CHANGE! Are you ready for it?


キミは今何してる? Kimi wa ima nani shiteru?
月がボクたちを見ている Tsuki ga bokutachi wo mite iru
[What are you doing now?
The moon is watching us
]

“Do you know what? Wherever we are… no matter how far we separated… we see the same moon”
Kira-kira begitulah yang pernah disampaikan seseorang pada saya. Kira-kira begitulah yang selalu saya baca di buku-buku dengan genre roman. Tapi hei! Ini bukan masalah perbintangan, astronomi, atau apapun lah itu. Ini masalah: PERUBAHAN. perubahan ruang, waktu, sikap, pemikiran. Saya akan mulai dari perubahan yang paling ketara dulu: USIA. Siapa sangka perubahan usia rupanya bisa “lebih” daripada sekadar pertambahan tanggal di kalender. “Lebih” dari sekadar cerita avatar ketika negara api menyerang.

===============================
Untuk intermezzo, saya selipkan dulu cerita ini.

“Kak, kakak lebih senang di mana? Di Bogor atau di Tokyo?” Tanya wanita paling baik hati sedunia, Mama saya.
“Mmmm… kalau gak ada Mama dan kiki, saya lebih senang di Tokyo, Ma”
“Kok gitu”
“Soalnya teman saya di sini yaaaa cuman Mama, kiki, kucing-kucing di rumah. Teman saya di Jepang lebih banyak ma. Di sini semua sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Terus, saya kayaknya udah gak nyambung gitu,Ma kalau ngomong sama beberapa orang. Mama tau kan,saya ini musuh-able banget sama beberapa orang. Yaaaah kalo Mama bisa dibawa ke Tokyo, ya jelas Tokyo lah,Ma. Pokoknya semua kerasa deh, Ma… semua berubah”
“Mmm… Mama ngerti sih.”
“Makanya mama yang bener-bener sehat gitu loh, biar bisa lari, saya bawa naik pesawat, kita jalan-jalan bareng. You no need to speak japanese,Mom.trust me”
“Mama belum tau sih negara lain seperti apa, tapi di sini banyak yang masih membutuhkan Mama. Iya gak?”
“Iya sih… Ma. Terus saya bagaimana?”
“Kalau sekarang yang membutuhkan kakak lebih banyak di Tokyo, kalau kakak di sana bisa merasa lebih bahagia, lebih berkembang, yaaaa udah di Tokyo dulu aja. Doa Mama selalu untuk kakak”

Dan sungguh, tiada kata paling bijak selain kata-kata Mama.
Tapi kan dunia ini dipenuhi oleh berbagai karakter manusia. Gak semuanya gitu kan. Gak semuanya memahami kita seperti orang tua kita sendiri, seperti diri kita sendiri.

===============================

Ehmmm….

Di usia saya yang sudah semakin menua ini, saya masih punya beberapa ambisi. Yang paling utama “KELILING DUNIA SEBAGAI AKADEMISI”
Apa sih salah saya? Apa salah saya ketika saya punya ambisi kalau:
Wanita itu harus cerdassss banget, jadi it’s awesome kalau wanita bisa berjuang untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi.
Saya ingat seseorang bilang “Wanita itu harus pintar, Marissa. Karena mereka yang akan mendidik generasi-generasi selanjutnya. Anak-anak mereka.” celakanya saya jadi naksir kan sama yang mengeluarkan gagasan ini.

Apa sih salah saya, ketika saya begitu mencintai buku dan ilmu pengetahuan. Mungkin secinta saya pada kucing-kucing saya, buku-buku saya, pada sahabat-sahabat saya.
Jika matematika, ekonometrika, atau fisika itu seorang pria, maka saya akan langsung lepas masa lajang buat mereka. Mereka itu misterius, gak mudah ditebak, butuh analisis mendalam. Ihhh ngegemesin gak sih.
Saya begitu belajar, mempelajari hal baru itu eksotis. Seperti memberi vitamin pada otak.

Apa salah saya jika saya suka sekolah, suka belajar, umur sudah seperempat abad, lalu kemudian saya jomblo, dan tentu beberapa orang baik dalam beberapa hal dan buruk dalam beberapa hal yang lain, saya? Saya sangat buruk dalam menjalin komunikasi dengan “orang baru” dan I am not easily impressed with someone. Can you guys understand what I mean? Can you get it?

No? Oh okay… let’s make it clear and clearer.

Ketika saya pulang ke Bogor sebelum conference di Bali, saya sengaja menonaktifkan telepon selular saya, alasannya satu: Saya tidak mau dikontak terlalu banyak orang! Hanya keluarga dan beberapa orang yang bisa menghubungi saya.

Kenapa?

Why? Simple…. Saya ingin benar-benar fokus dekat Mama dan adik saya, dan saya merasa I am not getting along lagi dengan beberapa orang.
“Ih sombong banget lo, Mon”

Iya kali ya…
tapi daripada kalian bilang saya sombong, kalian lebih berpikir betapa sedihnya saya.
Saya merasa, saya sudah tidak bisa berbaur dengan teman-teman seangkatan saya yang concernnya sekarang ke keluarga mereka, anak mereka, pacar mereka, mungkin juga karir. Lha saya?
bayangkan saya berada di forum dimana semua orang sudah secara homogen sudah punya visi misi mengenai karir dan pasangan hidup mereka. Saya? Saya sedang gemes-gemesnya lagi dengan Computer General Equilibrium dan pembuktian berbagai Lemma pada mikroekonomi.
“Eh… ada yang mau ikut pelatihan GAMS for environmental economics gak? Ada loh gratis di kampus gw?”
Hahahahahaha… mungkin yang terdengar suara jangkrik yang bernyanyi nyanyi. Krik…krik…krik…

Ketika yang lain upload foto bayinya, foto usg, foto kencannya, saya? Bagaimana kalau saya upload “Call for Paper”? Kan meh gitu ya. Anti mainstream sih, tapi… apa? Apa? Apa?

Dan lagi-lagi seseorang bilang pada saya “If it is disturbing you, unactivied all of your social media! It is no use!” ya gak seekstrim itu juga, social media kan connecting me to the world. Udah saya gak gaul, non aktifin semua network itu malah membuat saya makin “terkucil” walau kadang saya mikir “Ih, brilian! Bener banget loh, socmed it useless” but forget it, mungkin itu karena saya terbawa naksir sama yang ngomong (hadeuh).

Itulah mengapa saya bilang saya lebih punya banyak teman baik di Jepang, sahabat saya lebih banyak di Jepang dibandingkan di Indonesia. Trust me! Mungkin karena masih ada yang “nyambung” ya ketika diajak beradu argumen dan bertukar pikiran.
Jujur saya tuh udah gak peduli gitu
Tentang piala kawinan bergilir, aduh udah lah mau dapet mau gak… that’s not my business, dan kalau bisa nikahan saya juga gak usah repot-repot banget lah. Mama saya kan gak terlalu fit, saya mau acara yang compact, khidmat, dan gak lama.
Tentang siapa mau nikah sama siapa, mau pacaran sama siapa, mau tugas dimana, mau sekolah dimana, oh come on! Itu kan pilihan hidup masing-masing orang, biar…. biar semua orang meraih apa yang membuat mereka sepenuhnya bahagia.
Tentang si A tajir, si B tempat kerjanya enak, si C resign, si D udah beli rumah, ya udah lah ya… jodoh, rezeki, maut itu tuh udah Allah tulis dari jaman kapan tau, then so what? Rezeki kita gak akan ketuker
Saya jadi super cuek ya sepertinya.

“Mon, lalu bagaimana jika kemudian orang berpikir hal serupa ‘Emon? Ah bodo amat dia ada dimana dsb dsb dsb’?”
Then so what? Saya sudah sering merasakan hal yang serupa. Saya pikir saya hanya perlu membagi kehidupan saya dengan orang-orang yang manis-manis aja ke saya, yang gak neko-neko, yang punya pemikiran terbuka. Sahabat juga gak butuh banyak-banyak banget kalau kata saya, butuh beberapa tapi yang high quality.

Saya berubah!
Saya semakin tua, semakin dingin untuk beberapa hal, semakin mencintai ilmu pengetahuan dan merasa “This is my way! This is my life!”
Seiring dengan itu semua orang disekitar saya juga berubah.
kalian tahu, kapan perubahan itu terasa begitu “kejam”?
ketika kalian berubah ke arah yang tidak sejalan dengan orang-orang di sekitar kalian.

Flashback ke belakang, beberapa orang bilang kalau saya tidak akan menikah, tidak akan ada cowok yang suka, dan tragisnya gak akan jadi orang kaya karena bidang yang mau saya tekuni adalah bidang penelitian.
Saya sih gak apa, beneran deh.
Ya udah… jadi tua, kesepian, dan gak kaya-kaya banget juga gak semenderita itu. Mungkin behind the scene banyak melakukan kegiatan sosial, banyak belajar, banyak melakukan hal-hal baik lain yang orang gak perlu tau dan gak perlu juga dipublish kemana-mana. What? Bukan saya mau jadi kayak begitu ya, ya gak lah. Tapi please, jangan mengotak-ngotakan “kebahagian” dengan kebahagian ideal versi kita masing-masing. Semua orang punya standar bahagia masing-masing.

Dan mohon diingat, saya itu punya Mama yang sensitif banget. Jadi kalau denger kata-kata yang kayak gitu buat tuan putrinya ini, Mama suka nangis gitu kan. Oh come on! Kalau dunia ini mau tega ke saya, mungkin saya kuat-kuat aja, tapi please jangan buat seorang sebaik mama saya nangis, can you see her? Mama saya… maling aja dikasih biskuit dan teh manis loh! Kasian kan, Mama saya itu stroke loh, emosinya harus stabil kalau gak ya kambuh. Mbok ya kalau mau ngomong macem-macem ke saya aja gitu loh. Masa ada yang bilang saya gendut, kayak ibu-ibu, gak ada manis-manisnya, di depan mama saya hanya untuk PROMOSI PRODUK (Ini nyebelin banget gak sih?).

Gimana saya gak lebih happy di Tokyo?
Ketika pemikiran dan karya saya lebih dihargai?
Ketika saya bisa belajar dengan nikmat dan tenang?
Ketika saya punya teman-teman yang baik dan sepaham?
dsb
dsb
dsb

Lalu sekarang, banyak yang nyinyir “Tuh kan, orang Indonesia itu tuh, kalau udah jadi mahasiswa asing, atau kerja di luar, jadi berlagak! Gak mau pulang”

That’s insane! Gak mau pulang? Siapa yang gak mau pulang? Tidak ada makanan seenak makanan Indonesia! Keluarga juga gak bisa dinilai dengan apapun. Alam Indonesia juga widiiih sedap banget.
Tapi bayangkan… bayangkan… jika rupanya ada loh ada orang-orang yang jadi “kesepian di tengah keramaian” ketika mereka kembali ke negara mereka. Ada loh orang-orang yang rupanya, RUPANYA, begitu mencintai negeri Indonesia Raya ini… tapi merasa sendirian. Ada orang yang secara moril dan psikologis begitu mencintai negerinya, lebih dari apapun, tapi secara sosial dan intelektualitas dia merasa terasing di negerinya dan merasa “Ah… mending di negara tempat gw sekolah deh” dsb dsb dsb.

Jadi manusia itu tidak siap dengan perubahan?
Siap! Di pelajaran Biologi kita belajar kan manusia itu makhluk yang paling baik dalam beradaptasi.
Tapi perubahan macam apa?
Itulah mengapa kemudian muncul TEORI KEBUTUHAN MASLOW yang bisa kita temui dalam ilmu psikologi atau sosiologi atau ilmu sosial apapun. Apa itu TEORI KEBUTUHAN MASLOW (dikasih huruf gede terus biar pada inget)? teori yang menjelaskan apa siiiiihhh yang sesungguhnya dibutuhkan manusia?
TADAAAAAA!!!!!

Nih ini teori Kebutuhan Maslow

Manusia manapun kemudian akan mikir untuk memenuhi kebutuhan mereka step by step.
bayangkan seseorang yang pindah ke tempat lain sebutlah neverland untuk beberapa lama, kemudian dia balik lagi ke tempat semula dan dia merasa asing karena dia tidak dikenal siapapun dan orang merasa dia orang aneh karena ide dan pemikiran dia berbeda, buangeeeet. Walau gak salah cuman gak lazim aja. Naaaaaahh….. Dia kan jadi gak dapet tuh love, self esteem, dan self actualization. Lalu bagaimana? Ya jelas lah dia balik lagi ke Neverland dimana dia merasa piramida kebutuhannya bisa lebih lengkap.

It is scientifically proven! Bukan seorang emon ya yang ngomong, tapi science!

Jangan-jangan…
Ini jangan-jangan,
ketika kita ngerasa “Ih dunia kok berubah jadi makin gak karuan begini ya”
Rupanya… kita yang sebenarnya “GAK KARUAN”

Loh siapa tau kan?
*Sambil baca berita tentang suara sangkakala misterius. Hayooo…. gimana kalau rupanya malaikat mulai gregetan pengen tiup terompetnya”

My 2014 bucket list….


Ada yang pernah nonton film Morgan Freeman yang judulnya “The Bucket List” ? dalam film itu diceritakan dua orang pria yang sudah tua dan “sekarat” membuat list hal-hal yang ingin mereka lakukan sebelum meninggal dunia. Bersama mereka mengerjakan satu per satu list yang mereka susun bersama.

Entah mengapa bagi saya film itu sangat berkesan… dan rasanya mungkin setiap manusia perlu membuat bucket list mereka masing-masing sebagai sebuah penanda dan deadline bagi diri sendiri agar terus bergerak dan meraih segala yang diinginkan.

Tahun 2013 ini merupakan tahun yang cukup berat bagi saya karena banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Rasanya waktu saya jadi habis karena berpikir saja… merasa sudah banyak waktu terbuang, maka saya membuat Bucket List saya untuk tahun ini. Hal-hal yang harus saya lakukan sebelum menemui tahun 2014.

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Menyadari waktunya hanya tinggal beberapa bulan jadi sengaja tidak perlu terlalu banyak.

Hmmm.. semoga terlaksana 🙂

 

re-arrange my dreams…


Hufffft~~~ beberapa hari ini saya dilanda kegalauan yang teramat sangat hahahahaha 😀
gak sih sebenarnya biasa saja. Saya sedang dilanda kekaguman yang luar biasa pada ilmu pengetahuan dan lagi menjalankan hobi saya yang lain “menulis” ada beberapa lomba yang saya putuskan akan saya ikuti. Rasanya bahagia banget saat punya waktu untuk nulis lagi, sangaaaaat bahagiaaaaaa!

Mulai dari mana ya?
Mmmm… mulai dari sebuah pernyataan “Galau itu hal yang manusiawi!” rupanyaaaa…. manusia itu luar biasa heboh ya, ketika tidak ada pilihan, galau! ketika pilihan terlalu banyak, galau juga! Ya ampuuuun~ gak kurang musingin? Saya sendiri masih pusing karena ditawari sekolah di beberapa tempat dan kerja di beberapa tempat juga. Pokoknya seru deh, merasa terhormat karena manusia dengan otak yang suka korslet tiba-tiba ini dipercaya kemampuannya oleh banyak orang. Terima kasih banyak atas kepercayaannya, saya sampai berpikir jangan-jangan diri saya sendiri yang suka mendiskriditkan kemampuan saya.

Tapi kemudian saya membaca tulisan di blog teman saya, salah satu yang simple dan menggugah adalah ketika dia nulis “Do everything you like!” yeaaah kira-kira begitu. Saya jadi berpikir, sebenarnya hal-hal yang saya suka apa ya?Sebenarnya impian saya apa ya? Hmmmm apaaaaa yaaaaa?

Sejujurnya impian saya itu simple loh, kawan-kawan. Saya ingin menjadi peneliti, dosen, sekaligus seorang penulis buku. Hahahahahha…. pekerjaan yang kata beberapa teman saya gak ada uangnya. Sebodo deh…

Kenapa ya saya ingin pekerjaan itu? Karena saya ingin menjadi seorang wanita yang pintar… pintaaaaaar sekali!  Tapi saya ingin generasi-generasi setelah saya lebih pintar dibandingkan saya. Jadi suatu kehormatan jika saya bisa “memintarkan” generasi-generasi setelah saya. Kalau kata dosen saya, hidup itu harus mengingat filosofi air wudhu, suci saja tidak cukup harus bisa mensucikan. Ya! Pintar saja tidak cukup… harus bisa membuat pintar orang lain. Saya percaya, ilmu bertambah ketika ia diimplementasikan dan dibagikan. Insya Allah.

Laluuuuu…. saya ingin seperti Mama saya, punya waktu yang cukup untuk keluarga. Saya ingin bisa mengurus anak, suami, dan seluruh keluarga besar saya di masa depan. Jadi wanita karir oke… oke banget! tapi setelah saya kerja, saya pikir kok sedih sekali ya kalau waktu di kantor lebih lama dibandingkan waktu ketemu keluarga, jadi saya ingin pekerjaan yang punya waktu yang lebih flexible dan pekerjaannya ada yang bisa dibawa dan dikerjakan di rumah. Saya ingin pulang lebih cepat dari suami saya, menyambut dia dengan senyuman dan secangkir teh hangat, lalu menanyakan apa hal “seru” yang terjadi di kantornya… aiiiih kurang romantis apa coba? Saya juga ingin mengajari anak saya pelajaran-pelajaran di sekolah, jadi dia gak akan lemot pas sampai sekolah. Saya mau mengecek keadaan Mama, melihat progress sekolah dan karir adik saya, menengok mertua, semuanyaaaa~ emak-emak banget ya? Kawan… saya sudah terlalu banyak kehilangan, jadi saya ingin menjaga sebaik mungkin apa yang saya punya. Amanah nih, gak bisa main-main….!

Saya juga sangat suka membaca dan menulis. Saya bahkan punya impian jika kelak menikah, suami saya harus cukup tergila-gila dengan buku. Supaya dia gak shock kalau saya berjam-jam di toko buku dan gak rewel kalau saya bilang mau sebuah ruang khusus di rumah kami untuk jadi perpustakaan. Lagipula, saya ingin calon saya kelak suka sekali membaca karena saya ingin jadi penulis… He will be my editor! Jadi setiap beres nulis, dia bisa baca… dan komentar “Hmmm…. kayaknya disini kurang deh…”, “…..Kamu yakin methodnya benar? Ini kayaknya salah deh”, “….kok ngantuk ya? Kayaknya diksi kamu agak membosankan”, kejam banget ya hahahahha… tapi in the end saya harap dia orang yang akan bilang “Kamu tahu? Tulisan kamu layak untuk masuk rak buku saya dan rak buku setiap orang” Huwaaaaaa…. romantis gak? romantis gak? Gak ya? hahahha…iiiih jangan gitu, bagi saya itu so sweet banget loh.Mohon dihargai deh imajinasi wanita jomblo ini hahahaha.

Bahkan kalau bisa saya dan dia nulis buku atau jurnal bareng! Jadi nanti anak-anak kami bisa liat “Ooooh… lumayan kece juga nih Mama saya Papa gw” hahahaha… cuman masih susah nih nyari orang yang kayak begitu 🙁 huuuffffft~~~ Tapi pasti ada, dan mau sama saya tentunya hahahahhaa…Tapi kebayang gak sih sebuah karya tulis yang levelnya nasional atau internasional ditulis oleh orang-orang yang berada di satu atap! Walau tentu berantemnya akan heboh hahaha karena saya cerewet banget dan suka gak mau kalah.

Kalau kata Fahd Djibran, “Aku tidak mau anak, cucu, dan keturunanku lebih mengenal Newton dan Einsten dibandingkan aku… keluarga mereka sendiri” Ya! untuk masalah ini saya juga tidak mau kalah dengan Newton dan Einstein.

Kenapa saya sangat suka menulis…
Karena mungkin itu cara termudah untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan setiap sudut dunia.Menulis membuat saya “hidup” dan seperti kata Ayah saya… jika pengalaman dan pengetahuan adalah harta, maka zakatnya adalah dengan membaginya, cari cara untuk membagi ilmu dan pengalaman tersebut!

Mungkin karena saya juga ingin menunaikan impian-impian Ayah saya yang belum terlaksana.
Mungkin karena saya juga ingin menjadi simbol perjuangan bagi beberapa orang yang merasa harapan tidak ada ketika dihadapi berbagai keterbatasan…
Mungkinkah? haaaaftttt ini masalah jalan mana yang akan saya pilih.

Dalam buku Mimpi-Mimpi Einstein karangan Alan Lightman  ditulis kalau manusia menempel pada dimensi ruang dan waktu mereka sendiri, dimana mereka akan sampai… akan bertemu siapa… akan melakukan apa… itu semua tergantung dengan ruang dan waktu yang mereka pilih sendiri. Ya pilihan! Sebagai anak ekonomi yang basic knowledge-nya ngomongin tentang “Pilihan” saya sendiri masih pusing kalau disuruh memilih… opportunity cost di dunia nyata itu gak eksplisit kayak di dunia buku teks. Tapi justru karena ngegemesin jadi menarik sekali 🙂

Masiiiiih laaaaamaaaaaaa jalan saya menuju ke impian2 saya, tapi kelak saya akan menjadi seorang penulis yang baik, peneliti yang tekun belajar dan “guna” buat nusa bangsa, serta menjadi dosen yang bukan hanya mengajar tapi juga mendidik… Dan tentunya bertemu dengan pria kutu buku baik hati yang rela saya repotkan seumur hidup hehehehe belum apa-apa kok udah kasian banget ya sama suami masa depan saya itu hahahahaha bodo amat deh.

Ganbarimasu!