Saya… Menara Eiffel… dan Sepotong Pesan tentang Impian…


On se connaît depuis l’enfance
On allait au cours de piano à côté
En face du grand marché
On jouait au square du quartier
À la marelle et au ballon prisonnier
Puis c’était le goûter

C’était bien là nos plus belles années
Qu’aucun souci ne pouvait altérer
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique,
À Paris, nous étudierons
Ensemble

(Paris et Tokyo—- OST Nodame Cantabille)

Setiap saya merasa sedih atau galau….yang saya lakukan asking Allah for everything dan sesekali agak nyolot dan protes juga *hadeuuh tetep* dan satu lagi…. saya mengingat tentang Menara Eiffel.

Saya punya satu impian terbesar…. salah satu negara yang wajib saya kunjungi sebelum mati adalah Perancis, setidaknya untuk bertemu menara Eiffel hahahaha. Semua orang hanya bilang “waaaah keren..keren…” tapi tidak pernah bertanya “Kenapa harus menara Eiffel?”

Ada beberapa alasan… selain karena ulang tahun menara Eiffel sama dengan ulang tahun saya… yaitu karena Eiffel seperti sebuah surat cinta Gustave Eiffel kepada dunia yang tidak pernah terbaca secara detil. Izinkan saya menceritakannya sejenak…sebuah cerita yang pernah diceritakan kakek saya kepada saya.

Gustave Eiffel adalah seorang insinyur yang luar biasa… setidaknya bagi saya. Selain membangun menara Eiffel, dia juga yang mendesain kerangka patung liberty (Patung Liberty itu hadiah Perancis untuk Amerika Serikat, makanya namanya Liberty, itu sebenarnya dari Liberte :p setahu saya ya…). Tapi ada banyak hal yang belum diketahui dari Gustave Eiffel… dia adalah seorang penderita disleksia dan phobia pada ketinggian.

Walau penderita disleksia dan takut ketinggian… dia punya satu impian terbesar… Dia ingin bisa meraih bulan dan ingin orang-orang yang punya impian yang sama untuk bisa meraih bulan. Seems crazy and impossible, right?

Tapi impian membuat segala yang mustahil menjadi mungkin…
Maka tergagaslah ide membuat menara Eiffel… sebuah menara yang sangaaaaat tinggi dan jika dilihat dari kejauhan puncaknya akan mencapai bulan.

karena idenya gila… maka proyek itu awalnya yaaaa ditolak sana-sini. Oiya, pada awalnya Eiffel ingin membangun menaranya di Barcelona, bukan Paris. Tapi ditendang karena terlalu mahal dan gak jelas gunanya apa. Kasihan kan? Pun akhirnya diterima di Paris itu pun tidak mudah karena proyek itu dikritik sebagai proyek mercusuar yang mengganggu pemandangan.

Tapi setelah 2 tahun, 2 bulan, dan 3 hari menara Eiffel selesai dibangun… lalu diresmikan tanggal 31 Maret 1889 dan seperti impian Eiffel… ujung dari menara Eiffel menjulang ke langit dan seakan-akan seperti menjangkau bulan. Kalian tahu apa perkataan Eiffel setelah menara itu selesai dibangun? Entahlah… saya juga tidak tahu. Tapi kakek saya bilang terdapat salah satu tulisan Eiffel yang menyatakan

“Lihatlah, menara Eiffel telah berhasil meraih impiannya untuk meraih bulan. Biarkan ia terus berdiri agar kelak dia bisa menjadi simbol bagi orang-orang di Paris dan di dunia bahwa mereka bisa meraih impian mereka, walau itu setinggi bulan sekalipun”

Seperti Eiffel… saya ingin bisa meraih bulan dan melihat orang lain meraih bulan mereka masihg masing.

———————–

Ketika menulis ini saya sedang memikirkan sebuah hal maharumit yang rasanya sudah nyaris saya tidak bisa pecahkan lagi.

Ketika saya memperoleh beasiswa yang full dan flexible (karena kita bisa ganti universitas dimanapun asal 500 besar dunia dan terlist di dikti), tawaran-tawaran lainnya muncul dan sebuah hal yang luar biasa ketika saya ditawari untuk bersekolah di sebuah universitas di Jepang, universitas impian saya, universitas yang sudah banyak mencetak peraih nobel, dan dengan calon sensei seorang peraih nobel di bidang ekonomi energi. Nobel kawan! nobel! dalam setiap detik kehidupan saya, saya tidak pernah menyangka akan ada tawaran untuk belajar dengan seorang peraih nobel! Orang-orang teknik atau orang-orang di bidang energi pasti iri setengah mati kepada saya. Mimpi apa… manusia seperti saya yang untuk mengerti ekonometrika saja sampai nangis-nangis mau diajari ekonomi energi huwaaaaaa…. keren!

Namun, di muka bumi ini pintar saja tidak cukup, harus menjadi orang yang beruntung
Beruntung saja tidak cukup… harus mega super combo beruntung.
Ada beberapa yang tidak bisa saya ceritakan di sini.
Terlalu menyedihkan untuk saya hahaha…
tapi intinya, saya hanya belum sampai taraf mega super combo beruntung. Terkadang saya ingin marah untuk beberapa hal yang terjadi pada saya. But, well… peperangan besar hanya untuk prajurit-prajurit yang hebat bukan?

Akan tetapi, sejujurnya saya cukup lelah ketika setiap detik ada saja orang-orang yang seenaknya menjudge saya.
Sejujurnya saat ini saya mulai muak dengan anggapan dan penilaian beberapa orang bahwa saya tidak memikirkan segala hal dengan baik dan serius. Dunia tidak tahu bahwa untuk bersekolah saja saya dan adik saya sudah berjuang sangat keras… Saya sudah berlari sangat jauh dengan segenap jiwa raga saya.

Saya bahagia….
Bolehkah sekali saja saya meminta kepada dunia agar tidak melihat saya dengan tatapan penuh belas kasihan?
atau dengan tatapan penuh tanda tanya?
atau dengan tatapan merendahkan?

Saya bahagia, namun kebahagian saya tidak memiliki skala… Ia begitu abstrak dan dinamis. Mencari bentuk dan posisi ekuilibriumnya sendiri.
Saya bahagia… namun bukan berarti indikator kebahagiaan saya sama dengan kebahagiaan orang lain.

Sejujurnya saya ingin dihargai eksistensinya sebagai manusia dengan berbagai gagasan dan pilihannya.

Apa kalian pernah menonton film Ratatoille? Di akhir cerita Anton Ego si kritikus makanan menulis sebuah esai yang sangat indah tentang masakan di restoran Gusteau… mungkin esai terindah juga di dalam hidup saya:

In many ways, the work of a critic is easy. We risk very little, yet enjoy a position over those who offer up their work and their selves to our judgment. We thrive on negative criticism, which is fun to write and to read. But the bitter truth we critics must face, is that in the grand scheme of things, the average piece of junk is probably more meaningful than our criticism designating it so.

But there are times when a critic truly risks something, and that is in the discovery and defense of the new. The world is often unkind to new talent, new creations. The new needs friends. Last night, I experienced something new: an extraordinary meal from a singularly unexpected source. To say that both the meal and its maker have challenged my preconceptions about fine cooking is a gross understatement. They have rocked me to my core. In the past, I have made no secret of my disdain for Chef Gusteau’s famous motto, “Anyone can cook.” But I realize, only now do I truly understand what he meant. Not everyone can become a great artist; but a great artist can come from anywhere.

Percayalah mengkritik itu mudah, yang sulit adalah ketika tetap berjalan dengan kepala tegak dan senyuman ketika dilempari berbagai kritik.

Saya ada Remy… sebuah tikus got di selokan jalanan Paris.
Melihat menara Eiffel dari balik jeruji penutup got.
Diam-diam mengejar impiannya yang nyaris terlihat mustahil dan berharap setelah lelah berjuang bisa menatap mera Eiffel dari dekat.

Mungkin kakek saya benar….
Menara Eiffel bukanlah simbol cinta seperti yang selama ini orang pikirkan, menara ini adalah simbol impian. Jutaan orang menggantungkan impiannya di atas puncak menara Eiffel… berusaha meraih bulan mereka masih-masing.

Jika misi Jepang gagal, lalu saya patah hati… tidak apa. Menara Eiffel menanti.
Entah kapan, tapi saya harus kesana…
Menghabiskan waktu saya seperti Hemingway yang menghabiskan waktunya menulis berbagai buku untuk kemudian membaca dunia.
Mendedikasikan impian seperti Eiffel… untuk membangkitkan impian orang lain.

So… here is my next destination…. mungkin akan sedikit membutuhkan waktu lama. Please Perancis… jangan kelamaan kena krisisnya 🙁


Biar galau galau bisa langsung lari ke menara Eiffel atau menceburkan diri ke Sungai Seine hahahahaha :’D Lagipula saya benar-benar ingin menjadi penulis esai profesional… dan rasanya harus ada kesempatan di mana saya datang ke negara tempat esa lahir, Perancis.

But everything can be happen! Jalan hidup saya akan terkuat di bulan Oktober… apapun itu, akan saya hadapi dengan kepala tegak.
Indahnya hidup kalau benar-benar bisa seperti lagu Paris et Tokyo… selesaikan impian di Jepang dan Perancis. Somehow… memang tidak semudah itu. Biar Allah yang memilihkan saya jalan di perempatan ini. Entah Jepang… entah pelosok dalam negeri… entah Jakarta… entah negara lain… entahlah!

Apapun itu… saya harap dunia akan menghargai segenap keputusan saya.

Please 🙂

Belajar dari filosofi sabuk taekwondo


Seperti cerita saya di posting sebelumnya kalau adik saya adalah atlet taekwondo kota Bogor. Suatu hari dia pernah bercerita pada saya tentang filosofi dari sabuk taekwondo.
“Kak, tau gak… filosofinya keren banget loh. Kayaknya semua orang tuh harus tau deh, biar pas nuntut ilmu tuh gak jadi sombong”
“Sedaaaaap…. waaah emang sekeren apa, Ki?” Tanya saya..
“Iya, Kak… semua warna itu menunjukkan sikap kita di tiap tahapan menuntut ilmu”
“Masa sih? Apa aja memangnya?”

Mulailah adik saya bercerita…..

“Nih… kalau pas mulai maka sabuknya adalah warna PUTIH. Putih itu melambangkan kesucian,awal/dasar dari semua warna. Jadi di awal kita itu masih putih…polos…belum tau apa-apa… tapi warna putih itu siap dikasih warna apa aja”.

“Setelah itu kalau lanjut sabuknya ganti jadi warna KUNING. Kuning itu menyimbolkan warna bumi. Bumi itu kan dasar… pondasi… jadi di awal-awal belajar, kita harus belajar basic-nya dengan serius dan sungguh-sungguh.Karena ilmu kita yang awal-awal ini yang akan jadi pondasi kita untuk belajar ilmu-ilmu selanjutnya. Kalau gak kuat? waaaah lewaaaaaat”

“Udah gitu lanjut HIJAU, naaaah kenapa hijau? Karena dari bumi itu kan nanti tumbuh dan berkembang tunas-tunas tumbuhan. Naaaah, sama! Setelah kita menguasai basic ilmunya, maka sedikit demi sedikit kita mulai berkembang. Kemampuan kita, ilmu kita, dan semua hal yang harus kita lanjut pelajari”

“Udah hijau nih,Kak… lanjut sabuk BIRU. Biru melambangkan langit,Kak! Langit itu di atas, memayungi semesta. Jadi filosofinya setelah belajar cukup lama, kita harus seperti langit, udah bisa melihat secara keseluruhan apa yang kita pelajari… apa yang mau kita kejar… dan memayungi, berarti dengan ilmu itu kita harus bisa mengayomi orang lain”

“Setelah biru nanti dikasih sabuk MERAH. Merah itu melambangkan matahari. Kenapa matahari? kata Sabeum kiki nih… karena matahari adalah pusat tata surya,dan semua planet mengelilingi matahari. Nah jadi filosofinya dengan ilmu yang kita miliki kita harus sudah memiliki perilaku pemimpin dan bisa menjadi pedoman bagi orang lain. Kita harus bisa mengontrol emosi dan sikap kita. Intinya bisa punya sikap pemimpin, bisa mimpin diri sendiri dan juga orang lain”

“Kalau udah expert,Kak… maka layak deh dapet sabuk HITAM, kalau tadi di awal sabuknya warna putih sebagai warna yang polos banget, sekarang hitam.. hitam itu dianggap sebagai campuran setiap warna. Jadi kalau warna semua sabuk-sabuk itu dicampurin naaaah kan jadi hitam tuh. Jadi kalau udah sabuk hitam berarti kita harus memiliki semua sifat-sifat yang terangkum dalam sabuk-sabuk taekwondo. Harus terus putih dan siap untuk belajar ilmu apapun, harus terus kuning supaya gak ngeremehin setiap ilmu-ilmu dasar, harus terus hijau dan mau tumbuh dan berkembang dengan ilmu yang ada, harus terus Biru biar terus tahu apa cita-cita kita dan terus mengayomi orang lain, terus merah juga supaya punya perilaku yang layak menjadi pemimpin. Hitam itu berarti dia dianggap sudah cukup matang dalam ilmunya tapi yaaaa bukan berarti harus sombong karena dia harus ingat bahwa untuk jadi “HITAM” dia harus melalui berbagai proses yang panjang sebelumnya.”

Saya lalu terpesona… rupanya adik saya keren juga hahahahha lumayan lah http://eemoticons.net

Saya jadi banyak belajar…
Saya jadi ingin dapat “sabuk hitam” dari bidang yang saya pelajari. Ah… semoga

Komunitas ASEAN 2015: Apa, Mengapa, Bagaimana?


Mengawali postingan saya kali ini yang akan rada teknis ceritanya, mari kita ucapkan

:present: HAPPY BIRTHDAY ASEAN!  :present:

tepatnya tanggal 7 Agustus kemarin ASEAN sudah mencapai usia 46 tahun, asiiiik~ kalau usia manusia ini tuh lagi usia “matang-matang”nya dan tentu sudah semakin mapan dan sudah semakin bijaksana dalam menapaki diri dan kehidupan, seeeeedddaaaaap!

Oiya, tidak ada salahnya juga bukan kita sekalian memberikan sedikit “kado” untuk ASEAN yang baru saja berulang tahun. Terserah deh bagaimana caranya, tapi kalau kalian punya blog hmmmm Komunitas Blogger ASEAN lagi ada even nih yaitu lomba blog ASEAN. Bukan masalah menang atau kalah… meramaikan saja juga gak apa-apa… yang penting ada sedikit antusiasme dan tanda sayang untuk ASEAN hehehe.

Well…well….well… saya rasa cukup sekapur sirihnya.
Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya, di usia yang sudah mencapai 40++, maka sudah sewajarnya ASEAN juga harus semakin matang, tentunya dalam hal ini matang sebagai sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Untuk menunjukan kematangan itu maka para kepala negara ASEAN menyepakati untuk membentuk ASEAN Community 2015 / Komunitas ASEAN 2015. Sebelum membuat otak kawan-kawan semua berasap… atau mata berat…. atau mulut yang sudah mulai gatal untuk menguap, saya rasa biarlah animasi ini yang memberikan penjelasan tentang apa siiih komunitas ASEAN itu?

Saya jelaskan disini, ketika Anda mengatakan ASEAN community hanyalah tentang perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan sekaligus perpindahan secara bebas faktor-faktor produksi (termasuk tenaga kerja) maka hal tersebut kurang tepat. Perdagangan bebas hanyalah salah satu poin dalam ASEAN community. Yang perlu dipahami adalah ASEAN community ini memiliki 3 pilar yaitu Pilar Keamanan-Politik (ASEAN Political-Security Community), Pilar Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Pilar Sosiokultural (ASEAN Socio-Culture Community). Naaaaaah….. masalah Perdagangan Bebas itu masuk kedalam pilar Ekonomi. KEA sendiri memiliki pembahasan dan cakupan yang sangat luas tapi sebernarnya intinya satu: Ingin menciptakan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik bagi seluruh warga ASEAN.

Waduuuh! Kok mendadak sekali sih? Sebentar lagi kan tahun 2015.
Sebenarnya sih tidak mendadak banget, wacana pembentukan KEA ini sendiri sudah ada dan disepakati sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia tahun 2003! Catat ya! Tahun 2003, itu berarti sejak 10 tahun yang lalu. Jika masih rada mengawang-ngawang…. kita coba pelajari bareng-bareng yuks!

Tapi…
Tapi…
Tapi…

Telat deh kayaknya kalau mulai taunya sekarang

Oh… come on! Gak ada kata telat buat jadi kece hahahaha. Tancaaaap!

1. ASEAN Political-Security Community (APSC)

Naaaah, pilar pertama dulu nih, judulnya APSC…mohon jangan diplesetkan jadi “APaaa SiCh” errrr… :sweat:
Sesuai judulnya maka APSC punya misi untuk membuat setiap warga ASEAN jadi warga yang saling peduli, hidup dalam kedamaian, dan punya kondisi keamanan dan politik yang stabil. Mungkin keliahatannya klise banget ya… akan tetapi tugas ini sangat berat!

Coba bayangkan! 10 negara ASEAN… semuanya punya pandangan politis yang berbeda-beda.
Belum lagi letak ASEAN yang strategis di dunia, dikelilingi berbagai laut, samudera, dan berbatasan dengan banyak negera lain, maka jangan heran kalau konflik-konflik geo-politik juga sering terjadi.
Huuuffft~~~nyut…nyut…nyut…
Itulah mengapa APSC dalam blueprintnya menyatakan bahwa program kerja mereka berkisar kepada penciptaan good governance, menyelesaikan kasus konflik-konflik geo-politik yang ada di internal Asia Tenggara maupun yang ada kaitannya dengan negara lain di luar Asia Tenggara seperti kasus konfik di Laut Cina Selatan.

Saya dan mungkin kita semua, mungkin gemas sewaktu ada kasus Pembantaian Muslim Rohingya, atau ketika beberapa pulau-pulau kita harus rebut-rebutan dengan Malaysia, atau pusing juga kenapa Menteri Luar Negeri kita, yang jujur saja tampan dan rapi itu :inlove: , harus repot-repot keliling semua negara di Asia Tenggara untuk shuttle diplomation masalah konflik Laut Cina Selatan. Saking gemasnya sampai banyak yang bilang “Udahlah…masalah seperti ini tinggal majuuuuu….serbuuuuu….. seraaaaaaang… terjaaaaaaang…..!” tanpa perlu tendeng aling-aling.

Wueeeeetssss… rupanya gak begitu caranya, kawan! Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa segala konflik yang menyangkut negara-negara ASEAN harus diselesaikan dulu secara damai, istilah kerennya apa ya? soft diplomacy.

Tapi, Mon! Susah banget kali… lamaaaa…kan 10 negara ya beda-beda semua sudut pandangnya…
Justru karena itu maka APSC ini jadi salah satu pilar utama ASEAN community. Kerjaannya ya bukan hanya meminimalisir konflik, tapi juga saling bantu membantu di bidang Hak Asasi Manusia, ada juga perjanjian untuk bekerjasama memberantas peredaran NARKOBA, saling membantu kalau ada bencana alam, bahkan masalah zona bebas senjata nuklir pun dibahas. Pokoknya bagaimana untuk mewujudkan ASEAN yang damaaaaaaaaaiiiiiii~

Not our bussiness…!
No! no… ini benar-benar urusan kita.
Masih ingat keantusiasan kita semua ketika melihat konflik-konflik kemanusiaan maupun geo-politik yang ada di Asia Tenggara? Yak! Semangat dan antusiasme yang luar biasa…
Akan tetapi sungguh kurang elok jika kemudian kita malah saling mencaci kepada negara ASEAN lain.
Tugas kita hanyalah membantu sebisa mungkin yang kita bisa.

Suatu hal yang luar biasa ketika banyak sekali relawan dan bantuan ke Myanmar untuk membantu muslim di Rohingya… tapi kalau sampai memukul rata bahwa semua biksu di dunia “jahat” membenci seluruh warga Myanmar, wueetssss… gak oke
Sama juga ketika ada aksi rebut-rebutan pulau dengan kawan serumpun kita…itu tuch… Malaysia. Yaaaa siapa yang gak kesel dan gemas sih, tapi yaaaa yang bisa kita lakukan adalah belajar dari pengalaman, selain itu Indonesia juga masih sangat butuh para ilmuwan dan ahli-ahli di bidang pertahanan dan konflik perbatasan. Masih sebal juga? gak apa… tapi jangan ikut-ikutan caci memaki di social media dsb. Yeaaah~ at least kita bisa mencoba jadi warga ASEAN yang elegan!
Begitu pula untuk masalah-masalah lainnya.
Untuk masalah kebijakan, tentu ini bukan kapabiltas kita untuk menjudge sepihak mengenai suatu hal. Ini masalah para petinggi-petinggi yang juga merupakan policy maker di level nasional maupun internasional. Yeaaaah… sampai sini, tugas kita hanya berdoa.

2. ASEAN Economic Community (AEC)
Aha! ini yang jadi bidang saya… ekonomi!
Karena pekerjaan saya kini erat kaitannya dengan AEC seharusnya saya bisa menjelaskan ini secara lebih simple dan agak lebih mudah dimengerti.

Skema di atas menjabarkan secara singkat mengenai lingkup kerja AEC. Sesuai dengan namanya maka tentunya urusannya terkait dengan ekonomi. Untuk menghadapi AEC, maka pemerintah sudah mempersiapkan berbagai inpres dan inpres yang terbaru dan insya Allah akan keluar dalam waktu dekat terkait dengan meningkatkan daya saing untuk menghadapi AEC 2015. Pemerintah juga sudah berjuang mati-matian untuk berusaha membangkitkan gairah ekonomi bangsa.. mulai dari sektor UKM sampai sektor industri besaaaaaar.

Tapi apakah benar kita sudah siap?
AEC ini memang di blueprintnya secara jelas menyatakan ingin membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif, selain itu AEC juga ingin mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas dan mempermudah pergerakan para pelaku usaha dan tenaga kerja terampil.

Nah masalahnya… banyak sektor usaha kita yang belum siap kalau bersaing dengan barang impor, bahkan yang diimpor dari negara-negara Asia tenggara sekalipun. Apalagi? Kalau kemudian tenaga kerja bisa lebih besar bergerak dari satu negara ke negara lain, maka jika kita tidak siap bisa jadi pasar tenaga kerja kita kemudian dipenuhi tenaga kerja asing. Sungguh mengkhawatirkan jika Indonesia hanya menjadi “bawahan” di negerinya sendiri.

Secara regional pun kondisi ekonomi semua negara ASEAN tidak seragam. Ada yang masuk high income countries, middle income countries, bahkan low income countries. Apa bisa ASEAN berintegrasi dengan baik? Uni Eropa yang kondisi ekonominya sudah agak lebih seragam saja toh bisa langsung pusing tujuh keliling ketika Yunani ekonominya jatuh.

Masalahnya rumit, kawan! Rumit sekali… harus ada yang bisa kita lakukan.
Apa yang bisa kita lakukan?
Kita harus berusaha untuk bisa lebih pintar…
Ya? bagaimana lagi? Ini sih mau tidak mau wajib harus bersedia. Kalau kemampuan bahasa kita mandek… pas sekolah juga masuk telinga kanan keluar telinga kiri… lalu taraaaaaaa…. tahun 2015 bisa bisa posisi-posisi manajerial diambil alih para tenaga asing dari negara ASEAN yang lainnya. Gak adil? Mau marah? Loh kenapa gak adil? Kenapa harus  Jika saya pemilik suatu perusahaan yang akan memilih orang-orang yang memiliki kapabilitas yang paling baik untuk mengurus perusahaan saya. Mau asing kek…mau lokal kek… saya gak akan peduli. Ini bisnis! bukan lembaga amal, Bung! Selamat datang di dunia ekonomi…. hidup itu keraaaaaas, Bung!

Selain itu kita juga jangan hanya lihat kemungkinan-kemungkinan menyeramkan yang akan terjadi. Kesempatannya juga ada banyak.
Banjir impor, okay… tapi seharusnya kita juga bisa memanfaatkan pasar yang luas ini untuk memasarkan produk kita, bisa mendapatkan bahan baku yang lebih murah lalu memproduksi barang yang lebih efisien dan harusnya kualitasnya lebih baik.

Oiya… informasi pun sebenarnya lebih terbuka, bahkan ada program ASEAN untuk membangun Usaha Kecil Menengah (UKM) di setiap negara di ASEAN, hanyaaaaa sajaaaaa…. informasinya juga belum tersebar dengan baik bahkan website SME ASEAN pun hanya tersedia dalam bahasa tagalog! Yeaaah… pantes aja kalah UKM kita sama Thailand. Hanya Thailand dan google translate yang tahu.

Image and video hosting by TinyPic

Mohon kepada Kemlu atau siapapun yang membaca posting ini… pleaseeeee… informasi di SME ASEAN lebih dipublikasikan lagi dan perbaiki webnya. Pleaseee…

Siap? ya harus disiap-siapin.
Kita sudah menghadapi berbagai Zona perdagangan bebas dsb.
Toh kita masih hidup-hidup saja kan…
Ya hidup! Masalahnya kita ingin di posisi mana? Kalau ini pertandingan marathon… ya mungkin semuanya lari-lari saja… masalahnya kita ingin masuk di peringkat berapa? Kalau mau masuk peringkat atas maka lari yang cepaaaaat! Berjuang dengan stamina yang ada!

3. ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)
Hiyaaaa… kita hampir berada di akhir kisah mahapanjang ini.
Pilar terakhir itu pilar Sosio-Kultural. Pilar ini mencakup pengembangan SDM, pengembangan kesejahteraan, lingkungan hidup, dan Identitas ASEAN.

ASCC punya banyak misi, misalnya pemerataan pendidikan, akses terhadap Teknologi Informasi, peningkatan research and development di kawasan Asia Tenggara, dan lain sebagainya. ASCC juga ada di garis depan untuk memberikan bantuan jika ada satu negara ASEAN yang terkena bencana. Buat kalian-kalian yang punya passion di bidang kewirausahaan wuuuuetttttssss asal tau aja sebenarnya ada ASEAN Forum on Youth Entrepreneurship… ini program lama loh sebenarnya, seingat saya sejak tahun 2009.. tapi masih ada tidak ya? Entahlah… sepertinya masih ada, tapi seperti biasa kita suka ketinggalan info gitu dech!

Intinya ASCC ini sejalan dengan Millenium Development Goals 2015 yang misi-misinya adalah sebagai berikut:

Wuiiih… banyak hal ya.
Sungguh ini gak bisa kalau hanya mengandalkan pemerintah saja, yaaaa pemerintah juga kerjaannya banyak sih. Mungkin dari melakukan hal-hal yang kecil dulu seperti buang sampah pada tempatnya, jangan merusak pohon, jangan boros dan buang-buang makanan *wiiih catat nih, sering banget kan ada yang sok diet terus buang-buang makanan*, dan mulai menjalankan hidup sehat. Apalagi? Oiya! Peduli! Peduli kepada sesama… yeaaaah sampai lumutan juga kita gak akan bisa seratus persen menghapus kemiskinan… kelaparan…penyakit endemik… dsb… hellow.. kalau doraemon muncul di muka bumi pun dia tidak akan bisa melakukan itu.

But at least we try…. yang penting mah ikhtiar!
Tidak ada kebaikan yang sia-sia! Saya percaya itu! Sekecil apapun

Huwaaaaa selesai juga! Eh katanya saya mau ngasih review singkat aja, kenapa jadi banyak begini ya? hahahahaha…. masih suasana lebaran, bro! Maafin ya 🙂

Reformasi alamat rumah!


Setelah selama berhari-hari tidak pulang dan menginap di hotel karena rapat dan konsinyasi yang luar biasa memakan energi… betapa kagetnya saya ketika sampai di rumah saya menyadari bahwa rumah saya secara resmi GANTI ALAMAT! Ya Allah… 2 hari gak di rumah aja rumah langsung ganti alamat apalagi kalau 2 tahun? Aduh Ya Allah… hidup hamba itu jangan terlalu ngaget-ngagetin banget gitu loh. Dulu teman saya sampai ada yang bilang “Tau gak, kalau saya deket kamu… semua hal aneh terjadi. semua hal juga jadi ikutan aneh” Rupanya iya ya.

Balik lagi ke masalah ganti alamat…
Haiiiiiish! Kok bisa, Mon? bagaimana kisahnya?
Pindah rumah?
Pindah kemanaaaaa, gak mungkin lah… Mama saya udah jatuh cinta sama rumah di Pagelaran ini mana mau pindah ninggalin pohon-pohon kesayangannya itu plus kucing dan para menantu kucingnya? Haiiiish…

Jika selama ini alamat yang saya tulis di KTP, ngelamar kerja, ngelamar beasiswa, dipajang di CV, dsb adalah “Taman Pagelaran, Jl. Teratai I, Blok E5 no.6, XXXXXX “ maka dengan sangat berat hati, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menulis dan mengganti data alamat saya menjadi “Taman Pagelaran, Jl. Melati I, Blok E5 no.6, XXXXXXX”

Loh kok bisa?
Bisa dong…. ini buktinya!

Image and video hosting by TinyPic

Rumah di belakang plang itu adalah persis rumah saya.
Apalagi sekarang nomer rumah pun di tulis di plangnya.
Mohon maaf tentang fotonya, tiang listrik di samping rumah saya emang selalu jadi sasaran empuk buat nempel-nempel pamflet termasuk pamflet sedot WC. Ini di luar kendali saya sebagai fotografer :p

Mama saya akhirnya bilang, “Ooooh… itu jalan di depan rumah kita kak, di samping rumah kita Jl. Teratai I kok”
Saya yang rasa penasarannya memang selalu menggebu-gebu akhirnya mengecek….
Daaaaan rupanyaaaa!
Taraaaaaaa!

Image and video hosting by TinyPic

Yak sodara-sodara… jalan di samping rumah saya adalah Jl.Teratai II!

Aduhai kan?

Kenapa perubahan ini terjadi?
Saya sih sudah menduga bakal seperti ini karena sewaktu jalan-jalan keliling komplek saya menemukan Jl Teratai I itu dobel. Ada yang di samping rumah saya dan ada di RT lain. Jauh lah pokoknya.
Saya yang akhir2 ini rajin belanja online juga sering sekali mengalami paket saya keliling-keliling lama dan gak nyampe-nyampe ke rumah karena kurirnya bingung mencari mana si Jl.Teratai I. Bahkan pernah ada yang sampai malem-malem baru sampai rumah hanya karena nyasar ke blok lain terjebak si plang Jl.teratai I. Si kurir pun menjadi kucel dan tidak bertenaga lagi, kasihan banget 🙁

Setelah diganti dan plang alamat ini jadi clear, subhanallah juga loh teman saya mengirimkan tupperware dari Jakarta kemarin sore dan jreeeeeng hari ini siang-siang barangnya sudah sampai dan si kurir datang dengan muka ceria karena gak nyasar-nyasar lagi.

Semua happy…. saya juga happy
Eh tunggu dulu!
Tidak juga, ini masalah data diri di beberapa dokumen yang tentu saja masih menggunakan lafal Jl. Teratai I. Semuaaaaanyaaaaa! Dari saya SMP sampai udah segede ini.
Waduuuuh… apa kisahnya nih sekarang?

Saya pun kemudian protes ke Mama saya, “Aduuuuh, Ma… kita salah nih selama ini nulis alamat”
“Udahlah kak, yang penting nyampe semua kiriman, salah tukang plangnya juga baru dibenerin sekarang”
“Iya sih, tapi dokumen kita kan jadi teratai semua isinya. Ini dulunya ide siapa sih pakai teratai segala?”
“Ide Si’agam [kakek–bahasa Aceh] katanya lebih suka bunga teratai daripada bunga melati, Kak”
“Errrrr…. -.-“ *lalu speechless

Tapi nyebelin juga ya, bayangkan! sudah belasan tahun keluarga kami dari generasi nenek sampai sekarang tinggal di rumah itu, tapi kok baru sekaraaaaaang gitu ya alamatnya di revisi. Kok tega banget gitu loh. Ini salah siapa sih? sebenarnya sih gak apa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali… tapi mbok ya jangan terlambat-terlambat banget.

Haaaft~~~ mau apa lagi?
Gak sanggggguuuuuup~~~~
Kalau nggak sanggup ya, shanggupin!

Salam pusing!

 

 

Ini loh adik saya….


Blog saya kok jadi semakin serius begini ya, aduuuh bahasanya makin tinggi, terus yang komentar juga makin keren… sampai bingung mau jawab apa 😀

Blog saya memang penuh dengan “emosi” penulisnya jadi yaaaa mungkin kadang subjektif… kadang ngawur… kadang seru… tapi saya kok gak tega membuat blog saya jadi terlalu “berat” sehingga pembacanya harus pusing membacanya.

Okay kali ini agak ringan aja ya 😀
Saya akan bercerita tentang adik saya…

Jadi begini… pasaran saya agak sedikit jatuh kalau jalan bareng sama adik saya.  Semuanya yang belum kenal saya pasti bilang, “Cieeeeeeee… jalan sama siapa tuh?”, “Cieeeee… diem-diem yaaaa emon… udah punya gandengan, kenalin dong”, “Iiiih…lucu juga, Mon… mirip, kayaknya jodoh deh” Ya Allah…. ini adiiiiik saaaaaayaaaaaa. Emang dia lebih tinggi daripada saya jadi errr… ralat… emang saya pendek jadi yaaa kalau jalan sama dia kayak dua sejoli. Apalagi saya kalau ada adik saya pasti gandengan karena dia jalannya cepet. Masalah mirip, yaaaa gimana gak mirip… satu cetakan -.- cuman dia lebih item.

Oiya… adik saya anak 1 SMA, dia sekolah di mantan SMA saya…. tepatnya di SMAN 1 Bogor.
Suka pengen ketawa terkikik-kikik juga kalau pas saya bilang “Oh bukan kok ini adik gw” terus ada aja yang bilang “Waaaah…. boleh dong, Mon kenalin ke kita-kita” Masya Allah…. mau sama brondong yang beda umurnya jauh? saya sama adik saya aja beda usianya 8 tahun hahahahahahaha… cuman dia emang atlet bela diri sih, jadi bodynya okeh.

Supaya saya tidak perlu capek2 konferensi pers lagi dan capek ketawa karena kadang celetukannya macem-macem dan semuanya bikin saya senyum-senyum sendiri kalau inget, mendingan saya pamerin dulu deh adik saya.

Nama adik saya Muflih Rizqi Prakoso, di rumah dipanggilnya Kiki, tapi di sekolah semuanya suka manggil dia Muplih *maklum di tatar sunda, “F” berubah jadi “P” ”

Adik saya dulunya anak SMP 4 Bogor, naaaah di SMP ini dia punya geng judulnya “Sahabat Nabi”, mereka punya impian mau bikin lagu berbagai genre untuk Asmaul Husna… huwaaaa anak alim dong? Pret! dusta hahahaha…. se-geng toh anak ngocol-ngocol semua. Kalau udah dateng ke rumah, biasanya agendanya belajar bersama terus main game bersama juga dengan porsi yang lebih banyak daripada belajarnya *zzzzzzz….* tapi Alhamdulillah semuanya masuk SMA yang sama kecuali satu orang yang terpisah ke SMA lain. Tapi toh mereka masih punya impian mau masuk Perguruan Tinggi yang sama. Seru yaaa persahabatan para cowok itu. Solid banget. Oiya… ini gengnya.. tapi belum full team kayaknya

Image and video hosting by TinyPic

Adik saya yang mana? tebaaaaaak hayoooooo…..
Yang kriting… yang jongkok
That’s my brother! Jadi jangan salah lagi ya, dia bukan pacar saya hahahaha

Oiya.. adik saya juga atlet junior taekwondo kota Bogor
Jadi kerjaannya ya diadu-adu gitu deh.
Pertama kali liat dia tanding, anzriiiit serem banget adik gw ditendang-tendang gitu, atau tega banget dia nendang anak orang.
Tapi lama-lama saya sadar sih, justru dia jadi punya kehidupan yang seimbang… setelah stress belajar di sekolah, yaaaa latihan taekwondo deh. Sejauh ini anaknya happy, tapi katanya dia mau lebih fokus sekolah.
Ada quote yang saya inget dari adik saya, “Saat kita tanding, Kak… ini bukan masalah kawan atau lawan, bukan masalah menang atau kalah, ini masalah mengerahkan kemampuan terbaik kita”

Huwaaaa terharu.
Oiya… belum pernah liat adik saya pakai baju taekwondo kan? Nih bocahnya,

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Dikelilingin wanita ya -.- mohon maaf, maklum lagi puber-pubernya dan lagi ngerasa ganteng mwahahahahahaha. Tapi anaknya emang simple dan nyelow sih… salah seorang sahabat saya malah kalau datang ke rumah udah bukan nyari saya lagi tapi nyari adik saya cuman buat denger cerita adik saya… soalnya dia suka cerita hal yang aneh-aneh sih. Tapi emang dia salah satu obat capek sih, kalau udah pulang dari mana-mana… cari adik saya… terus nyuruh dia cerita atau ngelawak sesuka hati dia, huwaaaaa udah deh seger lagi. Tapi ya gitu, kalau udah main game…. hffffftttt…. lupa sama dunia nyata. Cowok kalau udah suka game udah gak bisa diganggu gugat ya.

Sebagai kakak yang ngeliat dia dari bayi sampai sekarang segede ini, saya nggak pernah kebayang loh kalau dia udah segede ini. Masih penasaran dia akan jadi apa, mau segokil apa lagi hidupnya.

Yang paling dia suka dari kakaknya adalah… gambarnya -.-
Gambar saya emang kadang dicaci maki sih karena katanya bocah banget lah… chibi-chibi ndut lah…
Tapi dia selalu nyimpen gambar2 saya dan pernah minta buku agenda dia pakai cover dengan gambar bikinan saya. Agak kesel sih, akhirnya saya bikin yang style-nya bocah banget dengan gaya yang sok imut… hahahahhaha… tapi gak nyangka tuh sampai sekarang masih disimpan dan tetep bilang saya nggak boleh menggunakan karakter dengan muka seperti itu untuk gambar saya kedepannya. Haaaah, iye deh suka-suka dia.
Image and video hosting by TinyPic

Gak kerasa ya…
Dulu saya masih ngegandeng adik saya ke SMA saya,
Sekarang saya nganter dia juga ke SMA saya buat daftar sekolah dan daftar ulang.
Kata adik saya, akan tiba masa ketika dia yang nganter anak saya masuk SMA terus ngajak makan lumpia basah bareng di Selot.
Ya ampuuuun… time flies… so fast!
Sama adik aja udah sesayang ini ya, apalagi kalau punya anak nanti.

Eh BTW… emang saya mirip ya sama adik saya
Errrr…
Apapun itu, please… he is my brother not my boyfriend :p
Kasihani jomblo yang masih keukeuh menunggu Mr.Right-nya nih