Jangan jadi Mahasiswa/Calon Mahasiswa nyebelin!


Bahkan jika kalian sudah sampai Oxford sekalipun! Tetaplah rendah hati!

Itu yang bisa saya katakan kepada kalian… siapa saja, dimana saja, di belahan bumi manapun, ketika kalian berstatus sebagai mahasiswa maupun calon mahasiswa.

Kenapa tiba-tiba saya ngomel-ngomel nggak jelas seperti ini… huuuufffftttt ceritanya panjang.

Semua berawal dari posting sebelumnya. Sebagaimana yang telah saya ceritakan sebagai calon mahasiswa, uang saya pas-pasan…. Sensei saya aja sampai gak tega hahahaha.. sedih banget kan. Bahkan jika saya harus bayar biaya pendaftaran terlebih dahulu… terus dijanjikan reimburse bla bla bla… huwaaaa saya gak sanggup deh. Gaji saya terpending 2 bulan karena kesalah sistem di bagian keuangan *oh please SDM yang gaptek 🙁 * dan adapun lainnya buat tes TOEFL iBT dan tentu buat bertahan hidup di tanah air dan memang sudah ada yang saya sisihkan untuk biaya kuliah adik saya…. untuk mama saya… dsb…. ya ampuuuuuun kacau semua gara2 si sistem errrrgghhhhhh… pengen ngamuk! tapi sudah lah ya~ intinya… rencana studi saya ke Jepang tertunda huhuhuhu…udah gitu ganti universitas pula… jadi ke sebuah universitas di Tokyo walaupun Sensei saya di Kyoto sangat baik hati dan bilang kami bisa bertemu kapan saja untuk membicarakan penelitian saya… yang penting sampai da harus pakai beasiswa! Huhuhuhu mengharukan….

Lelah dengan pekerjaan saya sekarang dan gemes juga dengan gaji yg sering telat. Saya pun memutuskan untuk resign akhir bulan ini…
Dan puji syukur kepada Allah saya sudah menemukan tempat berlabuh yang baru di sebuah lembaga penelitian tentang perubahan iklim di IPB dan menjadi peneliti di sana :’D saya pun bisa ngajar lagi dan belajar lagi karena calon tesis saya memang sesuatu yang baru banget…

Saya sih damai tenteram ya… I got a new job! Saya bisa nambah tabungan untuk kuliah adik saya, nambah tabungan untuk mama saya, dan sudah ada berbagai proyek kerjasama Indonesia-Jepang yang siap menanti saya untuk dipelajari dan dikerjakan. Sensei saya juga toh terlibat dalam proyek tersebut jadi yaaa bisa nyambi-nyambi nyicil. Cuman memang ya perjuangan dapat gelar Master itu mahaaaaaal dan beraaaaat perjuangannya. Saya juga sekarang bahagia tempat kerja saya dekat dengan rumah jadi gak capek ngejar-ngejar kereta.

Plan saya sudah sempurna sampai sini!
Misi mendapatkan calon suami di tempat sekolah baru juga bisa dipending sementara…
Errrrrr…

Tinggal menjalankan misi saya yang lain..
Saya ingin membantu banyak orang sebelum saya melanjutkan sekolah. Terutama yang mau melanjutkan sekolah lagi. Kenapa ya? Karena Allah toh memberi banyak kebaikan pada saya jadi boleh dong saya melakukan kebaikan untuk orang lain.

Karena saya akan menjadi anak “teknik” maka tentu saya jadi lebih sering bergaul dengan calon-calon anak teknik juga, dari yang calon master sampai calon doktor… I’m happy ketika banyak orang yang mempercayai saya dan bertanya kepada saya… lalu saya bisa membantu mereka.

Hingga datanglah hari ini….
Hari ini ada seorang calon mahasiswa yang kebetulan akan mengambil Universitas yang sama dengan saya, anak univ. ternama…. dia mau mengambil “teknik lingkungan” mungkin karena menyerempet dengan penelitian saya saya juga tentang lingkungan…. kebetulan kami juga dapat beasiswa yang sama, dan mungkin juga karena saya awalnya hampir jadi anak Teknik Lingkungan jadi dia nanya-nanya lah ke saya.

Awalnya pas nanya maniiiiisssss banget… wah saya pun terenyuh. Saya menjawab dengan penuh kesabaran seluruh pertanyaan dia dengan baik dan benar. Tapi alangkah kecewanya ketika makin lama dia makin nyolot -.-

“Kok mbak nggak ambil intake yang ini bla bla bla…. kan biar lebih cepet mbak”
“Hehehehehe…Gak sanggup, Mas… saya nggak bisa bayar biaya pendaftaran yang pakai yen itu -.- rupiah kan lagi melemah, Mas”
“Ya ampuuuun… itu kan murah, Mbak. Masa gitu aja gak bisa bayar” JLEBBBBHHHH! saya dengan segala pengetahuan ekonomi saya… menghitung si Yen dan mengconvert ke rupiah… jreeeeeeng 3,5 juta rupiah bok! Ya ampuuuun…ada sih… tapi setelah itu saya langsung jadi fakir, miskin, dan anak terlantar yang perlu dirawat negara karena rekening saya akan kosong melompong -.- Biaya hidup kerja bulak-balik jakarta bogor aja udah hi-cost bgt. Ada uang yang saya invest, tapi ya ampuuun bertunas aja belum masa iya saya cabut T^T. Huwaaaaaa teganyaaaaaa~

“Jujur aja,Mas… saya sih gak mampu hehehehe…uangnya ngepas, Mas. Soalnya deadline pembayarannya mepet. Kalau bulan depan sih kekejar” Masih berusaha menjawab dengan jujur, sopan dan sabar
“Oh derita mbak itu sih, segitu sih bagi saya kebayar lah, mbak. kalo begitu saya duluan ya mbak kesana. Bye”

Jangkrik!

Saya catat nama anak itu di benak saya…. saya catat lab.nya di ingatan saya… saya akan cari nanti di universitas tujuan! Saya akan datang pas dia presentasi paper, dan demi kesucian ilmu pengetahuan… saya yang akan mengajukan pertanyaan substantif kepada dia! Saya mau lihat sepintar apa dia sampai berani-beraninya se-kurang ajar itu kepada saya! gemes!

Heeeeeuh…. Allah… liat dong makhluk yang itu tuuuh agak-agak bikin jengkel. Huwaaaaaaa keseeeeeel *lempar sandal*

Memangnya salah ya kalau saya sudah bertekad bahwa semua yang berkaitan dengan studi saya harus hasil perjuangan saya sendiri, termasuk masalah keuangan! Loh saya ini sudah 23 tahun! Udah gak jaman lagi minta ke Mama-Papah…. -.- apalagi ini sudah tekad saya, maka ini harus saya yang pertanggungjawabkan.

Huwaaaaaaa iya deeeeeeh…. saya mahasiswa miskin -,- derita-derita gw!
tapi saya akan buktikan saya bisa menjadi mahasiswa pintar!

Saya tidak mau membalas si anak “sopan” itu… Tapi saya ingin yang lain lebih rendah hati.
Beasiswa itu amanah! Sekolah lagi juga itu amanah!
Amanah itu untuk dilaksanakan dengan baik, bukan untuk disombongkan.
Memangnya ketika saya…. kalian… kita semua… selesai sekolah, bahkan hingga doktor sekalipun… untuk apa ilmu kita itu?
Buat apa?
Buat apa?
Ayo jawab! Buat apa?
Nyari kerjaan bonafit?
Nyari uang?
Nyari hal-hal duniawi?
Udah nggak masanya kawan~! Usia kalian juga makin menua… ketika kalian sampai pada masa itu, seharusnya ilmu kalian membuat pemikiran kalian menjadi lebih bijaksana… meluruhkan ego-ego kita… saat itu tugas kita adalah mengimplementasikan ilmu kita untuk kebaikan banyak orang! itu tanggung jawab kita! itu kawan… itu! tidak kurang… tidak lebih…

Ini amanah… dan Tuhan akan kecewa jika hamba-Nya menyepelekan amanah ini.

Saya marah… tidak?
Kecewa…? Sedikit
Tapi yang pasti… saya orang yang merasakan bahwa jalan saya menuju impian saya sangat sulit, dan saya tidak senang ketika ada orang-orang yang menyepelekan usaha saya.

Ingat… ini bumi Allah…
Mau sombong di atas bumi Allah? Boleh….
Tapi nggak tau yaaaaaa nanti Allah marahnya gimana~~~ gak ikut-ikut aaaaah~

 

A letter from Kyoto….


hari ini ada sebuah amplop besar sampai ke rumah saya, taraaaa inilah amplop itu

Image and video hosting by TinyPic

Isinya? Isinya adalah LoA dari salah seorang profesor di Teknik Lingkungan di Universitas Kyoto. Universitas impian saya selama ini…! Kyodai (Kyoto Daigaku) mungkin kalah pamor dengan Universitas Tokyo, tempatnya juga gak di pusat kota tapi peraih nobel di Asia paling banyak lahir dari universitas ini! Huwaaaaaaa….. kayak mimpi deh. Nobel loh nobel! Sewaktu masih SD saya pernah menulis di buku harian saya ingin salaman dengan peraih nobel… terus menjadi peraih nobel dari Indonesia.

Calon profesor saya pun juga peraih nobel loh, biarlah skrinsut yang bicara…

Buat yang belum liat sertifikat nobel, jangan khawatir saya juga baru liat sekarang hahahahahaha.
Nobel itu ada macam-macam, pada tahun 2007 Nobel Peace prize jatuh pada IPCC, sensei saya tergabung dalam penelitian IPCC jadi terhitung termasuk yang memperoleh nobel. Yang lebih kerennya lagi, Beliau sudah mengabdikan 20 tahun hidupnya untuk membangun model ekonomi energi se Asia-Pasifik! Asia Pasifik loh…. bukan cuman Darmaga atau Ciomas -.- Ya Allah…. keren dan rajin banget. Kalau saya sih ngebayangin aja udah bosen hahahaha, 20 tahun bangun model doang kan pusing ya. Istiqamah sekali Beliau ini.

Itu manis-manisnya…
Sekarang getirnya!
Permohonan pergantian universitas saya ditolak! Artinya beasiswa saya tidak bisa turun. Kenapa? karena LoA saya masih LoA profesor. Kalau bahasa kerennya LoA conditional. Saya masih harus lulus tes masuk universitas kyoto. Kabar sedihnya lagi, ujian masuknya adalah ke Fakultas Teknik dan jelas-jelas background saya ekonomi. Kisah sedih ketiga.. saya gak punya budget yang cukup *untuk saat ini* untuk berangkat tes kesana T^T huwaaaaaaaa sedih banget gak sih.

Jangan berisik lalu bilang “Kenapa gak ambil kelas internasional aja…. bla…bla…bla…” ya karena sensei saya di departemen teknik lingkungan itu… dan itu gak ada kelas internasional. Ya Allah… Beliau mau berbagi ilmu ke manusia bukan orang jepang aja udah subhanallah…. berbagi ilmunya ke saya lagi yang dari awal udah bilang I blind about energy economics. Beliau sampai rela loh gak pensiun dulu demi menunggu satu orang anak Indonesia bergelar emon ini berguru kepadanya. Tentu saja ini berkat perjuangan keras dan luar biasa dari promotor-promotor saya yang sabar Pak Rizaldi Boer dan Ibu Luky. Eh…. buat yang belum tau, Bapak Rizaldi Boer juga peraih nobel loh :p cari-cari di google ya. Heran deh IPB gak pasang baliho mahagede buat gembar-gembor masalah ini. Sudahlah kembali pada kisah sedih saya.

Mungkin memang susah juga ya jadi low middle income person…. tinggal dikit aja jadi mikir-mikir masalah uang. Belum cukup sampai situ, masih banyak manusia Indonesia yang memojokan keinginan saya…
“aduuuuh ngapain sih sekolah aja yang dipikirin”
“Kerja dulu aja kali, emang punya uang?”
bla
bla
bla
memang saya nggak punya… lalu mau apa?

Membantu tidak…
Mendukung tidak…
Menenangkan tidak juga…
Bikin stress iya!
Hal yang saya butuhkan saat ini adalah saran-saran yang solutif! Bukan menyalahkan segala keinginan saya.
Mungkin gak pernah kebayang ya… anak dengan kepintaran pas-pasan, kumel, acak-acakan, dan secara ekonomi juga gak banget bisa kemudian memperoleh kesempatan seperti ini. Ya nggak kebayang berarti kan bukan berarti hal yang mustahil.

Rasanya kadang jengkel sendiri….
Kadang mau marah ke ayah… dateng ke makamnya… terus bilang “See… this is what happened because you leave us so fast”
Kadang mau marah ke mama…”Kenapa sih, Ma…. gak pernah mau denger pas saya bilang jaga kesehatan baik-baik dari dulu”
Tapi ini bukan kesalahan mereka. Kalian tau? kalian tidak akan pernah melihat orang tua sehebat Mama dan Ayah saya. Sejak saya kecil saya bebas meraih apa yang saya suka. Mereka berhasil mendidik dua anak mereka. Saya dan adik saya mungkin bukan dari keluarga terpandang, tapi kami punya tekad untuk berjuang mati-matian untuk segala hal. Jika orang-orang melihat saya dan adik saya manusia-manusia bahagia yang Alhamdulillah gak ribet masalah akademis dan melihat keluarga kami always cheerful… kalian gak pernah liat betapa banyak hal dan rintangan yang kami hadapi bersama. Kami berjuang untuk banyak hal… seharusnya bumi ini lebih fair untuk menghargai kami, termasuk saya, dalam berbagai hal.

Saya lalu ingin marah… dan kemarahan terbesar saya adalah pada diri saya sendiri “What will you do!” sambil membentak ke arah cermin.

Bisakah dunia diam sejenak… biarkan saya berpikir jernih, menanyakan jalan terbaik kepada orang-orang yang saya anggap berkompeten dan tunda dulu segala komentar yang menyudutkan saya. Saya juga sedang berjuang dan berpikir… tapi saya butuh waktu dan sedikit ketenangan.

Jika saya seorang anak konglomerat apakah orang-orang akan diam?
Tidak juga kan?
Saya tidak pernah berkomentar masalah orang lain… mengapa orang lain harus repot berkomentar tentang urusan saya? kehidupan saya? segalanya! Mohon dengarkan saya terlebih dahulu, pahami…. lalu beri masukan. Diam sejenak, lalu biarkan saya mengambil keputusan.

Sudahlah biarkan saja…

Di atas lembar LoA saya terselip sebuah sticky notes kuning dengan tulisan dari sekretaris profesor saya. Rasanya ingin ketawa sekaligus mau nangis. Tulisannya “Dear Marissa-san hope it works well” Lalu ada smiley-nya. Unfortunately it hasn’t work well yet… but there will be a time 🙂
Image and video hosting by TinyPic
Saya kira cukup…!
Apapun keputusan saya nanti, semoga semua bisa menghargai dengan baik.
Jika saya memilih sekolah lagi… semoga alasan-alasan saya bisa diterima. Orang setega apa sih yang tega menyia-nyiakan kebaikan orang lain? Orang lainnya beda negara lagi.

Perjuangan saya masih panjang… masih harus belajar gila-gilaan
dan menempa hati. Udah mencoba menjadi gak cengeng… tapi kadang kalau denger yang kejam-kejam masih belum kuat.

huhuhuhu….

Special thanks:
* Mama… the best mom in the universe. Apa perlu semua Mama di muka bumi belajar dari Mama? Biar mereka bisa menghargai dengan baik pilihan dan keinginan anak-anak mereka?

* Pak Boer dan Bu Luky... terima kasih telah memperkenalkan saya dengan orang-orang hebat. It’s a pleasure. Terima kasih juga sudah berheboh-heboh karena saya

*My lovely brother... yang bilang “Be yourself! No matter what they say!” hahahha kita memang English Man in New York banget deh

*Tiko…. Rupanya kisah hidup kita hampir serupa. Bahagia punya sahabat baru yang bisa berbagi pikiran. Apapun yang terjadi semoga gw jadi ya ke Kyodai.

*Solih… Paling tau masalah gw, tapi pada akhirnya jadi orang yang paling heboh mendukung gw. Kaget loh tiba-tiba so sweet hahahaha. terima kasih… terima kasih sudah mengenal gw dan menganggap gw sebagai diri gw sendiri. Keren banget… :’D

*Habib… terima kasih telah menyemangati juga beberapa jam sebelum tulisan ini diposkan. Go! pergi kemana aja yang kamu mau! Nekad kan? Insya Allah aku bantu dengan… doa :p Oleh-oleh dari KL masih belum turun nih, mohon segera diproses -,-

Demikian…

bangun! wujudkan mimpi2 walau masih ngantuk banget! 🙂 salam juang!