Komunitas ASEAN 2015: Apa, Mengapa, Bagaimana?


Mengawali postingan saya kali ini yang akan rada teknis ceritanya, mari kita ucapkan

:present: HAPPY BIRTHDAY ASEAN!  :present:

tepatnya tanggal 7 Agustus kemarin ASEAN sudah mencapai usia 46 tahun, asiiiik~ kalau usia manusia ini tuh lagi usia “matang-matang”nya dan tentu sudah semakin mapan dan sudah semakin bijaksana dalam menapaki diri dan kehidupan, seeeeedddaaaaap!

Oiya, tidak ada salahnya juga bukan kita sekalian memberikan sedikit “kado” untuk ASEAN yang baru saja berulang tahun. Terserah deh bagaimana caranya, tapi kalau kalian punya blog hmmmm Komunitas Blogger ASEAN lagi ada even nih yaitu lomba blog ASEAN. Bukan masalah menang atau kalah… meramaikan saja juga gak apa-apa… yang penting ada sedikit antusiasme dan tanda sayang untuk ASEAN hehehe.

Well…well….well… saya rasa cukup sekapur sirihnya.
Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya, di usia yang sudah mencapai 40++, maka sudah sewajarnya ASEAN juga harus semakin matang, tentunya dalam hal ini matang sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Untuk menunjukan kematangan itu maka para kepala negara ASEAN menyepakati untuk membentuk ASEAN Community 2015 / Komunitas ASEAN 2015. Sebelum membuat otak kawan-kawan semua berasap… atau mata berat…. atau mulut yang sudah mulai gatal untuk menguap, saya rasa biarlah animasi ini yang memberikan penjelasan tentang apa siiih komunitas ASEAN itu?

Saya jelaskan disini, ketika Anda mengatakan ASEAN community hanyalah tentang perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan sekaligus perpindahan secara bebas faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) maka hal tersebut kurang tepat. Perdagangan bebas hanyalah salah satu poin dalam ASEAN community. Yang perlu dipahami adalah ASEAN community ini memiliki 3 pilar yaitu Pilar Keamanan-Politik (ASEAN Political-Security Community), Pilar Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Pilar Sosiokultural (ASEAN Socio-Culture Community). Naaaaaah….. masalah Perdagangan Bebas itu masuk kedalam pilar Ekonomi. KEA sendiri memiliki pembahasan dan cakupan yang sangat luas tapi sebernarnya intinya satu: Ingin menciptakan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi seluruh warga ASEAN.

Waduuuh! Kok mendadak sekali sih? Sebentar lagi kan tahun 2015.
Sebenarnya sih tidak mendadak banget, wacana pembentukan KEA ini sendiri sudah ada dan disepakati sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia tahun 2003! Catat ya! Tahun 2003, itu berarti sejak 10 tahun yang lalu. Jika masih rada mengawang-ngawang…. kita coba pelajari bareng-bareng yuks!

Tapi…
Tapi…
Tapi…

Telat deh kayaknya kalau mulai taunya sekarang

Oh… come on! Gak ada kata telat buat jadi kece hahahaha. Tancaaaap!

1. ASEAN Political-Security Community (APSC)

Naaaah, pilar pertama dulu nih, judulnya APSC…mohon jangan diplesetkan jadi “APaaa SiCh” errrr… :sweat:
Sesuai judulnya maka APSC punya misi untuk membuat setiap warga ASEAN jadi warga yang saling peduli, hidup dalam kedamaian, dan punya kondisi keamanan dan politik yang stabil. Mungkin keliahatannya klise banget ya… akan tetapi tugas ini sangat berat!

Coba bayangkan! 10 negara ASEAN… semuanya punya pandangan politis yang berbeda-beda.
Belum lagi letak ASEAN yang strategis di dunia, dikelilingi berbagai laut, samudera, dan berbatasan dengan banyak negera lain, maka jangan heran kalau konflik-konflik geo-politik juga sering terjadi.
Huuuffft~~~nyut…nyut…nyut…
Itulah mengapa APSC dalam blueprintnya menyatakan bahwa program kerja mereka berkisar kepada penciptaan good governance, menyelesaikan kasus konflik-konflik geo-politik yang ada di internal Asia Tenggara maupun yang ada kaitannya dengan negara lain di luar Asia Tenggara seperti kasus konfik di Laut Cina Selatan.

Saya dan mungkin kita semua, mungkin gemas sewaktu ada kasus Pembantaian Muslim Rohingya, atau ketika beberapa pulau-pulau kita harus rebut-rebutan dengan Malaysia, atau pusing juga kenapa Menteri Luar Negeri kita, yang jujur saja tampan dan rapi itu :inlove: , harus repot-repot keliling semua negara di Asia Tenggara untuk shuttle diplomation masalah konflik Laut Cina Selatan. Saking gemasnya sampai banyak yang bilang “Udahlah…masalah seperti ini tinggal majuuuuu….serbuuuuu….. seraaaaaaang… terjaaaaaaang…..!” tanpa perlu tendeng aling-aling.

Wueeeeetssss… rupanya gak begitu caranya, kawan! Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa segala konflik yang menyangkut negara-negara ASEAN harus diselesaikan dulu secara damai, istilah kerennya apa ya? soft diplomacy.

Tapi, Mon! Susah banget kali… lamaaaa…kan 10 negara ya beda-beda semua sudut pandangnya…
Justru karena itu maka APSC ini jadi salah satu pilar utama ASEAN community. Kerjaannya ya bukan hanya meminimalisir konflik, tapi juga saling bantu membantu di bidang Hak Asasi Manusia, ada juga perjanjian untuk bekerjasama memberantas peredaran NARKOBA, saling membantu kalau ada bencana alam, bahkan masalah zona bebas senjata nuklir pun dibahas. Pokoknya bagaimana untuk mewujudkan ASEAN yang damaaaaaaaaaiiiiiii~

Not our bussiness…!
No! no… ini benar-benar urusan kita.
Masih ingat keantusiasan kita semua ketika melihat konflik-konflik kemanusiaan maupun geo-politik yang ada di Asia Tenggara? Yak! Semangat dan antusiasme yang luar biasa…
Akan tetapi sungguh kurang elok jika kemudian kita malah saling mencaci kepada negara ASEAN lain.
Tugas kita hanyalah membantu sebisa mungkin yang kita bisa.

Suatu hal yang luar biasa ketika banyak sekali relawan dan bantuan ke Myanmar untuk membantu muslim di Rohingya… tapi kalau sampai memukul rata bahwa semua biksu di dunia “jahat” membenci seluruh warga Myanmar, wueetssss… gak oke
Sama juga ketika ada aksi rebut-rebutan pulau dengan kawan serumpun kita…itu tuch… Malaysia. Yaaaa siapa yang gak kesel dan gemas sih, tapi yaaaa yang bisa kita lakukan adalah belajar dari pengalaman, selain itu Indonesia juga masih sangat butuh para ilmuwan dan ahli-ahli di bidang pertahanan dan konflik perbatasan. Masih sebal juga? gak apa… tapi jangan ikut-ikutan caci memaki di social media dsb. Yeaaah~ at least kita bisa mencoba jadi warga ASEAN yang elegan!
Begitu pula untuk masalah-masalah lainnya.
Untuk masalah kebijakan, tentu ini bukan kapabiltas kita untuk menjudge sepihak mengenai suatu hal. Ini masalah para petinggi-petinggi yang juga merupakan policy maker di level nasional maupun internasional. Yeaaaah… sampai sini, tugas kita hanya berdoa.

2. ASEAN Economic Community (AEC)
Aha! ini yang jadi bidang saya… ekonomi!
Karena pekerjaan saya kini erat kaitannya dengan AEC seharusnya saya bisa menjelaskan ini secara lebih simple dan agak lebih mudah dimengerti.

Skema di atas menjabarkan secara singkat mengenai lingkup kerja AEC. Sesuai dengan namanya maka tentunya urusannya terkait dengan ekonomi. Untuk menghadapi AEC, maka pemerintah sudah mempersiapkan berbagai inpres dan inpres yang terbaru dan insya Allah akan keluar dalam waktu dekat terkait dengan meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC 2015. Pemerintah juga sudah berjuang mati-matian untuk berusaha membangkitkan gairah ekonomi bangsa.. mulai dari sektor UKM sampai sektor industri besaaaaaar.

Tapi apakah benar kita sudah siap?
AEC ini memang di blueprintnya secara jelas menyatakan ingin membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif, selain itu AEC juga ingin mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas dan mempermudah pergerakan para pelaku usaha dan tenaga kerja terampil.

Nah masalahnya… banyak sektor usaha kita yang belum siap kalau bersaing dengan barang impor, bahkan yang diimpor dari negara-negara Asia tenggara sekalipun. Apalagi? Kalau kemudian tenaga kerja bisa lebih besar bergerak dari satu negara ke negara lain, maka jika kita tidak siap bisa jadi pasar tenaga kerja kita kemudian dipenuhi tenaga kerja asing. Sungguh mengkhawatirkan jika Indonesia hanya menjadi “bawahan” di negerinya sendiri.

Secara regional pun kondisi ekonomi semua negara ASEAN tidak seragam. Ada yang masuk high income countries, middle income countries, bahkan low income countries. Apa bisa ASEAN berintegrasi dengan baik? Uni Eropa yang kondisi ekonominya sudah agak lebih seragam saja toh bisa langsung pusing tujuh keliling ketika Yunani ekonominya jatuh.

Masalahnya rumit, kawan! Rumit sekali… harus ada yang bisa kita lakukan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Kita harus berusaha untuk bisa lebih pintar…
Ya? bagaimana lagi? Ini sih mau tidak mau wajib harus bersedia. Kalau kemampuan bahasa kita mandek… pas sekolah juga masuk telinga kanan keluar telinga kiri… lalu taraaaaaaa…. tahun 2015 bisa bisa posisi-posisi manajerial diambil alih para tenaga asing dari negara ASEAN yang lainnya. Gak adil? Mau marah? Loh kenapa gak adil? Kenapa harus  Jika saya pemilik suatu perusahaan yang akan memilih orang-orang yang memiliki kapabilitas yang paling baik untuk mengurus perusahaan saya. Mau asing kek…mau lokal kek… saya gak akan peduli. Ini bisnis! bukan lembaga amal, Bung! Selamat datang di dunia ekonomi…. hidup itu keraaaaaas, Bung!

Selain itu kita juga jangan hanya lihat kemungkinan-kemungkinan menyeramkan yang akan terjadi. Kesempatannya juga ada banyak.
Banjir impor, okay… tapi seharusnya kita juga bisa memanfaatkan pasar yang luas ini untuk memasarkan produk kita, bisa mendapatkan bahan baku yang lebih murah lalu memproduksi barang yang lebih efisien dan harusnya kualitasnya lebih baik.

Oiya… informasi pun sebenarnya lebih terbuka, bahkan ada program ASEAN untuk membangun Usaha Kecil Menengah (UKM) di setiap negara di ASEAN, hanyaaaaa sajaaaaa…. informasinya juga belum tersebar dengan baik bahkan website SME ASEAN pun hanya tersedia dalam bahasa tagalog! Yeaaah… pantes aja kalah UKM kita sama Thailand. Hanya Thailand dan google translate yang tahu.

Image and video hosting by TinyPic

Mohon kepada Kemlu atau siapapun yang membaca posting ini… pleaseeeee… informasi di SME ASEAN lebih dipublikasikan lagi dan perbaiki webnya. Pleaseee…

Siap? ya harus disiap-siapin.
Kita sudah menghadapi berbagai Zona perdagangan bebas dsb.
Toh kita masih hidup-hidup saja kan…
Ya hidup! Masalahnya kita ingin di posisi mana? Kalau ini pertandingan marathon… ya mungkin semuanya lari-lari saja… masalahnya kita ingin masuk di peringkat berapa? Kalau mau masuk peringkat atas maka lari yang cepaaaaat! Berjuang dengan stamina yang ada!

3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)
Hiyaaaa… kita hampir berada di akhir kisah mahapanjang ini.
Pilar terakhir itu pilar Sosio-Kultural. Pilar ini mencakup pengembangan SDM, pengembangan kesejahteraan, lingkungan hidup, dan Identitas ASEAN.

ASCC punya banyak misi, misalnya pemerataan pendidikan, akses terhadap Teknologi Informasi, peningkatan research and development di kawasan Asia Tenggara, dan lain sebagainya. ASCC juga ada di garis depan untuk memberikan bantuan jika ada satu negara ASEAN yang terkena bencana. Buat kalian-kalian yang punya passion di bidang kewirausahaan wuuuuetttttssss asal tau aja sebenarnya ada ASEAN Forum on Youth Entrepreneurship… ini program lama loh sebenarnya, seingat saya sejak tahun 2009.. tapi masih ada tidak ya? Entahlah… sepertinya masih ada, tapi seperti biasa kita suka ketinggalan info gitu dech!

Intinya ASCC ini sejalan dengan Millenium Development Goals 2015 yang misi-misinya adalah sebagai berikut:

Wuiiih… banyak hal ya.
Sungguh ini gak bisa kalau hanya mengandalkan pemerintah saja, yaaaa pemerintah juga kerjaannya banyak sih. Mungkin dari melakukan hal-hal yang kecil dulu seperti buang sampah pada tempatnya, jangan merusak pohon, jangan boros dan buang-buang makanan *wiiih catat nih, sering banget kan ada yang sok diet terus buang-buang makanan*, dan mulai menjalankan hidup sehat. Apalagi? Oiya! Peduli! Peduli kepada sesama… yeaaaah sampai lumutan juga kita gak akan bisa seratus persen menghapus kemiskinan… kelaparan…penyakit endemik… dsb… hellow.. kalau doraemon muncul di muka bumi pun dia tidak akan bisa melakukan itu.

But at least we try…. yang penting mah ikhtiar!
Tidak ada kebaikan yang sia-sia! Saya percaya itu! Sekecil apapun

Huwaaaaa selesai juga! Eh katanya saya mau ngasih review singkat aja, kenapa jadi banyak begini ya? hahahahaha…. masih suasana lebaran, bro! Maafin ya 🙂

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434


Saya selaku pengurus blog paling ngawur dan aneh se-Indonesia….
Tuan rumah blog Emonikova….
Mengucapkan….

emonikova's lebaran card

maafkan atas segala kekhilafan…
maafkan atas segala opini yang mungkin kadang tidak cukup represetatif atau kurang bermutu…
maafkan atas segala keegoisan…
maafkan atas segala kesoktahuan…
maafkan untuk segala hal yang kurang berkenan.

Terima kasih atas segala hal luar biasa dan baik dari kalian semua, pembaca saya yang sangat berharga.

Hormat saya,

Marissa Malahayati

NB: Sorry… gambarnya rada berantakan ya? hahahaha maklum bikin sendiri dan udah lama gak menggambar 🙂

Sedang belajar: Energy Economics


Kalau kata mantan murid-murid saya… Kak Emon itu gak bisa lepas dari film terutama film animasi, ya ampuuuuunnn segitunya ya. Sebenarnya saya kalau udah nonton itu berarti udah di ujung kefrustasian dalam belajar. Kalau udah gak ngerti buku, yaaa coba cari film dokumenternya… atau cari animation movie-nya… kalau masih gak ngerti lagi baru nanya ke dosen atau siapapun lah. Antusiasme orang lain ngejawab pertanyaan kita itu berbanding lurus dengan antusiasme kita dalam mencari jawabannya soalnya. Pernah dong denger dosen yang tiba-tiba bilang “What a stupid question!” kepada murid-muridnya? Kalau belum…wah masih kurang merasakan pahit getirnya kehidupan tuh, hahahaha. Dulu saya mikir kok ya kejem banget ya dosennya, tapi lama-lama saya tahu rupanya kesel ya menjawab pertanyaan orang yang bahkan belum mencari jawaban pertanyaan dia sebelumnya… iiiiiihhhhh sebeeeeeellllll~

Oiya.. kali ini saya sedang mulai belajar bidang baru nih… judulnya Energy Economics….. Pusing juga baca-baca publikasinya. Penelitian saya selama ini selalu Monetary and Fiscal Policy atau Microfinance Institution…. Tapi kali ini… karena satu dan lain hal yang mungkin kelak akan saya ceritakan, saya pun belajar Ekonomi Energi yang rupanya cukup bikin kepala nyut….nyut….nyut…

Kalau biasanya ketemu ekonomi moneter atau fiskal tinggal cari data lalu run… run…run… biarkan komputer berpikir… gw tinggal analisis. Selesaiiiiii~~~
Energy Economics… wueeets tunggu dulu. Tiap sumber energi ada plus minus mereka masing-masing…punya cost dan benefit masing-masing… energi yang dihasilkan juga jumlahnya beda-beda… emisi yang dihasilkan juga beda-beda lagi…. whuuuuusssssssh otak langsung panas, udah berasap dan sepertinya mulai menghasilkan emisi nih.

Ngerti deh kenapa ekonomi energi banyaknya dikuasai anak teknik… jujur aja loh sebagai anak ekonomi “konvensional” saya aja baru ngeh dunia energi itu luaaaaaaaaaaassssss baaaaangeeeeet. Semua dipikirin, bahkan… bahkan mau ngitung emisi alat transportasi aja dihitung berapa kapasitas maksimum penumpang di moda transportasi tersebut. Ya Allah… ada ya yang sampai ngitung sedetil itu. Mau bangun reaktor nuklir aja dihitung kira-kira energinya bisa bertahan sampai berapa tahun…. kerugian kalau tiba2 reaktornya jebol berapa…. berapa penghematan yang dilakukan dibandingkan dengan menggunakan sumber lain… Kalau saya sih dulu gak pernah peduli hal-hal kayak gitu hahahahhaa… GAK PERNAH!

Tapi yaaaa mungkin justru harus belajar ya biar wawasan makin luas. Kalau gak gini, gak akan amaze gila-gilaan ke ilmu pegetahuan.

Tapi jujur aja, karena energi adalah hal yang baru… jadi yaaaa saya harus belajar gila-gilaan. Lagipula kalau nanti saya nanya ke dosen saya, mbok ya saya jangan malu-maluin banget. Sayang otak saya mulai panas, jadi untuk refreshing saya buka video-video ttng energy economics… beberapa seru banget buat diliat.Cekidot

Inti dari videonya sih Renewable Energy itu haruslah yang harganya terjangkau dan aman. kemudian walau ada target pengurangan emisi 80% pada tahun 2050, tapi mengingat birokrasi dkk… maka haus act now! yaaaa pokoknya begitu. Yang bikin sedih sih justru komen di youtube, ada yang bilang “Ngapain mengurangi emisi toh India dan China justru cuek aja meningkatkan emisinya… ngapain nurunin emisi toh ini juga udah telat” errrrrrrhhhhh egois sekali *banting sendal*  ya gimana? jelek-jelek gini, bumi ini tempat kita tinggal loh… kemudian kelak kita akan beranak pinak… energi harus sustain dong, begitu pula sumber daya yang lain. Mikir dong…. mikir… errrrrgggghhhhh *remes-remes kertas kotretan*

Eh ada lagi….

jadi kisahnya makhluk di muka bumi ini butuh 30% lagi tambahn fresh water, 40% lagi tambahan energi, dan 50% lagi tambahan food. Wueeeetssss… jangan kira, kalau anak Bogor mah air, energi, makanan berlimpah ruah, di muka bumi lain? wueeeetsss banyak yang gak mendapat akses untuk itu. Nah, yang paling banyak dilupakan adalah air, energi, dan makanan itu satu kesatuan. Kebanyakan negara-negara tidak menganggap masalah ini menjadi satu kesatuan, dan akhirnya menyelesaikan masalah-masalah ini secara terpisah-pisah… akhirnya ada yang peduli sama food aja eh lupa sama energi dan air, begitu seterusnya.

Seru kan 😀

Seruuuu dong…. belajar itu seru-seru aja kok, lebih seru lagi kalau dishare dan kemudian diimplementasikan.

Ah…Bumi, Selamat hari raya Idul Fitri ya… mohon maaf lahir dan batin karena sudah terlalu banyak mencederaimu 🙁

re-arrange my dreams…


Hufffft~~~ beberapa hari ini saya dilanda kegalauan yang teramat sangat hahahahaha 😀
gak sih sebenarnya biasa saja. Saya sedang dilanda kekaguman yang luar biasa pada ilmu pengetahuan dan lagi menjalankan hobi saya yang lain “menulis” ada beberapa lomba yang saya putuskan akan saya ikuti. Rasanya bahagia banget saat punya waktu untuk nulis lagi, sangaaaaat bahagiaaaaaa!

Mulai dari mana ya?
Mmmm… mulai dari sebuah pernyataan “Galau itu hal yang manusiawi!” rupanyaaaa…. manusia itu luar biasa heboh ya, ketika tidak ada pilihan, galau! ketika pilihan terlalu banyak, galau juga! Ya ampuuuun~ gak kurang musingin? Saya sendiri masih pusing karena ditawari sekolah di beberapa tempat dan kerja di beberapa tempat juga. Pokoknya seru deh, merasa terhormat karena manusia dengan otak yang suka korslet tiba-tiba ini dipercaya kemampuannya oleh banyak orang. Terima kasih banyak atas kepercayaannya, saya sampai berpikir jangan-jangan diri saya sendiri yang suka mendiskriditkan kemampuan saya.

Tapi kemudian saya membaca tulisan di blog teman saya, salah satu yang simple dan menggugah adalah ketika dia nulis “Do everything you like!” yeaaah kira-kira begitu. Saya jadi berpikir, sebenarnya hal-hal yang saya suka apa ya?Sebenarnya impian saya apa ya? Hmmmm apaaaaa yaaaaa?

Sejujurnya impian saya itu simple loh, kawan-kawan. Saya ingin menjadi peneliti, dosen, sekaligus seorang penulis buku. Hahahahahha…. pekerjaan yang kata beberapa teman saya gak ada uangnya. Sebodo deh…

Kenapa ya saya ingin pekerjaan itu? Karena saya ingin menjadi seorang wanita yang pintar… pintaaaaaar sekali!  Tapi saya ingin generasi-generasi setelah saya lebih pintar dibandingkan saya. Jadi suatu kehormatan jika saya bisa “memintarkan” generasi-generasi setelah saya. Kalau kata dosen saya, hidup itu harus mengingat filosofi air wudhu, suci saja tidak cukup harus bisa mensucikan. Ya! Pintar saja tidak cukup… harus bisa membuat pintar orang lain. Saya percaya, ilmu bertambah ketika ia diimplementasikan dan dibagikan. Insya Allah.

Laluuuuu…. saya ingin seperti Mama saya, punya waktu yang cukup untuk keluarga. Saya ingin bisa mengurus anak, suami, dan seluruh keluarga besar saya di masa depan. Jadi wanita karir oke… oke banget! tapi setelah saya kerja, saya pikir kok sedih sekali ya kalau waktu di kantor lebih lama dibandingkan waktu ketemu keluarga, jadi saya ingin pekerjaan yang punya waktu yang lebih flexible dan pekerjaannya ada yang bisa dibawa dan dikerjakan di rumah. Saya ingin pulang lebih cepat dari suami saya, menyambut dia dengan senyuman dan secangkir teh hangat, lalu menanyakan apa hal “seru” yang terjadi di kantornya… aiiiih kurang romantis apa coba? Saya juga ingin mengajari anak saya pelajaran-pelajaran di sekolah, jadi dia gak akan lemot pas sampai sekolah. Saya mau mengecek keadaan Mama, melihat progress sekolah dan karir adik saya, menengok mertua, semuanyaaaa~ emak-emak banget ya? Kawan… saya sudah terlalu banyak kehilangan, jadi saya ingin menjaga sebaik mungkin apa yang saya punya. Amanah nih, gak bisa main-main….!

Saya juga sangat suka membaca dan menulis. Saya bahkan punya impian jika kelak menikah, suami saya harus cukup tergila-gila dengan buku. Supaya dia gak shock kalau saya berjam-jam di toko buku dan gak rewel kalau saya bilang mau sebuah ruang khusus di rumah kami untuk jadi perpustakaan. Lagipula, saya ingin calon saya kelak suka sekali membaca karena saya ingin jadi penulis… He will be my editor! Jadi setiap beres nulis, dia bisa baca… dan komentar “Hmmm…. kayaknya disini kurang deh…”, “…..Kamu yakin methodnya benar? Ini kayaknya salah deh”, “….kok ngantuk ya? Kayaknya diksi kamu agak membosankan”, kejam banget ya hahahahha… tapi in the end saya harap dia orang yang akan bilang “Kamu tahu? Tulisan kamu layak untuk masuk rak buku saya dan rak buku setiap orang” Huwaaaaaa…. romantis gak? romantis gak? Gak ya? hahahha…iiiih jangan gitu, bagi saya itu so sweet banget loh.Mohon dihargai deh imajinasi wanita jomblo ini hahahaha.

Bahkan kalau bisa saya dan dia nulis buku atau jurnal bareng! Jadi nanti anak-anak kami bisa liat “Ooooh… lumayan kece juga nih Mama saya Papa gw” hahahaha… cuman masih susah nih nyari orang yang kayak begitu 🙁 huuuffffft~~~ Tapi pasti ada, dan mau sama saya tentunya hahahahhaa…Tapi kebayang gak sih sebuah karya tulis yang levelnya nasional atau internasional ditulis oleh orang-orang yang berada di satu atap! Walau tentu berantemnya akan heboh hahaha karena saya cerewet banget dan suka gak mau kalah.

Kalau kata Fahd Djibran, “Aku tidak mau anak, cucu, dan keturunanku lebih mengenal Newton dan Einsten dibandingkan aku… keluarga mereka sendiri” Ya! untuk masalah ini saya juga tidak mau kalah dengan Newton dan Einstein.

Kenapa saya sangat suka menulis…
Karena mungkin itu cara termudah untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan setiap sudut dunia.Menulis membuat saya “hidup” dan seperti kata Ayah saya… jika pengalaman dan pengetahuan adalah harta, maka zakatnya adalah dengan membaginya, cari cara untuk membagi ilmu dan pengalaman tersebut!

Mungkin karena saya juga ingin menunaikan impian-impian Ayah saya yang belum terlaksana.
Mungkin karena saya juga ingin menjadi simbol perjuangan bagi beberapa orang yang merasa harapan tidak ada ketika dihadapi berbagai keterbatasan…
Mungkinkah? haaaaftttt ini masalah jalan mana yang akan saya pilih.

Dalam buku Mimpi-Mimpi Einstein karangan Alan Lightman  ditulis kalau manusia menempel pada dimensi ruang dan waktu mereka sendiri, dimana mereka akan sampai… akan bertemu siapa… akan melakukan apa… itu semua tergantung dengan ruang dan waktu yang mereka pilih sendiri. Ya pilihan! Sebagai anak ekonomi yang basic knowledge-nya ngomongin tentang “Pilihan” saya sendiri masih pusing kalau disuruh memilih… opportunity cost di dunia nyata itu gak eksplisit kayak di dunia buku teks. Tapi justru karena ngegemesin jadi menarik sekali 🙂

Masiiiiih laaaaamaaaaaaa jalan saya menuju ke impian2 saya, tapi kelak saya akan menjadi seorang penulis yang baik, peneliti yang tekun belajar dan “guna” buat nusa bangsa, serta menjadi dosen yang bukan hanya mengajar tapi juga mendidik… Dan tentunya bertemu dengan pria kutu buku baik hati yang rela saya repotkan seumur hidup hehehehe belum apa-apa kok udah kasian banget ya sama suami masa depan saya itu hahahahaha bodo amat deh.

Ganbarimasu!

Reformasi alamat rumah!


Setelah selama berhari-hari tidak pulang dan menginap di hotel karena rapat dan konsinyasi yang luar biasa memakan energi… betapa kagetnya saya ketika sampai di rumah saya menyadari bahwa rumah saya secara resmi GANTI ALAMAT! Ya Allah… 2 hari gak di rumah aja rumah langsung ganti alamat apalagi kalau 2 tahun? Aduh Ya Allah… hidup hamba itu jangan terlalu ngaget-ngagetin banget gitu loh. Dulu teman saya sampai ada yang bilang “Tau gak, kalau saya deket kamu… semua hal aneh terjadi. semua hal juga jadi ikutan aneh” Rupanya iya ya.

Balik lagi ke masalah ganti alamat…
Haiiiiiish! Kok bisa, Mon? bagaimana kisahnya?
Pindah rumah?
Pindah kemanaaaaa, gak mungkin lah… Mama saya udah jatuh cinta sama rumah di Pagelaran ini mana mau pindah ninggalin pohon-pohon kesayangannya itu plus kucing dan para menantu kucingnya? Haiiiish…

Jika selama ini alamat yang saya tulis di KTP, ngelamar kerja, ngelamar beasiswa, dipajang di CV, dsb adalah “Taman Pagelaran, Jl. Teratai I, Blok E5 no.6, XXXXXX “ maka dengan sangat berat hati, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menulis dan mengganti data alamat saya menjadi “Taman Pagelaran, Jl. Melati I, Blok E5 no.6, XXXXXXX”

Loh kok bisa?
Bisa dong…. ini buktinya!

Image and video hosting by TinyPic

Rumah di belakang plang itu adalah persis rumah saya.
Apalagi sekarang nomer rumah pun di tulis di plangnya.
Mohon maaf tentang fotonya, tiang listrik di samping rumah saya emang selalu jadi sasaran empuk buat nempel-nempel pamflet termasuk pamflet sedot WC. Ini di luar kendali saya sebagai fotografer :p

Mama saya akhirnya bilang, “Ooooh… itu jalan di depan rumah kita kak, di samping rumah kita Jl. Teratai I kok”
Saya yang rasa penasarannya memang selalu menggebu-gebu akhirnya mengecek….
Daaaaan rupanyaaaa!
Taraaaaaaa!

Image and video hosting by TinyPic

Yak sodara-sodara… jalan di samping rumah saya adalah Jl.Teratai II!

Aduhai kan?

Kenapa perubahan ini terjadi?
Saya sih sudah menduga bakal seperti ini karena sewaktu jalan-jalan keliling komplek saya menemukan Jl Teratai I itu dobel. Ada yang di samping rumah saya dan ada di RT lain. Jauh lah pokoknya.
Saya yang akhir2 ini rajin belanja online juga sering sekali mengalami paket saya keliling-keliling lama dan gak nyampe-nyampe ke rumah karena kurirnya bingung mencari mana si Jl.Teratai I. Bahkan pernah ada yang sampai malem-malem baru sampai rumah hanya karena nyasar ke blok lain terjebak si plang Jl.teratai I. Si kurir pun menjadi kucel dan tidak bertenaga lagi, kasihan banget 🙁

Setelah diganti dan plang alamat ini jadi clear, subhanallah juga loh teman saya mengirimkan tupperware dari Jakarta kemarin sore dan jreeeeeng hari ini siang-siang barangnya sudah sampai dan si kurir datang dengan muka ceria karena gak nyasar-nyasar lagi.

Semua happy…. saya juga happy
Eh tunggu dulu!
Tidak juga, ini masalah data diri di beberapa dokumen yang tentu saja masih menggunakan lafal Jl. Teratai I. Semuaaaaanyaaaaa! Dari saya SMP sampai udah segede ini.
Waduuuuh… apa kisahnya nih sekarang?

Saya pun kemudian protes ke Mama saya, “Aduuuuh, Ma… kita salah nih selama ini nulis alamat”
“Udahlah kak, yang penting nyampe semua kiriman, salah tukang plangnya juga baru dibenerin sekarang”
“Iya sih, tapi dokumen kita kan jadi teratai semua isinya. Ini dulunya ide siapa sih pakai teratai segala?”
“Ide Si’agam [kakek–bahasa Aceh] katanya lebih suka bunga teratai daripada bunga melati, Kak”
“Errrrr…. -.-“ *lalu speechless

Tapi nyebelin juga ya, bayangkan! sudah belasan tahun keluarga kami dari generasi nenek sampai sekarang tinggal di rumah itu, tapi kok baru sekaraaaaaang gitu ya alamatnya di revisi. Kok tega banget gitu loh. Ini salah siapa sih? sebenarnya sih gak apa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali… tapi mbok ya jangan terlambat-terlambat banget.

Haaaft~~~ mau apa lagi?
Gak sanggggguuuuuup~~~~
Kalau nggak sanggup ya, shanggupin!

Salam pusing!