Social Media Diet: Karena kalian tidak perlu mengkomparasi kebahagiaan kalian dengan kebahagiaan orang lain :)


Be happy for this moment. This moment is your life.”— Omar Khayyam

Dan seorang manusia kuper bernama Marissa akhirnya memutuskan untuk membersihkan handphone-nya. Dia memutuskan untuk DIET! bukan sembarang diet, tapi diet sosial media. Huh? Apa lagi itu?
Saya meng-uninstall beberapa social media yang menurut saya gak perlu-perlu banget dan mungkin yang terlalu additive. Bukan apa-apa, saya kan semakin uzur dan sepertinya saya semakin mudah tersulut iri dengki *haish*. No, actually, I just get bored and I want to focus with something I really passionate about and of course my research.
Saya menguninstall facebook dan Path dari HP tercinta saya. Facebook?… karena kalau saya butuh, saya bisa buka via PC. Path? I don’t know… I just have a hate-love relationship with Path. Seiring dengan rontoknya rambut saya, usia yang makin menua, tulang yang semakin sering encok, saya merasa Path dan beberapa social media lain terkadang mengubah  standar kebahagiaan saya.

Bahagia ala social media seringkali adalah:
Ketika harus check in di semua tempat baru…ah, bukan hanya check in! Jangan lupa tag juga pasangan kamu 😉 apa? kamu sendirian? ih cacian deh… :p
Ketika kamu baca buku dan harus update sudah halaman berapa yang kamu baca dengan detil, jangan lupa tulis di mana kamu baca buku itu? di sebuah cafe sophisticated? kurang lengkap tanpa skrinsut dengan caffe latte yang sudah ditata ciamik.
Ketika kamu dimarahi atasan kamu, atau sekadar unmood dengan seorang atau beberapa orang yang menjengkelkan, lalu tulis “Sabaaar, biar Tuhan yang balas” lalu semua orang memberi jempol atau seutas senyum “ih ada apa? sabar ya… cerita dong” Dan percakapan pun menjadi mahapanjang hanya untuk membicarakan orang lain. Ingat! Kamu mungkin benar, tapi ingat juga kamu mungkin salah… semesta ini sudah bekerja sesuai dengan hukum Newton sebab=akibat bahkan sebelum Newton mencetuskan teori itu.  You don’t need to complain about everything on social media! Apalagi sampai tambah dosa jadi ngomongin orang. You need someone you really trust to and talk to them…. you need your God to inspire you… Find God when you need solution, not when you want to talk bad about something or someone. Bukankah Tuhan adalah Dzat Mahasuci yang layiknya disebut dalam hal-hal yang baik dan penuh keagungan?

Oh come on stop being fake! be real!

Jadi lo hapus akun?
Gak! Akun saya ada… ada banget, gak saya hapus kok… saya bahkan masih melink-an blog saya dengan path dan facebook, but I don’t want to scroll them every single time! Perkara kalian ingin membaca blog saya atau tidak, that’s your business 🙂 dan saya selalu bahagia menyambut semua pembaca saya di blog. This is the real me… I no need to do any drama on my blog.

Namanya masih diet level 1, saya toh masih jadi silent reader di twitter (and I think it still the best buat baca-baca berita terbaru), instagram (I love photography dan sedang kerajingan pamer hasil fotografi saya, selain itu saya punya sahabat pena yang hanya bisa saya hubungi via instagram), dan pinterest (karena banyak ilmu-ilmu baru yang seru). Saya hanya meninggalkan hp saya di rumah selama saya di lab. Bye cellphone, I’ll be back… dan dia pun menunggu dengan manis di sofa.

And here I am… happy, safe, and sound!
Saya kembali menjadi Marissa yang so easy to be happy…

My real happiness :’D

Saya kembali menyentuh seluruh jurnal dan merangkum mereka satu per satu untuk tesis.
Saya kembali menyusun jurnal harian saya, mencatat semua pengetahuan baru yang saya dapat.
Saya kembali menulis planner dan buku harian saya dengan teratur. Saya bahkan membuat part yang saya tulis dengan bahasa Jepang. Saya memutuskan setelah lulus master, saya harus berhasil lulus tes JLPT setidaknya level 3! Cupuuuuuuuu cuman level 3! 2 kek.. 1 kek… apaan tuh level 3? Pffft…. Bodo amat lah, ahahahaa… yang penting senyum :’D
Saya kembali membaca buku dengan bahagia, tidak peduli buku apa yang sedang trend saat ini… seberapa cepat saya membaca… seberapa terkenal penulisnya… I don’t care, I love it then I read it.

Saya kembali menggambar dan menulis surat…  I make new friends…

I write and draw something again :’D

Ketika saya punya masalah atau sekadar ingin ketawa, saya masih bisa menghubungi sahabat-sahabat saya ketika mereka dan saya sedang luang. Dan jika kemudian mereka sedang sibuk, no prob… I have lots of things to do too. So, live couldn’t be easier then.

Image and video hosting by TinyPic

Akun Instagram saya… fotonya sekarang agak slightly better setelah mendapat banyak masukan dari kakek-kakek fotografer yang suka gak sengaja ketemu di taman terus kayaknya gatel ngajarin fotografer newbietol macam saya

Saya kembali jalan kali atau naik si “Tengsin” (nama skuter saya, namanya tengsin karena kalau dipake aduuuh kayak masa kecil kurang bahagia gitu) sambil membawa kamera saya lalu menjepret semua pemandangan keren di sekitar saya. Berkenalan dengan kakek-kakek yang kameranya biasanya lebih canggih daripada saya, dengan pemahaman nihongo yang seiprit, saya terkadang kecipratan ilmu dari mereka. If you see my photography skill increase… itu semua salah satunya karena jasa mereka (makasih loh kek :’] )

Kemarin, 9 Maret 2016, gerhana matahari total dan nyepi bagi umat Hindu. Salah satu sahabat saya yang “trapped in Ubud” pun kemudian ikut “menyepi” and I am glad when she shown me her water color painting this morning :’) I mean… she really talented on it. Harus berapa nyepi dia lewati hingga dia bisa optimalize skillnya itu?

Jadi apa, Mon? Lo maksa kita-kita buat uninstall social media kayak lo juga? Cih… kalo kuper gak usah ngajak-ngajak.

Oh c’mon! Are you kidding on me? of course not! Saya justru menganjurkan kalian untuk menjadi diri kalian. If social media is something “really you are”, you love it, you enjoy it, you become better because of it… then go ahead! Lanjut gan! Namun jika ada social media yang kemudian merenggut “the real you are”, yang membuat kamu sedih ketika jomblo… ketika LDR… ketika hujan…. ketika berketombe… yaaah pokoknya kalau banyak mudharatnya yaaaa kurangi, kalau perlu tinggalkan.

Berbahagialah dengan cara yang paling membuat kalian bahagia. Jalan-jalan tanpa perlu pusing ketinggalan tongsis dan power bank (tapi harus pusing sih kalau gak bawa kamera, atau bawa kamera eh gak ada baterenya =.= wassalam).
Baca buku sambil menikmati rintik hujan dan segelas teh hangat tanpa perlu ada kewajiban lapor sudah sampai halaman berapa, chapter berapa, dsb.
Nikmati waktu dengan orang yang kalian sayang, tertawa dan berbagi cerita sedih kalian secara mendalam… nikmati setiap kisah manisnya hingga kisah bodohnya. Jika kalian merindukan seseorang, lalu yang dirindukan tidak segera membalas pesan… leave them alone for a while, mungkin dia sibuk and hei! Do something productive too. Akan tiba detik dimana rindu tidak bisa terbendung dan percayalah TRING “Ah, maaf baru baca. Tadi lagi beresin draft untuk kerjasama klien besok. Gak apa kan?”
Itu mungkin lebih manis daripada rentetan di timeline:
“… sebel cuman delivered aja tapi gak di read-read” 10 minutes ago
“kamu dimana sih kok gak bales-bales?“-with Entahlahsiapa 5 minutes ago
“Aduh hp kamu rusak ya”-with Entahlahsiapa 1 minutes ago

Nikmati setiap detik ketika kamu sendiri, ketika kamu bersama orang lain, ketika luang, ketika sibuk, ketika sedih, ketika rapuh, ketika marah… semuanya.
Karena kisah-kisah itu yang bakal jadi cerita gurih layaknya gurame asam-manis yang ikannya digoreng kriuk dan akan dinikmati oleh kita dan orang-orang yang antusias mendengar cerita kita kelak.
Oh… I know, saya juga sempat alay, jangan sok suci ente, Mon! Iya… iya… tapi boleh dong saya tobat dan memilih jalan versi saya sendiri 🙂

Tahukah kalian? karena tidak ada yang bisa mendikte kebagiaan kalian. Kalian yang menentukan definisi bahagia kalian sendiri.

========================
Once upon a time between two planet
Earth: Do you know,Mars… I think if I really really really like someone I’ll never need anything else because I have someone to be spamed until their cellphone get hang and blank. Not that crazy, but I mean why should spread satelites all around if then it just for complaining?

Mars: ahahahaha… really? But you know what? The most important thing is nothing can define happiness, except yourself. Unfortunately, human usually define their happiness to other people happiness. And eh! If there is no satelite, Earth I am sure we can’t communicate then :p Just enjoy it.
========================

Kajian Eksklusif: Antara Parkir, Berhenti, dan Celah Peraturan Lalu Lintas Indonesia


Sejak ada kasus Pak Supir Taksi yang terkena tilang karena berhenti di area “Dilarang Parkir” saya kemudian menyadari satu hal: Rupanya selama ini masih ada di antara kita yang kurang ngeh perbedaan PARKIR dan BERHENTI. Tidak perlu sok iye deh… saya saja baru tahu satu hari sebelum menulis ini, dan saya yakin yang setipe-setipe dengan saya banyak lah 😛 apalagi kalau kalian wanita mwahhahahhaa….
Tulisan ini saya harap bisa menjadi introspeksi kita bersama, dan juga semoga kita gak nyaci maki Pak Polisi lagi… It was annoying things, but we should learn how to deliver our argument politely 🙂 Deal? Then let`s go for it

Sebenarnya siapa sih yang salah?
Bukannya kalau kita “parkir” juga harus “berhenti”?
Apa ini? permainan psikologis? Atau ada rentetan ilmu fisika di dalam kasus ini? Misalnya Ek= 0 dinyatakan sebagai parkir bukan berhenti. Sungguh, masalah ini sangat pelik MWAHAHAHAHA

Untuk menjernikan air yang keruh, emonikova kali ini membuat kajian mendalam mengenai PARKIR, BERHENTI, dan juga beberapa hal yang saya anggap bisa jadi celah dalam peraturan lalu lintas di Indonesia.
Pada sesi kali ini juga saya menghadirkan “Saksi Ahli” yang sudah mengemudi mengelilingi Eropa dan Mediterania dan punya SIM Internasional. Bahkan untuk memperkuat penjelasan saksi ahli saya juga sudah bertanya kepada Pak Polantas Minamiyukigaya, Tokyo tentang apa sih makna di balik dilarang berhenti dan dilarang parkir? Gileeee…. scientific banget gak bro. Gak usah lah misuh-misuh caci maki Pak Polisi dsb, kita perlu kajian bro! Kajian!

The case!
So here is the case:
Ini videonya kan ya? (thanks my brother for share this one)

Jika kita reka ulang TKP maka kira-kira seperti ini lah:
Pak supir Taxi hanya menghentikan sejenak taxinya untuk melihat kompresor di sisi jalan, tanpa mematikan mesin dan tanpa keluar dari taxi. Tak jauh didepan taxinya ada tanda dilarang Parkir (CMIIW)
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Pak polisi kemudian menilang Pak Supir taxi karena dianggap melanggar rambu. I can understand how the police want to do his job well, apalagi ada lensa kamera saat itu! Disorot bok! Disorot! Yang bikin nyesek adalah ketika ngeliat wajah Pak Supir yang keliatan lelah dan sepertinya tidak dapat banyak penumpang hari itu, aduuuh… gak tega deh.
But well… hukum harus ditegakan, mari kita cari keadilan untuk pak Supir dengan cara yang elegan!

Singkat kata, Pak Taxi ditilang
Image and video hosting by TinyPic

Oke! Let`s think about it carefully, and if you don`t understand about traffic regulation and stuff, better ask to someone who understand.
Untuk itu kali ini emonikova melakukan wawancara eksklusif dengan Abaz hahaha… This is a real conversation, really! It is true! Namun seperti kisah dalam film-film detektif maupun di kisah nyata, ada yang namanya “Perlindungan pada Saksi” in the name of privacy and so on, saya belum bisa membeberkan jati diri Beliau secara menyeluruh.
Image and video hosting by TinyPicAbaz, Arabian knight cat yang menetap di (katanya) the happiest city in the world, Copenhagen.
Sebagai penghuni benua Eropa pemilik sim Internasional ini sudah berkendara melewati beberapa tempat di kawasan Eropa dan Mediteran. Hingga saat ini belum ada berita lokal maupun mancanegara yang memberitakan ada korban yang berjatuhan ketika dia mengendari mobil, jadi track record dia bersih lah ya. Sebagai orang yang pernah merasakan satu mobil dengan dia, Alhamdulillah I still alive, safe, and sound until now :`D jadi tidak perlu diragukan lah ya.

Untuk memecahkan kasus ini, melalui wawancara via LINE, dia menjelaskan perbedaan antara tanda parkir dan tanda berhenti.

Image and video hosting by TinyPic

Dan ini jawabannya:
Image and video hosting by TinyPic

Untuk kalian yang bertanya tanya lambang O dicoret itu kayak gimana… Ini loh maksud saksi ahli kita, saya ambilkan fotonya live dari Tokyo:
Image and video hosting by TinyPicSign yang dimasudkan Abaz dengan O coret itu seperti sign paling bawah dengan latar biru (sepertinya lambang internasional seperti ini ya?) artinya dilarang parkir (di Indonesia lambangnya jadi P coret).

Sekadar informasi, lambang yang paling atas tulisannya “Tomare” yang berarti berhenti, yang tengah berarti pedestrian only, sepeda boleh jalan dari jam 3-6 sore (eh kalau saya salah baca kanji benerin ya).

Inti dari penuturan saksi ahli:
1. Parkir itu: kalian tidak boleh Parkir, tapi boleh berhenti beberapa menit sekadar pick up or pick off something or someone.
2. Berhenti itu: Ya berhenti.
saya pikir aturan dilarang berhenti lebih strict dibandingkan dilarang parkir. Ketika aturannya di larang parkir, although you can`t park but you can stop for a while or reduce your velocity. Di larang berhenti berarti tanpa tendeng aling-aling kalian tidak boleh sama sekali berhenti, mau buat liat sesuatu kek… mau nyapa mertua kek… mau ambil foto selfie kek… pokoknya ketika rambunya dilarang berhenti maka tidak ada yang bisa kalian lakukan selain maju terus pantang mundur! Got it?!

3. Pak Supir Taxi, bahkan dengan menggunakan standar Internasional, terbukti TIDAK BERSALAH

Saya pun akhirnya mengecek UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN No. 15 dan 16 mengenai definisi Parkir dan Berhenti:

15. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.

16. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.

Masih dengan asas proyustisia (Ihiy! keren bahasa gw) saya berusaha mencari tahu
“Loh daripada repot kenapa gak pasang aja dilarang berhenti di seluruh sisi jalan?”
“Berapa menit sih seseorang boleh `Berhenti` pada rambu dilarang parkir?”
Image and video hosting by TinyPic
Untuk  itu saya mencoba bertanya kepada Pak Polisi Minami yukigaya dengan bahasa Jepang yang terpatah-patah…dan jawabannya “dengan translasi bebas ala kadarnya kira-kira.

“… Kenapa di sisi jalan raya dipasang dilarang Parkir bukan dilarang berhenti adalah karena terkadang kendaraan perlu untuk berhenti sejenak di sisi jalan. Misalnya taksi atau bus yang harus memberhentikan penumpang. Pengendara mobil pribadi juga kadang butuh berhenti di sisi jalan untuk mengecek alamat atau peta misalnya, atau sekadar lewat dan tanya ke Pak Polisi tentang arah. Untuk jalan yang di sampingnya terdapat kios atau toko, kadang ada juga mobil yang lewat dan harus berhenti sebentar untuk drop barang atau ambil barang. Akan sangat merepotkan jika rambunya dilarang Berhenti.

Silakan berhenti sebentar, tapi jangan parkir karena akan mengganggu pengguna jalan lain”

Ahahahhaa…. mantap emang si Bapak, dengan penggunaan bahasa Jepang untuk anak TK… alhamdulillah saya bisa memahaminya.
Lalu berapa lama? Nah ini yang jadi polemik…
Bertanya dengan orang Jepang, mereka menggeleng pelan dan bilang “mmm… , tabun 2-5 fun gurai” (mmm.. yah mungkin sekitar 2-5 menit), yang saya tangkap sih dari si Pak Polisi “Gak pernah ada yang lebih dari 5 menit di sisi jalan. Dan kalian tau dong orang Jepang? Lampu merah di tengah malam buta aja masih diturutin, apalagi persoalan tanda dilarang parkir dan berhenti wuiiiih aturan adalah dewa.

Senada dengan yang disampaikan Abaz “Around 2-3 minutes stop is okay”

Tapi Indonesia… Indonesia gak bisa guys dikasih aturan yang saru macam “….beberapa saat”, berhenti 1 jam pun bisa berarti “hanya sesaat” dan “hanya 60 menit”itulah yang kemudian kita kenal dengan sebuah kondisi menyebalkan bernama “Ngetem”
Jika kalian pernah kucel, kumel, emosi, sauna, dan hampir gila selama hampir setengah-satu jam di sebuah angkutan umum yang hanya sekadar “berhenti”… I know your feeling, bro… rasanya pengen ambil alih kursi supir. I know that…I know…
tapi jika tidak ada regulasi yang jelas dan tegas “berhenti” yang bener itu seperti apa yaaaaa…. saya bisa aja ngeyel “Saya gak ngetem Pak, saya hanya berhenti sebentar…” dan ukuran “sebentar” itu kemudian hanya Allah dan Pak Supir yang tahu.

Saya kemudian mengecek untuk memastikan di luar sana, di Jepang… Eropa… Australia…. ada gak sih regulasi yang mengatur “lama berhenti” di area dilarang parkir.
Contoh dari “Roads and Maritime Services, New South Wales  Government agency” adalah contoh yang bagus untuk dicontoh dan ditiru Indonesia.
Pada laman: http://www.rms.nsw.gov.au/roads/safety-rules/road-rules/parking.html
tertulis:

General parking rules

You must not stop your vehicle (that is, bring it to a stop and either stay with the vehicle or leave it parked) in the following circumstances:

  • Double parked (that is in the road alongside a car that is parked)
  • On or across a driveway (unless dropping off or picking up passengers for no longer than 2 minutes)
  • On or across a footpath
  • On a median strip or traffic island
  • On motorways
  • In a clearway
    etc

Lebih jelasnya lagi di website: https://www.racv.com.au/
Image and video hosting by TinyPic

Saya mengecek di website lain, saya menemukan hal yang sama di dataran Eropa Amerika (ahahhaa thanks for someone who meets my mistake last time :p), tepatnya di Canada (http://vancouver.ca/streets-transportation/no-stopping-and-no-parking-zones.aspx)

No Parking
Section 3:
If your vehicle stops, and is not loading or unloading passengers, it is parked, whether it is occupied or not.
Section 17.6A (a): You can stop in a No Parking zone for up to five minutes to load or unload passengers, or materials.
Exception: Section 17.6A (b): Motorists with a valid parking permit for people with disabilities – a SPARC placard – can use No Parking zones for up to 30 minutes for loading and unloading passengers, or materials.

Dengan adanya kasus ini, saya pikir ini saatnya Indonesia mengoreksi diri dan berbenah…
Merenungi setiap selah dalam regulasi.
Sungguh semua orang bisa khilaf, termasuk Pak Polisi yang ketelingsut mengartikan dilarang berhenti dan dilarang parkir, namun hal ini akan semakin parah jika masih buaaaanyaaaaaak regulasi yang bercelah.
Selain itu kita juga jadi sadar kan betapa kita butuh polisi-polisi yang bright, bijak, tenang, dan helpful.

Semoga semakin berkurang para pengemudi dengan SIM “tembak”
Semoga semakin banyak polisi yang jujur di negeri kita, yang paham apa saja tanggung jawabnya. Yang menjadi polisi benar-benar karena passion ingin mengabdi pada negeri dan melewati jalur yang “halal”
Semoga kita pun menjadi orang yang semakin dewasa dari hari ke hari, yang mencoba memahami sesuatu lebih mendalam terlebih dahulu sebelum beropini.

Have a great day, guys!

Karena Bahagia itu Sederhana, Asal…..: Mari sedikit bijaksana dalam menulis di media sosial


Bahagia itu milik kita
Aku raja dan engkau ratunya
Walau cuma kita berdua yang tahu
Aku dan kamu kita berdua bahagia
Sederhana……

Dan mari sedikit menyanyikan lagu sederhana ini, ini sekaligus permintaan maaf terdalam untuk beberapa salah kata dan perbuatan yang saya lakukan, hahaha sumbang tapi yang penting niat:

Ya! Seperti lagu itu… saya percaya bahwa kebahagian itu sederhana
Bahkan jika hanya ada dua insan yang saling mengetahui mereka saling bahagia. Atau bahkan jika hanya insan itu dan Tuhan yang tahu.

Saya tahu diri juga, mungkin saya terlihat seperti nenek lampir garis ektrim yang terlalu ekstrim mengkritik beberapa hal di media sosial. Sungguh saya menyadari kesalahan saya dengan segenap hati, saya sadar saya bukan tipe penyabar, hahaha tidak pernah. Namun seiring dengan permintaan maaf saya yang sederhana ini, diiringi lagu yang sumbang, izinkan saya menyampaikan alasan saya mengenai beberapa kata pedas yang terkadang saya lontarkan di media sosial dan mungkin grup.

Saya bahagia ketika saya melihat orang lain bahagia,
mungkin begitu pula dengan kalian…
Tapi seberapa dosis kebahagiaan yang perlu kita publikasikan agar tidak menjadi over dosis dan kemudian malah mematikan?
Ya! Mematikan!
mematikan kebahagiaan orang lain.

Here is one case:
Di usia saya yang sudah tidak muda banget lagi ini, udah seperempat abad, bok! Saya sadar bahwa teman-teman saya sudah berkeluarga atau setidaknya sudah punya tunangan. Yeaaaah… emangnya gw yang jomblo! Mwakakakaka. Saya senang loh kalau ada kabar teman saya menikah, tunangan, hamil, punya anak. Ya ampun bahagia lah! Hei… pada periode kehidupan saya, saya menjadi saksi perubahan fase kehidupan manusia lain, subhanallah banget gak sih?

Siapa tidak paham kebahagiaan orang lain…
Tapi tiba-tiba banyak juga yang kemudian terlalu too much in sharing
“Sayang aku sayang kamu” with —– abang AAAA
“Ih hubby kamu dimana sih” with—– mas BBBB
Sebuah hal yang seharusnya sih bisa banget dilakukan dengan menggunakan media komunikasi semacam yang modern seperti skype, whatsapp, LINE, hingga media yang agak purba bernama SMS dan MMS.

belum lagi foto bayi, printout foto USG, dan foto selfie yang yaaaah mungkin kalau hanya 1-2 x boleh lah, ini… bisa beberapa kali dalam satu hari!

Atau ada juga yang nyindir cantik seperti:
“Subhanallah, istri yang shalehah memang yang seperti kamu sayang” with—-Ukhti UUUU
“[ARTIKEL] Antara Karir dan Bakti pada Suami”

Dan pada suatu hari saya mendapat chat dari seorang teman saya, tiba-tiba sekali…

“Mon, aku keguguran”
“Hah! Innalillahi, kenapa? Mungkin kecapean… udah gak apa insya Allah diganti nanti.”
“Doain ya, Mon. Katanya kandungan aku lemah gitu.”
“Hei… come on. Kalau kata Allah mah `kun fayakun` udah..udah..jangan mikir macem-macem. Makan yang banyak makanya *solusi gw selalu berkisar pada makan =.=”
“Aku konyol deh, aku suka sedih gitu kalau liat temen-temen lain pada update foto-foto bayi… foto USG mereka… rasanya pengen aku unfriend semua. Aku salah apa ya?”

JEDEEEER!

Nah kan! Diam-diam korban “over dosis” sebar kebahagiaan itu ada… dan pasti ada…
Mari kita tinggalkan kisah teman saya itu. Eh ngomong-ngomong doain ya semoga doi cepet lah punya bayi yang lucu.

Sebuah pertanyaan kecil dari saya, apa kita setega itu? Setega itu untuk diam-diam mengiris perasaan orang lain? Mungkin Anda tega, saya tidak.

Kalau kata teman saya, sungguh indah dunia jika
Yang sudah menikah menjaga perasaan yang belum menikah
Ibu rumah tangga menjaga perasaan Ibu yang berkarir dan sebaliknya
yang sudah punya pacar menjaga perasaan yang jomblo
yang sudah punya anak menjaga perasaan yang belum dianugerahi keturunan
ya! hal yang terdengar mudah bernama: SALING MENJAGA PERASAAN dan bukankah akan menjadi lebih tenteram jika dunia diganti dengan hal bernama: SALING MENDOAKAN

Sosial media itu seharusnya menjadi sebuah media untuk menyalin silaturahim bukan?
Bukan ajang riya` apalagi media pengganti SMS #hadeuh =.=
Tahukah kalian bahwa kata adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus.Maka sesuatu itu harus adil, berada di tengah-tengah, tidak terlalu berlebihan. Go ahead! share everything to the world! tapi ingat selalu ada batas antara apa yang bisa dan tidak bisa kita share. Kelola pemikiran kita terlebih dahulu sebelum memposting sesuatu.

Saya meyakini pembaca blog saya mayoritas sudah diatas 20 tahun.
Usia yang sudah cukup matang dan dewasa.
Tua itu pasti tapi dewasa belum tentu, dan saya pikir kita semua ingin memutuskan menjadi seseorang yang dewasa. Seseorang yang memiliki kualitas sikap dan tingkah laku yang kompeten untuk kelak menjadi teladan yang baik untuk generasi-generasi kita selanjutnya.
Memilih untuk memiliki kualitas yang mumpuni untuk menjadi insan yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
Maka bukankah itu semua perlu dimulai dari mengkoreksi diri sendiri?
Makan bukankah itu semua perlu dimulai dari hanya sekadar memilah mana yang sangat buruk, buruk, baik, dan terbaik? Itulah gunanya pemikiran kita mendewasa, agar level pemilahan kita terhadap segala sesuatu meningkat

Mudah? Hahahaha… yang jelas tidak lah!

tapi setidaknya kita tidak akan pernah bisa jika tidak pernah mencoba, dari sekarang
waktu yang akan menempa kita.
Insya Allah 🙂

Jadi semoga kebahagiaan kita yang sederhana akan menjadi lebih indah ketika kita juga bisa membahagiakan orang lain…
Semoga kebahagiaan kita yang sederhana bisa mendapat ridha-Nya dengan cara-cara yang manis dan penuh surprise, seperti biasa 😉

 

Bukumu… Filmmu… Tulisanmu… adalah kamu


Ada bermacam-macam cara orang mengurangi stressnya, saya termasuk orang yang lebih senang membaca, menulis, dan menggambar untuk sekadar menghilangkan jenuh. Saya agak sedikit sulit bersosialisasi and making friend, saya sangat pendiam jika bertemu orang yang belum terlalu saya kenal tapi kalau sudah sangat kenal wew… sama aja hahahaa.

Tapi tahukah kalian bahwa sifat seseorang, termasuk saya, sebenarnya terukir dari kebiasaan yang kita lakukan sejak kecil, termasuk di dalamnya apa yang kita baca, lihat, lakukan, disaat kita masih kecil dulu. Sewaktu kuliah pengantar manajemen saat S1 dulu, dosen saya bilang “Jika kamu ingin melihat diri kamu 15 tahun yang akan datang, lihat buku yang kamu baca saat ini”. Aaaaaaah, Tapi sebelum sampai pada hal itu, biarkan saya sedikit bernostalgia dengan masa kecil saya. Saya lahir di keluarga yang mementingkan agama dan pendidikan. Saya lahir di keluarga yang kecil tapi tergila-gila dengan buku. Saat saya TK, saya melihat semua anggota keluarga saya setiap hari membaca. Kakek saya suka sekali membaca koran dan sejarah dunia, setelah Beliau membaca Beliau akan ceritakan beberapa hal menarik dari yang Beliau baca kepada saya. Ayah saya penyuka buku filsafat dan ekonomi, saya tidak mengerti jenis buku itu saat masih TK tapi saya melihat satu-satunya saat ketika ayah saya begitu asyik dan menikmati sesuatu adalah ketika Beliau membaca, bahkan jika ada gempa bumi sekalipun Beliau tidak akan bergeming dari tempat Beliau membaca. Nenek saya penggemar berita, setiap hari menonton berita dan Beliau ahli memasak nomor wahid di keluarga tentu saja punya koleksi buku resep yang sangat banyak. Yang luar biasa dari nenek saya adalah Beliau bisa hapal sekali membaca. Mama saya, penyuka novel misteri, ketika saya masih kecil Mama saya memperlihatkan koleksi novel lima sekawan yang Beliau miliki dan dengan muka sedikit sedih Mama saya bilang “Sebenarnya lebih banyak lagi nih, cuman Mama pinjemin ke teman-teman mama eh terus mereka lupa ngembaliin.” Sejak saya TK saya melihat keluarga saya tergila-gila dengan buku, dan hal pertama dalam pikiran saya adalah hal paling menyenangkan di muka bumi ini salah satunya adalah: BUKU

Dari TK menuju SD, saya mulai protes karena hanya saya yang tidak bisa membaca dan hanya saya yang tidak mempunyai buku. Well, I have actually buku baca tulis hitung dari TK tapi saya ingat betul saya sampai bilang kepada guru saya kalau saya tidak mau memakai buku itu karena tulisannya pasti diawali dengan A untuk APEL dan diakhiri Z untuk ZEBRA. Buku itu seingat saya berakhir tragis karena hanya sekadar menjadi buku mewarnai saya dan itu juga alasan nilai saya di TK adalah “K” (Jika kalian tahu skor nilai ada A,B,C,dan paling rendah D…. saya dapat K! Sebuah skor yang lebih rendah dari D! jenius kan). Akhirnya ayah saya membelikan saya komik paman Gober, saya masih ingat betul buku pertama yang saya baca adalah Komik Paman Gober dengan judul Wanita Berjas Ungu. Kisahnya tentang Mickey Mouse yang diracun oleh wanita berjas ungu, dan Mickey harus mencari si wanita itu dalam waktu 2×24 jam untuk mendapat penawar racun itu. Itu juga pertama kali saya mengenal cerita detektif. Apakah saya bisa membaca setelah itu? Yuph… secara ajaib saya bisa membaca setelah saya memiliki buku baru yang tidak hanya bergambar apel dan zebra, walau masih belum memahami makna ceritanya tapi setelah saya tanya Mama saya saya menyadari, arrrrghhhhh keren banget nih cerita detektif.

Mulai dari kelas 2 SD, karena saya memang bandel setengah hidup, lagi-lagi saya bosan membaca buku untuk anak kelas 1 dan 2 SD, wonder why? Karena bacaannya pasti INI BUKU BUDI, BUDI BERMAIN BOLA. Ohlalala… kenapa Budi lagi, Budi lagi. Saya tinggal di desa saat itu, akses terhadap buku amat sulit jadi sebenarnya buku dengan teks INI BUKU BUDI and soon itu sudah luar biasa untuk anak kelas 1 dan 2 SD yang masih mendalami kemampuan baca mereka. But well, saya memang tukang complain…. ayah saya sangat baik, jadi Beliau membelikan saya satu set buku pengetahuan bergambar seri Rahasia Alam lengkap kap kap kap untuk saya. Kalau ada yang belum pernah lihat bukunya, kira-kira seperti ini

Keliatan kece badai kan, hingga sekitar kelas 4 yang saya baca kalau bukan buku tentang pengetahuan alam, pasti komik Paman Gober dan Donal Bebek. Mulai kelas 3 SD saya langganan majalah Bobo dan itu masa-masa paling hits dalam kehidupan per-SD-an saya karena banyak hal yang menyenangkan untuk dibaca. Saya juga punya buku harian sejak kelas 2 SD, dan saya selalu mencatat hal keren apa yang sudah saya baca dan saya alami. Pokoknya waktu SD scientific abis deh, bahkan ketika semut berbaris pun saya tulis di buku harian, luar biasa kan.

Kelas 4, Mama saya bilang sudah saatnya saya baca buku yang lebih banyak kata-kata dibandingkan gambarnya, dari sini saya mulai belajar membaca novel. Novel pertama saya, lima sekawan. Tapi karena saya merasa jagoannya ada 5, maka Mama saya kemudian memperkenalkan detektif paling kawakan sepanjang masa: SHERLOCK HOLMES. Mama saya penggemar novel detektif, jadi novel-novel pertama saya yaaaaaa semuanya novel detektif, hingga sekarang saya paling suka novel misteri. Kelas 5, entah kenapa ayah saya mulai memperkenalkan buku-buku yang “terlalu berat” untuk saya, jika diingat-ingat lagi mungkin itu firasat ya Ayah akan sakit lalu kemudian meninggal. Buku yang saya baca kelas 5 SD mmmm 100 tokoh yang berpengaruh di dunia karangan Michael Hart, buku yang saya punya masih super DJADUL dengan cover hitam pink dan kertas yang kuning hahahaha

dari situ saya dibelikan komik tentang penemu-penemu di dunia, Issaac Newton, Einstein, semuanya. Mungkin kalian juga punya koleksi buku-buku itu. Ini hits banget di era anak SD SMP 90-an. Karena sepupu saya juga suka buku jadi kami bisa saling tukar baca komik-komik itu. Puncaknya, menjelang kelas 6 SD ayah saya memberika saya buku Einstein Dreams karangan Alan Lightman dan sebuah buku karangan Kahlil Gibran *lupa judulnya pokoknya covernya gambar kuda lagi liat bulan*

Einstein’s Dream adalah buku favorit saya, dan juga buku terakhir yang ayah saya berikan kepada saya. Dalam satu chapternya ada banyak poin-poin menarik tentang ruang dan waktu dan itu benar-benar menarik.

Saat SMP, banyak kesedihan yang terjadi di keluarga saya. Kakek, nenek, dan ayah saya meninggal dunia. I am smiling in that time, buat of course I am crying inside. Mama saya menghibur saya dengan membeli satu set full novel karangan Agatha Cristie dan Trilogi WINNETOU.

Dari dulu saya mencintai buku, tapi saya mulai bosan dengan novel fiksi saya lebih memilih buku buku non fiksi saat ini. Masih seperti dulu ketika ada yang menarik, saya menulis semuanya di buku harian saya dan juga di blog.

Lalu film? It’s gonna surprise you but my family almost never watch SINETRON. Dari kecil saya menonton film kartun. Lalu menonton film-film seru seperti Mc Gayver, film-filmnya Jet Li, Jackie Chan, tentu beberapa film vampire yang kemudian membuat saya tergila-gila menempelkan kertas ke jidat teman-teman saya ketika mereka berisik. Dan yang paling hot, film India hahahahaha…. sinetron? rasanya jarang sekali.

Luar biasa kan masa kecil seorang Marissa, yeph! but nothing is perfect. Dengan background itu saya benar benar menjadi anak yang baik, senang baca, logis (mungkin terlalu logis), tidak punya masalah dengan menulis. Buku yang saya baca membuat saya tumbuh jadi orang yang kepo dan ingin tahu banyak hal, belajar melindungi seperti yang dilakukan Winnetou, belajar untuk bangkit setiap gagal dari biografi para ilmuwan, belajar mencintai ilmu pengetahuan, dan hal-hal baik lainnya. TAAAAAAPIIIIIIII…. tentu ada negatifnya, saya menjadi super kuper, saya tidak terlalu suka bicara karena saya lebih senang menulis dan membaca (menggambar juga) dan itu membuat saya super super super KUDET aliar KURANG UPDATE.

Boleh liat saya sekarang, saya ini jaraaaaaang banget ngomong kalau bukan ke orang yang deket-deket banget. But I write and draw so much. Apa ini jadi masalah, jelas…. teman saya menjadi tidak terlalu banyak dan yang lucu saya jadi suka kurang update gitu deh. Contoh, waktu SMP ada teman yang berbisik pada saya “Mar, bawa roti jepang gak?” berhubung dari ndeso dan kemudian sekolah di kota tentu dengan keramahan ala ndeso saya jawab “Waduh, gak tuh”
“Aduuuh, beli dimana ya”
Dengan kejeniusan saya yang memang tiada tanding, dengan PD saya bilang “Yaudah, saya tau…saya temenin ya”
Kalian tau saya bawa teman saya kemana? Ke kantin dan dengan suara kencang saya bilang “Mas, beli roti ya. Tapi temen saya maunya roti dari jepang” BYAAAAAR seketika semua orang tertawa terkikik-kikik. Teman saya itu seingat saya hanya bilang “Jadi kamu gak ngerti roti jepang itu apa ya?”, jawaban saya tentu “Ya roti kan… kamu belum sarapan ya, yaudah sini aku traktir” dan kini saya sadar betapa malangnya nasib teman saya itu. Bodohnya, saya baru menyadari kesalahan saya itu ketika saya pulang ke rumah itupun disambut dengan tawa riuh Mama saya hingga beberapa menit.

———————————————–
Itu kisah saya,
Ngomong-ngomong apa buku yang kalian baca? Film yang kalian lihat? dan yang kamu lakukan ketika kalian kecil?
Jika kalian sudah memiliki anak, buku apa? film apa? hal apa yang akan kalian berikan kepada anak kalian?

Jawab sendiri-sendiri, tapi berikanlah hal yang baik.

Akhir-akhir ini semakin sedikit jenis buku yang dibaca anak-anak di Indonesia. Semakin sedikit juga tontonan berkualitas untuk mereka. Saya kemudian sedih luar biasa ketika membuka instagram salah seorang artis dangdut fenomenal yang memperlihatkan foto seorang anak membaca buku biografi dirinya.
Image and video hosting by TinyPic

Saya pikir anak itu masih usia SD, saya cek akun instagramnya dan benar saja masih kelas 4 SD. Kelas 4 SD… dan buku yang dia baca, yang dia banggakan adalah buku biografi JUPE! Tidak bermaksud menyinggung para fans Jupe, tapi kalian bayangkan usia kelas 4 SD bacaannya JUPE! Buku yang mungkin bahasanya tidak berat dan bisa dicerna oleh anak sedini itu, tapi kalian harus tahu bahwa di cover letternya aja udah jelas tulisannya Cantik itu menurut gue 5 B (Brain, Beauty, Behave, and Boobs)” Oh sorry…. but please reconsider apakah anak kecil sudah layak mengenal BOOBS in their life? Apa itu lebih penting dari pengetahuan alam seperti gerak semu harian matahari, atau ilmu-ilmu fisika dasar yang menjelaskan mengapa Tuhan begitu hebat sehingga sistem di semesta ini bisa membuat planet-planet just keep on their track? 

Saya mengecek aku anak itu, dan bagi saya untuk seorang anak kecil, anak ini menjadi terlalu terlihat “dewasa sebelum waktunya”. Dan ini terjadi di generasi muda negeri kita, ketika angkot yang dipenuhi anak sekolah usia SD hingga SMP lebih sibuk memperdebatkan realita cinta dan pacaran mereka beserta artis-artis masa kini dibandingkan PR matematika yang mereka peroleh. Ketika mereka lebih hapal nama artis-artis sinentron dibandingkan proses metamorfosis pada kupu-kupu.

Jika buku yang saya baca, film yang saya tonton, membentuk saya menjadi saya yang sekarang…. maka mungkin hal serupa akan terjadi pada generasi-generasi selanjutnya. Saya mungkin bukan siapa-siapa, tapi saya tidak tega melihat generasi yang minim pola pikir kritis dan memadai hanya karena apa yang mereka lihat di masa kecil tidak membentuk mereka menjadi pribadi yang mumpuni menghadapi kehidupan yang semakin menantang.

10 tahun…
20 tahun…
beberapa tahun kedepan, kita akan menua semakin menua, hingga digantikan oleh generasi setelah kita.
Jika mereka memiliki kualitas yang kita rasa lebih rendah dari generasi kita maka apa kita harus menyalahkan mereka?
Saya berpendapat mungkin tidak…. karena kita juga yang berperan membentuk karakter generasi-generasi setelah kita.

Jika kalian memiliki keluarga, memiliki adik, memiliki anak, memiliki cucu,
maka didiklah mereka, ajari mereka dengan hal-hal yang baik. Buat mereka menjadi orang-orang yang jika memungkinkan lebih hebat dari kita. Menjadi orang yang cerdas, kritis, dan berbudi luhur. Menjadi orang-orang pintar, beradab, dan tidak egois.

Selalu ada harapan di semesta ini, dan harapan baru selalu muncul dari generasi-generasi baru.
Teriring seluruh doa yang baik untuk generasi saya dan generasi yang akan datang.