Karena berjuang tidak sebercanda itu…*


Image and video hosting by TinyPic

“Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life…..
You were only waiting for this moment to arise.

– Blackbird, The Beatles- “

Saya mulai melihat kalender dan wew… sebentar lagi September aja. Lalu saya bolak-balik kalender itu, lalu dengan senyum simpul saya melihat tahun akan berganti dari 2014 menjadi 2015. Karena pekerjaan, saya selalu ke kampus saya… lalu melihat mahasiswa baru sedang menjalani Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen. Kerennya lagi, saya disapa mantan murid saya yang sedang mengurus wisuda S1-nya, itu sih belum terlalu jleb… di sampingnya ada teman-temannya, ada yang bilang dalam waktu dekat dia akan segera sidang untuk S2-nya… bahkan ada juga yang bilang “Kak, nanti datang ya aku mau nikah insya Allah bulan depan” huhuhuhuhuhuhu….. ada gelitik-gelitik geli ngilu gitu kan di hati, oh come on pasti ada yang tahu perasaan macam itu.

“Kakak sekarang kerja dimana?”
Saya jawab singkat “Biasa aja di kampus lah yang deket-deket rumah hehehe…”
“Saya kira kakak sekolah lagi”“Iya doain aja… bulan depan kakak berangkat”
Dan DHUAAAR heboh deh, respon paling mainstream adalah “Whoaaaa…. keren banget, gimana sih kak caranya? Aku mau nih…”, “Ih enak banget ya…. jalan-jalan… gratis pula”

Well, terima kasih. Tapi mmmm… mungkin semua tidak semudah yang terlihat ya 🙂
Ah kalian… kalian harus melihat apa yang seringkali tersembunyi di balik layar.

——————————-

Kembali ke masa bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah… dengan sangat PD-nya saya bilang kepada seorang teman saya “Liat deh, gw mau kasih liat ke dunia. Bukan berarti gw gak kaya…. gak pinter… gak cantik… gak langsing… dan dengan segala kekurangan gw, gw gak bisa lanjut sekolah lagi. Gw mau kasih liat kalau keterbatasan kita bukan halangan kita buat berjuang dan maju. Gw pasti bisa, dunia harus tau itu.” dulu sih cuman omongan dua remaja labil yang imajinasinya selangit dan setelah itu kami ketawa aja sambil menertawakan dompet yang lebih mahal dari isinya hahahaha :’D tapi semua semakin serius… serius… dan serius.

Kita bisa secara mudah bermimpi, menginginkan sesuatu, merencanakan sesuatu… tapi untuk mengapai ridha Tuhan itu perjuangannya tidak semudah yang bisa kita bayangkan. At least untuk saya…

Saya sudah nyaris putus asa berkali-kali. Lebih banyak dari yang bisa kalian bayangkan.

Untuk meraih impian saya sekolah lagi ini, saya sudah mengorbankan masa 2 tahun pasca saya kuliah S1. Jadi saya sudah cukup kebal melihat teman-teman saya yang sudah lulus S2 bahkan mau lanjut S3, yang udah dapat karir yang bagus, dan sebagainya-dan sebagainya-dan sebagainya. Berat? Biasa aja… itu mainstream, tapi dunia kemudian menjadi sedikit lebih sadis ketika kamu adalah wanita, anak yatim, mama kamu sakit, adik kamu masih “kecil”, kamu gak kaya, ndut, dsb…dsb…dsb…

Hal paling membuat sedih adalah ketika banyak yang berpikir betapa sadis dan egoisnya saya karena tidak mengejar karir. “Idih… buat apa sekolah tinggi, sombong banget… kekayaan banget ya” Waaaah udah kenyang deh. Keluarga saya mementingkan akademik tapi society di sekitar saya? Oh itu lain cerita. Tapi mungkin karena setengah hati, sepertinya saya tidak pernah benar-benar lama dalam suatu pekerjaan atau benar-benar serius dalam apply pekerjaan. Pikiran saya masih melayang-layang “Yaaah, masa gak jadi nih sekolah lagi”

Pergolakan logika dan nurani itu luar biasa loh, saya sih ceria-ceria aja keliatannya… but when you know me a lot, I cried aloud too hahaha tapi di balik layar.

Baiklah lupakan masalah kisah tragis yang satu itu. Yang pasti, bukan berarti saya tidak peduli dengan keluarga saya ketika saya memutuskan sekolah lagi. Hahahaha…. kalian pikir saya dua tahun ini ngapain aja? Main bola bekel? Saya sudah persiapkan segalanya sebaik yang saya bisa. Saya sudah buka tabungan pendidikan untuk adik saya supaya kami tidak terlalu kaget pas dia masuk universitas nanti, saya sudah punya asuransi karena sama seperti kata salah satu teman saya yang kece, Tiko, “Kita gak pernah tau, Mon apa yang akan terjadi sama kita”, saya punya tabungan untuk saya sendiri dan tentu tabungan untuk Mama saya. Tidak banyak sih, tapi itu saya perjuangkan bertahun-tahun. Saya sudah bilang ke Allah untuk menjaga semua orang yang saya cintai dengan penjagaan terbaik.

Ketika beberapa orang yang mau lanjut sekolah ke luar negeri, asik dengan euphoria mereka masing-masing, mau belanja ABCDE, mau jalan-jalan ke XYZ… otak saya lebih sibuk berpikir bagaimana dengan keluarga saya ketika saya tidak ada… siapa orang-orang yang saya bisa percaya. Pokoknya ala emak-emak rempong banget hahahaha. Tapi saya bahagia karena fase ini membuat saya semakin percaya betapa luar biasanya dukungan keluarga saya, terutama Mama yang sudah tahan kuping dan hati denger komentar macem-macem tentang anak perempuannya yang satu ini. Saya juga bisa menemukan teman-teman yang benar-benar tulus membantu dan menolong saya. Ini menjadi fase dimana saya bisa berpikir secara lebih tenang dan dewasa, tidak semeledak-ledak dulu. Saya bisa lebih tenang karena semuanya terlihat sudah dipersiapkan dengan baik, semoga Allah meridhai segalanya.

Masalah itu boleh lah ditinggal sebentar, lalu sampailah pada masalah lain. Love life….
Tentu saja kisah horornya adalah “Kamu keasikan sekolah, nanti gak nikah… single terus… atau nikah tapi udah tua terus susah dapet anak…lalallala” huhuhuhuhu… itu lebih menyedihkan daripada dibilang gendut loh, huhuhuhuhuhuhuhuhu *peluk bantal galau*
Seperti yang sudah saya tulis pada posting sebelum-sebelumnya, “Impian saya lebih lama saya kenal dan mengenal saya dibandingkan pria manapun, maka saya harus perjuangkan impian saya terlebih dahulu” dan seperti yang saya bilang pria manapun yang akhirnya ikhlas mendampingi saya nanti entah deh pasti sabar banget dan mungkin sebenarnya dia lagi asah golok di kolong kasur dan memelihara king cobra cuman kita gak tau aja.

Siapa sih yang gak mau menikah, waaaah saya sih mau-mau aja, apalagi kalau dia jago masak dan jago nyetrika ahahahaha jackpot banget *mulai salah fokus*, but to be honest apa salahnya juga sih single? Bukan dosa besar lagi hahaha…. sebagai wanita yang berjiwa bebas saya lagi happy-happynya menikmati masa ke-single-an saya hahahaha.

Well, gak sih… gak se”kejam” itu.
Saya ingin konsenstrasi dengan studi saya. Bayangkan! Udah dua tahun nunggu, udah bikin Mama pusing, udah mengorbankan banyak hal, udah dibantuin banyak orang, punya Sensei baik hati, masa saya gak all out sih untuk masalah ini. No way! Ini serius… bentuk terima kasih dan syukur saya adalah melakukan yang terbaik yang saya bisa apalagi otak kuotanya terbatas  udah faktor-U pula yaaaa mau gak mau kan harus serius.Gak ada waktu deh pajang foto selfie sama pacar, update status  makan dimana,masak apa, untuk si ayang setiap saat, oh come on gw udah makin tua nih yang pasti-pasti dan praktis-praktis aja deh.

Last but not least, saya suka pria yang keren banget… yang keliatan perjuangan hidupnya. Biarkan saja dia berjuang untuk keluarganya terlebih dahulu yang sudah berjuang untuk dia selama bertahun-tahun. Biarkan juga dia menyelesaikan tanggung jawabnya yang pasti seabrek-abrek sebelum dia memulai tanggung jawab baru. Lagipula saya kan matrealistis gitu deh, saya mau menikah dengan pria yang punya paham pernikahan kami harus merupakan hasil kerja keras kami, widiiiiw…simple aja tapi harus mengena. Biarkan aja pria yang entah siapa ini bahagia dulu menikmati masa lajangnya sebelum rambutnya rontok satu per satu karena memikirkan KPR… tagihan listrik… tagihan air… sekolah anak…tingkat inflasi… harga BBM yang naik… dsb…dsb…dsb… HAHAHAHAHAHAAHA *sumpah gw jahat banget :p*

Kalau kata sastrawan mah:

If you love someone, set them free. If they come back they’re yours; if they don’t they never were.
-Richard Bach-

Saya ini orangnya gak bisa diatur… jadi saya ingin pria yang bisa membebaskan saya tapi tetap bisa menasehati saya ketika saya salah. Sama seperti itu, begitu pula kelak saya akan menghargai orang yang saya cintai… apapun pilihan dalam hidupnya, selama itu baik maka akan saya dukung. Taraaaa so simple, saya pusing kalau ribet-ribet. Cuman segitu aja, Mon? Ahahahaha… iya ya…kok cuman segitu aja, kasian banget padahal udah rela menerima cewek gempal-gempal imut yang gak mau diet ini. Yaaaah sementara tentatifnya gitu dulu lah. Sabar ya, sayang :’D

Yang pasti, semua pasti ada waktunya.

Huft… sudah lebih dari 24 tahun hidup, rupanya hidup itu capek ya.
Seperti layaknya atlet bulutangkis Indonesia, udah keringetan… capek loncat-locat, lari-lari ngejar shuttlecock, masiiiiiiih ajaaaaaa dikomentarin macem-macem sama penonton yang sebenarnya sejak awal tugasnya sebagai supporter. Tapi bayangkan ketika kemudian bisa menang! Semua tepuk tangan riuh di lapangan, capek hilang, dapat hadiah pula! Huwaaaa sensasinya itu loh!

Namanya juga perjuangan…. yang penting menghadapi semuanya dengan kepala tegak 🙂

*) terinspirasi dari kata-kata Sudjiwo Tedjo; “Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu”

 

Sebuah cerita dari seorang tukang becak…


Maaf blognya sudah lama tidak terurus, fiuuuh…. penuh debu.
Baiklah, semoga setelah ini blognya agak terurus lagi.

Jika kalian ke komplek rumah saya…maka di sebuah jalan sedang menuju ke rumah saya kalian akan menemukan beberapa deretan tukang becak. Becak cukup hits di komplek rumah sama ini karena: 1.) tidak ada tukang ojek *jadi kalau kalian mau ngojek kayaknya bakal jadi bisnis oke di sini*, 2.) jalanannya cukup panas kalau siang karena banyak pohon yang sudah ditebang. Jadi becak itu layaknya kereta kencana dari surga kalau pas panas-panas atau capek pengen cepat sampai ke rumah.

Untitled

Kadang saya juga naik becak, biasanya kalau sudah kliyengan karena capek atau karena angkotnya ngebut. Kadang karena males aja sih. Naaaaah… untuk memilih tukang becak pun ada triknya tersendiri. Semua tukang becak punya cerita, ada yang rada gak nyambung kalo diajak ngomong dan annoying abis… konon si tukang becak ini pernah ikut ilmu kebatinan dan FAILED lalu jadi begitu deh, percaya atau gak kalau si abang becak satu ini yang narik… manusia pagelaran kayaknya lebih rela kakinya patah buat jalan ke rumah daripada naik becak *gak segitunya sih, kalo kepaksa ya naek juga*. Ada yang genit ke perempuan, dan bahkan ada yang favorit saya… karena bapak tukang becak ini baiiiiik banget! Walau naik becak tapi pelayanan ala taksi hahahha. Nah Bapak yang baik hati ini agak sulit ditemui karena orang-orang juga toh lebih senang menggunakan jasa si Bapak ini.

Suatu hari si Bapak becak baik hati akhirnya ditemukan mangkal di pangkalan becak, wah saya yang lagi berada di zona tanggal muda langsung aja kan naik becak… males juga buka payung hahhaha. Dalam perjalanan singkat saya di becak ini terjadi percakapan singkat:

Si Bapak Becak (B): Neng, baru pulang kuliah atau kerja?
Saya (S): Kerja, Pak… di IPB. Doain lagi aja nanti sebentar lagi saya kuliah lagi ya, Pak.
B: Aamiin, Neng…. didoain sama Bapak. Rencana kuliah dimana, Neng?
S: Di Jepang, Pak Insya Allah….
B: Aduh jauh ya… sukses lah, Neng. Anak Bapak juga kuliah.
S: Oya, Pak? Dimana?
B: Di UI, Neng….
S: [Speechless… subhanallah, keren juga nih si Bapak, anaknya masuk UI]
B: Dia baru mau lulus, Neng… seumuran Neng lah, kemarin baru magang-magang. Terus kemarin Bapak dikasih surat,Neng. Dia dapat tawaran beasiswa ke Amerika.
S: Hah?Amerika, Pak! Keren banget! Sabeeeeet, Pak…. Amerika loh. Aduh bangga banget ya Bapak punya anak pinter.
B: Alhamdulillah, Neng… Bapak bangga. Cuman Bapak gak berani ke kampus dia, Neng. Bapak malu soalnya Bapak cuman tukang becak. Bapak mah cuman bisa berdoa semoga dia sukses, dan nasibnya lebih baik dari Bapak.
S: Kenapa Bapak harus malu? Justru keren, Pak! Bapak yang hanya tukang becak nih… bisa nyekolahin anak di PTN dan terus anak Bapak dapet beasiswa ke Amerika…. Amerika loh, Pak…. gak semua orang bisa sampai kesana!

Saya menyerocoh dengan penuh semangat

Lalu taraaaaa…. saya sampai ke rumah -.- okay kalian pasti sebel abis kan karena ceritanya jadi ngegantung. Saya juga kok, mohon maaf.

B: Sukses ya, Neng… pesen bapak mah satu, jangan sombong… sing bageur mun boga elmu (Sunda: Yang baik kalau punya ilmu)

S; Nuhun, Pak… iya pasti. Bapak juga… salam buat anak Bapak. Jangan minder ya, Pak! hehehhee
Lalu si Bapak tukang becak itu pun tersenyum lalu meninggalkan saya.

Well….
Kadang saya berpikir, kok hidup ini berat banget ya…. tapi hebatnya manusia tetap bertahan dengan berbagai pola adaptasi ala mereka masing-masing.
Manusia itu, begitu luar biasa karena ketika mereka mau berjuang mereka tidak peduli apa itu melelahkan atau menyakitkan untuk mereka.
Manusia mungkin lebih luar biasa daripada apa yang bisa kita pikirkan.

Selamat berjuang semuanya…

 

 

Saya… Menara Eiffel… dan Sepotong Pesan tentang Impian…


On se connaît depuis l’enfance
On allait au cours de piano à côté
En face du grand marché
On jouait au square du quartier
À la marelle et au ballon prisonnier
Puis c’était le goûter

C’était bien là nos plus belles années
Qu’aucun souci ne pouvait altérer
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique
Tokyo et Paris
Paris et Tokyo
Et puis toujours la musique,
À Paris, nous étudierons
Ensemble

(Paris et Tokyo—- OST Nodame Cantabille)

Setiap saya merasa sedih atau galau….yang saya lakukan asking Allah for everything dan sesekali agak nyolot dan protes juga *hadeuuh tetep* dan satu lagi…. saya mengingat tentang Menara Eiffel.

Saya punya satu impian terbesar…. salah satu negara yang wajib saya kunjungi sebelum mati adalah Perancis, setidaknya untuk bertemu menara Eiffel hahahaha. Semua orang hanya bilang “waaaah keren..keren…” tapi tidak pernah bertanya “Kenapa harus menara Eiffel?”

Ada beberapa alasan… selain karena ulang tahun menara Eiffel sama dengan ulang tahun saya… yaitu karena Eiffel seperti sebuah surat cinta Gustave Eiffel kepada dunia yang tidak pernah terbaca secara detil. Izinkan saya menceritakannya sejenak…sebuah cerita yang pernah diceritakan kakek saya kepada saya.

Gustave Eiffel adalah seorang insinyur yang luar biasa… setidaknya bagi saya. Selain membangun menara Eiffel, dia juga yang mendesain kerangka patung liberty (Patung Liberty itu hadiah Perancis untuk Amerika Serikat, makanya namanya Liberty, itu sebenarnya dari Liberte :p setahu saya ya…). Tapi ada banyak hal yang belum diketahui dari Gustave Eiffel… dia adalah seorang penderita disleksia dan phobia pada ketinggian.

Walau penderita disleksia dan takut ketinggian… dia punya satu impian terbesar… Dia ingin bisa meraih bulan dan ingin orang-orang yang punya impian yang sama untuk bisa meraih bulan. Seems crazy and impossible, right?

Tapi impian membuat segala yang mustahil menjadi mungkin…
Maka tergagaslah ide membuat menara Eiffel… sebuah menara yang sangaaaaat tinggi dan jika dilihat dari kejauhan puncaknya akan mencapai bulan.

karena idenya gila… maka proyek itu awalnya yaaaa ditolak sana-sini. Oiya, pada awalnya Eiffel ingin membangun menaranya di Barcelona, bukan Paris. Tapi ditendang karena terlalu mahal dan gak jelas gunanya apa. Kasihan kan? Pun akhirnya diterima di Paris itu pun tidak mudah karena proyek itu dikritik sebagai proyek mercusuar yang mengganggu pemandangan.

Tapi setelah 2 tahun, 2 bulan, dan 3 hari menara Eiffel selesai dibangun… lalu diresmikan tanggal 31 Maret 1889 dan seperti impian Eiffel… ujung dari menara Eiffel menjulang ke langit dan seakan-akan seperti menjangkau bulan. Kalian tahu apa perkataan Eiffel setelah menara itu selesai dibangun? Entahlah… saya juga tidak tahu. Tapi kakek saya bilang terdapat salah satu tulisan Eiffel yang menyatakan

“Lihatlah, menara Eiffel telah berhasil meraih impiannya untuk meraih bulan. Biarkan ia terus berdiri agar kelak dia bisa menjadi simbol bagi orang-orang di Paris dan di dunia bahwa mereka bisa meraih impian mereka, walau itu setinggi bulan sekalipun”

Seperti Eiffel… saya ingin bisa meraih bulan dan melihat orang lain meraih bulan mereka masihg masing.

———————–

Ketika menulis ini saya sedang memikirkan sebuah hal maharumit yang rasanya sudah nyaris saya tidak bisa pecahkan lagi.

Ketika saya memperoleh beasiswa yang full dan flexible (karena kita bisa ganti universitas dimanapun asal 500 besar dunia dan terlist di dikti), tawaran-tawaran lainnya muncul dan sebuah hal yang luar biasa ketika saya ditawari untuk bersekolah di sebuah universitas di Jepang, universitas impian saya, universitas yang sudah banyak mencetak peraih nobel, dan dengan calon sensei seorang peraih nobel di bidang ekonomi energi. Nobel kawan! nobel! dalam setiap detik kehidupan saya, saya tidak pernah menyangka akan ada tawaran untuk belajar dengan seorang peraih nobel! Orang-orang teknik atau orang-orang di bidang energi pasti iri setengah mati kepada saya. Mimpi apa… manusia seperti saya yang untuk mengerti ekonometrika saja sampai nangis-nangis mau diajari ekonomi energi huwaaaaaa…. keren!

Namun, di muka bumi ini pintar saja tidak cukup, harus menjadi orang yang beruntung
Beruntung saja tidak cukup… harus mega super combo beruntung.
Ada beberapa yang tidak bisa saya ceritakan di sini.
Terlalu menyedihkan untuk saya hahaha…
tapi intinya, saya hanya belum sampai taraf mega super combo beruntung. Terkadang saya ingin marah untuk beberapa hal yang terjadi pada saya. But, well… peperangan besar hanya untuk prajurit-prajurit yang hebat bukan?

Akan tetapi, sejujurnya saya cukup lelah ketika setiap detik ada saja orang-orang yang seenaknya menjudge saya.
Sejujurnya saat ini saya mulai muak dengan anggapan dan penilaian beberapa orang bahwa saya tidak memikirkan segala hal dengan baik dan serius. Dunia tidak tahu bahwa untuk bersekolah saja saya dan adik saya sudah berjuang sangat keras… Saya sudah berlari sangat jauh dengan segenap jiwa raga saya.

Saya bahagia….
Bolehkah sekali saja saya meminta kepada dunia agar tidak melihat saya dengan tatapan penuh belas kasihan?
atau dengan tatapan penuh tanda tanya?
atau dengan tatapan merendahkan?

Saya bahagia, namun kebahagian saya tidak memiliki skala… Ia begitu abstrak dan dinamis. Mencari bentuk dan posisi ekuilibriumnya sendiri.
Saya bahagia… namun bukan berarti indikator kebahagiaan saya sama dengan kebahagiaan orang lain.

Sejujurnya saya ingin dihargai eksistensinya sebagai manusia dengan berbagai gagasan dan pilihannya.

Apa kalian pernah menonton film Ratatoille? Di akhir cerita Anton Ego si kritikus makanan menulis sebuah esai yang sangat indah tentang masakan di restoran Gusteau… mungkin esai terindah juga di dalam hidup saya:

In many ways, the work of a critic is easy. We risk very little, yet enjoy a position over those who offer up their work and their selves to our judgment. We thrive on negative criticism, which is fun to write and to read. But the bitter truth we critics must face, is that in the grand scheme of things, the average piece of junk is probably more meaningful than our criticism designating it so.

But there are times when a critic truly risks something, and that is in the discovery and defense of the new. The world is often unkind to new talent, new creations. The new needs friends. Last night, I experienced something new: an extraordinary meal from a singularly unexpected source. To say that both the meal and its maker have challenged my preconceptions about fine cooking is a gross understatement. They have rocked me to my core. In the past, I have made no secret of my disdain for Chef Gusteau’s famous motto, “Anyone can cook.” But I realize, only now do I truly understand what he meant. Not everyone can become a great artist; but a great artist can come from anywhere.

Percayalah mengkritik itu mudah, yang sulit adalah ketika tetap berjalan dengan kepala tegak dan senyuman ketika dilempari berbagai kritik.

Saya ada Remy… sebuah tikus got di selokan jalanan Paris.
Melihat menara Eiffel dari balik jeruji penutup got.
Diam-diam mengejar impiannya yang nyaris terlihat mustahil dan berharap setelah lelah berjuang bisa menatap mera Eiffel dari dekat.

Mungkin kakek saya benar….
Menara Eiffel bukanlah simbol cinta seperti yang selama ini orang pikirkan, menara ini adalah simbol impian. Jutaan orang menggantungkan impiannya di atas puncak menara Eiffel… berusaha meraih bulan mereka masih-masing.

Jika misi Jepang gagal, lalu saya patah hati… tidak apa. Menara Eiffel menanti.
Entah kapan, tapi saya harus kesana…
Menghabiskan waktu saya seperti Hemingway yang menghabiskan waktunya menulis berbagai buku untuk kemudian membaca dunia.
Mendedikasikan impian seperti Eiffel… untuk membangkitkan impian orang lain.

So… here is my next destination…. mungkin akan sedikit membutuhkan waktu lama. Please Perancis… jangan kelamaan kena krisisnya 🙁


Biar galau galau bisa langsung lari ke menara Eiffel atau menceburkan diri ke Sungai Seine hahahahaha :’D Lagipula saya benar-benar ingin menjadi penulis esai profesional… dan rasanya harus ada kesempatan di mana saya datang ke negara tempat esa lahir, Perancis.

But everything can be happen! Jalan hidup saya akan terkuat di bulan Oktober… apapun itu, akan saya hadapi dengan kepala tegak.
Indahnya hidup kalau benar-benar bisa seperti lagu Paris et Tokyo… selesaikan impian di Jepang dan Perancis. Somehow… memang tidak semudah itu. Biar Allah yang memilihkan saya jalan di perempatan ini. Entah Jepang… entah pelosok dalam negeri… entah Jakarta… entah negara lain… entahlah!

Apapun itu… saya harap dunia akan menghargai segenap keputusan saya.

Please 🙂

People learn history… I learn to make a history!


Image and video hosting by TinyPic Dan bisakah kita belajar untuk menghargai setiap centimeter impian orang lain?
Dan bisakah kita belajar berhenti sejenak mempertanyakan apa yang orang lain sedang jalani?
Bisakah kita belajar untuk tidak sibuk membicarakan catatan sejarah orang lain…
Bisakah kita sibuk menorehkan catatan sejarah kita masing-masing?

 

 

Setiap orang yang tidak mengenal dekat saya pasti pada awalnya akan sangat sulit “dekat” dengan saya! Bagaimana tidak? beberapa merasa cara berpikir saya “aneh”, ngejelimet, terlalu jauh dari kata umum, dan sebagainya… dan sebagainya….! Beberapa kemudian ada yang salah kaprah menilai tindakan saya, sampai situ sih bodo amat lah ya! tapi yang mulai mengganggu adalah beberapa orang kemudian ada yang diam-diam men-judge tindakan saya salah lah… saya tidak berpikir panjang lah… dan sebagainya.

Izinkan saya meminta sedikit waktu Anda semua untuk menjelaskan duduk perkara petualangan hidup saya beserta rute-rute kehidupan yang hendak saya pilih untuk saya tempuh.

Sebenernya cukup capek dan jenuh juga loh saat beberapa orang kemudian “mempertanyakan” semua yang sedang saya tempuh!
Saat saya apply kerja, semua orang tiba-tiba ribut bilang:

“Kenapa sih? bukannya mau lanjut sekolah?”
“Lu itu nggak cocok lagi kerja kantoran lalalalala”
“Mon… lu nggak boleh ninggalin impian lu gitu aja”

Oke deeeh saya memikirkan kata-kata itu semua, karena saya berpikir “Wah gilaaaa perhatian banget ke gw”

Akan tetapi cerita baru muncul lagi saat saya katakan dengan lantang bahwa impian saya adalah menjadi wanita cerdas yang mengharumkan nama Indonesia di salah satu universitas di Perancis, kemudian muncul berbagai wacana:

“Kenapa sih ke Perancis? Kan susah bahasanya?”
“Kenapa sih di Perancis? Emang bagus? Nggak aman tau… bagusan juga di negara X, Y, Z”
“Ih kalau gw sih nggak mau ya disana… ngapain belajar di sana ? pemikirannya beda… pembelajarannya beda… kapitalis… lalalalalala”
“Ngapain kesana? nggak bersahabat sama Islam bla…bla…bla…”
“Kok nggak kerja? Marissa kan anak pertama bla…bla…bla…”

DEAR WORLD! sebenarnya kalian ingin saya kemana sih? Image and video hosting by TinyPic

Ribet kan? Gimana yaaaa….mmmmm…. begini-begini.

Jika kalian tanyakan kenapa sih terobsesi banget sama eropa dan perancis?

Saya akui teman-teman… Perancis mungkin bukan negara yang paling baik, tapi bukan berarti negara yang Anda ingin tuju adalah negara terbaik juga. Tidak ada yang lebih baik antara pilihan saya dan pilihan Anda. Kita semua sama-sama memiliki impian yang sama “mulia”nya. Impian adalah sebuah gabungan emosi, cinta, ambisi, harapan, dan doa. Maka tidak ada seorang pun dimuka bumi ini berhak menjudge impian seseorang lebih baik atau lebih buruk daripada orang lain.

Saya sendiri kenapa tergila-gila dengan Perancis? Yak arena saya suka baca komik dan nonton film! Nodame Cantabille membuat saya tergila-gila dengan Paris!
Image and video hosting by TinyPic
Belum lagi komik-komik lain… kartun-kartun seperti CARS 2, Ratatouille, dsb juga menunjukkan indahnya Paris. Buku-buku… cerita-cerita… yaaaa begitu saja. Buku dan film lama-lama tidak cukup menampung setiap rasa ingin tahu dan rasa antusiasme kita terhadap sesuatu, kawan! tidak cukup dan tidak akan pernah cukup. Setidaknya bagi seorang maniak buku dan film seperti saya.

Saya tahu betul ada sedikit masalah dengan ekonomi Eropa… Perancis juga sering terdengar kurang ramah dengan kaum Muslim. And then so what? Image and video hosting by TinyPic Itu semua hanya memperkuat niat saya untuk kesana. Saya harus kesana dan membuktikan persepsi yang salah di mata mereka. Biarkan saya datang sebagai seorang mahasiswa, wanita, warga negara Indonesia, warga negara Asia, dan seorang Muslim. Beri saya sebuah kesempatan bahwa saya tidak kalah dengan warga negara Eropa ataupun benua-benua lain. Bagi saya… perbuatan bicara sejuta kali lebih bermakna daripada kata-kata. Sekali lagi saya tegaskan, saat ada yang meragukan kemampuan kita maka salah besar jika kita malah harus menyingkir… tidak berbuat apa-apa… atau hanya sekadar complain atas ketidakadilan seperti itu. Yang perlu kita lakukan adalah MEMBUKTIKAN bahwa anggapan tersebut salah besar. Ya! buktikan… buktikan dengan perbuatan dan perjuangan yang nyata.

Lagi-lagi, kenapa paris? Karena di situlah penulis besar lahir. Saya sendiri ingin menuliskan seluruh pengalaman dan pengetahuan yang saya dapat nanti, karena hanya dengan cara itu saya bisa tetap hidup walau saya sudah tidak ada lagi di dunia.

Kenapa harus di Eropa ? karena saya ingin menunjukkan kepada adik-adik saya, anak-anak saya, cucu-cucu saya kelak… bahwa meraih impian itu hak semua orang. Bukan harta atau koneksi yang menentukan masa depan seseorang… tapi seberapa gigih Ia berjuang untuk meraih impiannya, seberapa tekun Ia berdoa, seberapa berartinya dukungan keluarga dan orang-orang terdekat di sekitar kita, seberapa baiknya Tuhan kepada hamba-Nya. Apa saya salah jika HANYA ingin menunjukan hal ini ? jika saya memiliki ambisi untuk menjadi sebuah maskot “perjuangan hidup” ?

Saat saya iseng-iseng apply kerja… bagaimana ya ? bagaimanapun di hati saya ada sebuah rasa gusar mengenai keluarga saya… mengenai posisi saya di keluarga. Jujur saya iri kok pada teman-teman yang sudah berkerja. Tapi tidak pernah sekalipun saya utarakan dan tidak pernah sekalipun saya mengkritik pilihan karir teman saya. Karena saya paham setiap pilihan mereka. Saya harap orang lain pun bisa paham dengan pilihan-pilihan yang saya ambil.

Keluarga saya? Keluarga saya pasti masuk dalam list keluarga terbaik di dunia. Saya tidak pernah kekurangan apapun. Mereka lah yang mendukung saya gila-gilaan saat dunia menyudutkan saya gila-gilaan. Bagi saya, mereka adalah perantara Allah untuk menyampaikan jawaban setiap pertanyaan dalam doa saya.

Saya yang hari ini… mungkin bukan yang sempurna, namun saya bahagia. Ah tidak! mungkin lebih dari itu.

Saya kemudian mulai menyadari sebuah hal. Saya mungkin hanya ingin menorehkan sejarah tersendiri dalam sejarah kehidupan saya. Saya ingin, orang kemudian bisa belajar dari “pengalaman hidup” yang akan saya susun ini. Saya ingin berarti dan membuat kehidupan orang lain juga berarti. Saya ingin menghargai setiap detik kehidupan saya, dan saya ingin orang lain melakukan hal yang sama.

Jika mulai hari ini saya menjadi begitu misterius dan malas menceritakan mengenai apa yang sedang saya lakukan…mmmm… mungkin saya hanya sedang ingin membuat sedikit kejutan kepada Anda. Boleh dong… let’s make a secret, secret!

Kalian tau? Sebuah buku yang berjudul 99 cahaya di Langit Eropa?
Image and video hosting by TinyPic

Entah bagaimana ya… tapi saya ingin cahaya ke 100, 101,1001,1000001, dan seterusnya ditulis oleh saya. Ah… bukan cahaya Eropa saja, tapi cahaya dunia ini…

Siapkah Anda menuliskan sejarah Anda dan menunjukkannya pada dunia?  kalau saya… harus siap! dan saya merasa ada di jalan itu.

This is my life motto now:
“People learn history… I learn to make a history!”

Jadi! Jangan berhenti bermimpi! Seperti apa kata Desiderius Erasmus: “There are some people who live in a dream world, and then there are some who face reality; and then there are those who turn one into the other”

Image and video hosting by TinyPic