Welcome 2014….


Image and video hosting by TinyPic

Selamat datang di blog emonikova di tahun 2014 ๐Ÿ™‚
Sebagai pemilik blog ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca blog ini yang senantiasa baik hati hingga saat ini.

Ada banyak hal yang terjadi tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini pun akan ada hal-hala baru lainnya yang akan terjadi. Bergantinya tanggal di kalender serta tahun yang tertera di dalamnya mungkin juga menjadi penanda bagi kita semua bahwa usia kita pun bertambah, sudah seharusnya pula kebijaksanaan kita dalam menghadapi suatu masalah juga bisa semakin bertambah.

Apapun itu, kehidupan terus berjalan… dan semesta menantikan karya terbaik yang bisa kita lakukan. Tidak pernah ada kata terlalu cepat atau terlalu lambat untuk memperbaiki dan membenahi diri bukan?

Sekali lagi terima kasih dari saya untuk kalian semua.

Salam,
Marissa Malahayati

What I learn this month….


Halooooowwww pengunjung blog emonikova yang luar biasa setia walau blog saya kadang isinya gak penting hehehehe ๐Ÿ˜€

Kemanakah gerangan saya menghilang selama ini sampai gak nulis blog, dan membiarkannya berdebu? Hmmmm… saya mengurus masalah sekolah saya. Jika kalian cukup setia membaca blog saya, maka kalian pasti tahu kalau saya sudah mendapat conditional LoA dari Kyoto University, akan tetapi karena masalah birokrasi dan ehmmm finansial -.- (dimana saya harus ke Kyoto langsung untuk ujian dsb… dsb… dsb…) plus masalah otak dimana kalau saya ke kyodai saya akan masuk fakultas teknik, Ya Allah… di ekonomi aja masih suka jedot-jedotin kepala kan ini mau ke teknik?ย  ahahahahaha….

Sensei saya di kyodai kemudian menyerahkan saya pada sensei lain di Tokyo Institute of Technology (Titech), seorang sensei yang buaaaaaaiiiiiiiknyyyyyaaaaaa luar biasa. Sensei saya yang baru adalah head of Integrated Assessment Modeling Section di National Institute of Environmental Studies (NIES). Jika sensei saya di Kyodai adalah seorang penerima nobel, sensei saya yang sekarang adalah muridnya si sensei penerima nobel. Tapi bukan itu yang bikin saya terharu berat, saya terharunya adalah karena sensei saya yang baru baaaaaaiiiiiiik banget, dan itu membuat saya belajar dari seorang Japanese people.

Singkat cerita minggu lalu saya menjalani wawancara untuk masuk Social Engineering Department di Titech. Beberapa hari sebelum wawancara, sensei saya sangat luar biasa heboh.

“Marissa-san, have you prepare for your interview?”
“Marissa-san, if you need any data or help just ask me…”
“Marissa-san, please prepare everything. Just for a tips… don’t forget to focus to your research novelty..”
dsb
dsb
dsb

“Marissa-san, is okay if the interview is conducted in xx-xx-xxxx? If you don’t have any agenda just let me know”

Hah? saya bengong lah… kenapa Sensei yang pusing nanya? harusnya saya dong yang bilang begitu?

“It’s okay sensei. Whenever the interview will be conducted I’ll be ready. The interview itself is a pleasure for me”

Lalu dasar Japanese yang super sopan, “Aaaa… ok! I just want to listen your opinion indeed. Good luck, and see you”

Siapalah saya yang baru kenal dengan Beliau baru beberapa bulan ini, tapi rupanya kehebohan dan kepedulian Beliau udah hampir seperti dosen pembimbing skripsi saya. Beliau bahkan sampai curcol ke dosen saya kalau dia khawatir saya grogi… saya gak siap… saya blank… dsb karena yang menilai saya akan diterima atau tidak bukanlah Beliau sendiri tapi examiner yang lain. Jadilah selama berhari-hari sebelum interview saya kena gojlok dosen saya.

Saya akan ceritakan semuanya dari awal proses sampai akhir ketika nanti saya diterima di Titech dan menyelesaikan segala kehebohan di dalam negeri *including birokrasi pemberi beasiswa saya jika saya gak switch ke beasiswa monbukagakusho*

Langsung saja ke hari-H pas wawancara!
Wawancara harusnya berlangsung via skype, menghubungkan Indonesia-Tsukuba (tempat sensei saya)- dan tokyo (tempat si titech berada). Saya yang menyadari kekurangan saya tentu prepare well segala hal yang saya pikir perlu dipersiapkan. Saya belajar cukup gila-gilaan, saya udah sampai ganti slide power point 5x karena diedit dan dikritik habis-habisan sama dosen saya! Saya ini gak pintar, makanya harus berjuang agak lebih keras dibandingkan siapapun.

Saya bahkan sudah sedia white board kalau-kalau power point saya kurang lengkap (dan kalau-kalau penyakit nervous hinggap dan saya lupa vocab)
Image and video hosting by TinyPic

Jahatnya lagi saya malah pakai mahzab-mahzab Stiglizt, Mankiw, Nicholson, dsb buat menopang si whiteboard *bukan menopang ilmu gw yang masih mepet hahahahahah*
Image and video hosting by TinyPic

karena saya bener-bener gak mau telat, I want my interview become a great day… saya pun pake baju yang kece. Mentang-mentang judul tesis tentang Green House Gases Emission, saya pun tanpa sadar pakai baju serba ijo.
Image and video hosting by TinyPic

I like my jilbab color hahahaha

Jika kalian perhatikan baik-baik kalian pasti nyeletuk, WHAT THE HELL emoooon…. kenapa pake modem? Pake wifi IPB kenapa?
Okay… saya sudah cek koneksi 3 hari sebelum wawancara, dan koneksi internet IPB SUPEEEERRRR BUSUUUUUK, selidik punya selidik memang sedang ada perbaikan (lagi?) saya akhirnya pakai modem. Jangan tanya deh berbagai operator saya pake. Tapi mungkin kalian sudah mengira akan akan masalah koneksi, dan itu benar-benar terjadi…

Ketika wawancara berlangsung, sewaktu saya koneksi antara saya dengan sensei saya di Tsukuba, semua malah lancar. Tapi waktu dikonek juga ke Titech…. jebreeeeet! Skype mati… saya gak bisa konek sama sekali. Saya mulai panik. Sensei saya bilang ke dosen saya (yang kebetulan sedang training di Tsukuba) bahwa saya tidak online skype lagi, dosen saya langsung message saya di facebook, dan saya panik… kok bisa? saya online sejak pagi! SEJAK PAGI… air mata saya mulai menetes… tapi kalah deras dengan keringat dingin. Lebih parahnya lagi, saya kemudian tidak bisa mengangkat telepon dari sensei saya. Akhirnya sensei saya menulis e-mail “I hope you’re okay… I’ll conduct the interview by phone not by skype, don’t worry about it. Just wait my phone call”

Akhirnya… setelah capek dan heboh ngurus ini itu…akhirnya interview bakalan pake telepon. Saya mencoba menenangkan diri, “Mon… lu sudah berjuang hingga sejauh ini… jangan menyerah. Air mata bikin muka lu keliatan makin bulet” Oh okay… saya pun mengangkat telepon dari sensei saya sambil tersenyum.

Alhamdulillah… saya bisa menjawab sebagian besar pertanyaan yang ada. Hahahaha agak aneh wawancara via telepon. Apalagi rupanya Sensei-sensei yang jadi examiner saya gak bisa bahasa Inggris, alhasil saya mendengar Sensei saya jadi penerjemah. Saya pikir terjemahan sensei saya lebih bermutu dari jawaban saya hahahahhaa… kita kan gak tau ya.

Lalu interview pun berakhir…. “We’ll announce the result, Marissa-san… there will be a professor meeting in Titech on January, if you accepted we’ll send you the LoA from Titech. Thank you”

Saya pun menutup telepon… ambil Al-Quran, dan aduuuuh…. ngerasa bersalah banget ke Allah, udah terjepit aja baru inget Allah. Huwaaaaaa…. Allah, maaf ya…

Beberapa menit kemudian Sensei saya menelpon lagi.

“Marissa-san, are you okay? Sorry for technical problem today” Aduuuuh kebiasaan deh, ini kan jelas kesalahan saya. Koneksi internet yang naik turun… arggghhhh “No, Sensei… it’s my fault. I’m not prepare the best internet connection”

“Actually Marissa-san, would you mind to continue your study untill PhD degree… I think you are eiger to continue your study. I mean… we can find the way if you want to study here from master untill PhD degree”

“Of course, Sensei… If I have a chance… why not? I have a dream to be a great humble researcher, if you think that will be good for me” jawab saya

“yes… I think you can. Your research actually need deeper understanding. It will be better if you learn more in PhD degree”

“But there are no integrated doctoral program in Social engineering”

“But you can try, Marissa-san. You’re right… there are no integrated doctoral program in our department. But if you good enough… we canย  recommend you for doctoral program. Marissa-san, you have work hard for all of this, you should get what you want. I know that some people also hope much from you, so make them proud with do your best. I know that you will learn the subjects when you come here and study for master course. But I hope you can learn the subjects from now. It will be very tiring Marissa-san, but when you reach your dream, everthing are paid”

Saya pun terharu…

Coba
Coba
Coba
Orang yang punya hati pasti terharu kan kalau orang asing, yang belum kenal kita, yang belum ngeh siapa kita, kemudian bertindak sebaik hati itu. Beliau benar-benar menjadi guru saya. Belum kenal dekat, tapi rasanya seperti sudah menjadi guru saya selama bertahun-tahun. Saya beruntung karena saya kemudian bisa bertemu Beliau yang begitu menghargai setiap impian saya. Gak sekali dua kali kita bisa ketemu orang seperti itu.

Dosen saya yang di dalam negeri aja *di luar dosen pembimbing dan promotor saya tentunya* belum tentu akan ngomong kayak gitu. BELUM TENTU.

Sedikit lebay ya, tapi saya sampai terharu total hahahahaha.

“Marissa-san, are you still there?”
Waduuuh… telepon masih nyambung.
“Actually Marissa-san, like I said that the official announcement will be on March or maybe sooner. I don’t know, it depends on admission office. But let me tell you, the professor said ‘it’s okay’. Just pray hard now… I hope everything will be okay and I can see you soon”

Huwaaaaaa….. baik banget kan.
Kalau ada cowok sebaik itu… pintar, baik hati, gak neko-neko, udah saya pacarin kali *salah fokus*

Namun ada banyak hal yang saya pelajari, bukan hanya masalah jadi orang pintar itu harus humble, tapi juga bahwa setiap manusia senang ketika seluruh jerih payahnya dihargai…. bahwa setiap manusia senang ketika setiap impiannya didukung.

Perjalanan saya masih panjang, benar kata sensei saya “Now, just pray hard and study hard” apa lagi kan ya?
Namun apapun yang terjadi, saya benar-benar senang bertemu dengan sensei saya. Dulu salah satu pengunjung blog ini sekaligus teman saya dari SMP, Uswah, pernah bilang “Tenang, Mon… nanti juga akan ketahuan dan bilang ‘Oh pantes ya kenapa Allah bikin harus begini… harus begitu…’ Percaya deh” and YES! saya percaya itu. Thanks Uswah… your baby will be as kind as you, hopefully ๐Ÿ™‚

Saya juga ingat ketika Tiko ngomong, “Mon, yang penting dalam hidup ini lu jadi orang baik, karena dengan itu Allah akan mengutus orang-orang baik buat membantu lu kelak atau setidaknya lu akan dikelilingi manusia-manusia baik yang akan nyemangatin lu” and Yes! saya membuktikan itu. Entahlah apa jadinya saya tanda adanya orang-orang baik di sekitar saya, dan apapun yang terjadi…. bertemu Sensei saya saja saya sudah senaaaaaaaaangggg sekali. Ya ampun, kayaknya dunia punya harapan gitu loh, orang baik rupanya masih jadi spesies di muka bumi ini.

Saya ingat ketika Mama saya bilang, “Kak… Allah itu Mahakaya dan gak pernah ngutang. Mama percaya, perjuangan kakak akan dibayar kelak oleh Allah. Percaya deh”

Saya ingat ketika adik saya bilang, “Kakak… jangan cupu. Takut buat ngehadapin masa depan itu cuman buat orang cupu. Kakak cupu gak? Kalau gak…. majuuuuuuu!”

Saya ingat ketika ayah saya bilang, “Kelak… buatlah dunia yang bangga dengan apa yang kamu perbuat. Berbuat baik pada apa yang ada di langit dan di bumi, maka semesta ini akan berbuat baik kepada kamu”

Saya ingat kalian semua… dan itu membuat saya bertahan untuk menghadapi segala hal.
Dengan ini saya ucapkan: Terima kasih.

Just wish me luck ๐Ÿ™‚

Nasehat seorang ayah pada putrinya tentang ilmu…


Suatu malam, sambil menikmati acara TV dari sebuah TV kecil ukuran 14′, seorang ayah bertanya kepada putrinya….
“Hei… tau gak kenapa ilmu kalau ditulis dalam bahasa arab itu jadi ุนู„ู…” kata Sang Ayah sambil menuliskan serangkaian huruf arab di atas kertas.
“Lha… memang asal katanya itu kan, Yah? Ah yang kayak gitu aja dipertanyakan… repot banget” kata si anak
“Wuettts… semua itu ada filosofinya lagi”
“Apa emang?”
“Ah…. katanya gitu aja dipertanyakan…”
“Ih… sebel banget, udah penasaran gak jadi cerita. Ya udah gak jadi”
“Yah, padahal tadi mau mulai cerita”
“Aduuuuh apa siiiih? :(”
“Hehehehe… ya udah nih ayah bahas. Perhatikan ya…”

Lalu Sang Ayah menuliskan kata ุนู„ู… besar-besar di sebuah kertas kosong ukuran A4.

“Perhatikan, huruf pertama ‘ุน’ …..’ain kan?… perhatikan mulut ‘ain selalu terbuka… itu berarti dalam ilmu hal pertama yang perlu kita lakukan adalah terus lapar terhadap ilmu. Ilmu tidak pernah cukup, maka kita harus secara terbuka untuk terus belajar dan belajar. Ilmu itu dinamis… maka dia harus terus dipelajari. Jangan pernah merasa puas atas ilmu yang sudah kita peroleh.

Huruf kedua…’ู„’… lam! Perhatikan huruf lam selalu tegak… maka ketika kamu menguasai suatu ilmu maka tegakanlah kebenaran berdasarkan ilmumu. Jangan menjadi orang yang sok tahu, jangan melakukan sesuatu yang tidak kamu ketahui ilmunya, karena pada intinya ilmu itu menegakan yang benar. Jadilah orang yang benar dengan ilmu yang benar, jadilah bermanfaat dengan ilmu yang bermanfaat.

huruf terakhir itu ‘ู…‘…mim. Pada kata ini, mim ditulis merunduk. Maka ketika ilmumu sudah semakin tinggi tetaplah rendah hati. Ingat ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Ingatlah pula jika kelak kamu meninggalkan dunia ini nanti, biarkan dunia mengenangmu sebagai seseorang yang menyebar manfaat kepada banyak orang. Tinggalkanlah dunia ini dengan meninggalkan ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu adalah kebijaksanaan… maka dia membuat pemiliknya memiliki hati yang lebih bijaksana.”

Si anak hanya terpana, usianya yang masih terlalu kecil masih terlalu dini mencerna kalimat ayahnya….namun ia paham bahwa apapun yang dimaksud oleh ayahnya adalah sesuatu yang luar biasa.

“Gak ngerti ya?” Tanya si Ayah.

Si anak mengangguk pelan.

“Gak apa, nanti juga ngerti sendiri. Itulah ilmu… butuh proses dalam pemahamannya” jelas sang Ayah.
———————–
Beberapa tahun kemudian, si anak itu beranjak dewasa. Dia semakin memahami apa yang dikatakan oleh Ayahnya. Setiap dia merenungi tiap senti kehidupannya… ketika dia mulai merasa terjatuh dalam menghadapi sesuatu… maka penjelasan Sang Ayah itu membangkitkan semangatnya. Penjelasan ayahnya itu membangkitkan dirinya berpuluh-puluh… beratus-ratus… mungkin beribu-ribu kali.

——————–
Anak kecil itu adalah saya… dan Sang Ayah adalah Ayah saya
http://eemoticons.net

Terima kasih, Ayah ๐Ÿ™‚ just missing you in the middle of training today ๐Ÿ™‚

What we should know about climate change ^^b


Berhubung saya akan mengabdikan diri di bidang economics of climate change jadi bacaan saya sekarang lagi tentang climate change semua. Karena saya tipe manusia visual, saya biasanya belajar dari infographic-infographic. Infographic itu smacam poster/ majalah online di internet yang fungsinya buat memberi penjelasan terhadap suatu topik. Maklum… saya ekonom yang dulu maunya jadi seniman atau arsitek, jadi sebenarnya lebih ngerti kalau banyak gambar-gambar hehehehehe, itu juga alasan kenapa buku catatan saya isinya gambar semua.

Well… langsung aja kalau ada yang mau lihat infographic climate change… monggo langsung dilirik aja ๐Ÿ˜€ Saya nggak mau banyak nulis…. lagi ada deadline soalnya hehehehe.

See you ๐Ÿ™‚

 

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Kisah Seekor Beruang: Sebuah Fabel


Beruang

Source: Wikipedia

Di sebuah hutan, terdapat seekor beruang madu betina. Dia tinggal di dekat sarang dengan seekor beruang jantan yang baik hati. Waktu berjalan, kedua beruang ini kemudian menjadi sangat dekat. Si beruang jantan sangat baik hati, begitu loyal, dia selalu membagi buah-buahan yang dia dapat kepada si beruang betina.

Suatu hari, si Beruang jantan menatap sebuah pohon yang sangat tinggi.
“Apa yang kamu lihat?” Kata si Beruang Betina tiba-tiba
“Hahaha…. lucu ya, kita ini beruang madu tapi kita malah selalu makan buah-buahan saja. Kamu lihat pohon tinggi ini, ada banyak rumah tawon yang sangat besar dan tentu banyak sekali madu di sana … hmmm rasanya aku ingin mencicipi bagaimana rasanya madu itu”
“Kalau begitu kenapa tidak mencoba?”
“Hahahaha… pohonnya terlalu tinggi… untuk apa memanjat terlalu tinggi?”
“Ya untuk mendapat madu itu, kamu menginginkannya kan? Kalau iya… maka ayo kita ambil! AKu temani ya!”
“Hahahahaha… bercanda kamu, selama ini toh kita masih hidup dengan memakan yang ada tanpa perlu repot memanjat terlalu tinggi”
“hei… jadi begitu saja? Kamu yang bilang sendiri kan kamu ingin merasakan jadi beruang madu yang sesungguhnya… lagipula apa kamu tidak mau agar keluargamu juga merasakan madu? Hei ayoooo…. aku sudah bersemangat dan penasaran dengan madu itu”
“Haaaah… sudahlah, tadi hanya menyeracau saja. Ayo kita makan buah lagi… pasti lapar kan?”

Lalu mereka pun kembali ke sarang mereka masing-masing.

Keesokannya si beruang betina bertekad jika dia yang akan mengambil madu dari pohon yang tinggi itu. Ia pun menemui si beruang jantan.
“Aku ingin memanjat pohon tinggi itu, kalau kamu tidak bisa… biar aku saja. Nanti aku bagi madunya denganmu ya. Bagaimana? adil kan! Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena kebaikanmu selama ini”

“Hahahahaha… kenapa jadi seserius itu. Kita terbiasa mencari buah bukan memanjat pohon setinggi itu. Lagipula kita masih hidup kan dengan seperti ini?” kata si beruang jantan sambil tertawa

“Tapi kita beruang madu, Tuhan menciptakan kita sebagai beruang madu…. kita pasti bisa mendapatkan madu. Kita hanya perlu… mmmm…. sedikit mencoba mungkin. Maksudku… kita tidak akan tahu kan kalau belum mencoba?”

“Hahahaha… kamu saja yang coba sendiri, aku sudah berkali-kali memanjat pepohonan untuk mengambil buah. Untuk yang tidak terlalu tinggi saja aku masih suka terjatuh apalagi yang setinggi itu. Otak kamu dimana? Apa ini karena kamu terlalu banyak bergaul dengan beruang madu lain? Yang cuman bisa berpikiran sempit bahwa kehidupan beruang madu harus berlimang madu? begitu?”

“Aku tidak bilang begitu, tapi kamu benar… sebagai beruang madu kita belum mencicipi madu sama sekali. Bukan aku merasa tidak cukup… tapi bukankah mencoba saja bukan hal yang salah. Dan hei! Aku mau kamu tahu bagaimana rasa madu itu.”

“Ah aku paling tidak suka berdebat”

“Tapi….ah baiklah” Kata si beruang betina sedikit kecewa, “Bagaimana jika aku melihat saja pohon itu lebih dekat? Tidak apa ya? Siapa tahu rupanya si pohon itu tidak terlalu tinggi” tanya si beruang betina, namun tak ada jawaban.

Kesal dan sedikit kecewa si Beruang betina itu kemudian berlari sendirian ke arah pohon tinggi yang telah membuatnya penasaran. Dia berlari tanpa arah, sesekali menabrak tumpukan ranting kering, namun rasa penasarannya mengalahkan rasa sakit apapun yang menimpanya.

Dia lalu sampai di bawah pohon tinggi tersebut, namun betapa terkejutnya dia ketika melihat seekor beruang hitam sedang bergelantungan di pohon tersebut… mencoba menyusuri dahan demi dahan.

“Hei… beruang hitam” Sapa beruang madu betina.
“Ah yaaaa… heeeei… kau si beruang betina yang tinggal di dekat pohon buah-buahan dekat sungai kan?”

“Ah kau rupanya! Kita pernah bertemu kan…mmmm…. ah rasanya lama sekali. Sebelum keluargamu pindah ke hutan pinus di atas sana, benar kan? Si beruang hitam yang agak sombong dan menyebalkan itu”

“Hei… beraninya! Baru bertemu bilang begitu. Sini keatas… kita selesaikan secara jantan, aku tidak segan-segan loh walau kamu betina”

“Kejaaaaam… apa yang kau lakukan di atas sana? Mencari madu ya? Kau kan beruang hitam, untuk apa mencari madu?”

“Aku mencari segala-galanya di sini… madu hmmm ide bagus, akan aku coba. Apa lebih lezat dari petualangan? Tapi aku kesini untuk mencapai langit. Tahukah kamu bahwa pohon ini adalah pohon tertinggi di hutan ini”

“Ah mengapa harus jauh-jauh ke atas, kau tidak puas di bawah sini?”

“Entahlah… aku hanya ingin melihat hutan ini dari titik tertinggi di hutan ini. Aku hanya ingin melihat hal-hal yang sebelumnya belum aku lihat. Menarik bukan?”

“Hal yang tidak pernah kita lihat?”

“Iya, hal-hal yang akan mengubah cara pandang kita terhadap keseluruhan hutan ini… ayo… susul aku jika berani!”

“Tapi… mmmm… aku harus minta izin pada keluargaku dulu dan mmmm…. entahlah aku bisa atau tidak”

“Jika benar-benar ingin… maka laksanakanlah. Aku tunggu di pohon ini, pergilah dan selesaikan urusanmu terlebih dahulu. Jangan bebani hati dan pikiranmu dengan hal-hal yang membuatmu tidak fokus nantinya”

“Mmm. baik… tunggu di situ!” Si beruang madu betina lalu lari sekencang-kencangnya… menemui keluarganya lalu mengutarakan keinginannya. Keluarga sedikit cemas, namun melihat tekad dan cahaya mata si beruang betina tersebut mereka kemudian mengizinkannya.

Tidak lupa di beruang betina kemudian memberi tahukan niatnya tersebut kepada beruang madu jantan.
“Tekadku sudah bulat, aku ingin memanjat pohon tinggi itu dan mengambil madu untukku… untuk semuanya”

“Berapa kali aku bilang itu tidak perlu lagi, kenapa sih kamu begitu keras kepala?”

“Berapa kali pula kamu bilang bahwa kita beruang madu, maka kita harus mendapatkan madu itu. Kalau kamu tidak mau, biar aku yang mendapatkannya. Duduk di sini lalu lihatlah aku pasti bisa”

“Ya selamat berjuang, tidak pernah ada gunanya memang bicara dengan beruang yang tidak bisa diatur. Kamu tidak puas dengan apa yang kita miliki sekarang. Jika beruang madu hanya bisa mengambil buah dari pohon-pohon pendek memang salah? terserah kamu saja!”

“Kalau begitu bagaimana jika kamu yang memanjat, dan biarkan aku menjagamu dari bawah jika kamu khawatir akan terjatuh”

“Aku tidak mau madu itu, titik! Jika kamu mau… ambil saja sendiri. Sudah selamat tinggal… aku lelah hari ini”

Saat ini si beruang betina sedih sekali, bagaimana mungkin salah satu beruang yang paling dekat dengannya pun tidak terlalu peduli dengan apa yang akan dia lakukan. Namun dia tetap melangkah…. tekadnya untuk memanjat pohon tertinggi di hutan itu sudah bulat.

Sesampainya di bawah pohon tinggi, si beruang betina mencari-cari si beruang hitam. “Heiiiii…hitam… kau dimana?”

“Heeeei… aku disini” teriak beruang hitam, rupanya dia sudah mencapai ranting yang lebih tinggi daripada ketika mereka pertama kali bertemu.

“Waaaah… tinggi sekali. Kau meninggalkanku ya? Hei bagaimana aku naik… aku biasa memungut buah-buahan bukan memanjat pohon. Bisa kau turun dan mengajari aku?”

“Kamu yang terlalu lama tadi jadi aku memutuskan naik lebih dulu, kukira kau tidak akan kemari lagi. Apaaaa? mengajarimu memanjat… tidaaaaaak akaaaaan”

“Kejam sekali… hei, kemari ajari aku dulu. Kenapa kau begitu kejam sih? Dasar… beruang hitam.. pantas saja spesiesmu hampir punah”

“Karena aku percaya kamu bisa melakukannya sendiri. Bukankah kamu bahkan sudah mengalahkan keraguan dirimu sendiri? Ah… ketinggian pohon ini belum seberapa dibandingkan keraguan yang ada di diri kita. Sudahlah… ayo naik. Gunakan saja instingmu”

Si beruang betina mulai memeluk batang pohon tersebut, memejamkan matanya, lalu entah keajaiban apa tiba-tiba dia bisa perlahan-lahan memanjat pohon tersebut walau masih sangat perlahan.

“Hei… lihat aku bisa!”

“Apa kubilang, kamu tidak terlalu buruk. Baiklah… ayo susul aku. Lihat-lihat… aku bisa melihat banyak rumah tawon di atas sini. Aaaaah… sayang sekali jika kamu tidak kesini.”

“Iya… tunggu… aku kan masih belajar”

“Hah… payah sekali sih. Rasanya butuh ribuan tahun hingga kau bisa menyusulku”

Laluย  langkah si beruang betina terhenti, dia menatap kosong ke bawah.

“Eh, aku menyinggung ya? maaf… aku tidak sungguh-sungguh kok” Kata beruang hitam

“Tidak apa, aku sudah mulai terbiasa dengan sifatmu itu. Bukan itu…”

“Masih ragu meninggalkan yang di bawah? Kembalilah… nanti aku bawakan madu untukmu. Tapi kalau aku ingat ya”

“hahahaha… tidak… tidak… aku tidak akan mengganggu impianmu mencapai puncak pohon ini. Hanya saja…”

“Hanya saja apa?”

“Hanya saja… rupanya tidak terlalu menyenangkan ketika tidak semua orang mendukung kepergianku ini… rupanya mmm… tidak terlalu nyaman juga ketika meninggalkan semuanya padahal aku juga belum memberikan kesan yang baik pada semuanya”

“Jika begitu… maka turunlah. Aku sudah bilang kan, perjalanan kita akan sulit…. kita tidak bisa setengah-setengah”

“Aku juga sudah berjalan sejauh ini… aku tidak mau berhenti.” Kata si beruang betina. “Ah… apa kamu lihat beruang madu yang giat itu? Iyaaa itu yang sarangnya di samping sarangku! Lihat tidak?”

“Yaph, mataku tidak buruk… beruang madu yang rajin sekali. Kenapa?”

“Aku ingin dia bisa memanjat pohon ini juga, bagaimana menurutmu… dia potensial kan? Aku juga berpikir begitu.”

“Ah… kalau begitu kita ajak saja. Tapi sepertinya orangnya sedikit alot, entahlah… sepertinya begitu”

“Baginya aku yang alot. Aku tahu dia ingin mencicipi madu dari rumah tawon di pohon ini… tapi dia tidak terlalu percaya diri dengan kemampuannya”

“Hmmm… begitu.”

“Iya… sebelum aku menaiki pohon ini, kami sedikit mmmm… berselisih pendapat.”

“Mungkin dia khawatir… kau kan beruang betina aneh yang tidak pernah naik pohon hahahahahaha”

“Tidak… dia tidak khawatir.”

“Darimana kau begitu yakin, betina sok tahu!”

“Kalau dia peduli… dia akan kemari. Dia bahkan tidak menoleh sedetik pun dan mendengarkan kata-kataku tadi.”

“Aku turut prihatin, apa aku perlu turun tangan?”

“Tidak… tidak… dia tidak salah. Ketika aku menaiki pohon ini… dari satu ranting ke ranting lainnya… aku merasa bahwa aku memang benar-benar mengingkan ini. Tidak masalah melihat kau dari belakang karena langkahku yang masih pelan, tapi di setiap ranting aku menemukan pengalaman baru dan rupanya aku senang melakukan ini. Karena senang aku melakukannya terus… dengan bersungguh-sungguh. Aku tidak peduli ketika jari-jariku tertusuk ranting-ranting kering, atau aku terpeleset lumut dan air hujan… aku menyukainya… maka aku terus melakukan ini”

“Aku senang kau sudah bisa mengambil keputusan, lalu si Beruang madu itu? tidak apa?”

“Satu-satunya penyesalanku adalah… aku mungkin terlalu keras padanya tadi. Jika dia tidak kesini… berusaha mencoba meraba tiap permukaan pohon ini… mungkin memang dia benar-benar tidak ingin melakukan ini. Melihatnya begitu giat di bawah sana… mungkin memang dia bahagia di sana. Kenapa aku malah menekannya… pilihan semua beruang toh berbeda-beda.”

Beruang hitam lalu tersenyum tipis, “Jadi masih mau lanjut menuju puncak pohon ini? Yakin tidak akan mundur? Aku sudah melihatmu terengah-engah loh, belum terlambat untuk menyerah”

“Ya Tuhan… apakah ada ranting besar untuk menutup mulutmu itu agar berhenti sombong sebentar saja?”

“Hahahahaha… ayo aku perlambat jalanku, aaaaah… masih butuh 1500 abad sepertinya hingga kau menyusulku”

“Hei, jangan meremehkan aku… beberapa ranting lagi akan aku lalui lalu menyusulmu. Jangan besar kepala”

“Kau tahu? aku beruang yang menyebalkan loh… benar tidak akan turun dulu?”

“Tidak… aku kan sudah bilang aku sudah terlanjur sejauh ini. Aku akan buktikan pada semuanya bahwa aku akan menjadi beruang madu yang hebat. Aku juga akan membawa madu yang banyaaaaak sekali ke bawah nanti, tentu satu buah untuk si beruang madu keras kepala itu hahahaha. Sementara ini, aku rasanya sudah cukup siap bertualang dengan beruang menyebalkan berwarna hitam di atasku ini. Ah iya… aku juga akan menjadi beruang yang lebih baik darimu… hahahahahahhaha”

“Ya ampuuuun… banyak bicara sekali. Sampai kapan ya kau akan melihat bokongku terus menerus dari bawah sana hahahaha. Hah sudah ayoooo… kita sudah kehabisan banyak waktu”

“Awas saja… akan aku cari ranting panjang untuk menjitakmu nanti hahahahaha….”

Lalu si beruang madu betina pun memutuskan untuk melanjutkan petualangannya mengumpulkan madu dan mencapai puncak pohon tersebut untuk melihat keindahan seantero hutan bersama dengan si beruang hitam. Petualangan mereka semua terus berlanjut dan dikarenakan tingginya pohon tersebut, belum ada yang mengetahui bagaimana akhir kisah petualangan mereka *errrr endingnya gak banget*

——————————-

Hiyaaaaa…. ahahhahaa… baru kali ini bikin fabel :p semoga gak jelek-jelek banget hahahahahhaha