re-arrange my dreams…


Hufffft~~~ beberapa hari ini saya dilanda kegalauan yang teramat sangat hahahahaha 😀
gak sih sebenarnya biasa saja. Saya sedang dilanda kekaguman yang luar biasa pada ilmu pengetahuan dan lagi menjalankan hobi saya yang lain “menulis” ada beberapa lomba yang saya putuskan akan saya ikuti. Rasanya bahagia banget saat punya waktu untuk nulis lagi, sangaaaaat bahagiaaaaaa!

Mulai dari mana ya?
Mmmm… mulai dari sebuah pernyataan “Galau itu hal yang manusiawi!” rupanyaaaa…. manusia itu luar biasa heboh ya, ketika tidak ada pilihan, galau! ketika pilihan terlalu banyak, galau juga! Ya ampuuuun~ gak kurang musingin? Saya sendiri masih pusing karena ditawari sekolah di beberapa tempat dan kerja di beberapa tempat juga. Pokoknya seru deh, merasa terhormat karena manusia dengan otak yang suka korslet tiba-tiba ini dipercaya kemampuannya oleh banyak orang. Terima kasih banyak atas kepercayaannya, saya sampai berpikir jangan-jangan diri saya sendiri yang suka mendiskriditkan kemampuan saya.

Tapi kemudian saya membaca tulisan di blog teman saya, salah satu yang simple dan menggugah adalah ketika dia nulis “Do everything you like!” yeaaah kira-kira begitu. Saya jadi berpikir, sebenarnya hal-hal yang saya suka apa ya?Sebenarnya impian saya apa ya? Hmmmm apaaaaa yaaaaa?

Sejujurnya impian saya itu simple loh, kawan-kawan. Saya ingin menjadi peneliti, dosen, sekaligus seorang penulis buku. Hahahahahha…. pekerjaan yang kata beberapa teman saya gak ada uangnya. Sebodo deh…

Kenapa ya saya ingin pekerjaan itu? Karena saya ingin menjadi seorang wanita yang pintar… pintaaaaaar sekali!  Tapi saya ingin generasi-generasi setelah saya lebih pintar dibandingkan saya. Jadi suatu kehormatan jika saya bisa “memintarkan” generasi-generasi setelah saya. Kalau kata dosen saya, hidup itu harus mengingat filosofi air wudhu, suci saja tidak cukup harus bisa mensucikan. Ya! Pintar saja tidak cukup… harus bisa membuat pintar orang lain. Saya percaya, ilmu bertambah ketika ia diimplementasikan dan dibagikan. Insya Allah.

Laluuuuu…. saya ingin seperti Mama saya, punya waktu yang cukup untuk keluarga. Saya ingin bisa mengurus anak, suami, dan seluruh keluarga besar saya di masa depan. Jadi wanita karir oke… oke banget! tapi setelah saya kerja, saya pikir kok sedih sekali ya kalau waktu di kantor lebih lama dibandingkan waktu ketemu keluarga, jadi saya ingin pekerjaan yang punya waktu yang lebih flexible dan pekerjaannya ada yang bisa dibawa dan dikerjakan di rumah. Saya ingin pulang lebih cepat dari suami saya, menyambut dia dengan senyuman dan secangkir teh hangat, lalu menanyakan apa hal “seru” yang terjadi di kantornya… aiiiih kurang romantis apa coba? Saya juga ingin mengajari anak saya pelajaran-pelajaran di sekolah, jadi dia gak akan lemot pas sampai sekolah. Saya mau mengecek keadaan Mama, melihat progress sekolah dan karir adik saya, menengok mertua, semuanyaaaa~ emak-emak banget ya? Kawan… saya sudah terlalu banyak kehilangan, jadi saya ingin menjaga sebaik mungkin apa yang saya punya. Amanah nih, gak bisa main-main….!

Saya juga sangat suka membaca dan menulis. Saya bahkan punya impian jika kelak menikah, suami saya harus cukup tergila-gila dengan buku. Supaya dia gak shock kalau saya berjam-jam di toko buku dan gak rewel kalau saya bilang mau sebuah ruang khusus di rumah kami untuk jadi perpustakaan. Lagipula, saya ingin calon saya kelak suka sekali membaca karena saya ingin jadi penulis… He will be my editor! Jadi setiap beres nulis, dia bisa baca… dan komentar “Hmmm…. kayaknya disini kurang deh…”, “…..Kamu yakin methodnya benar? Ini kayaknya salah deh”, “….kok ngantuk ya? Kayaknya diksi kamu agak membosankan”, kejam banget ya hahahahha… tapi in the end saya harap dia orang yang akan bilang “Kamu tahu? Tulisan kamu layak untuk masuk rak buku saya dan rak buku setiap orang” Huwaaaaaa…. romantis gak? romantis gak? Gak ya? hahahha…iiiih jangan gitu, bagi saya itu so sweet banget loh.Mohon dihargai deh imajinasi wanita jomblo ini hahahaha.

Bahkan kalau bisa saya dan dia nulis buku atau jurnal bareng! Jadi nanti anak-anak kami bisa liat “Ooooh… lumayan kece juga nih Mama saya Papa gw” hahahaha… cuman masih susah nih nyari orang yang kayak begitu 🙁 huuuffffft~~~ Tapi pasti ada, dan mau sama saya tentunya hahahahhaa…Tapi kebayang gak sih sebuah karya tulis yang levelnya nasional atau internasional ditulis oleh orang-orang yang berada di satu atap! Walau tentu berantemnya akan heboh hahaha karena saya cerewet banget dan suka gak mau kalah.

Kalau kata Fahd Djibran, “Aku tidak mau anak, cucu, dan keturunanku lebih mengenal Newton dan Einsten dibandingkan aku… keluarga mereka sendiri” Ya! untuk masalah ini saya juga tidak mau kalah dengan Newton dan Einstein.

Kenapa saya sangat suka menulis…
Karena mungkin itu cara termudah untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan setiap sudut dunia.Menulis membuat saya “hidup” dan seperti kata Ayah saya… jika pengalaman dan pengetahuan adalah harta, maka zakatnya adalah dengan membaginya, cari cara untuk membagi ilmu dan pengalaman tersebut!

Mungkin karena saya juga ingin menunaikan impian-impian Ayah saya yang belum terlaksana.
Mungkin karena saya juga ingin menjadi simbol perjuangan bagi beberapa orang yang merasa harapan tidak ada ketika dihadapi berbagai keterbatasan…
Mungkinkah? haaaaftttt ini masalah jalan mana yang akan saya pilih.

Dalam buku Mimpi-Mimpi Einstein karangan Alan Lightman  ditulis kalau manusia menempel pada dimensi ruang dan waktu mereka sendiri, dimana mereka akan sampai… akan bertemu siapa… akan melakukan apa… itu semua tergantung dengan ruang dan waktu yang mereka pilih sendiri. Ya pilihan! Sebagai anak ekonomi yang basic knowledge-nya ngomongin tentang “Pilihan” saya sendiri masih pusing kalau disuruh memilih… opportunity cost di dunia nyata itu gak eksplisit kayak di dunia buku teks. Tapi justru karena ngegemesin jadi menarik sekali 🙂

Masiiiiih laaaaamaaaaaaa jalan saya menuju ke impian2 saya, tapi kelak saya akan menjadi seorang penulis yang baik, peneliti yang tekun belajar dan “guna” buat nusa bangsa, serta menjadi dosen yang bukan hanya mengajar tapi juga mendidik… Dan tentunya bertemu dengan pria kutu buku baik hati yang rela saya repotkan seumur hidup hehehehe belum apa-apa kok udah kasian banget ya sama suami masa depan saya itu hahahahaha bodo amat deh.

Ganbarimasu!

Reformasi alamat rumah!


Setelah selama berhari-hari tidak pulang dan menginap di hotel karena rapat dan konsinyasi yang luar biasa memakan energi… betapa kagetnya saya ketika sampai di rumah saya menyadari bahwa rumah saya secara resmi GANTI ALAMAT! Ya Allah… 2 hari gak di rumah aja rumah langsung ganti alamat apalagi kalau 2 tahun? Aduh Ya Allah… hidup hamba itu jangan terlalu ngaget-ngagetin banget gitu loh. Dulu teman saya sampai ada yang bilang “Tau gak, kalau saya deket kamu… semua hal aneh terjadi. semua hal juga jadi ikutan aneh” Rupanya iya ya.

Balik lagi ke masalah ganti alamat…
Haiiiiiish! Kok bisa, Mon? bagaimana kisahnya?
Pindah rumah?
Pindah kemanaaaaa, gak mungkin lah… Mama saya udah jatuh cinta sama rumah di Pagelaran ini mana mau pindah ninggalin pohon-pohon kesayangannya itu plus kucing dan para menantu kucingnya? Haiiiish…

Jika selama ini alamat yang saya tulis di KTP, ngelamar kerja, ngelamar beasiswa, dipajang di CV, dsb adalah “Taman Pagelaran, Jl. Teratai I, Blok E5 no.6, XXXXXX “ maka dengan sangat berat hati, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menulis dan mengganti data alamat saya menjadi “Taman Pagelaran, Jl. Melati I, Blok E5 no.6, XXXXXXX”

Loh kok bisa?
Bisa dong…. ini buktinya!

Image and video hosting by TinyPic

Rumah di belakang plang itu adalah persis rumah saya.
Apalagi sekarang nomer rumah pun di tulis di plangnya.
Mohon maaf tentang fotonya, tiang listrik di samping rumah saya emang selalu jadi sasaran empuk buat nempel-nempel pamflet termasuk pamflet sedot WC. Ini di luar kendali saya sebagai fotografer :p

Mama saya akhirnya bilang, “Ooooh… itu jalan di depan rumah kita kak, di samping rumah kita Jl. Teratai I kok”
Saya yang rasa penasarannya memang selalu menggebu-gebu akhirnya mengecek….
Daaaaan rupanyaaaa!
Taraaaaaaa!

Image and video hosting by TinyPic

Yak sodara-sodara… jalan di samping rumah saya adalah Jl.Teratai II!

Aduhai kan?

Kenapa perubahan ini terjadi?
Saya sih sudah menduga bakal seperti ini karena sewaktu jalan-jalan keliling komplek saya menemukan Jl Teratai I itu dobel. Ada yang di samping rumah saya dan ada di RT lain. Jauh lah pokoknya.
Saya yang akhir2 ini rajin belanja online juga sering sekali mengalami paket saya keliling-keliling lama dan gak nyampe-nyampe ke rumah karena kurirnya bingung mencari mana si Jl.Teratai I. Bahkan pernah ada yang sampai malem-malem baru sampai rumah hanya karena nyasar ke blok lain terjebak si plang Jl.teratai I. Si kurir pun menjadi kucel dan tidak bertenaga lagi, kasihan banget 🙁

Setelah diganti dan plang alamat ini jadi clear, subhanallah juga loh teman saya mengirimkan tupperware dari Jakarta kemarin sore dan jreeeeeng hari ini siang-siang barangnya sudah sampai dan si kurir datang dengan muka ceria karena gak nyasar-nyasar lagi.

Semua happy…. saya juga happy
Eh tunggu dulu!
Tidak juga, ini masalah data diri di beberapa dokumen yang tentu saja masih menggunakan lafal Jl. Teratai I. Semuaaaaanyaaaaa! Dari saya SMP sampai udah segede ini.
Waduuuuh… apa kisahnya nih sekarang?

Saya pun kemudian protes ke Mama saya, “Aduuuuh, Ma… kita salah nih selama ini nulis alamat”
“Udahlah kak, yang penting nyampe semua kiriman, salah tukang plangnya juga baru dibenerin sekarang”
“Iya sih, tapi dokumen kita kan jadi teratai semua isinya. Ini dulunya ide siapa sih pakai teratai segala?”
“Ide Si’agam [kakek–bahasa Aceh] katanya lebih suka bunga teratai daripada bunga melati, Kak”
“Errrrr…. -.-“ *lalu speechless

Tapi nyebelin juga ya, bayangkan! sudah belasan tahun keluarga kami dari generasi nenek sampai sekarang tinggal di rumah itu, tapi kok baru sekaraaaaaang gitu ya alamatnya di revisi. Kok tega banget gitu loh. Ini salah siapa sih? sebenarnya sih gak apa, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali… tapi mbok ya jangan terlambat-terlambat banget.

Haaaft~~~ mau apa lagi?
Gak sanggggguuuuuup~~~~
Kalau nggak sanggup ya, shanggupin!

Salam pusing!