Ya Allah…tolong, jangan biarkan para mahasiswa lapar Ya Allah :(


Sebagai omnivora sejati yang Mamanya jago banget masak dan punya orang-orang terdekat yang gak pernah ngelarang saya mau makan apa, kayaknya saya gak pernah ngerasa kelaparan deh apalagi sampai kurang gizi. Kelebihan iya hwahahahaha….
Nyam… nyam…nyam… semua dilahap.
Itupun kadang masih protes ke Mama, “Maaaa… masakin ini dong… saya pengennya ABCDEFGHIJ….Z” muacem muacem… sampe Mama pusing.

Kurang bersyukur banget yak, di sudut lain dunia ceritanya beda-beda lagi.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita, ada mahasiswa yang sampai tidak makan berhari-hari karena uang beasiswanya tidak keluar.

Ini nih beritanya

Jika itu tidak cukup mengharu biru, beberapa kali saya juga mendapat berita ada mahasiswa yang kuliah di luar negeri meninggal dunia karena kelelahan dan tidak memperoleh asupan gizi yang cukup, lagi-lagi karena beasiswanya tidak kunjung cair dan untuk bertahan hidup dia harus bekerja sambilan gila-gilaan.
Ketika saya masih menjadi asisten dosen di kampus dulu, ada seorang mahasiswa yang meninggal dunia karena maag akut. Semua orang di kost-an anak itu panik setengah mati karena mendadak mahasiswa tersebut ambruk dengan muka pucat, mereka membawa temannya itu ke rumah sakit terdekat, namun malang…. semua terlambat. Semua teman kost anak tersebut terisak-isak bahkan hingga naik angkot, kebetulan saya naik angkot yang sama dengan beberapa dari mereka lalu sempat mencuri dengar…. rupanya mahasiswa yang meninggal tersebut memang cukup tertutup, dia tidak pernah bilang pada temannya bahwa dia belum memperoleh kiriman uang dari keluarganya. Anak daerah juga kadang terlalu lugu dan polos sehingga sungkan bercerita pada dosennya. Ah… semua sudah terlambat.

Jika itu masih belum mengiris-iris hati kalian…. mungkin kalian harus dengan cerita yang satu ini.
Pernah ada kasus mahasiswa yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri hanya karena dia sudah kehabisan akal untuk membayar kuliah dan juga untuk makan sehari-hari. It sounds tragic and a little bit stupid… yeph saya akui itu, tapi si anak ini niatnya tidak mau merepotkan orang lain dan tidak mau orang lain kasihan pada dirinya. Tapi terlalu introvert juga tidak baik, seandainya dia cerita saja pada temannya maka pasti ada jalan keluar… namun ah lagi-lagi itu semua sudah terlambat.

Ketika saya masih di asrama dulu, bahkan ada temannya teman saya yang menanyakan apakah ada pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di sekitar kampus… lagi-lagi karena masalah ekonomi.

Iseng-iseng saya tanya pada teman-teman kantor saya, dan rupanya! Di setiap fakultas… di setiap angkatan… selalu ada kasus yang serupa! Selalu ada mahasiswa yang pasang poker face kemudian menolak kalau diajak makan oleh teman-temannya. Ada jutaan alasan! Ada yang bilang puasa Daud (Subhanallah… keren kan), ada yang bilang masih kenyang padahal temen-temennya gak liat dia makan seharian, ada yang bilang ada janji setiap diajak makan, dan sebagainya…. dan sebagainya… dan sebagainya…

Jika kalian membaca ini sambil asik browsing internet…
Jika kalian mahasiswa atau mantan mahasiswa yang bahagia, damai, sentosa…
Jika kalian suka tiba-tiba jutek ke teman kalian dan bilang “Ihhhh…lo kok kayak orang miskin banget sih”
THINK AGAIN! Jangan-jangan lingkungan sekitar kalian tidak “seindah” yang kalian lihat… oh ya! mungkin saja.

Dunia kemudian seakan-akan semakin kejam dan ketika kasus seperti ini semua saling menyalahkan, loh memang yang salah siapa? Semuanya salah lagi…. gw aja? lu aja? oh gak… kita bareng-bareng hahahahhaa… selamat ya. Sip deh nanti pas lapor ke Allah kita bareng-bareng aja #salahfokus.

Kalau dari sudut pandang saya, saya manusia yang super cuek… parahnya lagi saya tidak terlalu mau dipanggil wanita baik hati, saya lebih suka dikira wanita yang rada dingin dan jahat hahahahahahha. Kan keren dan cool-cool gimana gitu kayak di film-film [emooooon -.- zzz banget]. Jujur saja ketika saya kuliah saya tidak tahu keseluruhan kondisi sosial ekonomi teman-teman saya.

Setiap orang terlihat baik-baik saja dan seperti manusia manapun di muka bumi ini mereka sedang bermain di ruang dan waktu mereka masing-masing. Oh well, kita semua punya kebahagiaan dan masalah kita masing-masing. Sebagai manusia kuper yang kebetulan pernah ambil mata kuliah psikologi sosial (sebenarnya waktu itu cap cip cup sih milihnya hahahaha) saya hanya bisa menebak-nebak kondisi sosial ekonomi mereka masing-masing dari penampilan dan gerak-gerik mereka. Saya tahu jika ada teman saya yang bermasalah ketika ada dari mereka yang bercerita pada saya. Oh maafkan saya dengan segala kecuekan saya, tapi alibi saya kuat…. saya bukan mahasiswa yang belajar metafisika, ilmu membaca pikiran, apalagi ilmu kebatinan…sungguh. Ketika tahu juga gak bisa bantu banyak sih errrr… bener kan wanita berdarah dingin banget, but I try my best. Saya tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu, tapi apalah seonggok Marissa Malahayati, hanya rakyat jelata yang kemampuannya terbatas. Rasanya ingin melakukan hal yang lebih baik tapi gak bisa. Mau ngadu ke dosen atau kemana gitu tapi pasti yang curhat ke saya amanahnya “Jangan bilang siapa-siapa ya” huwaaa kalau kau tau rasanya kayak gimana, mau nangis tau gak… sedih tapi gak bisa apa-apa. Loser banget deh gw. oh well, masa lalu. Tapii saya jadi berpikir, apa jangan-jangan saya terlalu cuek ya… terlalu masa bodoh dengan orang lain… ah segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik. Maka sensitivitas kita terhadap lingkungan sekitar mungkin harus diasah, jangan terlalu rendah tapi jangan terlalu lebay juga.

Tapi saya juga gak habis pikir kenapa sih manusia bahkan masih ada aja yang bilang “Udah jangan bilang siapa-siapa, jangan ngerepotin orang lain” dan saat dia ngomong itu dia udah di ujung tanduk? Kenapa???? Kenapa???? dan Kenapaaaa???? Jika mau terbuka sedikit aja… mungkin kasus mahasiswa yang sampai sakit parah bahkan sampai meninggal hanya karena masalah ekonomi bisa diminimalisir. Setidaknya dua kepala lebih baik daripada satu… setidaknya kalau ada apa-apa, masih ada orang yang ngeliat “Wah ini gak beres nih” lalu rela lari ke seluruh penjuru dunia buat cari pertolongan. Oh come on… ketika kalian sedih, ketika kalian butuh pertolongan, ketika kalian butuh manusia lain, jika sudah lapor pada Tuhan maka sampaikan juga kepada orang lain yang kalian percaya. Apalagi kalau masih mahasiswa kan, masih panjaaaaaaang jalannya. Jika kalian keseleo ketika lomba lari, kalian harus lapor ke medis dan minta tolong ke tukang urut sampai pulih kan? That’s life! Kita butuh bantuan orang lain.

Peran institusional juga kadang bikin miris juga. Kadang kita menemukan fakta bahwa yang dapat beasiswa itu orang yang sudah mampu. Yang tidak mampu malah gak dapet beasiswa karena nilai IPnya kurang memuaskan misalnya. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau yang kurang mampu wajar-wajar saja kalau ada yang IPnya rendah, mungkin dia kurang gizi… jangankan mikir buat kuliah yang ada perut krucuk-krucuk dan cacing di perut udah disko-disko minta makan. Kalau gak lapar mungkin mereka kerja sambilan terus capek, udah sayup-sayup sampai lah seluruh materi kuliah. Mungkin hal ini disadari oleh pemerintah sehingga ada beasiswa buat yang berprestasi dan yang tidak mampu. Naaaah alhamdulillah kan… eh sayangnya masih ada juga kasus beasiswa telat. Yang mampu sih mungkin cuman ngomel aja, tapi yang benar-benar tidak mampu bisa memperpanjang masa puasa. Bayangkan kalau sampai ada yang putus sekolah, ada yang sakit, bahkan sampai ada yang meninggal… yah orang-orang di institusi bersangkutan itung aja deh dosanya, kayaknya malaikat juga bisa rusak kalkulatornya buat ngitung tumpukan dosa itu saking banyaknya. Tapi ini kan masalah sistem juga, huuuufttttt…..gak gampang ngurus orang Indonesia yang muacem-muacem ini. Mari berdoa semoga segala sistem pembiayaan sekolah dan kuliah di Indonesia Raya ini bisa semakin baik dan baik dan baiiiiik.

Setiap kali saya pergi dari rumah untuk sekolah dari saya kecil sampai saya lulus kuliah, Mama saya pasti bilang “Hati-hati yaaaaa… sekolah yang bener dan pinter ya” dan sambil lalu saya bilang “Iya, Maaaa…. udah apal” Saya membayangkan mungkin orang tua di seluruh dunia punya harapan dan doa yang sama dengan Mama saya, ingin anak mereka baik-baik saja dan “semakin baik” setelah sekolah. Semoga doa dan harapan mereka bisa tercapai, dan setiap mereka buka pintu rumah mereka bisa ngeliat wajah anak mereka yang cerah ceria, ngeliat anak mereka yang sudah bisa membanggakan mereka.

Please…. don’t die before you make your parents happy.

Love is stupid? No… stupid is yours -.- :sebuah catatan penuh tanda tanya


Di tengah kerieutan ngurus berkas buat dikirimkan ke calon universitas… tiba-tiba pikiran saya ngawang-ngawang dan jadi mikir macem-macem…. adaaaa ajaaaaaa klo keur deadline mah ya.

Hari ini sahabat saya mengirim bbm dan bercerita tentang seorang pria yang bertengkar dengan kekasihnya hari ini lalu mengancam akan bunuh diri di jembatan busway tempat mereka bertengkar. Why waiting? loncat aja…! Lama-lama banget… dunia sudah penuh dengan hal-hal gak rasional jadi heuuufttt udahlah yaaa~ ayo mas…loncat…loncat…loncat… http://eemoticons.net kok belum ada berita lebih lanjut ya? Berarti gak jadi nih loncatnya, ah cupuuu!

Beberapa waktu yang lalu juga… udah agak lama sih…. ada beberapa pria yang curcol ke saya. Mereka mengaku mencintai keluarga mereka, terutama anak-anak mereka, tapi di sudut hati paling dalam mereka masih menyimpan perasaan dengan cinta pertama mereka. Saya sendiri kaget dan rasanya pengen jewer deh cowok-cowok model itu… kalo istrinya tahu bisa pada kena lemparan panci tuh. Tapi dari beberapa orang tersebut ada satu kesamaan, cinta pertama mereka rupanya wanita-wanita yang menurut mereka sangat cerdas dan pintar. Dari cerita mereka sih, dulu mereka gagal menjalin hubungan lebih serius dengan cinta pertama mereka karena tingkat pendidikan atau karir wanita bersangkutan jauh lebih tinggi. Aduuuuh masalah percaya diri aja toh… rasanya saya mulai gemas, errrrrrrhhhhhhh….

Saya juga pernah mendengar cerita… seorang wanita, very smart! Lalu berhenti bekerja dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolah karena dilarang sang suami. Katanya… istri dan ibu yang baik itu harus full time di rumah! FULL TIME! no excuse!

Love just blind, Mon… and Love is stupid!

How can sih orang nyalahin love is stupid… stupid is yours!

Izinkan saya mengetahui satu saja alasan paling rasional bahwa tingkat pendidikan wanita atau karir wanita itu harus lebih rendah atau sama dengan pria, dan hanya dengan kriteria tersebut maka rumah tangga bisa berjalan dengan rapi dan mulus.

Berikan saya sebuah pemikiran paling logis bahwa jika kemudian tingkat pendidikan maupun karir wanita lebih tinggi maka si pria harus jiper lalu mundur… begitu pula sebaliknya.

Katakan juga pada saya, jika kemudian dalam cinta itu ada masalah maka masalah itu harus diselesaikan dengan kelakuan-kelakuan bodoh, such as loncat dari jembatan busway.

Itu bodoooooooh banget….banget…. bangeeeeet!

Pria mungkin gak sadar saya, but when a woman choose a man, mereka (seharusnya) sudah memikirkan itu semua matang-matang dan sudah bisa menerima si pria apa adanya. Lalu… kenapa harus minder? Kalau cinta maka perjuangkan! Logika saya tidak salah kan? Saya sangat mencintai ilmu pengetahuan, oleh karena itu saya mengorbankan banyak hal untuk memutuskan bersekolah lagi. Sama halnya juga jika sama mencintai seseorang, dan orang itu hanya bisa didapatkan jika dan hanya jika saya harus memperoleh piala nobel sekalipun maka saya harus berjuang untuk mendapatkannya. Itu alasan kenapa Bandung Bondowoso berjuang membuat seribu candi untuk Roro Jonggrang! Jika gagal setidaknya sudah mencoba. Marah hanyalah perlu dilakukan bila ada hal-hal yang tidak fair. Dimana kisahnya ada cowok-cowok cupu yang menyerah di tengah jalan buat ngejar cewek yang bener-bener dia suka? Kalau nyerah maka berarti tidak sepenuhnya cinta… Analogi yang sederhana kan?

Lalu jika gagal apa harus benar-benar terpuruk lalu…. arrrrrrghhhhhh….so many questions in my head dan sungguh saya tidak habis pikir kenapa pikiran beberapa manusia terlalu rumit http://eemoticons.net.

Jika gagal maka coba lagi!

Yang bisa kita lakukan kan cuman mencoba melakukan segala yang terbaik?
Masalah gagal atau berhasil….loh itu sih belakangan lagi. Justru kalau tidak pernah mencoba kita tidak akan tahu.

Love is stupid? no! Stupid is yours….

Cinta itu bagian dari kehidupan, dan dalam kehidupan kita harus senantiasa membuat pilihan.
Masalah patah hati lah… CLBK lah…. nyesel lah… apapun itu… ya itu adalah hasil dari pilihan-pilihan yang sudah dibuat. Kalau di ekonomi, kami menyebutkan setiap mau mencapai tingkat utilitas yang lebih tinggi kita harus bisa melampaui constrain/ kendala yang ada… kalau tidak sanggup atau tidak menyanggupkan diri maka puaslah dengan tingkat utilitas yang telah diperoleh.

Mungkin saya kejam ya…
Tapi kalau saya, sebagai wanita saya ingin merasa menjadi seseorang yang diperjuangkan…
Hal yang sama juga berlaku jika saya menyukai seseorang, maka saya ingin orang tersebut juga merasa sudah saya perjuangkan dan telah saya hargai….
Saya rasa itu fair.
Like Newton said, Aksi=Reaksi….

Arghhhh… tapi seperti kata Dr. Watson pada Holmes, “Fakta terkadang lebih sulit dipahami daripada fiksi”