What I learn this month….


Halooooowwww pengunjung blog emonikova yang luar biasa setia walau blog saya kadang isinya gak penting hehehehe 😀

Kemanakah gerangan saya menghilang selama ini sampai gak nulis blog, dan membiarkannya berdebu? Hmmmm… saya mengurus masalah sekolah saya. Jika kalian cukup setia membaca blog saya, maka kalian pasti tahu kalau saya sudah mendapat conditional LoA dari Kyoto University, akan tetapi karena masalah birokrasi dan ehmmm finansial -.- (dimana saya harus ke Kyoto langsung untuk ujian dsb… dsb… dsb…) plus masalah otak dimana kalau saya ke kyodai saya akan masuk fakultas teknik, Ya Allah… di ekonomi aja masih suka jedot-jedotin kepala kan ini mau ke teknik?  ahahahahaha….

Sensei saya di kyodai kemudian menyerahkan saya pada sensei lain di Tokyo Institute of Technology (Titech), seorang sensei yang buaaaaaaiiiiiiiknyyyyyaaaaaa luar biasa. Sensei saya yang baru adalah head of Integrated Assessment Modeling Section di National Institute of Environmental Studies (NIES). Jika sensei saya di Kyodai adalah seorang penerima nobel, sensei saya yang sekarang adalah muridnya si sensei penerima nobel. Tapi bukan itu yang bikin saya terharu berat, saya terharunya adalah karena sensei saya yang baru baaaaaaiiiiiiik banget, dan itu membuat saya belajar dari seorang Japanese people.

Singkat cerita minggu lalu saya menjalani wawancara untuk masuk Social Engineering Department di Titech. Beberapa hari sebelum wawancara, sensei saya sangat luar biasa heboh.

“Marissa-san, have you prepare for your interview?”
“Marissa-san, if you need any data or help just ask me…”
“Marissa-san, please prepare everything. Just for a tips… don’t forget to focus to your research novelty..”
dsb
dsb
dsb

“Marissa-san, is okay if the interview is conducted in xx-xx-xxxx? If you don’t have any agenda just let me know”

Hah? saya bengong lah… kenapa Sensei yang pusing nanya? harusnya saya dong yang bilang begitu?

“It’s okay sensei. Whenever the interview will be conducted I’ll be ready. The interview itself is a pleasure for me”

Lalu dasar Japanese yang super sopan, “Aaaa… ok! I just want to listen your opinion indeed. Good luck, and see you”

Siapalah saya yang baru kenal dengan Beliau baru beberapa bulan ini, tapi rupanya kehebohan dan kepedulian Beliau udah hampir seperti dosen pembimbing skripsi saya. Beliau bahkan sampai curcol ke dosen saya kalau dia khawatir saya grogi… saya gak siap… saya blank… dsb karena yang menilai saya akan diterima atau tidak bukanlah Beliau sendiri tapi examiner yang lain. Jadilah selama berhari-hari sebelum interview saya kena gojlok dosen saya.

Saya akan ceritakan semuanya dari awal proses sampai akhir ketika nanti saya diterima di Titech dan menyelesaikan segala kehebohan di dalam negeri *including birokrasi pemberi beasiswa saya jika saya gak switch ke beasiswa monbukagakusho*

Langsung saja ke hari-H pas wawancara!
Wawancara harusnya berlangsung via skype, menghubungkan Indonesia-Tsukuba (tempat sensei saya)- dan tokyo (tempat si titech berada). Saya yang menyadari kekurangan saya tentu prepare well segala hal yang saya pikir perlu dipersiapkan. Saya belajar cukup gila-gilaan, saya udah sampai ganti slide power point 5x karena diedit dan dikritik habis-habisan sama dosen saya! Saya ini gak pintar, makanya harus berjuang agak lebih keras dibandingkan siapapun.

Saya bahkan sudah sedia white board kalau-kalau power point saya kurang lengkap (dan kalau-kalau penyakit nervous hinggap dan saya lupa vocab)
Image and video hosting by TinyPic

Jahatnya lagi saya malah pakai mahzab-mahzab Stiglizt, Mankiw, Nicholson, dsb buat menopang si whiteboard *bukan menopang ilmu gw yang masih mepet hahahahahah*
Image and video hosting by TinyPic

karena saya bener-bener gak mau telat, I want my interview become a great day… saya pun pake baju yang kece. Mentang-mentang judul tesis tentang Green House Gases Emission, saya pun tanpa sadar pakai baju serba ijo.
Image and video hosting by TinyPic

I like my jilbab color hahahaha

Jika kalian perhatikan baik-baik kalian pasti nyeletuk, WHAT THE HELL emoooon…. kenapa pake modem? Pake wifi IPB kenapa?
Okay… saya sudah cek koneksi 3 hari sebelum wawancara, dan koneksi internet IPB SUPEEEERRRR BUSUUUUUK, selidik punya selidik memang sedang ada perbaikan (lagi?) saya akhirnya pakai modem. Jangan tanya deh berbagai operator saya pake. Tapi mungkin kalian sudah mengira akan akan masalah koneksi, dan itu benar-benar terjadi…

Ketika wawancara berlangsung, sewaktu saya koneksi antara saya dengan sensei saya di Tsukuba, semua malah lancar. Tapi waktu dikonek juga ke Titech…. jebreeeeet! Skype mati… saya gak bisa konek sama sekali. Saya mulai panik. Sensei saya bilang ke dosen saya (yang kebetulan sedang training di Tsukuba) bahwa saya tidak online skype lagi, dosen saya langsung message saya di facebook, dan saya panik… kok bisa? saya online sejak pagi! SEJAK PAGI… air mata saya mulai menetes… tapi kalah deras dengan keringat dingin. Lebih parahnya lagi, saya kemudian tidak bisa mengangkat telepon dari sensei saya. Akhirnya sensei saya menulis e-mail “I hope you’re okay… I’ll conduct the interview by phone not by skype, don’t worry about it. Just wait my phone call”

Akhirnya… setelah capek dan heboh ngurus ini itu…akhirnya interview bakalan pake telepon. Saya mencoba menenangkan diri, “Mon… lu sudah berjuang hingga sejauh ini… jangan menyerah. Air mata bikin muka lu keliatan makin bulet” Oh okay… saya pun mengangkat telepon dari sensei saya sambil tersenyum.

Alhamdulillah… saya bisa menjawab sebagian besar pertanyaan yang ada. Hahahaha agak aneh wawancara via telepon. Apalagi rupanya Sensei-sensei yang jadi examiner saya gak bisa bahasa Inggris, alhasil saya mendengar Sensei saya jadi penerjemah. Saya pikir terjemahan sensei saya lebih bermutu dari jawaban saya hahahahhaa… kita kan gak tau ya.

Lalu interview pun berakhir…. “We’ll announce the result, Marissa-san… there will be a professor meeting in Titech on January, if you accepted we’ll send you the LoA from Titech. Thank you”

Saya pun menutup telepon… ambil Al-Quran, dan aduuuuh…. ngerasa bersalah banget ke Allah, udah terjepit aja baru inget Allah. Huwaaaaaa…. Allah, maaf ya…

Beberapa menit kemudian Sensei saya menelpon lagi.

“Marissa-san, are you okay? Sorry for technical problem today” Aduuuuh kebiasaan deh, ini kan jelas kesalahan saya. Koneksi internet yang naik turun… arggghhhh “No, Sensei… it’s my fault. I’m not prepare the best internet connection”

“Actually Marissa-san, would you mind to continue your study untill PhD degree… I think you are eiger to continue your study. I mean… we can find the way if you want to study here from master untill PhD degree”

“Of course, Sensei… If I have a chance… why not? I have a dream to be a great humble researcher, if you think that will be good for me” jawab saya

“yes… I think you can. Your research actually need deeper understanding. It will be better if you learn more in PhD degree”

“But there are no integrated doctoral program in Social engineering”

“But you can try, Marissa-san. You’re right… there are no integrated doctoral program in our department. But if you good enough… we can  recommend you for doctoral program. Marissa-san, you have work hard for all of this, you should get what you want. I know that some people also hope much from you, so make them proud with do your best. I know that you will learn the subjects when you come here and study for master course. But I hope you can learn the subjects from now. It will be very tiring Marissa-san, but when you reach your dream, everthing are paid”

Saya pun terharu…

Coba
Coba
Coba
Orang yang punya hati pasti terharu kan kalau orang asing, yang belum kenal kita, yang belum ngeh siapa kita, kemudian bertindak sebaik hati itu. Beliau benar-benar menjadi guru saya. Belum kenal dekat, tapi rasanya seperti sudah menjadi guru saya selama bertahun-tahun. Saya beruntung karena saya kemudian bisa bertemu Beliau yang begitu menghargai setiap impian saya. Gak sekali dua kali kita bisa ketemu orang seperti itu.

Dosen saya yang di dalam negeri aja *di luar dosen pembimbing dan promotor saya tentunya* belum tentu akan ngomong kayak gitu. BELUM TENTU.

Sedikit lebay ya, tapi saya sampai terharu total hahahahaha.

“Marissa-san, are you still there?”
Waduuuh… telepon masih nyambung.
“Actually Marissa-san, like I said that the official announcement will be on March or maybe sooner. I don’t know, it depends on admission office. But let me tell you, the professor said ‘it’s okay’. Just pray hard now… I hope everything will be okay and I can see you soon”

Huwaaaaaa….. baik banget kan.
Kalau ada cowok sebaik itu… pintar, baik hati, gak neko-neko, udah saya pacarin kali *salah fokus*

Namun ada banyak hal yang saya pelajari, bukan hanya masalah jadi orang pintar itu harus humble, tapi juga bahwa setiap manusia senang ketika seluruh jerih payahnya dihargai…. bahwa setiap manusia senang ketika setiap impiannya didukung.

Perjalanan saya masih panjang, benar kata sensei saya “Now, just pray hard and study hard” apa lagi kan ya?
Namun apapun yang terjadi, saya benar-benar senang bertemu dengan sensei saya. Dulu salah satu pengunjung blog ini sekaligus teman saya dari SMP, Uswah, pernah bilang “Tenang, Mon… nanti juga akan ketahuan dan bilang ‘Oh pantes ya kenapa Allah bikin harus begini… harus begitu…’ Percaya deh” and YES! saya percaya itu. Thanks Uswah… your baby will be as kind as you, hopefully 🙂

Saya juga ingat ketika Tiko ngomong, “Mon, yang penting dalam hidup ini lu jadi orang baik, karena dengan itu Allah akan mengutus orang-orang baik buat membantu lu kelak atau setidaknya lu akan dikelilingi manusia-manusia baik yang akan nyemangatin lu” and Yes! saya membuktikan itu. Entahlah apa jadinya saya tanda adanya orang-orang baik di sekitar saya, dan apapun yang terjadi…. bertemu Sensei saya saja saya sudah senaaaaaaaaangggg sekali. Ya ampun, kayaknya dunia punya harapan gitu loh, orang baik rupanya masih jadi spesies di muka bumi ini.

Saya ingat ketika Mama saya bilang, “Kak… Allah itu Mahakaya dan gak pernah ngutang. Mama percaya, perjuangan kakak akan dibayar kelak oleh Allah. Percaya deh”

Saya ingat ketika adik saya bilang, “Kakak… jangan cupu. Takut buat ngehadapin masa depan itu cuman buat orang cupu. Kakak cupu gak? Kalau gak…. majuuuuuuu!”

Saya ingat ketika ayah saya bilang, “Kelak… buatlah dunia yang bangga dengan apa yang kamu perbuat. Berbuat baik pada apa yang ada di langit dan di bumi, maka semesta ini akan berbuat baik kepada kamu”

Saya ingat kalian semua… dan itu membuat saya bertahan untuk menghadapi segala hal.
Dengan ini saya ucapkan: Terima kasih.

Just wish me luck 🙂