Mama pinjemin ke teman-teman mama eh terus mereka lupa ngembaliin.” Sejak saya TK saya melihat keluarga saya tergila-gila dengan buku, dan hal pertama dalam pikiran saya adalah hal paling menyenangkan di muka bumi ini salah satunya adalah: BUKU

Dari TK menuju SD, saya mulai protes karena hanya saya yang tidak bisa membaca dan hanya saya yang tidak mempunyai buku. Well, I have actually buku baca tulis hitung dari TK tapi saya ingat betul saya sampai bilang kepada guru saya kalau saya tidak mau memakai buku itu karena tulisannya pasti diawali dengan A untuk APEL dan diakhiri Z untuk ZEBRA. Buku itu seingat saya berakhir tragis karena hanya sekadar menjadi buku mewarnai saya dan itu juga alasan nilai saya di TK adalah “K” (Jika kalian tahu skor nilai ada A,B,C,dan paling rendah D…. saya dapat K! Sebuah skor yang lebih rendah dari D! jenius kan). Akhirnya ayah saya membelikan saya komik paman Gober, saya masih ingat betul buku pertama yang saya baca adalah Komik Paman Gober dengan judul Wanita Berjas Ungu. Kisahnya tentang Mickey Mouse yang diracun oleh wanita berjas ungu, dan Mickey harus mencari si wanita itu dalam waktu 2×24 jam untuk mendapat penawar racun itu. Itu juga pertama kali saya mengenal cerita detektif. Apakah saya bisa membaca setelah itu? Yuph… secara ajaib saya bisa membaca setelah saya memiliki buku baru yang tidak hanya bergambar apel dan zebra, walau masih belum memahami makna ceritanya tapi setelah saya tanya Mama saya saya menyadari, arrrrghhhhh keren banget nih cerita detektif.

Mulai dari kelas 2 SD, karena saya memang bandel setengah hidup, lagi-lagi saya bosan membaca buku untuk anak kelas 1 dan 2 SD, wonder why? Karena bacaannya pasti INI BUKU BUDI, BUDI BERMAIN BOLA. Ohlalala… kenapa Budi lagi, Budi lagi. Saya tinggal di desa saat itu, akses terhadap buku amat sulit jadi sebenarnya buku dengan teks INI BUKU BUDI and soon itu sudah luar biasa untuk anak kelas 1 dan 2 SD yang masih mendalami kemampuan baca mereka. But well, saya memang tukang complain…. ayah saya sangat baik, jadi Beliau membelikan saya satu set buku pengetahuan bergambar seri Rahasia Alam lengkap kap kap kap untuk saya. Kalau ada yang belum pernah lihat bukunya, kira-kira seperti ini

Keliatan kece badai kan, hingga sekitar kelas 4 yang saya baca kalau bukan buku tentang pengetahuan alam, pasti komik Paman Gober dan Donal Bebek. Mulai kelas 3 SD saya langganan majalah Bobo dan itu masa-masa paling hits dalam kehidupan per-SD-an saya karena banyak hal yang menyenangkan untuk dibaca. Saya juga punya buku harian sejak kelas 2 SD, dan saya selalu mencatat hal keren apa yang sudah saya baca dan saya alami. Pokoknya waktu SD scientific abis deh, bahkan ketika semut berbaris pun saya tulis di buku harian, luar biasa kan.

Kelas 4, Mama saya bilang sudah saatnya saya baca buku yang lebih banyak kata-kata dibandingkan gambarnya, dari sini saya mulai belajar membaca novel. Novel pertama saya, lima sekawan. Tapi karena saya merasa jagoannya ada 5, maka Mama saya kemudian memperkenalkan detektif paling kawakan sepanjang masa: SHERLOCK HOLMES. Mama saya penggemar novel detektif, jadi novel-novel pertama saya yaaaaaa semuanya novel detektif, hingga sekarang saya paling suka novel misteri. Kelas 5, entah kenapa ayah saya mulai memperkenalkan buku-buku yang “terlalu berat” untuk saya, jika diingat-ingat lagi mungkin itu firasat ya Ayah akan sakit lalu kemudian meninggal. Buku yang saya baca kelas 5 SD mmmm 100 tokoh yang berpengaruh di dunia karangan Michael Hart, buku yang saya punya masih super DJADUL dengan cover hitam pink dan kertas yang kuning hahahaha

dari situ saya dibelikan komik tentang penemu-penemu di dunia, Issaac Newton, Einstein, semuanya. Mungkin kalian juga punya koleksi buku-buku itu. Ini hits banget di era anak SD SMP 90-an. Karena sepupu saya juga suka buku jadi kami bisa saling tukar baca komik-komik itu. Puncaknya, menjelang kelas 6 SD ayah saya memberika saya buku Einstein Dreams karangan Alan Lightman dan sebuah buku karangan Kahlil Gibran *lupa judulnya pokoknya covernya gambar kuda lagi liat bulan*

Einstein’s Dream adalah buku favorit saya, dan juga buku terakhir yang ayah saya berikan kepada saya. Dalam satu chapternya ada banyak poin-poin menarik tentang ruang dan waktu dan itu benar-benar menarik.

Saat SMP, banyak kesedihan yang terjadi di keluarga saya. Kakek, nenek, dan ayah saya meninggal dunia. I am smiling in that time, buat of course I am crying inside. Mama saya menghibur saya dengan membeli satu set full novel karangan Agatha Cristie dan Trilogi WINNETOU.

Dari dulu saya mencintai buku, tapi saya mulai bosan dengan novel fiksi saya lebih memilih buku buku non fiksi saat ini. Masih seperti dulu ketika ada yang menarik, saya menulis semuanya di buku harian saya dan juga di blog.

Lalu film? It’s gonna surprise you but my family almost never watch SINETRON. Dari kecil saya menonton film kartun. Lalu menonton film-film seru seperti Mc Gayver, film-filmnya Jet Li, Jackie Chan, tentu beberapa film vampire yang kemudian membuat saya tergila-gila menempelkan kertas ke jidat teman-teman saya ketika mereka berisik. Dan yang paling hot, film India hahahahaha…. sinetron? rasanya jarang sekali.

Luar biasa kan masa kecil seorang Marissa, yeph! but nothing is perfect. Dengan background itu saya benar benar menjadi anak yang baik, senang baca, logis (mungkin terlalu logis), tidak punya masalah dengan menulis. Buku yang saya baca membuat saya tumbuh jadi orang yang kepo dan ingin tahu banyak hal, belajar melindungi seperti yang dilakukan Winnetou, belajar untuk bangkit setiap gagal dari biografi para ilmuwan, belajar mencintai ilmu pengetahuan, dan hal-hal baik lainnya. TAAAAAAPIIIIIIII…. tentu ada negatifnya, saya menjadi super kuper, saya tidak terlalu suka bicara karena saya lebih senang menulis dan membaca (menggambar juga) dan itu membuat saya super super super KUDET aliar KURANG UPDATE.

Boleh liat saya sekarang, saya ini jaraaaaaang banget ngomong kalau bukan ke orang yang deket-deket banget. But I write and draw so much. Apa ini jadi masalah, jelas…. teman saya menjadi tidak terlalu banyak dan yang lucu saya jadi suka kurang update gitu deh. Contoh, waktu SMP ada teman yang berbisik pada saya “Mar, bawa roti jepang gak?” berhubung dari ndeso dan kemudian sekolah di kota tentu dengan keramahan ala ndeso saya jawab “Waduh, gak tuh”
“Aduuuh, beli dimana ya”
Dengan kejeniusan saya yang memang tiada tanding, dengan PD saya bilang “Yaudah, saya tau…saya temenin ya”
Kalian tau saya bawa teman saya kemana? Ke kantin dan dengan suara kencang saya bilang “Mas, beli roti ya. Tapi temen saya maunya roti dari jepang” BYAAAAAR seketika semua orang tertawa terkikik-kikik. Teman saya itu seingat saya hanya bilang “Jadi kamu gak ngerti roti jepang itu apa ya?”, jawaban saya tentu “Ya roti kan… kamu belum sarapan ya, yaudah sini aku traktir” dan kini saya sadar betapa malangnya nasib teman saya itu. Bodohnya, saya baru menyadari kesalahan saya itu ketika saya pulang ke rumah itupun disambut dengan tawa riuh Mama saya hingga beberapa menit.

———————————————–
Itu kisah saya,
Ngomong-ngomong apa buku yang kalian baca? Film yang kalian lihat? dan yang kamu lakukan ketika kalian kecil?
Jika kalian sudah memiliki anak, buku apa? film apa? hal apa yang akan kalian berikan kepada anak kalian?

Jawab sendiri-sendiri, tapi berikanlah hal yang baik.

Akhir-akhir ini semakin sedikit jenis buku yang dibaca anak-anak di Indonesia. Semakin sedikit juga tontonan berkualitas untuk mereka. Saya kemudian sedih luar biasa ketika membuka instagram salah seorang artis dangdut fenomenal yang memperlihatkan foto seorang anak membaca buku biografi dirinya.
Image and video hosting by TinyPic

Saya pikir anak itu masih usia SD, saya cek akun instagramnya dan benar saja masih kelas 4 SD. Kelas 4 SD… dan buku yang dia baca, yang dia banggakan adalah buku biografi JUPE! Tidak bermaksud menyinggung para fans Jupe, tapi kalian bayangkan usia kelas 4 SD bacaannya JUPE! Buku yang mungkin bahasanya tidak berat dan bisa dicerna oleh anak sedini itu, tapi kalian harus tahu bahwa di cover letternya aja udah jelas tulisannya Cantik itu menurut gue 5 B (Brain, Beauty, Behave, and Boobs)” Oh sorry…. but please reconsider apakah anak kecil sudah layak mengenal BOOBS in their life? Apa itu lebih penting dari pengetahuan alam seperti gerak semu harian matahari, atau ilmu-ilmu fisika dasar yang menjelaskan mengapa Tuhan begitu hebat sehingga sistem di semesta ini bisa membuat planet-planet just keep on their track? 

Saya mengecek aku anak itu, dan bagi saya untuk seorang anak kecil, anak ini menjadi terlalu terlihat “dewasa sebelum waktunya”. Dan ini terjadi di generasi muda negeri kita, ketika angkot yang dipenuhi anak sekolah usia SD hingga SMP lebih sibuk memperdebatkan realita cinta dan pacaran mereka beserta artis-artis masa kini dibandingkan PR matematika yang mereka peroleh. Ketika mereka lebih hapal nama artis-artis sinentron dibandingkan proses metamorfosis pada kupu-kupu.

Jika buku yang saya baca, film yang saya tonton, membentuk saya menjadi saya yang sekarang…. maka mungkin hal serupa akan terjadi pada generasi-generasi selanjutnya. Saya mungkin bukan siapa-siapa, tapi saya tidak tega melihat generasi yang minim pola pikir kritis dan memadai hanya karena apa yang mereka lihat di masa kecil tidak membentuk mereka menjadi pribadi yang mumpuni menghadapi kehidupan yang semakin menantang.

10 tahun…
20 tahun…
beberapa tahun kedepan, kita akan menua semakin menua, hingga digantikan oleh generasi setelah kita.
Jika mereka memiliki kualitas yang kita rasa lebih rendah dari generasi kita maka apa kita harus menyalahkan mereka?
Saya berpendapat mungkin tidak…. karena kita juga yang berperan membentuk karakter generasi-generasi setelah kita.

Jika kalian memiliki keluarga, memiliki adik, memiliki anak, memiliki cucu,
maka didiklah mereka, ajari mereka dengan hal-hal yang baik. Buat mereka menjadi orang-orang yang jika memungkinkan lebih hebat dari kita. Menjadi orang yang cerdas, kritis, dan berbudi luhur. Menjadi orang-orang pintar, beradab, dan tidak egois.

Selalu ada harapan di semesta ini, dan harapan baru selalu muncul dari generasi-generasi baru.
Teriring seluruh doa yang baik untuk generasi saya dan generasi yang akan datang.

Buku bersampul merah dari Mama….


Kemarin, sambil beres-beres koper untuk berangkat ke negeri sakura, seperti biasa rumah pasti ramai dengan percakapan antara saya dan Mama saya.

Mama (M): Waaaah… anak Mama bener ya kesampaian ke luar negeri. Mama bangga deh. Inget ya musim dingin loh jangan kambuh pileknya, packing yang rapi…. eeeeh itu gimana ngelipetnya? aduuuh… jangan berantakan biar kopernya cukup.

SKIP
SKIP
SKIP
jadi ketahuan deh saya berantakan ahahahaha….

M: Nanti sepi dong. Rumah ini kan orangnya cuman sedikit… kalau kakak pergi sepi banget ya. Mama cuman sama kucing terus sama kiki.

Saya (S): Ih cuman bentar lagi, nanti juga pulang. Hehehehe… saya juga kangen sama rumah.

M: Nanti kalau kakak sekolah, sepinya lebih lama.

S: Saya pulang nanti Ma, masa saya gak kangen rumah.

M: Iya ya.. Eh Kak, katanya kakak mau jadi penulis. Nih, kakak lupa ya Mama beliin ini dulu
Kata Mama sambil menyodorkan buku tebal dengan cover merah yang dulu pernah Mama belikan untuk saya. Belum pernah dipakai karena lebih sering menulis di komputer.

CAM01011Buku catatan bercover merah dari Mama [emoji black heart suit]

M: Nulis itu kak, lebih lengkap dan lebih diingat kalau ditulis tangan. Bisa dibawa kemana-mana juga. Mulai sekarang, tulis semua pengalaman kamu setiap hari di buku ini. Nanti pas kamu mau nulis buku, kamu tinggal liat ulang catatan kamu.

S: Iya Ma, nanti saya jadi penulis ya.

M: Iya… kan kamu yang bilang, pengalaman kamu harus jadi pelajaran bagi orang lain. Nulis yang bener ya… waktu cuman 24 jam, mungkin kamu harus luangkan setiap hari minimal satu lembar.

S: Tapi saya gak tahu apa tulisan saya bisa bagus… apa akan dibaca orang… apa akan menarik…. apa gak apa, Ma

M: Loh… kalau melakukan sesuatu itu jangan pikirkan persepsi orang lain dulu, pikirkan bagaimana kamu bisa melakukan semuanya dengan baik. Udaaaah…. kalau kamu sudah melakukan yang terbaik, hasilnya gak akan jelek. Setidaknya Mama pasti mau baca.

Untuk beberapa hal, rasanya bahagia banget… saya yang biasa-biasa ini, punya Mama yang luar biasa, mau mendukung segala hal yang dilakukan anaknya. Kalau saya menjadi seorang Mama nanti, saya belum tau apakah saya akan bisa sebaik itu atau gak. Untuk beberapa hal, rasanya nyesel banget sering ngomel-ngomel ke Mama… huhuhuhuhu~ she is very kind woman.

Kalian tahu bagaimana rasanya ketika tahu bahwa di alam semesta ini ada satu orang yang secara tulus dan sungguh-sungguh terus mendukung kita, satu orang yang selalu bilang “Oh come on… kamu pasti bisa! Kamu pasti berhasil!” Saat kalian tahu itu, apapun alasannya rasanya ingin bangkit berkali-kali setelah jatuh… rasanya tidak mau membuat dukungan itu sia-sia. Ada resonansi antara dukungan itu dengan semangat untuk terus berjuang, sebuah resonansi yang tidak bisa dijelaskan dengan rentetan ilmu pengetahuan. Dan dukungan setia itu saya peroleh dari Mama.

Apapun yang akan terjadi, I’ll make my mom proud!
Mungkin tidak akan bisa membayar semua jasa Mama, tapi mungkin itu bisa bikin Mama happy.
And if someday I write a book, it must be very great book… supaya bisa banyak yang baca dan semua bisa baca cover depannya “Special for the best Mom in the world 🙂 ”

Ah semoga~

 

A world without bees….


Entah kenapa gak bisa berhenti baca a world without bees….

Sebuah desa di Cina pernah ada yang terpaksa menyerbuki seluruh tanaman pertanian mereka hanya karena tidak ada lebah lagi di desa mereka. Why? karena penggunaan insektisida yang berlebihan….!

Lebih gilanya lagi… jika lebah hilang dari lahan pertanian, maka produksi pertanian kita akan berkurang sekitar 3/4-nya. Kenapa? karena hampir 70% tanaman diserbuki oleh lebah madu.

Dampak paling ekstrimnya….
Kepunahan lebah akan mengakibatkan kematian manusia

Allah itu… kalau mau nyiksa manusia rupanya gampang banget ya…
Lebah aja sebegitu krusialnya.
Setahu saya, Amerika bahkan sudah mengadakan penelitian khusus mengenai menurunnya populasi lebah di Amerika.
Saya jadi ngerti deh… kenapa dalam Quran ada surat An-Nahl yang membahas lebah tersendiri…. Isssssh…. hebat sekali lebah itu ya.

Wanna read more! Check some links below:
* ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/012/i0842e/i0842e09.pdf
*http://www.fve.org/uploads/publications/docs/bees_entire_brochure_02.pdf

Atau baca bukunya langsung:

Saya gak tau beli hardcopynya dimana, tapi pernah iseng2 nyari di internet ada e-booknya 😀 dan bisa dibaca di ibooks hohohoho~ Oiya, majalah TIME juga pernah membahas A world without bee bulan ini. Sekarang sudah avaible online untuk dibaca.

Mahasuci Allah dengan segala kekerenan-Nya 🙂