[Emonikova Investigasi] Mengulik Disertasi ‘Konsep Milk Al-Yamin’ dari sudut pandang metode ilmiah: Apakah cukup untuk meraih gelar doktoral?


Kali ini blog emonikova, lagi-lagi, melakukan investigasi khusus demi memperjuangkan kekepoan para netizen. Saya berupaya untuk membahas habis metode penulisan untuk disertasi Bapak AA yang beberapa pekan terakhir sempat viral serta mengguncang baik dunia nyata maupun dunia maya.

Saya dan beberapa teman saya menyepakati bahwa yang kurang dari disertasi Pak AA, setidaknya menurut kami loh ya, adalah minim serta lemahnya proses peer-review dan mungkin saja minim masukan dari para insan akademis lainnya baik yang satu keahlian dengan Beliau maupun diluar ekspertasi Beliau.

Oleh karena itu, saya Tante Emon, dibantu teman-teman yang lain, dengan sukarela, ikhlas, dan cuma-cuma, akan memberikan beberapa masukan yang mungkin bisa membantu Pak AA untuk merevisi disertasinya. Untuk diperhatikan: Pak AA berjanji bahwa Beliau akan merevisi disertasinya, sehingga yang saya review pada blog ini adalah disertasi Pak AA sebelum revisi serta dibandingkan dengan “Laporan Penelitian Individul Konsep Masadir al-Ahkam (studi komparasi antara pemikiran asy Syafii dan Muhammad Shahrur) yang bisa sempat saya temukan di web: http://eprints.iain-surakarta.ac.id/3609/1/Masadir%20al-Ahkam_LaporanLengkap_16-08-16.pdf untuk  mengecek konsistensi serta kecenderungan penulisan Pak AA. Sekali lagi, tulisan ini saya buat sebagai bentuk kritik sekaligus untuk pembelajar bersama mengenai metode penelitian yang baik dan benar.

Apakah saya orang terbaik dan terpintar dan terwadaw di muka bumi ini sehingga layik untuk mengomentari karya tulis orang lain? Tentu tidak, sama seperti yang lain… saya pun sudah melalui ratusan purnama untuk merevisi disertasi saya. Jurnal internasional lebih dahsyat lagi, saya sudah kenyang ditolak sana sini :’D saya…. seperti kalian, sama sama masih belajar. Namun sebagai insan akademis, saya punya tanggung jawab untuk berbagi pengalaman dan sudut pandang terkait penulisan akademis sehingga kualitas karya tulis kita semakin baik. Apalagi Pak AA adalah mahasiswa doktoral, dosen pula, alangkah bijaksana jika Beliau lebih Teliti lagi dalam membuat karya tulis sehingga sesuai metode ilmiah. Dan untuk UIN pun begitu, kan salah satu universitas yang cukup ternama di tanah air, mau dooooong karya ilmiah civitas academicanya lebih baik lagi. Pembaca blog emonikova juga pasti pernah tau, ketika skripsi saya dijiplak habis professor dari Algeria, itu pun karena minimnya proses peer review dan plagiarism check di sana, nah saya tidak mau ini terjadi di negara kita.

Lagi lagi dan lagi, saya tidak mau terseret UU ITE, karena tiket PP Jepang-Indonesia itu mahaaaaaal! Saya tegaskan bahwa opini ini tidak bermaksud memojokan siapapun. Dan saya, hanya akan menyinggung hal hal yang menyangkut teknis metode penelitian. Klo hal substantifnya sih waduuuuh, bukan bidang saya kawan! Makanya, saya hanya membahas disertasi ini dan kaitannya terhadap metode penulisan ilmiah

 1. Judul

Saya dengar sih judulnya memang akan diganti ya. Tapi mari kita lihat sebenarnya blunder apa yang terjadi pada “judul” disertasi ini?

KONSEP MILK AL-YAMĪN MUḤAMMAD SYAḤRŪR SEBAGAI KEABSAHAN HUBUNGAN SEKSUAL NON MARITAL

Saya nyaris meragukan kemampuan bahasa Indonesia saya karena saya benar-benar tidak tahu subjek, predikat, dan objek pada penelitian ini. Nyaris saya mengira yamin dan shahrour adalah dua orang yang berbeda!

Saya meratapi kebodohan saya ketika teman saya akhirnya buka bicara “Mon, itu yg yamin-yamin konsepnya. Bukan nama orang apalagi nama makanan.” Owalaaaaaah… andaikan yamin yg dimaksud adalah mie yamin yg  ditambah kriuk pangsit, rakyat Indonesia tentu tidak akan marah, namun gempar karena lapar.

Perkara SPOK ini rupanya bisa mengecoh kewarasan para pembaca. Saya yakin, saya tidak sendiri. Sehingga semua langsung meloncat pada “objek” penelitian ini yaitu ” keabsahan hubungan seksual non marital” ya wajar! Wong ndak ngerti subjek dan predikat sebelumnya apa. Jika saja kakek saya ditunjukan judul ini di pusaranya, saya khawatir Beliau minta izin pada Allah untuk bangkit sejenak karena begitu marah dengan ambiguitas pada judul tersebut.

Mungkin Pak AA juga fans berat Shakespeare, “Apalah arti sebuah nama?” Hingga meyakini pula “Apalah arti sebuah judul?”

Eits! Berarti dong!

Karena tidak semua orang punya waktu untuk mengkaji karya tulis yg ratusan halaman. Maka impresi pertama adalah JUDUL! Judul adalah identitas, maka judul haruslah jelas. Apalagi menulis di Indonesia, dan orang Indonesia cenderung hanya membaca judul saja.

  1. Tujuan Penelitian

sejatinya tujuan penelitian haruslah jelas dan terarah. Nah, saya mencoba memahami tujuan penelitian Pak AA pada disertasi Beliau.

Pada abstrak tertulis MENEMUKAN TEORI BARU!
IMG_0097

siapa tak terkejut! Konteks menemukan teori baru sesungguhnya adalah hal yang sangat serius dan WOW dalam dunia akademis. Sungguh, jika suatu penelitian bisa menelurkan teori baru, maka penulisnya mungkin sudah layik untuk menerima undangan untuk ngopi ngopi dengan calon penerima nobel.

Bukan menganggap remeh, tapi saya bertanya-tanya “Masa sih?”

Lalu saya pun scrolling menuju rumusan permasalahan, tidak ada sama sekali kalimat yang mengutarakan akan membuat teori baru, namun hanya sekadar yaaaaah mereview dan menelaah pemikiran Pak Shahrour saja. Tidak lebih dan tidak kurang.
IMG_0098

Mungkin literasi saya yang minim atau apa, tapi saya cukup jengah melihat rumusan tujuan penelitian ini. Penulis rasa-rasanya hardcore fans dari Pak Mohammad Shahrour, yang kita semua di Indonesia banyak yang awam mengenai tokoh tsb (dan pas liat sosmednya, doski juga gak hits-hits banget gimanaaaaa gitu), mengapa kita…. makhluk di muka bumi ini perlu menelaah pemikiran Shahrour tanpa ada pembanding dengan tokoh-tokoh lain? Apa unsur kebaruannya? Jika memang ingin melegitimasi hukum baru misalnya, maka permasalahan perlu dilihat dari berbagai sudut pandang dan pemikiran para tokoh. Entah jika standar penelitian di universitas yang bersangkutan memang “cukup segitu saja” untuk meraih gelar doktor.

Saya paham, bahwa harus ada unsur “novelty” pada penelitian S3, namun…. ya… ya apa? Kebaruannya apa? mengapa hal itu kemudian krusial?

Sampai situ saya sudah cukup lelah, dan cukup kecewa. Karena jika judul dan rumusan permasalahan saja perlu dibenahi…. maka pasti perjalanan investigasi ini masih panjaaaaaaaaaaaaang.

  1. Terlalu banyak catatan kaki yang sepertinya, gak perlu perlu banget. 

Saya memang penasaran betul dan iseng untuk mengkaji…mengapa sebuah penelitian butuh begitu banyak footnotes. pasti kompleksitasnya melebihi batas logika kita semua.

saya turut prihatin karena rupanya, Pak AA sudah gamang bahkan sejak perkara menentukan transliterasi. Tentu saya pahami kegamangannya, saya maafkan kesalahannya, namun sayangnya… saya (dan mungkin banyak orang) tidak peduli perkara transliterasi yang harus dijelaskan panjang lebar.

IMG_0100

IMG_0099

Background saya adalah ekonomi, sebagaimana yang mungkin beberapa orang tahu… ekonomi itu “nanggung” karena merupakan irisan matematika, statistika, dan ilmu sosial. Siapa tahu kan diluar keilmuan saya, pada beberapa ilmu sosial, footnotes memang boleh-boleh saja bisa lebih panjang dari konteks penelitiannya sendiri. Siapa tahu? Saya merasa tidak kompeten dalam membahas ilmu sosial, sehingga saya mencoba menghubungi kawan yang murni orang sosial. Pertanyaan saya singkat “Apa perlu footnote sampai curhat segala.”

Jawabannya?
“Pas gue skripsi sih, Mon. Pembimbing gue bilang secukupnya aja.”
“Kalau panjang bukannya sekalian aja cantumkan sebagai sumber terus simpen aja di dapus ya?”
“Hah? footnote seinget gue sih secukupnya aja, Mon”

Jelas sudah, dimanapun itu, aturan footnote rasa2nya seragam.

Karena saya memang husnudzan, anak yang baik, dan rendah hati…
Saya kembali optimis, mungkin… mungkin…… penulisan di masa kini berbeda dengan di era saya yang sudah hampir kepala 3 ini. saya pun bertanya pada adik saya yang masih duduk di bangku S1, belum lulus! Tapi udah dapat lah matkul metode penelitian. Komentarnya:
IMG_0118

Yes! Saya dan adik saya pernah di SMA yang sama di SMAN 1 Bogor, dan kebetulan kami punya guru bahasa Indonesia yang super fenomenal yang super hebat karena mengecek tugas karya tulis dan PR kami satu persatu (yang kalian tau dong, level anak SMA kan masih sampah ya tugas-tugas kartulnya), dan tiap kami salah, walau hanya koma, kami akan dapat surat cinta “ulangi lagi ya sayang” dan kami WAJIB harus mengulang PR kami dari awal. Dan itu membuat kami ngelotok jasmani rohani perkara dasar penulisan ilmiah. Berbekal pengalaman sejak SMA saja kami sudah bisa meyakini bahwa ada yang ganjil dengan metode penulisan footnote Pak AA. Masa’ penguji Pak AA kalah teliti dengan Ibu Guru saya di SMA? Harusnya lebih mata elang dong, kan penguji calon Doktor 🙂

Di bidang saya,  footnote sebisa mungkin diminimalisir kecuali untuk info yang singkat… jelas… padat. Misal, untuk konversi mata uang. Pembaca perlu tahu kira-kira 1USD itu berapa ya pada tahun X? Naaaah footnote bisa membantu. Sudah segitu saja, jika ada yang perlu dijelaskan maka jelaskan pada badan manuskrip.

Selain itu banyak footnote yang sebaiknya ditulis saja pada daftar pustaka. Saya jadi merasa gundah dan gamang, jangan-jangan Pak AA belum mengenal sebuah software luar biasa yang sangat membantu para mahasiswa bernama MENDELEY.

Maka, teriring rasa hormat kami…. saya melampirkan link untuk mengunduh software mendeley. Bisa pakai end note dan zotero juga sih. Tapi ini yang paling gampang 🙂

https://www.mendeley.com/download-desktop/Windows/

monggo monggo dicoba. Tinggal klak klik klak klik, nanti daftar pustaka jadi dengan baik sesuai format yang kita inginkan.  Oh iya! Ada web importer juga loh! Sehingga tidak sulit untuk mengutip website di internet.
Tidak suka Mendeley? Tidak apa pak, ini loh saya ada softwara lain bernama zotero. Gratis kok… gratis! 🙂

https://www.zotero.org/

Iya, sama-sama 🙂 kan kita akademisi, boleh dong saling membantu.

  1. Referensi…..wikipedia? WordPress? Bahkan grup Milis?

Jadi kalau di Indonesia itu masih boleh cite wikipedia dan wordpress untuk kartul sekelas disertasi? Atau hanya UIN Sunan Kalijaga yang memang punya syarat penulisan ilmiah yang “dinamis” dan “kontemporer.” Waduuuuh! Kenapa saya tidak masuk UIN SuKa saja kalau begitu, setidaknya lebih “enteng” lah perkara format penulisan karya tulis.

IMG_0103

IMG_0105

Seingat saya, bahkan saat saya S1, pembimbing saya akan marah bueeeesssaaaaaaaaaarrrrr jika tahu saya melakukan hal tersebut. “Emon! Kamu cite wordpress? Carilah pembimbing lain.”

Skripsi saya memang tidak sempurna, namun saya ingat betul karena pembimbing saya mencoret hampir semua lembaran draft skripsi saya termasuk daftar pustaka. Saya kaget betul karena Beliau cek dapus satu per satu “Mon, ini gak ada kok ditulis? Mon… ini salah dong! Mon, ini tidak valid sumbernya.” Itu untuk karya tulis anak ingusan loh, level S1, kalau doktoral harus lebih mantap terasa dan lebih ilmiah bukan?

bukankah begitu?
bukankah begitu?
bukankah begitu?

Saya pun sengaja kopipaste beberapa paragraf pada disertasi ybs dan mari kita lihat hasilnya! Anda akan terkesima!

Kopi….
Picture1

Paste ke google….
Picture2

Menemukan kalimat yang sama persis…Klik blognya…
Picture3

Lihat sumbernya! Sama persis cara penulisannya.
Picture4

Cari sumber utama….
Picture5

Nah pada kasus sebuah buku ada editor, maka seharusnya sihhhhh…. seharusnyaaaaa kalau mau menuliskan pada daftar pustaka (bukan di footnote ya, karena itu kan udah kopi paste abis -.-)…. maka nama editor harus dicantumkan, plus ISBN karena kodenya ada. ISBN itu penting loh untuk membedakan satu karya dengan yang lain. Dan memudahkan penelitian susulan karena jelas referensi apa yang digunakan. Memang ribet, tapi maksudnya baik kok! Bener deh 🙂

Entah siapa yang kopi paste, namun sepengetahuan saya…. PUN….PUN….PUN…. mengutip karya orang lain dan dicantumkan sumbernya, maka perlu ada proses parafrase (eh EYD gimana sih, gini kan ya? pokoknya paraphrase. Atau memang tidak ada yang punya bukunya saja :’) )
Siapa yang kopi paste?
Duh siapa ya?

Keduanya sama-sama kopipaste dari bukunya, habis blas! Tapi siapa yang duluan menuliskannya? blog? atau disertasi? rute kopi pastenya seperti apa? buku-blog-disertasi? Atau buku-disertasi-blog?

Duh sungguh misterius! Saya menyerahkan semuanya kepada kalian 😉

Eh sampai sini saya terlalu keras dan kejam tidak? Masih kuat? Kalau iya lanjuuuuuuut!

5. Data dan Metodologi Penelitian? Apa? Bagaimana? Dimana? Arghhhhh~~~
Saya jadi tertarik mengkaji metode penelitian Beliau. Dan lagi-lagi saya takjub, karena metodenya lebih plot twist dibandingkan kisah De La Cruz pada film Coco!

Jadi ada sumber primer, sekunder, dan tersier. Okay…. yang primer buku yang ditulis sendiri oleh pak Shahrour. Yang sekunder dan tersier apa? yang ditulis orang lain?
IMG_0111

terus udah gitu aja? Saya butuh penjelasan, namun apa daya saya malah mendapat penjelasan mengenai apa definisi “tokoh” kayaknya itu gak krusial krusial amat untuk audience pembaca disertasi
IMG_0110

Memang ini cara dan metode yang benar ya dalam menulis kajian pemikiran seseorang? Saya gak tau loh, karena penelitian saya lebih bersifat kuantitatif. Tapi emang begitu? Ah kok rasanya tidak begitu ya.

Pembaca yang terhormat, izinkan tante emon menunjukan Anda bagaimana menulis “review paper” dengan lebih baik 🙂 memang gak sepenuhnya sama dengan cara menulis disertasi kualitatif, tapi metodologinya akan serupa karena terkait dengan “mereview” pemikiran/ penelitian pihak lain serta membandingkan beberapa pustaka.

  • Untuk beberapa jurnal yang memang benar-benar membahas literatur review, maka penulis WAJIB mencantumkan berapa jurnal/ literatur yang mereka teliti? Keyword yang digunakan? range tahun dari kapan hingga kapan? Bagaimana metode pemilahan literatur?

IMG_0112

  • karena tante emon juga pernah menulis review paper. Pun jika ingin mereview hasil penelitian orang lain atau diri sendiri (misal, pada suatu paper secara idealnya sih hasilnya a,b,c,d, tapi akan ada kendalanya nih di dunia nyata, sedangkan jurnal sebelumnya terlalu teknis. nah ini perlu di review),  kita perlu mencantumkan paper apa yang kita review beserta metode yang digunakan pada paper yang kita review. Ini contoh paper saya yang ‘elek sih. Tapi yaaaa kira-kira begini. Intinya kita harus paparkan kenapa kita mereview? menelaah? penelitian apa yang ditelaah? Sumbernya mana? ini penting untuk memastikan pembaca tidak hilang arah dan tujuan dan menyamakan persepsi serta memperkaya pengetahuan pembaca. Jadi pembaca punya informasi yang lengkap: lagi ngomongin apa? dan mengapa perlu diomongin? pada kasus disertasi Pak AA, kita tidak tahu karya Pak Shahrour yang Beliau kaji itu apa? dimana? Sumber jurnalnya ada tidak? Kalau rupanya pemikiran Pak Shahrour rupanya OPINI PRIBADI ybs dan tidak bersifat ilmiah, yaaaaaaaa buat apa dibahas! Buang-buang waktu dan kertas.

Picture6

Bikin review paper itu sulit loh, dan biasanya KALAU melalui proses peer review, maka reviewer akan mengatakan “berikan pembanding terkait teori ini.” atau meminta literatur yang baaaaaaaaanyyyyyyyaaaaaaaaaak sekali.  Sedangkan yang saya temukan, pada disertasi pak AA, literatur pada daftar pustaka pun minim sekali 🙁 jadi gimana dong? Mau dibilang review pemikiran saja sepertinya masih butuh lebih banyak literatur, daftar pustakanya bahkan lebih sedikit dibandingkan skripsi S1 saya :'(

Lebih jauh lagi.

Saya juga tidak bisa menjawab pertanyaan pada rumusah masalah ini, bahkan setelah baca habis disertasi ini, kenapa tiba-tiba milk al yamin itu jadi hubungan antara pria wanita. Hah?

Saya sudah 5 rit loh bulak balik membaca disertasi ini? Heran? Tidak lagi, karena metodenya pun tidak jelas. Jadi wajar saja. Kita semua, termasuk saya, sudah diajak tersesat sejak awal…. mungkin sekarang sudah sampai di desa penari.

6. Kritik pada shahrour? Ada… tapiii

Tapi hanya 17 halaman! Dari total disertasi 421 halaman! saya mencatat hanya ada dari halaman 280-297

Karena saya tahu kalian malas menghitung, saya berinisiatif menggunakan metode teknologi bernama KALKULATOR untuk menghitung 17/421 itu berapa persen.
IMG_0091

Hanya sekitar 4%!

Bukan kata saya, namun kata kalkulator. Jika Anda tidak dapat menerima fakta ini, silakan gunakan kalkulator Anda masing masing, bandingkan dengan sempoa, serta Ms. Excel.

Ya pantaaaaaasssss saaaaajaaaaaaaa masyaaaaaraaaakat hebooooooooh! Dari 400++ halaman, judul fenomenal, kritik yang harusnya jadi inti penelitian hanya 4%-nya saja. Setidaknya dari disertasi versi awal. Semoga setelah direvisi jadi lebih baik ya.

Saya sih ada saran, ini kalau mau didengar loh ya. Kan ceritanya mengkaji pemikiran. Maka alangkah baiknya membahas dari sisi psikologis, antropologis, sosiologis, kultural, hingga ekonomi. Dan itu bisa panjaaaaaaaang. Masalahnya, apakah pak AA punya kerendahan hati untuk berguru pada ahli ahli bidang bidang tsb? Akan makan waktu, yes! Tapi karya yang dihasilkan akan maknyus! Dan mengedukasi masyarakat. Lulus doang sih gak susah susah amat, Pak. Tapi integritas? Nah ini yang perlu ditingkatkan lagi. Bertanya dan berguru pada ahli ahli di bidang yang berbeda dengan kita kan bukan berarti kita bodoh atau hina, tapi itu karena ilmu Allah itu luaaaaaaaaaaaas. Dunia tidak selebar buku-buku pak shahrour. Iya gak?

7.  Istilah istilah yang wadidaw, serta penerjemahan yang aduhai

Karena saya punya jam terbang untuk kasus friendzone.
Saya jadi tergeltik juga untuk membaca lalu sedikit mengomentari penerjaman dan pemahaman istilah istilah yang wadaaaaw!

Misalnya, nikah friend….(baru tau kan kalian semua ada nikah friend? ada rupanya istilah ini)
Apa salahnya kalau berteman terus nikah? Duh apa sih?
Wajar saya bingung karena istilah yang lain terdapat istilah bahasa arabnya, selain yang satu ini.
Rupanya nikah friend ini ceritanya, friendzone terus mereka wik wik wik karena sama sama suka. Mari kawan-kawan pejuang friendzone, kita rapatkan shaf mengkaji penulisan yang ngawur ini.
IMG_0116

Karena cara penulisan yang astagfirullah, penulis jadi terkesan “Ini loh jalan dan solusi untuk kalian semua wahai budak friendzone yang dibuta cinta.”
IMG_0115

Saya kaget ketika semakin scroll ke bawah saya menemukan tulisan ini
IMG_0114

Jadi nikah friend juga biar gak inses?
Ini pemikiran pak shahrour? Pemikiran pak Sadawi? Atau pemikiran pak AA sendiri?
Apakah Pak AA juga pernah terjebak friendzone?
Apakah Pak AA pernah di ghosting gebetan?

Apa sih Pak? Induksi logika pemikiran Bapak itu bagaimana?

Entahlah,  namun pasti ada alasan hingga nikah friend ini secara ajaib muncul dan perlu dibahas, dan perlu dipandang sebagai solusi.

8. Jadi kesimpulannya….

Iya jadi kesimpulannya, pak sharour ini teorinya subjektif! Bias!
Tapi ide bagus loh buat dicoba. INI APA BANGET SIH? Pemikiran filosofis apa yang terlewat oleh saya?

Ini saya yang memang bodoh, tidak sampai ilmunya, atau bagaimana?

IMG_0117

 

Saya sudah terlalu lelah hingga tidak mampu berkata kata lagi.

9. Baiklah… tapi Bapak pasti sudah terbitkan jurnal dong? Mungkin kalau manuskripnya lebih pendek saya bisa lebih paham. Iya dong! Eh tapi….

Tapi kok tidak ketemu?
Saya membandingkan disertasi yag belum direvisi serta Laporan Penelitian Individual yang bisa saya dapatkan di internet, dan menemukan bahwa Beliau mengaku sudah publish banyak sekali paper. Kita mau baca dong ya 🙂

Maka saya lacak satu per satu.
IMG_0072
Picture7

Sayangnya saya tidak bisa menemukan tulisan Beliau.

Archive terawal jurnal yang diakui sebagai tempat menulis pak AA sekitar tahun 2016 dan 2008. Sedangkan Pak AA mengaku menulis di jurnal-jurnal itu sejak tahun 2000-an.
Apa saya salah jurnal? Atau jangan2 hanya submit saja tapi belum publish?
Picture9
Picture10
Picture11

Saya tidak tahu. Tapi ini adalah hasil penelusuran saya.

Saya harap saya yang salah, saya yang terlewat dan kurang menggali google, dsb sehingga tidak menemukan tulisan Pak AA sama sekali.
Namun jika memang tidak ada….
Bukan Pak AA yang perlu meminta maaf, namun seluruh pihak terkait, termasuk promotor hingga pihak universitas sendiri.
Sangat tidak fair meloloskan disertasi yang bahkan belum teruji melalui tahap peer review.
Tahap peer review adalah tahap paling melelahkan, stress, menguras tenaga, namun itulah saat penulis belajar dan memahami apa sih kekurangan dari studi tersebut.

Lagi-lagi ini masalah kredibilitas.
Lulus S3 saja sih, gak susah susah banget…. tapi menjaga kredibilitas dan tanggung jawab dari gelar yang kelak didapat, itu amanah dari Tuhan. Katanya ber-Tuhan. Orang yang ber-Tuhan harusnya tidak mengelabui manusia lain, dengan cara apapun…termasuk mengaku sudah menulis jurnal ilmiah namun tidak terbukti.

Andai saja, andai…. setidaknya ada prosiding yang dibuat oleh Pak AA terkait dengan disertasinya. Mungkin saya masih bisa menerima. Namun, itu pun tidak saya temukan.

Saya kemudian mencoba mencari berdasarkan judul. Ada yang sedikit mirip, tapi sayangnya bukan karya Beliau 🙁
Picture12

10. Dan apakah kita perlu mencantumkan Karya Tulis yang BELUM/ TIDAK dipublikasikan

ini pun mengagetkan. Untuk apa mencantumkan karya ilmiah yang tidak dipublikasikan. Memang, pada CV… biasanya kita boleh mencantumkan beberapa karya yang masih dalam rencana/ masih dalam proses. Namun biasanya hanya 1-3 saja. Dan biasanya berkaitan erat dengan publikasi yang sudah diterbitkan. Itu pun bukan sebagai poin untuk lulus S3, namun hanya untuk menunjukan seseorang sedang dalam proyek penelitian dan dalam waktu dekat akan segera submit. Biasanya kalau dipresentasikan  bisa ditulis “to be submitted.”

Namun yang ada di list Pak AA, adalah karya sejak tahun 1995! Untuk apa? Untuk menunjukan list soft skill? Atau hanya butuh pengakuan saja.
IMG_0071

 

Saya mulai geram. Ada persamaan antara Pak AA dan Pak Shahrour idolanya: Sama-sama narsis. Lihat saja twitter Pak Mohammad Shahrour, harus repot mencantumkan DOKTOR pada akun twitternya. Padahal kalau karya Anda okesip sih, Pak, Anda mau cantumin gelar atau gak… orang akan paham dan tau.
Saya kecewa!
Patah hati!
Saya tonton betul klarifikasi dari seluruh pihak yang bersangkutan. Mengatakan bahwa seluruh metode ilmiah sudah dilalui. Namun mana buktinya? Mana? Mana wahai UIN Sunan Kalijaga??? Woi mana woi??? UIN itu Universitas Islam Negeri. Dalam Islam, kita harus bisa mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatan kita. Nah mana?

Saya sedih, meratapi kemampuan penyusunan karya ilmiah di dalam negeri.

Jika banyak dari kita yang tidak tahu konsep Milk al-Yamin atau tidak tahu siapa Mohammad Shahrour, mungkin wajar karena topik terkait hal ini sangat spesifik (lagian mendingan gak tau sih). Tapi, kalau sampai tidak ada yang mengkritisi metode ilmiah serta cara penulisan…? Ini baru menyedihkan karena hal ini sangat basic, dan sudah seharusnya dipelajari oleh mahasiswa setidaknya sejak S1. Jika tidak ada yang menyadari hal ini, maka… apakah kualitas penelitian ilmiah kita masih begitu rendahnya?

Saya tentu tidak bermasuksud memojokan siapapun. Saya pun tahu bahwa Pak AA berjanji akan merevisi disertasinya, namun saya harap revisi juga mencakup perbaikan metode penelitian serta pertanggungjawaban secara ilmiah terkait publikasi yang sudah ditelurkan. Publik berhak untuk mengetahui setiap komponen dari penelitian tersebut.

Semoga kita semua juga bisa belajar dari hal ini.

Namun, jika nanti Pak AA tidak mampu memperbaiki serta mempertanggungjawabkan seluruh komponen yang ia tulis pada disertasinya. Maka… tidak ada pertanyaan lain untuk Beliau, selain satu: Apakah Bapak memang sudah pantas meraih gelar doktoral?

Hingga tulisan ini saya akhiri, saya berharap Pak AA bisa melakukan revisi secara bijaksana dan cerdas.

Aamiin~~~~~

 

 

Tentang tipu-tipu online (dan tips supaya kalian bisa terhindar): Sebuah pengalaman pribadi


Seberapa panik kalian kalau tiba-tiba ada orang yang memesan kamar hotel di sebuah hotel bintang 5, di Batam dan singapura,dengan pemandangan laut! Dengan akun kalian?
satu kamar 5 juta rupiah/ orang.

Bukan hanya 1 hari tapi 3 hari. Itupun minta kasur tambahan :’D Pokoknya udah gw itung kira-kira ada lah 25 juta ++
InkedIMG_9898_LIInkedIMG_9892_LIIMG_9896

Mahasiswa misqueen pasti khawatir dan gila aja, dari mana uang 25 juta?

Ini terjadi ketika minggu lalu akun ex****a gw dipakai seseorang.
(Gw samarkan ya, karena mereka sudah melakukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan gw. Gw khawatir kalau gak gw samarkan nanti gw dikira pencemaran nama baik :’D nanti gak bisa maen blog lagi. Tulisan ini untuk membuat kalian lebih berhati-hati aja, karena kasus pencurian identitas itu ADA… banget)

Tapi uniknya, semua kartu kredit dan debit ADA di tangan gw dan udah jarang banget pakai karena selama di Jepang gw merasa lebih aman menggunakan e-money.
Tapi tetep dong, 25 juta siapa tak gusar. Bisa umroh, Kawan!
Untuk keamanan,gw putuskan blokir semua kartu di Indonesia. Iya dong, namanya jaga2!
Itupun setelah sungkem ke Mama dan adik. Akun gw di Indonesia biasanya gw pakai kalau ingin kirim sesuatu untuk Mama atau adik, jadi agak sedih juga hal ini terjadi.
Maaf ya, Ma.

Dan untuk case jepang, jauh lebih mudah karena semua transaksi tercatat lebih “real-time”, terutama untuk kartu kredit.
Uniknya lagi: tidak ada transaksi yang mencurigakan.

Ada yang gak beres. Tapi satu yang pasti, orang ini pakai akun Ex****a  gw, but whose identity? whose cards?.

Lemes banget, karena tidak ada gambaran apa sih yang sebenarnya terjadi.
Dan gilanya, saat kejadian itu terjadi… gw tuh lagi final presentation! Dan seminggu kemudian ada final exam. Pucet merona gak tuh kalo kalian jadi gw?

Gw kontak Ex****a  yang YA ALLAH SUSAH BANGET CARI KONTAKNYA, terutama untuk Ex****a .co.id! Akhirnya ketemu dan cuman kontak ke US -.-
Untung ada Skype! Saya pun bergerilya sejak 1 Agustus siang dan kalian mau tau gak jawaban CS-nya?
“Oh you just need to change the password!”

AING GE NYAHO! hadeuh… putus asa, saya telepon si hotel bintang 5 yang dituju si pelaku.
Mereka pun stuck, karena metode pembayaran, no telepon, dsb cuman tercantum “Ex****a ”
Saya pun bertanya, bisa gak saya reach out si pelaku yang mungkin lagi asik ngadem melihat indahnya pantai?
Saya tahu pasti akan gagal karena kebijakan privacy hotel, jadi bisa legowo pas dibilang “maaf.”

Tapi 3 tahun menempuh PhD menempa gw menjadi orang yang gak gampang nyerah.

Gw pajang aja complain gw di twitter, dan mention Ex****a .
Rupanya ini jauh LEBIH AMPUH.
Gw jelaskan lagi masalah gw, tapi pada suatu titik, seorang CS bilang (secara halus) kalo gw udah kebanyakan complainnya -,-
Ya gimana, ente pernah gambling membayangkan bakal ilang uang 25 juta? atau paling gak, gw yang dituduh maling CC orang. Iya toh?

Pagi tanggal 2 Agustus, gw akhirnya ditelepon oleh CS Ex****a , dan kali ini mbaknya baiiiiiik banget.
Jadi gw bisa lebih tenang dan gak misuh-misuh.
Dan setelah 1 hari berjuang, akhirnya gw berhasil dapat data digit terakhir kartu kredit yang si penipu gunakan.
the news is: Ada 11 kartu kredit berbeda yang digunakan, dan GAK ADA KARTU GW SAMA SEKALI.
InkedIMG_9893_LI

Ini menjawab semua pertanyaan kenapa gak ada tagihan aneh di akun gw. Tapi kan namanya debt collector kalau nagih kan gak mikir-mikir ya.
Jadi gw tetep khawatir, karena Mama gw kan post-stroke… pasti takut banget kalo tiba-tiba ada debt collector yang seringkali kasar dan gak mau tau dateng “Anak Ibu harus membayar sekian rupiah!”

Misi gw yang awalnya mau ngecek keamaan akun dan tentu KEUANGAN gw (ini penting dong, 25 juta and still counting guys!)
berubah jadi: Mari bantu Ex****a  nangkep nih maling. Mumpung di Singapura masih subuh, mereka pasti masih boboks.

Gw minta agar masalah gw ini di kasih ke bagian fraud dan juga dikomunikasikan dengan pihak berwajib di Singapura.
Klo perlu ditangkep, tangkep aja deh… soalnya ini udah masuk ranah pidana. Iya dong! Kalian juga pasti setuju lah sama gw.
Mereka setuju dan mengiyakan. Gw pun bilang, gw ini orangnya keras kepala, klo gw gak liat ada upaya untuk nangkep si pelaku, gw bisa nekad dan bisa urus semuanya sampe dapet. Wallahu’alam gw akan kemana, tapi udah sering baca komen reviewer dan revisi thesis, udah gak takut apa2 lagi.
Gw gak minta orangnya minta maaf, cuman silakan enjoy ocean view dari jeruji besi 🙂
11 kartu kredit gaes! Entah punya siapa…
Mereka pasti orang yang gak tau apa-apa.
Dan kasian ex****a juga toh, siapapun yang kartu kreditnya dicatut pasti akan complain dan gak mau bayar.
25 juta ++ cuman dari gw doang, mungkin ada emon emon lainnya. Yah ruginya ex****a bisa ratusan juta lah.
Kurang baik apa gw sampe ngingetin mereka. Makanya gw sebenarnya greget banget sama CS pada tanggal 1 Agustus yang dodols banget.
Untung akhirnya pas tanggal 2, Mbaknya baik dan helpful banget.

Akhirnya, pada hari yang sama gw dapet info kalau reservasi yang tersisa di cancel oleh pihak ex****a.
Dan rupanya memang sudah disampaikan ke pihak Transaction processing yang sepengalaman gw sih juga bagian yang ngecek masalah fraud.
Ini alasan pembatalan order.

Dear Ex****a.co.id Customer,

Your Ex****a.co.id purchase 7459566392925 has been cancelled due to one or more of the following reasons:
• We were unable to authenticate the credit card.
• We were unable to authenticate the card holder.
• The purchase was declined by the credit card company.
• Account history.
 Please reply to this e-mail if you think there may be a mistake. We are happy to work with you to rectify any discrepancy. Since we have been unable to contact you via the telephone numbers listed in your account, please reply to this e-mail with the telephone number where we can reach you and the best time to call. An Ex****a Transaction Processing Representative will contact you.
 Sincerely,

Hadeuuuuh… naha teu ti kamari.

Anyway, terima kasih banyak untuk CS Ex****a yang akhirnya serius menanggapi komplain konsumen. Maaf ya karena gw kontak terus menerus -.- Mungkin lain kali, penanganan kasus segaswat ini harus lebih cepat dan gak bertele-tele ya. Selain mereka tahan sih dengerin konsumen cerewet kayak gw.

Sejauh ini gak ada hal mencurigakan lagi :’)

Oh iya! Sebelum aku ex****a gw ke-hack, gw menyadari kalau email gw di serbu spam yang ada kali 100/jam.
Nah, kayaknya sih supaya si maling bisa “mengelabui” gw supaya gak ngeh ada email reservasi.
Selain itu, akun internet banking gw juga gak bisa login karena selalu ada tulisan “Ada upaya untuk masuk ke akun Anda.”
sampe akhirnya gw 3x salah password.

Asem!

Jadi sebenernya udah ada gejala2 yang ada muncul cuman kita gak ngeh
dan gw kan seminar yang gengs! jadi gak sempet lah curiga-curigaan gitu.

  • Cek e-mail dan seluruh akun kalian. Curiga itu penting kalau memang kalian ngerasa ada hal yang mencurigakan.
    Kalau ada akun yang udah kalian gak mau pake lagi, tutup dan hapus aja untuk menghindari dipake sama orang yang tidak berwenang.
  • Jangan menyerah!; kontak CS itu bisa susah banget soalnya mungkin mereka mikir “Yang penting uang masuk, punya siapa… bodo amat!” memang sangat mengecewakan. Tapi demi uang dan integritas sih, sampe ujung dunia juga gw kejar. Hei! Ini hak konsumen! Jadi bener deh jangan nyerah!
  • Langsung cek ke pihak bank, dan kalau mau aman ya mau gak mau blokir aja semua kartu2 kita.
    Repot? Yes! Tapi daripada ilang 25 jeti plus plus, mending repot -.-
  • Kontak CS google, sampaikan kalau kalian emang ngerasa ada hal yang aneh di akun gmail kalian.
    Tentunya kalian juga harus sigap untuk ganti password dan nambah sekuriti akun dengan 2-step- verification.
    Repot tapi aman!
    Google emang tim paling yahud di muka dunia deh, mereka respon loh complain receh gw. Dan mereka bilang mereka akan cek knp tiba2 ada hal kayak gitu. Entah gimana caranya, tapi mereka mendeteksi kalau akun gw mendaftar banyaaaaak banget milist di beberapa hari terakhir.
    Dan bener loh, dalam waktu kurang dari 24 jam, aktivitas di e-mail gw kembali seperti semula.
  • Kadang biar lebih “cepet” kita diminta beberapa web untuk save account dan info CC kita.
    Mulai dari sekarang DON’T DO THAT! Gak apa lah lama dan ribet transaksi daripada akun kita diretas.
  • Sementara, jangan banyak2 transaksi dengan menggunakan kartu selama di Indonesia.Kalau ada cash, cash aja lah.
    Gw mungkin gak akan bilang kayak gini di Jepang, tapi gw rasa kejahatan siber di tanah air lagi on peak, jadi gw sarankan sementara minimalkan transaksi yang bikin kita ngeluarin kartu2 kita.
    Oh iya! Untuk kasus ini pun, yang ke “hack” kayaknya ex****a Indonesia. padahal gw cuman pake ex****a jp atau ex****a.com. Dengan apa yang terjadi sama gw, gw yakin ada sesuatu yang terjadi di Indonesia.
  • Gw juga saran untuk cek profile kredit kita di OJK. Tadinya gw mau cuek beybeh aja, cuman setelah ada kasus ini… semua orang bisa aja jadi korban.
    Kalian mungkin ngerasa gak transaksi apapun, tapi bisa aja tiba-tiba harus bayar tagihan jutaan dan klo mangkir malah digebug debt-collector Indonesia yang jujur aja kebanyakan tidak punya tata krama -.-
    Kalo jauh, mungkin bisa bawa rekening koran dan lapor ke bank.
  • * ganti password secara rutin 🙂

EMOOOOOON~~~~~~ ribeeeeeeet banget!
Iya, tapi lo mau uang, berlian, dan barang tambang yang sudah susah payah kalian gali siang malam aman kan?
Mungkin ribet dikit gpp.

Dan jangan ragu untuk bicarakan semunya pada pihak yang bersangkutan. Alhamdulillah, untuk kasus ini akhirnya dapat CS Ex****a yang helpful banget, pihak hotel juga support banget dan ngasih saran-saran yang membangun. Dan Bank… maafkan tante emon yang selalu ngomel di awal :’D soalnya tante ada jauh di rantau dan duh bank  di Indonesia itu comelnya gak tahan deh. Gw gak tau ya kebijakan perbankan di Indonesia gimana. Tapi di Jepang, klo mau blokir sih telepon aja pihak CS, sebut alamat e-mail dan nomer hp lalu selesai -.- less than 5 minutes semua kelar.

Well, mungkin karena nomer hp di sini prabayar semua ya. Tapi gak ada tuh ditanya nama ibu kandung, alamat rumah, nomer kartu, dsb yang jujur aja klo bagi gw sih ampe itu pertanyaan kelar, yang gasak atm udah beres makan penyet ayam sama es kelapa :’D
But thank you juga untuk bank karena banyak membantu juga walau kenal omel2 dikit :’) maaf ya.

Yo wis, gitu aja….
Buat kalian, mulai sekarang jaga-jaga dan lebih hati-hati ya. Jangan sembarangan nyimpen data pribadi kalian di dunia maya!

Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!!!!!!

Tentang orang-orang [luar] biasa…: Pengalaman Bertemu Anak-Anak berkebutuhan khusus


Dan perdebatan hari ini berkisar tentang  paslon mana yang paling oke…
Siapa yang paling hits dan berprestasi…
Siapa yang paling hebat? Siapa yang paling benar? Siapa yang paling segalanya?

Well…

Kadang saya merasa bahwa kita lupa, lupa hal terpenting dalam hidup kita…. secara fair dan rendah hati mengakui bahwa kita tidak sempurna. Akan selalu ada orang yang lebih baik dari kita dalam suatu hal, dan sebaliknya akan ada pula yang lebih kurang dari kita dalam suatu hal.
Intinya, tidak perlu terlalu menepuk dada… dan tidak perlu juga terlalu mengagung-agungkan orang lain. Setidaknya itu menurut saya.

Mungkin saya yang kolot, dan Mama saya selalu bilang “Nah kamu itu ya, Kak… kalau orang gak kenal pasti bilang kamu jutek. Yang deket sama kamu cuman binatang, anak kecil, orang tua, atau yaaa teman-teman yang entah terlalu sabar atau terlanjur basah teman sama kamu. Lainnya? Konflik! Konflik! Konflik!”

Saya mengira saya terlalu emosional dan temperamental, lalu berusaha mencari cara untuk jadi lebih baik dan penyabar sedikit saja. Sudahlah saya tempuh jalan musik, yang sayangnya dosisnya hanya bertahan beberapa jam.

Harus ada obat yang lebih canggih nih. Duh apa ya!?

Hingga akhirnya, secara tak sengaja salah satu teman baik saya bilang “Eh, gue mau nari…. lo bantu foto-foto ya! Nari di panti jompo nih gw.”

Karena saya sih senang-senang aja bantu foto-foto dan liat tempat baru, ya saya iyakan. Siapa tahu kan merontokan keangkuhan hati, menjernihkan pikiran yang butek.

Berbekal tripod dan kamera seadanya (karena teman saya bilang pakai kamera dia saja), saya melaju ke TKP. Di tengah perjalanan, teman saya baru bilang “Eh salah deng, gw nari di depan teman-teman berkebutuhan khusus dan keluarganya.”
Dalam hati “Kok ya jauh bangeeeeet bedanya.” Agak gusar, karena jangan-jangan salah tempat juga, mana saya tinggal jauh di planet lain, waduuuuh…. nyaris saya berpikir kalau koto yang 180 cm menimpa manusia bisa menyebabkan cedera seberapa parah ya. Tapi untungnya, tempat tetap sama. Wis… fotografer sih gak ada urusan siapapun audience-nya dong 😀

***

Tibalah saya di panti anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Pertama kali ke panti di Jepang, langsung berasa anak kampung “Ya Allah ini tempat gede banget!”
Sebagai anak yang introvert parah, setelah melangkah ke dalam, tentu dengan mengucapkan bismillah dan pakai kaki kanan…. saya masuk dan seperti pengunjung lainnya, nunggu di lobi.
Jangan lupa, di pojokan, dan jauh dari orang-orang.

Saya tahu bahwa teman saya dan para penari lainnya pasti sedang rempong dengan kostum dan alat make-upnya. Gosh! Sori geng, kalau main musik sih yang penting tuning alat musik dan gak salah ambil alat musik orang. Gak bisa goyang-goyang banyak, karena takut hapalan note tumpah dari otak.

Cepot yang membuat saya bersosialisasi

Seperti biasa, dimanapun saya berada, saya pasti di pojok ruangan.
Eh tapi dasar, karena saya mudah sekali terdistraksi… ada wayang golek “cepot” yang menarik perhatian.
Saya samperin lah, ada juga gamelan kecil disekitarnya… dan secara otomatis saya mainkan karena saya masih ingat lagu yang pernah saya mainkan kala SD dulu.

Gara-gara cepot dan miniatur gamelan, beberapa anak kemudian merubungi saya. Mereka senyum, tepuk tangan, dan mengajak bersalaman.
Ya ampun ramah banget….
Mereka mengajak saya bicara, sayangnya saya tidak bisa paham. Pengen nangis sih sebenarnya, karena rasanya dosa banget loh ada orang yang tulus ngajak kita ngobrol tapi kita gak ngerti. Saya yang biasanya bodo amat dengan skill bahasa jepang saya, saat itu memaki diri sendiri.

Seorang anak kemudian lari ke gurunya, dan gurunya kemudian menyapa saya….
“Oh ingin lihat tari Indonesia juga ya?”
“Iya, saya janjian sama teman saya.”
“Oh gitu, ya… ya… ya… tunggu saja ya, belum mulai.”

Beberapa anak kemudian menunjuk-nunjuk sebuah ruangan dan saya hanya mendengar itu sebagai ceracau yang tidak jelas. Duh apa maksudnya sih, Dek 🙁
Barulah beberapa menit setelah itu, teman saya keluar dari ruangan tersebut, mencari temannya ini…. dia pasti khawatir temannya ini salah belok kanan atau kiri seperti yang terjadi di Shinjuku.
Barulah kemudian saya paham! Anak tadi ingin menunjukan bahwa teman saya ada di ruangan itu!
Sediiiiiiiiihhhhh bangeeeeeeeeeet……. banget banget banget…. karena rasanya kok jahat banget gak paham apa yang anak tadi bilang. Maaf ya, Dek.

Mulailah gw bekerja sesuai SOP fotografer lainnya….
pasang tripod!
Dan ini adalah acara pasang tripod dan pasang kamera terusuh yang pernah saya alami….
Karena banyak anak yang kemudian datang, dan mereka minta dipeluk….
Dalam hati, “WHAT! DEK! BENERAN? Oh come in!” tapi saya loh, saya yang bagi sebagian orang bisa menatap dengan tatapan membunuh.
Beberapa kali tripod oleng, agak deg-deg-an, bukan karena tripod tapi karena kamera yang dipasang adalah kamera mirrorless kesayangan teman saya. Karena dia dokter hewan yang biasa mengembala sapi berton-ton, kalau dia marah kan, nyawa juga ya….
Namun apa daya, saya pun luluh lantak ketika bersama anak-anak yang saya bisa rasakan tulus luar biasa. Yang saya bisa rasa ingin bilang “Let’s be friend.” Tulus sekali, tanpa ada pikiran macam-macam.
Mereka mengajak bersalaman….
Berusaha keras memperkenalkan diri…
Segala hal yang membuat saya tertohok sendiri, kok saya tidak bisa sebaik mereka ya?

Bahkan kemudian, ada seorang nenek penderita alzheimer yang kemudian ingin di dekat saya. Mas-mas pendamping Beliau bilang “Neneknya mau di sini gak apa ya?”
Ya ampun Maaaaaas…. gak apa-apa dong! Pake ijin segala.
Sambil pegang tripod, saya melihat si nenek yang senantiasa senyum ketika melihat saya. Kaki dan tangannya berusaha sebisa mungkin mengitu irama musik. Terus jadi kangen Nenek…. :'(

Audience nih, tapi foto sengaja saya blemish gitu ya, untuk menghargai privasi mereka 🙂

Mereka benar-benar menghargai pertunjukan. Berbeda dengan saya yang memang suka “julid”, “Hwarakadah! Apa tuh? Aduuuh salah deh pasti itu gerakannya!” Padahal saya juga gak bisa nari. Mirip supporter bulu tangkis yang teriak-teriak tapi smash aja tak mampu (well… ini saya juga sebenarnya hahahahhaha).

Saya senang mereka antusias ketika dibilang akan diajari menari Indonesia sedikit.
Image and video hosting by TinyPic

Antusias banget! Kalau saya sih…. pasti beralasan “Ya ampun… cabe deh! Encok ah encok.”
Duh, Emon! Anda sungguh…. sungguh grumpy! ahahahahhah

Pulangnya…
Semua penari dikasih kenang-kenangan dong, biasalah japanese style. Karena saya pendatang gelap, saya gak ngarep lah.
Eh dapeeeeet jugaaaaaaaa! Kalian mau liat dong?
Tadaaaaaaaa!!!

Lucu kaaaan ! Mereka bikin sendiri loh

Jadi para penghuni panti ini rupanya diajari untuk membuat kerajian sendiri, salah satunya membuat gerabah pisin kecil-kecil ini. Mereka juga diajari membuat kue, melukis (dan mereka jago banget sih ngegambarnya. Paraaaaaah…. bagi saya yang lumayan paham lukisan aja mengakui kok bagus banget), dan hasilnya kemudian dijual dan uangnya untuk mereka. Tadaaa! Jadi mereka bisa memperoleh uang saku juga. Kalau kalian mau lihat karya-karyanya, bisa diintip loh, akun instagram mereka:  https://www.instagram.com/pomamori/
Dijamin berdecak kagums! (pake “s” karena ceritanya jamak ahahahahahha)

Kita kadang kasihan melihat para penyandang disabilitas….
Kasihan melihat orang-orang berkebutuhan khusus…..
Padahal, mereka tidak perlu dikasihani, mereka perlu diperlakukan secara adil dan setara dengan kita-kita yang mengaku “normal”.
Mereka butuh diakui bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dan berkontribusi.

Malamnya saya “teror” semua orang yang saya tahu, pokoknya mereka harus denger deh pengalaman saya di hari itu. Walaupun saya yakin, yang di-teror pun gak paham-paham banget kenapa saya tumben bisa se-excited itu! Pokoknya harus heboh!!!!

=============
“Mas, tau gak… aku udah dapet harta berharga di Jepang.”
“Oya? Apa tuh?
“Ini…. ini dibikin sama adek-adek yang berkebutuhan khusus loh….”
“Wow… Mashaallah”

***
“Ma… liat dong saya dapet apa?”
“Apa itu? Dodol Cina menjelang Imlek?”
“Ih Mama, piring kecil gitu loh Ma…. cantik ya? Yang bikin orang-orang di panti untuk orang-orang berkebutuhan khusus,Ma. Hebat ya mereka.”
“Hah? Masa sih? Ya ampun…. mereka bakat nih. Bagus ya!”

=============

Saya itu tipe orang yang paling sulit impressed dengan seseorang, sulit banget. Well… banyak orang hebat di muka bumi ini, mau bikin saya seterperangah apa sih? Apa? Apa?
Rupanya pada hari itu, saya berhasil dibuat terperangah.

Saya kagum habis-habisan, dengan para guru dan perawat di panti tersebut yang sabar dan bisa mengajari mereka dengan sangat baik.
Saya ingin bertepuk tangan untuk keluarga mereka. Bukan hal yang mudah menerima kenyataan bahwa ada anggota keluarga mereka yang berkebutuhan khusus. Bukan hal yang mudah untuk terus maju dan tidak menyerah. Bukan hal yang mudah menumbuhkan “unconditional love” yang sehebat itu.
Saya ingin memeluk satu persatu penghuni panti tersebut, ingin bilang “terima kasih”. Terima kasih untuk tidak menyerah, untuk terus berjuang, untuk terus hidup. Untuk menjadi bagian dari planet yang makin menua ini.

Terima kasih….
banget!

Diam-diam saya mengucapkan terima kasih pada Allah, pada Tuhan yang baik sekali memberikan pengalaman seperti ini dalam hidup saya.
Saya ini keras kepala, kadang…. bahkan sehabis shalat, doa saya lebih pada menantang daripada memohon, terkadang mempertanyakan “policy” yang saya pikir tidak masuk di akal.

Pada malam itu, saya bisa tersenyum…. “Ya Allah, terima kasih karena telah menjadi yang Mahaadil. Dibalik kekurangan mereka, mereka punya hati yang begitu jernih. Aku mohon, jaga mereka seperti biasa… bahkan jika boleh, jaga mereka lebih dari biasanya.”

Hari itu, saya tidak memberikan bantuan apa-apa pada siapapun.
Hari itu, orang-orang luar biasa yang telah membantu saya untuk sadar bahwa kita tidak boleh menyerah, untuk terus bertahan dan melakukan hal terbaik yang kita bisa.

Terima kasih…
Lagi
lagi
dan lagi….

=========
P.S:
Saya juga sempat mengaku pada teman saya betapa merasa berdosanya saya ketika saya tidak paham apa yang dikatakan anak-anak tsb pada saya

“Ya ampuuuuun! Gw ngerasa dosa deh! Mereka baik bangeeeet. Tapi gw gak ngerti mereka ngomong apa!!!”
“Mon… semua pun gak ada yang ngerti! Lo pikir gw ngerti?”
“Loh, tapi lo bisa jawab pertanyaan mereka.”
“Ya karena ada ibu gurunya laaaah.”

Tetap sedih sih, tapi… oh ya sudah, tidak sendirian rupanya :p
========

 

 

Pelecehan seksual dan Bullying: Hal yang “tidak biasa” yang dianggap “biasa”


Image and video hosting by TinyPic

Yak, puasa sudah lewat, weekend telah tiba, dan saatnya emonikova menggebrak logika-logika ajaib yang ada di sekitar kita. Ini penting sodara-sodara! Karena saya ingin pembaca emonikova tidak kalah dengan followers om Dedy Corbuzier yang disebut “smart people” itu. * OOT: Ufufufufufuufufu… Eh tapi lama-lama gw pun malas loh sama om Dedy hahahaha kadang dia doyan clickbait juga :p*

Jadi topik kita kali ini adalah pelecehan seksual dan bullying.
Siapa yang pernah jadi korban dua hal di atas, angkat tangaaaaan! Well… saya mungkin korban kedua-duanya.
Bullying jelas! Saya yang dulu gendut dan gak pernah make-up dan gak pinter juga sudah makan asam garam per-bully-an. “Ya ampun, Mon… udah jelek, gendut, lo gak pinter apa-apa pula.” |
“Eh kalau liat muka lo, lo kayak pembantu gitu ya” Well… mungkin yang ngomong gak pernah liat sinetron Inem Pelayan Seksi yang mukanya bening itu fufufufufufu. Semoga akhirnya dia mampu membeli TV di rumah, aamiin!!!!!!.
dan sebagainya yang kalau diinget-inget lagi rasanya nelongso.
Saya ada di posisi dimana saat ini saya begitu menyayangi semua orang, gak mau mencari alasan-alasan untuk mengingat masa lalu yang kelam kayak gitu.

Lalu pelecehan seksual? Oh pernah juga!
Salah satu yang paling kamfret adalah ketika saya masih menjadi assisten dosen di kampus. Saya ingat saat itu bulan ramadan dan yang menelpon saya beberapa kali lalu mengirim teks
“Kak, saya murid responsi kakak, telpon saya kak. Maafkan saya kak, teringat suara kakak saya hari ini jadi batal puasa.”
Perpaduan antara asdos yang masih polos dengan bumbu-bumbu kebegoan yang kuat saat itu, saya berpikir “Lha, apa urusannya inget gw kok batal puasa? Gw mirip donat?” Saya pikir anak ini mau ngeledek saya bulat dan ndut kayak donat. Ya akhirnya bodo amat, kebal aing mah kalo cuman dibilang gendut. Eh btw, di sekitar kampus IPB ada donat yang legendaris banget! Kalian harus coba deh kalau mampir ke IPB. Sumpah tuh donat enak banget!

Back to the topic!
Nah! hebohnya terjadi ketika saya cerita ke dosen pembimbing saya karena kami ini dekaaaaaat sekali, jadi kalau ada apa-apa ya cerita ke Beliau. “Ya Allah emooooooooooon! Kok kamu diem aja sih? Itu ngeri tauuuuuuuuu! Itu pelecehan seksual. Ihhh, jangan pulang malem-malem ah setelah ini.”
Owh… okay. Dan baru setelah sadar ngerasa serem dan keringet dingin. Jadi ngeri kalau pulang pas udah gelap.

Pelecehan seksual lainnya adalah ketika saya masih kerja di kemenkoperekonomian. Saya seringkali pulang larut karena bos saya saat itu memang “On” saat matahari terbenam. Jadilah burung hantu ini harus mencari ojek karena tidak ada angkot ke desa saya jika sudah malam. Jaman dulu belum ada ojek online ya. Naiklah saya ke ojek, entah doi ngira saya wanita macam apa, pak supir ojek malah bilang “Ngapain ke rumah, semalem aja yuk di hotel!” Ya saya gaplok juga si Bapak pakai botol aq*a bekas meeting, harusnya sih galon ya, lain kali bawa itu lah. Dan saya terpaksa harus setengah meloncat dari ojek tsb. Alasan mengapa saya akhirnya memilih kembali ke kampus untuk bekerja saat itu.

Saya yakin, bukan hanya saya yang mengalami kejadian seperti ini. Mungkin kalian juga pernah! Bahkan pedangdut macam Via Vallen!

Dan saya juga yakin, karena masih rendahnya kepedulian akan permasalahan ini, kita kadang tidak sadar jika sedang dilecehkan atau bahkan melecehkan! Oleh karena itulah, emonikova kali ini iseng tanya-tanya beberapa teman (yang saya sengaja samarkan namanya dsb karena mereka orang-orang baik dan cerdas yang kayaknya gak perlu berurusan dengan para netijen apapun alasannya -.-) dan bertanya mengenai perilaku bullying dan pelecehan.

Saya mengambil kasus via vallen karena menurut saya ini kasus unik. Perpaduan antara  Cyber Sexual Harrashment sekaligus Cyber Bullying! Nah ini! Ini penting untuk didalami lebih lanjut.

Mari kita mulai dari kasus pelecehan seksual itu sendiri, bener gak sih jika kita mengalami pelecehan seksual kita harus speak up?

Ini beberapa opini keren dari teman-teman saya. Aduh kok mereka keren-keren banget ya. Ini nih kenapa kalau nyari temen harus yang menyenangkan dan kepalanya “ngisi” jadi enak diajak ngobrol.

First of all, kita harus sepakat bahwa seseorang punya hak bicara ketika mereka mengalami hal yang tidak mengenakan
Image and video hosting by TinyPic

Dan entah kenapa ya, di Indonesia speak up, apalagi kalau berkaitan dengan pelecehan seksual itu terasa taboo di masyarakat kita? Parahnya lagi kadang kita pun gak ngeh kena pelecehan atau gak.

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Yang lebih bikin males lagi, di tanah air masih ada “keanehan”. Kalau kita korban, pasti nama,TTL, status, foto terbaru, pokoknya semuanya di publish. Lha, yang jadi pelaku? Udah mah muka ditopengin, di blur, suara disamarkan, nama jadi inisial. Walau mungkin pihak terkait ingin melindungi mereka dari amukan masa, tapi kan yang korban juga tengsin ya tiba-tiba menjadi pembicaraan banyak orang, apalagi kalau yang  diomongin masalah aib! Waduuuh…

Image and video hosting by TinyPic

 

Nah tapi lanjut komen terakhir di atas,  ada beberapa yang bilang, kalau mau speak up yaaaa jangan di media sosial karena media sosial penuh dengan netijen julid. Hal paling bener adalah, kalau ada bukti-bukti, langsung bawa ke komnas anak dan perempuan atau bahkan kepolisian. Saya yang gak suka rame-rame juga sebenarnya lebih cenderung ke pilihan ini. Soalnya kita kan awam ya masalah seperti ini.

Nah untuk kalian, boleh nih jaga-jaga untuk mencatat kontak yang bisa dihubungi jika kalian mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Catet loh, ini puenting sangat!
Kalau rupanya mereka no action dan lama dan malah bikin makin jengkel…
Yaaaa media sosial pilihan terakhir, rasakan kecaman-kecaman netijen!!!!

No darurat polisi : 110
Komnas perempuan : 021-390 3963
Komnas perlindungan anak (kalau kasus terkait anak-anak): 021-319 015 56

Dan ehmm… karena di postingan via vallen ada yang belain mas-mas bule yang katanya “Aduh emang orang sana mah itu biasa aja kali, mereka kan ceplas-ceplos. Lagian cowoknya ganteng.” please ya, foreigner juga gak terima kali dibilang gak sopan :’D Jika kalian pembaca setia emonikova, dan pernah baca mengenai artikel investigasi tanda parkir, pasti kenal sama Mamas Smiley. Nah, kali ini emonikova juga mengganggu Mas Smiley untuk menjawab emang kalau orang Barat maennya langsung nyosor kayak gitu?
Dan jawaban doi sih kira-kira.

A: “That man is simply stupid or crazy. Nothing else.”
Q: “But people said this man is handsome, so… the girl is want to show off that…”
A: “That someone handsome likes her? Well, handsome but stupid. So, your people is stand for someone just because their look? If a man smart enough, he’ll not take a risk by do catcalling to a woman in social media and this woman is an artist “

Gak berani lawan deh kalau pertanyaannya udah sefilosofis itu.

Saya pikir pun begitu. Ya kalo gak kenal dan gak pernah ada hubungan sama sekali sebelumnya mah mau bule mau bukan gak akan berani ngelakuin serendah itu ke perempuan. Mereka juga punya emak kali di rumah. Jadi kalau ada cowok yang melakukan pelecehan seksual maka yaaaa mesum dan bandel aja.

Yah kalau ganteng dan pinter mah dia gak usah gangguin perempuan juga kali, yang ada perempuan bertekuk lutut menunggu segera disuguhi lagu payung teduh (baca: akad). Kalau ganteng dan pinter mah gak perlu cara-cara murahan, wong di tahajud para wanita aja nama doi sudah diperebutkan. Iya gak sih? Yah sudahlah, kita tinggalkan Mas Smiley. Kalau kangen nanti kita tanya-tanya dia lagi untuk topik lainnya ya 😉

Yo wis, lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka? Setidaknya beberapa waktu yang lalu CNN Indonesia memberikan beberapa tips untuk membantu korban pelecehan.

Ya intinya mungkin yang salah adalah: KITA.
Kita yang gak peduli dengan orang lain hingga kita sendiri yang merasakannya. Mungkin bully orang lain lebih gampang dan nikmat ya daripada berusaha menjadi pendengar yang baik atau orang yang bisa menghargai dan toleran. Ya, secara science wajar sih kalau banyak yang begitu, karena kalau mau bully, maki-maki, mendengki, dan nyinyir kan gak perlu pakai hati dan otak ya, jadi wajar lah jika kalori yang terpakai lebih minim. Dan layiknya badan yang gak pernah diajak olah-raga dan langsung encok pegel linu ketika sekali dipakai lari satu keliling lapangan bola, hati kita yang tidak biasa dilatih peka juga mungkin jadi kaku, keras, dan keseleo sekalinya dipakai berlatih untuk menjadi pribadi yang bijaksana. Mungkin kita menyerah untuk melembutkan hati yang kaku kaku itu, dan lambat laun memutuskan untuk tidak perlu melatih hati itu lagi.

Mungkin…
Mungkin…
Mungkin…

Lalu hatinya berkapur…
Dan terlalu terlambat untuk melembutkannya lagi.

Ah semoga saya salah memberi perumpamaan.

Beberapa waktu yang lalu ada berita mengenai orang utan yang menghalangi pembukaan hutan untuk kebun kelapa sawit. Saat itu saya mikir, “Wah, orang utan aja sekarang udah punya awarenees yang bagus nih.”
Jika kemudian kita tidak bisa punya “feel” untuk berbuat baik pada sesama dan lingkungan…. Well, mungkin pantas malu bahkan pada hewan sekalipun.

Cerita dari sebuah masjid kecil di pojok Tokyo: Catatan tentang toleransi dan saling menghargai


Entah kenapa Allah memang suka memberikan saya kisah-kisah baru yang mungkin jarang orang lain alami. Padahal kalau dipikir-pikir, saya kan kurang suka dengan keramaian ya. Mungkin karena saya punya blog yang masih hidup, dan saya percaya Allah mempercayai saya untuk menuliskan pengalaman menarik yang saya alami.

Kali ini ada berton-ton kisah dari sebuah masjid kecil yang sering saya kunjungi di Tokyo. Namanya As-Salam mosque. Ada beberapa alasan mengapa saya lebih sering ke masjid ini.

1.) Line kereta, karena letaknya yang dekat stasiun shin-okachimachi dan alhamdulillah terlintas tsukuba ekspress, jadi ketika saya beres latihan musik (yes, I am a music player too 🙂 gini-gini saya pemain koto loh) saya lebih memilih ke tempat ini. Kenapa tidak ke Tsukuba mosque, karena jatuhnya sama saja! Bagi saya yang tidak punya kendaraan pribadi, posisi masjid Tsukuba keterlaluan makan waktu. Apalagi untuk shalat Ied, hampir pasti saya tidak akan sempat mengejar waktu kesana.

2) tempatnya cukup strategis. Ada tempat yakiniku halal tepat di belakang masjid, lalu di sekitarnya ada toko makanan halal yang cukup murah meriah, belum lagi klo bosen makanan halal ada resto vegan juga 😀 I love foods!

3) Lebih sepi, bagi saya masjid itu untuk ibadah. Wong orang lagi galau kok, kan mau pembicaraan dua arah ya sama Tuhan. Jadi memilih tempat yang rada sepi lah.

Selain itu, khusus untuk shalat Ied, saya lebih suka tempat ini karena saya ingin menghindar dari sebuah fenomena kericuhan mahadahsyat yang seringkali terjadi ketika banyak jamaah dari Indonesia “FENOMENA SAJADAH”. Yang belum tau skandal sajadah, maka izinkan saya jelaskan terlebih dahulu.

Fenomena Sajadah : Sebuah fenomena dimana jamaah akhwat akan menyuruh seluruh jamaah lain untuk maju dan merapatkan shaf di baris paling depan, namun yang menyuruh biasanya tidak inisiatif untuk maju juga, disebabkan sudah telanjur gelar sajadah atau kadang hanya perkara penempatan kipas angin yang tidak ramah untuk penderita masuk angin.

Gak maen deh mamen kayak gitu-gituan…. Kadang lagi asik-asik mau doa loh, langsung lupa karena disuruh maju atau mundur atau apapun lah itu.
Image and video hosting by TinyPic

Tapi lebih dari itu, ada hal lain yang membuat saya jatuh cinta pada tempat ini.

Bertemu Saudara-Saudara Muslim dari negeri yang berkonflik

Nah! terdengar seru kan. Kalau kata Sudjiwo Tedjo, Tuhan itu Mahabercanda… kayaknya ini saya rasakan. Entah kenapa saya yang malas ngobrol ini ketemu aja orang-orang yang suka mengajak saya ngobrol ngalor ngidul, lha… saya kan jadi keasikan juga ngobrol.

Pernah ketika saya disini, pas sedang membaca Quran karena ceritanya lagi galau, tiba-tiba ada mbak-mbak yang nyapa dan bertanya asal saya dari mana. Entah apa dasarnya banyak yang salah mengira saya berasal dari negara-negara Asia Tengah, lalu kemudian kaget ketika tahu kalau saya tulen orang Indonesia mix Aceh dan Madura.

“So, you come from Indonesia? Oh sister…. I am from Myanmar. You know Rohingya, I am Rohingya”

Waduh! Biasanya kan cuman denger di berita ya, ini ketemu langsung loh.
Dengan bahasa Inggris yang terbata, dia bercerita tentang kondisi keluarga dan juga etnisnya.

“Masha Allah Sister, I really want to live in your country, I want to learn your language, I want to spend a whole life in your country. It such a beautiful place, and food…food are good very good. Allah bless your country very much.”

Terus baper, dan rasanya mau nangis kalau inget kondisi di tanah air sekarang ini. Mau nangis karena bagi saya sih, kita harus mulai mengakui bahwa kita tidak se-“heterogen” yang kita banggakan. Wong beda partai aja bisa saling ngafir-ngafirin. Wong di media sosial aja bisa perang cuman perkara mau ganti presiden atau gak. Sorry, saya pribadi sih malu dengan sikap childish beberapa orang yang seperti itu. Asal kalian tahu aja ya, keluarga Mama saya itu lebih “Muhammadiyyah” sedangkan ayah saya karena asli orang Jatim yaaaaaaa…. NU banget. Walau sama-sama Muslim ya ada beberapa hal yang berbeda ya, tapi apa kemudian perang? Gak tuh! Hingga ayah saya meninggal dunia tidak pernah ada piring terbang melayang dsb dalam keluarga kami.
Sekarang? Pret! Seakan semuanya percaya diri akan masuk surga, helooowwww… siapa tau bareng-bareng di BBQ di neraka.

Back to the topic,
Mbak ini kemudian bercerita bagaimana diskriminasi yang terjadi di Rohingya. “Sister, I can’t use hijab there, can’t… can’t…” Dia cerita bahwa ketika dia mengunjungi Ibunya, tetangganya terus nyinyir karena dia berani untuk pakai hijab. Dan bahkan ada yang ekstrim dan meludahi dia, aduuuuh kasian ya 🙁 terus mereka akan bilang “Go…go… not your home land”

Khawatir gak kalian semua denger kisah mbak ini? Serem kan!
Makanya saya tanya kok Ibunya tetep tinggal di sana? Bumi Allah kan luas ya, Cuy… kalau gak aman di satu titik, ya hijrah lah kemana.Rupanya ibunya udah rada sepuh gitu, dan yaaaah biasa lah, nostalgia kan susah di lawan ya. Suaminya meninggal di sana, dan itu rumah sudah didiami turun menurun. Rumah yang punya banyak cerita memang sulit untuk ditinggalkan. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya sudah mengungsi ke Thailand. Eh tapi Thailand emang makanannya enak sih dan orangnya baik-baik (Mon, fokus…fokus…fokus….).

Nah! Kalian juga pasti nyinyir parah dong sama Oma aung san suu kyi? Mumpung ada orang dari sananya langsung kan mending sekalian ditanya kan. Nah, kalo kata mbak ini sih Oma Aung susah untuk melawan orang-orang yang diskriminatif di sana. Karena sejak awal, orang-orang yang diskriminatif ini nih yang mengusung dan mengangkat nama Beliau. Nah udah gitu, mereka suka-suka deh. Yaaaa…. kalo oma Aung niat sih, harusnya doi berani ya untuk kehilangan jabatannya. Tapi tahta kan rada susah ya dilepas. Walaupun begitu, mbak ini gak terlalu menyalahkan oma Aung loh. Dia bilang “But, then she decided to be more open to the world. Before, you… Asia… never know Myanmar, never sister… never”
Dari situ saya jadi tahu kalau konflik ini sebetulnya sudah lamaaaaaaaaaaaaaa banget terjadi, cuman dulu Myanmar lebih tertutup aja. Ini menohok sih, karena sebelum ke Jepang saya pernah kerja dan bergelut di bidang yang mengurusi ASEAN, dan memang Myanmar itu semacam….semacam…. semacam  dicuekin.

Sudahlah jiwa saya berkobar setelah mendengar kisah Mbak dari Rohingya ini, kemudian saya pernah bertemu dengan mbak lain di tempat yang sama, namun kini dengan mbak-mbak cantik dari Palestina. Ya ampun, kalau nanti saya dapat suami keturunan Timur Tengah, kayaknya hal pertama yang perlu saya tanyakan ke dia sih kesehatan mata, orang daerah sana kok ya kebangetan ya cantik-cantik gitu.

Aduh ini pun penuh air mata sih.
Jadi perkara kirim paket ke Palestina ini juga gak gampang, kawan! Setiap paket secara semena-mena harus melewati Israel terlebih dahulu dan mereka “berhak” ngebongkar isi paket itu. Jadi kata dia, kadang sedih karena pengen ngirim baju baru buat adik-adiknya aja pas nyampe bisa jadi udah kucel karena butuh waktu lama dan udah diubek-ubek sama penjaga di Israel. Ingin kuberkata kasar…..
Dia bilang, dia pun ada trauma kalau denger suara yang kenceng sedikit aja dia bisa teriak-teriak.

“Sister, we know Indonesia. I keep pray Allah bless your country”

Oke, mari kita langsung pada kesimpulan. Kalian-kalian yang kebanyakan nyari ribut karena perbedaan dikit-dikit aja kayaknya emang kurang ngopi. Itupun kalau masih sempet karena sebelum ngopi rasanya saya mau nimpuk mereka dengan bakiak 17 agustusan. Karena orang yang kayak gitu sih Juanc*k tenan!

Mendengar orang lain dari negara lain berdoa untuk Indonesia itu “nyesssss” banget di hati. Rasanya hangat….
Rasanya ingin berterima kasih.

Pulang ke rumah biasanya kalau udah baper, saya nelpon Mama “Ma, makasih ya”
“Loh kenapa kak? Kakak sakit?”
“Makasih, Ma… karena Mama ngajarin kita gak macem-macem. Ngajarin untuk jadi baik aja udah lumayan. Gak usah sok baik, sok bijak, sok wow, gak usah beda-bedain SARA”
“Ih apa sih?”
“Mama sehat-sehat aja ya di sana”
“Ih sereeeemmm…. kamu lapar kali? Makan deh sana.”

Dan biasanya begitu terus :p tanpa Mama tahu apa yang anaknya alami di hari itu.

Ketemu Muslim yang beraneka ragam

Sebagai blogger pengamat Ibu-Ibu di mushala, saya sering kena tegur emak-emak di Mushala karena banyak hal. Bukan hanya perkara sajadah…. tapi juga perkara apakah rukuk saya 90 derajat, atau jempol kaki dilipet atau tidak saat tahiyat. Walau kadang Mama saya suka komentar juga “Loh, kalau Ibunya sempat komentarin, mata doi kemana pas shalat? Ahahahahaha…. ini kocak sih, Kak.”

Kalian pernah ketemu yang nyinyir-nyinyir gitu gak?

Yang pasti kenyinyiran kayak gitu gak akan kepake kalau kalian shalat di masjid yang isinya bukan cuman orang Indonesia dan sekitarnya :’D

Shalat Ied tahun ini karena saya telat kejar kereta, saya terpaksa ikut gelombang 2. Tentu gelombang dua itu lebih ramai daripada gelombang 1 ya. Inilah saat saya gagal fokus lihat “Kostum” para jamaah. Walau jamaahnya memang jaauuuuuuuh lebih sedikit dari masjid-masjid besar, saya kemudian menyadari bahwa “standar” aurat itu bisa jadi beda-beda bagi semua bangsa.

Ada yang tidak memakai kaus kaki.
Ada yang semua tertutup tapi hanya memakai turban, jadi leher masih kelihatan.
Ada juga membiarkan poni masih terlihat
Ada yang baru masuk islam, dan mungkin belum terlalu paham dengan aurat ya, jadi bajunya masih transparan di bagian lengan.
Pokoknya macam-macam.
Fashion juga beda-beda ya gengs, ada yang polos dan suka warna-warna pastel sampai ada yang bajunya loreng-loren macan! Itupun pakai warna orange stabilo.
Allah ya Rabb :’D

Memang jadi macam-macam yang kedengaran di kuping.
Dan jadi lihat macam-macam di mata.

Namun, kalian tahu gak? Selalu ada cara untuk mendeteksi keberadaan emak-emak Indonesia di tengah keramaian apapun!

Carilah yang heboh foto-foto, bahkan bawa tongsis! Naaaaaahhhhhh! Itu hampir pasti deh bisa diajak ngobrol bahasa Indonesia 😀 silakan coba tips ampuh ini.

Eh, tapi terlepas dari apapun, selalu ada yang menarik dari setiap shalat Ied.
Ada mbak Jepang yang bilang baru masuk Islam beberapa bulan lalu, beres doa setelah Eid, dia nangis sesenggukan dong!!! Emak-emak Indonesia asik fofotoan, emak-emak India ngerumpi, emak-emak timur tengah biasanya ngomelin anaknya “la….la….la!” (cuman itu kosakata yang saya tahu 🙂 ), lha ini mbak Jepang satu nangis kan kita panik ya. Saya samperin dan sok-sok-an salaman, terus dia bilang “Saya malu, saya malu pada Allah karena saya dulu banyak salah”
Waduh, Mbak…. saya kan juga berlumuran dosa (dan lemak) ya, tapi gak segitunya sih.
Lagi-lagi saya tengsin sih kalau nemu yang gini-gini. Udah ya, Mbak…. puk-puk-puk.

Bertemu orang-orang yang tertarik dengan Islam

Ini juga sebenarnya rada-rada, aduuuuh…. kalau boleh request ke Allah, saya rasanya gak mau ketemu yang kayak gini, kawan. Tanggung jawabnya berat. Secara saya kan aduuuuuuhhhh…. shalat subuh aja kadang di waktu shalat dhuha loh, itupun masih ngelaba dan bilang “Ya Allah… maaf ya bangun kesiangan.”

Kalau sudah seperti ini biasanya saya suka “random” memilih orang yang saya pikir lebih baik daripada saya.

Walau ya, gak selalu orang-orang itu pada menjadi Muslim loh ya. Tapi yaaa mereka senang aja gitu diajak ngobrol-ngobrol. Dulu pernah ada teman di lab, mbak ini suka cari waktu ketika gak ada orang lain di lab… terus tiba-tiba ngajak ngobrol gitu. Pertanyaannya suka filosofis-filosofis gitu “Marissa-san, why you always smiling?” sampai “What Islam is?”
Waduh, kan gak nyali ya jawab-jawabin kayak gitu. Udah lah pusing, saya bawa aja dia ke masjid.
Dan itu saat pertama dia bilang “I love your praying place, it is very quiet and peaceful. It is like I can stay there for hour and close my eyes and feel comfortable with that”

Ada juga kisah kocak, saya pernah didatangin mbak-mbak misionaris dan saya gak paham juga kan… Dia kemudian memberi saya Bible, saya sih senang tapi kan tengsin kalau gak ngasih balik ya? Ya saya kasih juga dia Quran dan dia happy banget gitu. Masih sering komunikasi sih, tapi suami mbak ini pindah kerja gitu, dan dia bilang di tempat yang baru dia juga sering ke masjid dan dia bilang dia suka mendengar “Song for God”, aduh itu apa pulaaaaaaa? Setelah di cermati lagi, rupanya adzan dong, pemirsa! Hahahahhaha….
Buat saya sih, saya happy ketika orang bisa menikmati agama saya bahkan jika orang tersebut bukan Muslim sekalipun.
Saya juga happy ketika ke Paris dan masuk ke katedral-katedral yang cantik banget, lalu rasanya gak tega bikin berisik. Karena ketika manusia mencoba dekat dengan pencipta-Nya kan itu sakral banget ya. Bikin merinding gitu.

Dan jangan lupa, saya ini berhijab karena diingetin sama teman saya yang Nasrani loh “Mon, kalau lo bangga sama Tuhan lo, tunjukan itu! Kalau lo marah sama orang-orang yang menurut lo stupid, itu salah mereka dan bukan salah Tuhan lo! Ini childish kalau lo gak melaksanakan perintah Tuhan lo karena kesalahan manusia. Itu bukan teman gw yang kayak gitu! Dan itu bukan lo yang mikir sedangkal itu” PLAK! Akhirnya saya berhijab loh pas Natal 2012. Sampai kapanpun, saya sih gak akan lepas hijab ini… karena selain ini masalah komitmen saya, ini juga mengingatkan saya pada teman saya tsb dan bagaimana menjadi toleran. Merinding gak lo!

Namun tetap saja, kalau ada yang bertanya masalah Islam pada saya, saya hanya akan bawa orang-orang ini melihat “kulit-kulit”nya saja. Kalau lainnya, aduuuh gak nyali, Cin. Kan tau sendiri saya rebel. Aduh udah deh, sama teman yang jauh lebih jago aja masalah ginian.

Mungkin Allah merasa saya “tidak lulus” masalah ini.
Di masjid yang sama, beberapa waktu yang lalu, ada mbak yang tiba-tiba menarik tangan saya “Mau ke masjid itu ya?”
“Loh iya”
“Kalau bukan Muslim boleh masuk?”
“Ya boleh lah”
Karena saya mah bodo amat kan ya, jadi saya ajakin aja. Lagian apa salahnya kan?

Sudah itu sih saya cuekin…. (maaf loh, Mbak)
Terus mbaknya entah kenapa iseng banget, dan nanya lagi “Sering ke sini?”
“Mmm… gak sih, cuman kalau lagi beres latihan koto aja. “
“Ya ampun, koto?!!!! itu kan susah banget. Saya juga main musik. Kamu tinggal dimana?”
“Di Tsukuba”
“Pacar saya juga dulu tinggal di Tsukuba loh!”
“Oh”
“Saya boleh ketemu kamu lagi?”
WUUUUUT! Aduh ini siapa sih?
dan dasar orang Indonesia “Boleh, kenapa?’
“Saya mau belajar Islam lebih banyak, saya boleh kan berteman sama kamu?”
WUUUT? Wah, off-side sih nih Mbak. Masa iya orang ngajak temenan gak boleh. Ini pertanyaan paling menjebak di belahan dunia manapun.
“Boleh sih, Mbak why not?”
“Ini pertama kali ada orang yang ngajak saya masuk masjid. Terima kasih ya, saya senang sekali”
“Iya sama-sama.”

Saya pikir ini Mbak basa-basi busuk. Rupanya dia beneran loh kadang ke Tsukuba dan ngajak ngobrol. Terus dia bilang, dia tuh udah nyobain segala macem keyakinan. Tapi pas mau tahu Islam, suka ngerasa ragu karena gak ada temen untuk diajak ngobrol. Owalaaaaaaaah, Mbak…..

Pertanyaan Mbak ini saya pikir  bakal super filosofis, rupanya kadang cuman nanya “Makanan halal itu yang kayak gimana? Jadi kamu boleh makan daging?” Ya keles, hati boleh lah yaaaa gak tegaan sama binatang, namun apa daya…. tabula rasa masih sadis untuk melumat daging yang memang enak itu :’)

Entah random people mana lagi yang harus saya hubungi untuk Mbak yang satu ini. Lalu kemudian saya kontak Mamas Smiley yang random nun jauh di sana “Mas, ini gimana nih? Ada Mbak-mbak lagi coba yang kasusnya gini loh”
Kali ini jawaban dia sederhana “Marissa, this time she wants you to be her friend, she wants to talk with you not with the other people. I think this time you just need to tell her what you know.”
Luluh karena perkataan Mamas, mungkin sementara ini saya biarkan Mbak ini curhat sama saya. Saya lupa kalau Mamas ini terlalu positif dan dia tidak tau bahwa saya pernah “jahiliyah” juga di masa lampau. Arghhhhh terjepit!!!!!!

Eh, tapi kalau sama saya sih… saya gak akan gile nyuruh seseorang masuk Islam sih. Bagi saya, keyakinan itu hal privat semua orang. Saya fine apapun keyakinan yang kelak Mbak ini pilih. Ngarep sih, siapa yang gak seneng sih nambah saudara se-iman yang baru, iya gak sih? Tapi ini hidup Mbaknya, saya ingin dia memilih sesuatu yang benar-benar nyaman di hati dia. Sampai dia belajar semua agama kan berarti ada sesuatu yang benar-benar serius dia cari. Saya pikir, saya tidak berhak untuk mengetahui apa itu…. tugas saya hanya sebatas menjadi Muslim yang (semoga) baik.

Oleh karena itu, untuk Mamas Smiley dan seluruh umat manusia yang ada di muka bumi, jangan salahkan karena pada akhirnya obrolan kami hanya berkisar tentang…… TADAAAAAA
Image and video hosting by TinyPic

Mbaknya ketawa-ketawa aja, mungkin dari sekian banyak orang yang dia tanya-tanya masalah filosofis, cuman saya yang malah ngajakin liat kucing tetangga. Ini bukan cuman ngegodain kucing tetangga loh, ini pelajaran mensyukuri karunia Allah bernama kucing yang gendut dan lucu. Subhanallah…..

(kalau Mama baca ini pasti Beliau akan langsung WA, “Mungkin benar… anak Mama terlambat dewasa :’) ” Mama… masih ngakuin kakak sebagain anak kan? )