Ketika seorang sahabat, wisuda….!


Kalian tau daerah di Indonesia bernama Nguling?
Iya… iya saya tahu, dari namanya saja tidak bonafid, Nguling… aduuuh…. apa pula itu…
Mendengar nama “Nguling” saya malah ingat lagunya Winnie The Pooh “Winnie…Winnie temankuuuu bermain ber”Nguling” mencari maduuuuu uuuu” Eh salah… itu pun “berguling” bukan “ber-Nguling” sungguh nama Nguling itu tidak ngetop sama sekali.

Ah….mungkin google lebih tahu apa itu “Nguling”….
Alhamdulillah…. google mendeteksi keberadaan “Nguling”, oooooh rupanya di Pasuruan toh, Jawa Timur.
Bahkan jika melihat google maps pun, Nguling masih terasa sebuah negeri yang asing :’D

Namun, siapa sangka… atas jasa Daendels yang membangun jalan raya Anyer-Panarukan, seorang gadis Nguling akhirnya bisa merantau jauh dan bersekolah di Jawa Barat, Institut Pertanian Bogor. Langkahnya yang panjang membawa pergi berkelana hingga akhirnya dia sampai ke negeri sakura, Jepang…. dia sekolah!!! Di Universitas yang konon terbaik kedua setelah Tokyo University, Kyoto University… Sekolahnya para pemenang nobel di Jepang.
Sungguh Daendels…. terima kasih walau kau pernah memberangus ratusan nyawa sepanjang Anyer-Panarukan :’D

Ciyeeeeeh yang wisuda….

Dan hebatnya gadis Nguling itu sahabat saya loh…

Ada beberapa kabar gembira kalau begitu:
1. Sahabat saya ini, si gadis Nguling… akhirnya wisuda! Di Kyoto Univ. euy….! Daendels akan bangga padamu,Nak
2. Saya, sekuper-kupernya, rupanya punya sahabat juga hahahahhaa…. ih mengharukan loh
3. Kulit manggis kini ada ekstraknya

Bagi saya wisuda itu hal yang seremonial, awalnya sih begitu…
Yang penting nilai bagus terus lulus terus dapet ijazah… kalau gak ada temen dan keluarga yang dateng mending boboks di rumah.
Iya sih tapi…. rupanya melihat seorang yang rela jadi sahabat saya wisuda itu sesuatu yang subhanallah banget ya.
Wisudanya sih meh banget, iya sih dia bilang “Mon, wisudanya garing loh nanti”, saya pikir yaaa yo wis lah ya. Namun setelah saya datang dan melihat dengan mata kepala sendiri, rupanya… memang garing! Maaf… wisuda di kampus saya jauh lebih ramai dan hiruk pikuk :’P

Tapi saya yang perlahan dan dari hari ke hari semakin paham dan tahu perjalanan hidup sahabat saya ini, I can’t say nothing except I am proud of her :’]
Siapa bilang mahasiswa dari daerah tidak punya pemikiran yang kritis dan brilian
Siapa bilang bahwa anak daerah, cewek pula, tidak bisa dan tidak layak untuk sekolah tinggi…. di luar negeri juga….
Hei! bisa… ya… pasti bisa…
Ah… wahai gadis Nguling terima kasih sudah membuktikan itu
terima kasih telah membuktikan dengan sepenuh hati bahwa ayat Allah “Bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan/ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا” itu benar adanya…!
Terima kasih karena jangan-jangan Allah sedang menghela nafas lega dan bilang “Aduuh… masih ada juga manusia yang benar di bumi ini… ya sudah kiamat masih bisa ditunda”

Geng Obaachan bersama para cheerleader!

Terima kasih sudah menjadi teman untuk seorang emon..

dan membawa sahabat baru bernama Amel. Ish Amel… kita sama ya pernah sama-sama dibully waktu muda.
Haish… Nona Nguling.. terima kasih sudah mau menjadi teman yang baik untuk kami-kami yang korban bully ini.
Beberapa hari lagi gadis Nguling ini akan pulang, ah… fase baru dalam kehidupan… langkah baru yang akan dilalui.
Heh…gw nyanyi ya buat lo….

Walau lo [masih] super berantakan (I hope you will change, I don’t know how  but maybe if you get married :’P)
Walau lo selalu pakai koyo
Walau selera fashion lo selalu warna gelap
Walau gw seringkali males ngomong dan mukanya jutek
Seperti biasanya gw akan bangga kepada lo… dan seperti biasa juga melayangkan doa-doa yang baik ke angkasa.

InshaAllah everything will goes well…

Rumah….


Kyoto itu “Meh”! Berkali-kali saya tegaskan itu pada sohib saya, Tiko.
“Apa coba?… cuman kuil-kuil aja, busnya aduh gw kan mabokan… gw udah cocok sama Tokyo dan keretanya. Apa? Peta? Lo suruh gw baca peta? Hahhahaa…o tau kan gw agak disleksia.  Terus kalau panas bikin gosong, kalau dingin bikin rematik.”
Ada jutaan list yang saya sodorkan ke dia.
Iya sih Tokyo meh… orang-orangnya cuek, tapi saya toh orang yang seperti itu juga jadi bodo amat hahahahaa. Karakter saya dan Tokyo mungkin serupa. Toss!

“Tapi gw tetep kangen kyoto, Mon”

“Ah okay… impress me, Tik. Ini kali ketiga gw dateng… gw mau liat apa yang ngangenin dari Kyoto”

Dan saya tidak pernah salah perihal objektivitas. Yaph! no place like home… saya tetap mencintai Tokyo dengan segala keruwetannya… dengan segala manusia cueknya…. dengan suara kereta yang intens setiap menitnya.

Tapi kali ini saya mengerti mengapa sahabat saya ini keukeuh bilang Kyoto itu ngangenin.
Ada satu hal yang saya tidak dapat di Tokyo: Kehangatan keluarga.

Ah ya, saya kan kuper! Sampai lupa…

Image and video hosting by TinyPic

Yuuuhuuuuuu…happy family!

Eh iya ya…Kyoto kali ini terasa berbeda…
Ini pertama kalinya saya menginap di rumah keluarga kecil yang kata sahabat saya “hommy” banget.
Dan rupanya benar…. 3 anak yang lucu dan ramah, Masnya juga seru dan aduuuuh masakannya itu loh membuktikan teori saya kalau basically cowok itu lebih jago masak daripada cewek, Mbaknya baik dan tempat curhat yang menyenangkan. Ah keluarga yang menyenangkan.
Ini pertama kalinya saya lihat sahabat-sahabat saya dengan mata penuh binar curhat dengan lepas pada keluarga ini. Seperti layaknya bercerita kepada keluarga sendiri.
Silently, I am happy to see that.
Mereka butuh orang seperti itu, sejujurnya saya bukan pendengar dan pencerita yang baik juga.

Ah Mama… kalau ada Ayah mungkin kita bakalan seheboh ini.
Then I missed my mini sized family….

Kok jadi malah sedih ya hahhahaa…Oh come on emon, lo gak secupu ini.

Actually it is a mixed feeling… we can’t explain something that mix and blend together.
============

Dua bulan lagi, mendekati libur musim dingin, teman saya ada yang akan membawa keluarganya jalan-jalan keliling Jepang. Saya geli setengah mati karena rasanya dia kok rempongnya ampun-ampunan. Saya tahu lah budget mahasiswa, kebetulan di tanggal yang sama dia akan ke Tokyo saya harus ke Tsukuba. Jadi yo wis kalau mau numpang di kamar saya yang mahaberantakan dan penuh sama tumpukan buku yang cuman dibeli tapi gak sempet sempet dibaca itu.

kalau saja…kalau…teman saya itu tidak bawa orang tuanya, saya ogah banget deh memberi tumpangan kepada siapapun! Saya kan introvert kelas kakap. Tapi inget orang tuanya… waaaah…saya luluh.

Rasanya pengen bawa Mama dan Adik juga ke Jepang.Uang toh bisa dicari asal bisa jalan-jalan sama my mini-sized family.
Tapi Mama yang belum mau diboyong kemana-mana… entah kapan mau.
Kiki? Dia lagi super sibuk dengan sekolahnya
.============

Ah… tapi toh saya selalu dikelilingi orang-orang baik 🙂
Mama… kakak baik-baik aja kok di sini…
Dan jauh-jauh ke Kyoto, akhirnya menemukan “rumah” yang lain…
Ya… rumah…

Kalau kata Benjamin Franklin:

A House is not a home unless it contains food and fire for mind as well as the body

Delay….


Tiada yang lebih menyiksa dari pesawat yang delay, kereta yang telat, motor yang mogok, sepeda dengan ban yang kempes, mobil terjebak macet, dan kaki yang pincang karena kesandung batu bagi orang yang mengejar waktu.

Bagi saya sih… ah bodo amat… biar lambat asal selamat…

Rupanya saya melakukan kesalahan bodoh, si transport2 yang telat itu rupanya nyiksa juga ya lama-lama, apalagi saya ketinggalan buku harian saya….rasanya hancur hhahahaha. Gak ada bahan pembunuh waktu. Delay membuat lapar lalu menjurus pada hasrat ingin beli cemilan yang tentu akan diikuti keikhlasan untuk membuka dompet lalu merelakan carik demi carik lembar uang di dalamnya. Lalu dompet akan semakin kurus… tapi lemak bertambah.

Apa-apaan ini kok masalah delay ini jadi begitu kejam…

Oke… mungkin lapar bisa ditahan, dengan baca buku mungkin. Mmmm… tapi semakin lama semakin ramai, saya tipe orang yang tidak bisa menikmati buku dengan kondisi yang pikuk. Kuping saya kemudian jadi melebarkan sinyalnya, menangkap suara paling dominan di ruangan luas ini “Siapa sih yang norak banget suaranya, ini airport kali bukan pasar anyar”
Nah kan… si otak dan hati mulai berkoalisi untuk bergosip bersama… kalau sudah begini mata akan terpengaruh, dipengaruhi senior2nya yang memang dominan itu… “Owalaaaaaahhhh ini toh, ih nih orang ini nih norak banget”
Klop sudah…
Dosa pun bertambah…

Yaaaah… bagaimana dong =.=
Serba salah

Ah Marissa, lain kali jangan lupa bawa buku harianmu, Nak….
Puk puk puk puk puk

Dilarang Jatuh Cinta pada Pria Terlalu Baik…! Aduuuh… kok susah ya


Image and video hosting by TinyPic

Ini ayah saya waktu masih muda… sedih loh adik saya pajang foto ini jadi profile picture dulu katanya karena dia gak punya foto bareng ayah. Ah… 🙁

Saya punya ayah yang baik. Besar di Curahlele, Jember [silakan cari-cari di peta] tidak membuat doi tulalit. Siapa bilang anak daerah itu lemot! Oh guys, come on! Ayah saya baik dalam matematika tapi juga fasih dan hapal Quran, mohon jangan bandingkan dengan anak-anaknya yang meh banget. Keterima di 2 PTN sekaligus dengan tanpa tes. Ahh… kalau kita yang muda-muda ini loyo berjuang mah malu dah. Ayah saya bilang sewaktu sekolah di Curahlele dulu Beliau suka nyambi dagang dan ngangon kambing sambil sekolah. Gila, kalau saya sih kayaknya boro-boro jadi pinter, cuman dapet kucel doang.  Sebagai anak perempuan dan anak sulung saya tentu akan bilang My Dad almost perfect… yeah almost! Tapi ada dua kekurangan Beliau: 1. Beliau terlalu baik, bagi Beliau semua orang itu BAIK!, dan 2. Beliau meninggalkan dunia ini terlalu cepat.

Sudah punya ayah yang seperti itu, mama saya juga tidak kalah jauh. Adik saya malah pernah bilang “Kak, kalau mau dapet cowok kayak ayah… liat dong, kakak harus sebaik Mama” which is almost impossible. Sekadar pemberitahuan aja, Mama saya maling aja dikasih teh anget sama biskuit! “Yah kak, kan kasian. Mama liat mereka kehujanan gitu, nanti masuk angin. Ya udah mama perbolehin masuk dan mama kasih cemilan. Mana tau mereka tega maling” kata Mama saya sambil bercucuran air mata. Saya dan adik saya? Kami sih hobinya ketawa aja. Aduuuuh…. Alhamdulillah deh, mungkin kiamat belum cepet-cepet dateng karena masih ada orang semacam Mama di planet ini.

Sebenarnya saya ingin melupakan ayah saya. Tapi layaknya setiap gadis yang seringkali merindukan cinta pertamanya…. Saya juga begitu. Kadang saya rindu ayah saya. If he still alive, maybe I will never need social media. Tapi ketika ayah saya meninggal dunia, lalu saya beranjak dewasa… Mama saya pernah bilang “Pokoknya nanti jangan jatuh cinta sama orang yang persis banget kayak ayah kamu deh. Kebaikan… orang baik entah kenapa meninggalkan dunia cepet juga”
Saya lalu berjanji… okay, Mom. Hmmmpppph… sumpah palapa dah pokoknya.

Tahun berganti… dan seperti biasanya saya kadang kangen dengan ayah saya. Kadang saya mempertanyakan kok gen sabar ayah dan mama saya gak nurun ya ke saya…. Kadang saya berpikir kalau ayah masih ada mungkin saya ajak mama dan ayah saya tes DNA, ini beneran saya sama adik saya gak ketuker di rumah sakit? Karena kami berdua aduuuuuh ampun deh gak sabarannya. Saya yang sekarang sih lumayan jarang ngamuk, waktu saya SD kalau saya jengkel dengan orang lain bisa saya gigit =.= LITERALLY gigit! Untungnya saya anak yang bandel tapi jujur, saya akan lapor ke ayah…. Kalau ke mama pasti kena omel “Masya Allah… anak orang digigit, emang kamu kira ayam goreng”, lebih baik ke ayah yang gak pernah marah tapi nasehatnya selalu sama “Ya udah, dia nyebelin kan. Kalau kamu balas dendam apa bedanya kamu sama dia. Sama nyebelinnya dong. Mau kayak gitu?” Huwaaaaa gak,Yah. Biasanya setelah itu saya langsung ambil mukena, terus minta maaf ke Allah… terus dengan doa polos ala bocah “Allah, aku gak akan gigit orang lagi… tapi dia jangan deket-deket aku ya kalau nyebelin terus. Aamiin”
Aduh rindu ya masa-masa bloon lugu kayak gitu.

“Ayah… ayah waktu kecil bandel gak?”
“bandel lah… semua juga bandel waktu kecil”
“Saya boleh dong jadi anak bandel. Kan keren, Yah”
“Boleh… tapi tetep harus jujur ke Mama sama Ayah ya.”
“Loh kenapa?”
“Supaya kalau kamu salah Mama sama Ayah bisa kasih tau yang benar apa”
“Oh gitu…”
“Iya, sebenarnya semua anak baik kok, mereka bandel karena belum tau aja yang benar seperti apa”
“Ooooo”
dan saya tetap bahagia jadi anak bandel waktu kecil dulu… yang manjat pohon, nyoba-nyoba ngetapel jambu air tetangga, berantem sampai codet… SEMUANYA. Tapi selalu diakhiri pengakuan dosa ke Mama dan Ayah. Akhirnya bosen sendiri jadi anak yang bandel.

Tapi skemanya sudah jelas. Forget it… jangan sampe kepincut orang kayak doski…
Aduh FTV banget dah.

Hingga malam ini… saya sukses gagal move on.
Uhuk!
Begini…begini…ceritanya saya punya “teman curhat” sekarang. Hahahaha…
Baik gitu, apapun cerita saya… dia dengar. Dan awalnya sih ya udah lah ya… happy aja punya teman seperti itu, hampir bikin tumpeng sih… edaaaan emon nambah juga temennya kan. Hingga pada akhirnya saya menyadari satu hal: Sifatnya mirip dengan ayah saya!
Okay… tarik nafas marissa.. tenang… move on…. Move on perlahan…
Tapi saya terlanjur bergantung sama dia, hingga saya kemudian cerita saya sedang sebeeeeeeeel banget sama beberapa orang. Gilanya jawabannya “Kalau kamu marah, terus membalas mereka… kamu akan sama seperti mereka. Let it go and moving on”
Saya melongo… ya ampun ya ampun ya ampun… 25 tahun saya hidup, baru detik ini saya menemukan orang yang memberikan jawaban serupa dengan ayah saya. I shouldn’t be fall in love with him. Gak boleh gak boleh…. Ini terlalu berbahaya.
Ini dia! Ini dia kenapa saya tiba-tiba deket dengan orang ini, baiknya… jawabannya… cara dia menjawab… ya ampun, itu semua rasanya baru saya temukan dua kali di planet ini. Pada Ayah dan pada dia. Mukyaaaaaaaaaa….. tutup buku emon… tutup buku….

Ih kenapa sih, Mon! Majuuuu… Serbu….Seraaaang…. Terjaaaaaaaang!

Ih kenapa ya… gak tau… parno aja. Namanya juga parno…

But more you try to forget… more you remember.
Dan rasanya malah makin bergantung dan makin gak bisa lupa.
Ya sudahlah mau bagaimana lagi… lalu saya ambil mukena dan bilang “Aduh ya Allah… kok ditemuin sama yang model begini lagi sih. Hamba pasrah. Tapi jika boleh ada beberapa request, jaga dia baik-baik, dekatkan dia pada jalan yang Kau ridhai, dan dia orang yang baik jadi hamba mohon dia bisa hidup lama di planet ini”

Ya begitu saja….
kalau mama saya tahu, Beliau pasti akan parno dan panik “Aduuuh… tuh kan, mama sudah duga”
Yaaaa gimana lagi, Ma… hahahhahahaaha

Karena Bahagia itu Sederhana, Asal…..: Mari sedikit bijaksana dalam menulis di media sosial


Bahagia itu milik kita
Aku raja dan engkau ratunya
Walau cuma kita berdua yang tahu
Aku dan kamu kita berdua bahagia
Sederhana……

Dan mari sedikit menyanyikan lagu sederhana ini, ini sekaligus permintaan maaf terdalam untuk beberapa salah kata dan perbuatan yang saya lakukan, hahaha sumbang tapi yang penting niat:

Ya! Seperti lagu itu… saya percaya bahwa kebahagian itu sederhana
Bahkan jika hanya ada dua insan yang saling mengetahui mereka saling bahagia. Atau bahkan jika hanya insan itu dan Tuhan yang tahu.

Saya tahu diri juga, mungkin saya terlihat seperti nenek lampir garis ektrim yang terlalu ekstrim mengkritik beberapa hal di media sosial. Sungguh saya menyadari kesalahan saya dengan segenap hati, saya sadar saya bukan tipe penyabar, hahaha tidak pernah. Namun seiring dengan permintaan maaf saya yang sederhana ini, diiringi lagu yang sumbang, izinkan saya menyampaikan alasan saya mengenai beberapa kata pedas yang terkadang saya lontarkan di media sosial dan mungkin grup.

Saya bahagia ketika saya melihat orang lain bahagia,
mungkin begitu pula dengan kalian…
Tapi seberapa dosis kebahagiaan yang perlu kita publikasikan agar tidak menjadi over dosis dan kemudian malah mematikan?
Ya! Mematikan!
mematikan kebahagiaan orang lain.

Here is one case:
Di usia saya yang sudah tidak muda banget lagi ini, udah seperempat abad, bok! Saya sadar bahwa teman-teman saya sudah berkeluarga atau setidaknya sudah punya tunangan. Yeaaaah… emangnya gw yang jomblo! Mwakakakaka. Saya senang loh kalau ada kabar teman saya menikah, tunangan, hamil, punya anak. Ya ampun bahagia lah! Hei… pada periode kehidupan saya, saya menjadi saksi perubahan fase kehidupan manusia lain, subhanallah banget gak sih?

Siapa tidak paham kebahagiaan orang lain…
Tapi tiba-tiba banyak juga yang kemudian terlalu too much in sharing
“Sayang aku sayang kamu” with —– abang AAAA
“Ih hubby kamu dimana sih” with—– mas BBBB
Sebuah hal yang seharusnya sih bisa banget dilakukan dengan menggunakan media komunikasi semacam yang modern seperti skype, whatsapp, LINE, hingga media yang agak purba bernama SMS dan MMS.

belum lagi foto bayi, printout foto USG, dan foto selfie yang yaaaah mungkin kalau hanya 1-2 x boleh lah, ini… bisa beberapa kali dalam satu hari!

Atau ada juga yang nyindir cantik seperti:
“Subhanallah, istri yang shalehah memang yang seperti kamu sayang” with—-Ukhti UUUU
“[ARTIKEL] Antara Karir dan Bakti pada Suami”

Dan pada suatu hari saya mendapat chat dari seorang teman saya, tiba-tiba sekali…

“Mon, aku keguguran”
“Hah! Innalillahi, kenapa? Mungkin kecapean… udah gak apa insya Allah diganti nanti.”
“Doain ya, Mon. Katanya kandungan aku lemah gitu.”
“Hei… come on. Kalau kata Allah mah `kun fayakun` udah..udah..jangan mikir macem-macem. Makan yang banyak makanya *solusi gw selalu berkisar pada makan =.=”
“Aku konyol deh, aku suka sedih gitu kalau liat temen-temen lain pada update foto-foto bayi… foto USG mereka… rasanya pengen aku unfriend semua. Aku salah apa ya?”

JEDEEEER!

Nah kan! Diam-diam korban “over dosis” sebar kebahagiaan itu ada… dan pasti ada…
Mari kita tinggalkan kisah teman saya itu. Eh ngomong-ngomong doain ya semoga doi cepet lah punya bayi yang lucu.

Sebuah pertanyaan kecil dari saya, apa kita setega itu? Setega itu untuk diam-diam mengiris perasaan orang lain? Mungkin Anda tega, saya tidak.

Kalau kata teman saya, sungguh indah dunia jika
Yang sudah menikah menjaga perasaan yang belum menikah
Ibu rumah tangga menjaga perasaan Ibu yang berkarir dan sebaliknya
yang sudah punya pacar menjaga perasaan yang jomblo
yang sudah punya anak menjaga perasaan yang belum dianugerahi keturunan
ya! hal yang terdengar mudah bernama: SALING MENJAGA PERASAAN dan bukankah akan menjadi lebih tenteram jika dunia diganti dengan hal bernama: SALING MENDOAKAN

Sosial media itu seharusnya menjadi sebuah media untuk menyalin silaturahim bukan?
Bukan ajang riya` apalagi media pengganti SMS #hadeuh =.=
Tahukah kalian bahwa kata adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus.Maka sesuatu itu harus adil, berada di tengah-tengah, tidak terlalu berlebihan. Go ahead! share everything to the world! tapi ingat selalu ada batas antara apa yang bisa dan tidak bisa kita share. Kelola pemikiran kita terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu.

Saya meyakini pembaca blog saya mayoritas sudah diatas 20 tahun.
Usia yang sudah cukup matang dan dewasa.
Tua itu pasti tapi dewasa belum tentu, dan saya pikir kita semua ingin memutuskan menjadi seseorang yang dewasa. Seseorang yang memiliki kualitas sikap dan tingkah laku yang kompeten untuk kelak menjadi teladan yang baik untuk generasi-generasi kita selanjutnya.
Memilih untuk memiliki kualitas yang mumpuni untuk menjadi insan yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Maka bukankah itu semua perlu dimulai dari mengkoreksi diri sendiri?
Makan bukankah itu semua perlu dimulai dari hanya sekadar memilah mana yang sangat buruk, buruk, baik, dan terbaik? Itulah gunanya pemikiran kita mendewasa, agar level pemilahan kita terhadap segala sesuatu meningkat

Mudah? Hahahaha… yang jelas tidak lah!

tapi setidaknya kita tidak akan pernah bisa jika tidak pernah mencoba, dari sekarang
waktu yang akan menempa kita.
Insya Allah 🙂

Jadi semoga kebahagiaan kita yang sederhana akan menjadi lebih indah ketika kita juga bisa membahagiakan orang lain…
Semoga kebahagiaan kita yang sederhana bisa mendapat ridha-Nya dengan cara-cara yang manis dan penuh surprise, seperti biasa 😉