Karena berjuang tidak sebercanda itu…*



A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams.  A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.


Image and video hosting by TinyPic

“Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life…..
You were only waiting for this moment to arise.

– Blackbird, The Beatles- “

Saya mulai melihat kalender dan wew… sebentar lagi September aja. Lalu saya bolak-balik kalender itu, lalu dengan senyum simpul saya melihat tahun akan berganti dari 2014 menjadi 2015. Karena pekerjaan, saya selalu ke kampus saya… lalu melihat mahasiswa baru sedang menjalani Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan Departemen. Kerennya lagi, saya disapa mantan murid saya yang sedang mengurus wisuda S1-nya, itu sih belum terlalu jleb… di sampingnya ada teman-temannya, ada yang bilang dalam waktu dekat dia akan segera sidang untuk S2-nya… bahkan ada juga yang bilang “Kak, nanti datang ya aku mau nikah insya Allah bulan depan” huhuhuhuhuhuhu….. ada gelitik-gelitik geli ngilu gitu kan di hati, oh come on pasti ada yang tahu perasaan macam itu.

“Kakak sekarang kerja dimana?”
Saya jawab singkat “Biasa aja di kampus lah yang deket-deket rumah hehehe…”
“Saya kira kakak sekolah lagi”“Iya doain aja… bulan depan kakak berangkat”
Dan DHUAAAR heboh deh, respon paling mainstream adalah “Whoaaaa…. keren banget, gimana sih kak caranya? Aku mau nih…”, “Ih enak banget ya…. jalan-jalan… gratis pula”

Well, terima kasih. Tapi mmmm… mungkin semua tidak semudah yang terlihat ya 🙂
Ah kalian… kalian harus melihat apa yang seringkali tersembunyi di balik layar.

——————————-

Kembali ke masa bertahun-tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah… dengan sangat PD-nya saya bilang kepada seorang teman saya “Liat deh, gw mau kasih liat ke dunia. Bukan berarti gw gak kaya…. gak pinter… gak cantik… gak langsing… dan dengan segala kekurangan gw, gw gak bisa lanjut sekolah lagi. Gw mau kasih liat kalau keterbatasan kita bukan halangan kita buat berjuang dan maju. Gw pasti bisa, dunia harus tau itu.” dulu sih cuman omongan dua remaja labil yang imajinasinya selangit dan setelah itu kami ketawa aja sambil menertawakan dompet yang lebih mahal dari isinya hahahaha :’D tapi semua semakin serius… serius… dan serius.

Kita bisa secara mudah bermimpi, menginginkan sesuatu, merencanakan sesuatu… tapi untuk mengapai ridha Tuhan itu perjuangannya tidak semudah yang bisa kita bayangkan. At least untuk saya…

Saya sudah nyaris putus asa berkali-kali. Lebih banyak dari yang bisa kalian bayangkan.

Untuk meraih impian saya sekolah lagi ini, saya sudah mengorbankan masa 2 tahun pasca saya kuliah S1. Jadi saya sudah cukup kebal melihat teman-teman saya yang sudah lulus S2 bahkan mau lanjut S3, yang udah dapat karir yang bagus, dan sebagainya-dan sebagainya-dan sebagainya. Berat? Biasa aja… itu mainstream, tapi dunia kemudian menjadi sedikit lebih sadis ketika kamu adalah wanita, anak yatim, mama kamu sakit, adik kamu masih “kecil”, kamu gak kaya, ndut, dsb…dsb…dsb…

Hal paling membuat sedih adalah ketika banyak yang berpikir betapa sadis dan egoisnya saya karena tidak mengejar karir. “Idih… buat apa sekolah tinggi, sombong banget… kekayaan banget ya” Waaaah udah kenyang deh. Keluarga saya mementingkan akademik tapi society di sekitar saya? Oh itu lain cerita. Tapi mungkin karena setengah hati, sepertinya saya tidak pernah benar-benar lama dalam suatu pekerjaan atau benar-benar serius dalam apply pekerjaan. Pikiran saya masih melayang-layang “Yaaah, masa gak jadi nih sekolah lagi”

Pergolakan logika dan nurani itu luar biasa loh, saya sih ceria-ceria aja keliatannya… but when you know me a lot, I cried aloud too hahaha tapi di balik layar.

Baiklah lupakan masalah kisah tragis yang satu itu. Yang pasti, bukan berarti saya tidak peduli dengan keluarga saya ketika saya memutuskan sekolah lagi. Hahahaha…. kalian pikir saya dua tahun ini ngapain aja? Main bola bekel? Saya sudah persiapkan segalanya sebaik yang saya bisa. Saya sudah buka tabungan pendidikan untuk adik saya supaya kami tidak terlalu kaget pas dia masuk universitas nanti, saya sudah punya asuransi karena sama seperti kata salah satu teman saya yang kece, Tiko, “Kita gak pernah tau, Mon apa yang akan terjadi sama kita”, saya punya tabungan untuk saya sendiri dan tentu tabungan untuk Mama saya. Tidak banyak sih, tapi itu saya perjuangkan bertahun-tahun. Saya sudah bilang ke Allah untuk menjaga semua orang yang saya cintai dengan penjagaan terbaik.

Ketika beberapa orang yang mau lanjut sekolah ke luar negeri, asik dengan euphoria mereka masing-masing, mau belanja ABCDE, mau jalan-jalan ke XYZ… otak saya lebih sibuk berpikir bagaimana dengan keluarga saya ketika saya tidak ada… siapa orang-orang yang saya bisa percaya. Pokoknya ala emak-emak rempong banget hahahaha. Tapi saya bahagia karena fase ini membuat saya semakin percaya betapa luar biasanya dukungan keluarga saya, terutama Mama yang sudah tahan kuping dan hati denger komentar macem-macem tentang anak perempuannya yang satu ini. Saya juga bisa menemukan teman-teman yang benar-benar tulus membantu dan menolong saya. Ini menjadi fase dimana saya bisa berpikir secara lebih tenang dan dewasa, tidak semeledak-ledak dulu. Saya bisa lebih tenang karena semuanya terlihat sudah dipersiapkan dengan baik, semoga Allah meridhai segalanya.

Masalah itu boleh lah ditinggal sebentar, lalu sampailah pada masalah lain. Love life….
Tentu saja kisah horornya adalah “Kamu keasikan sekolah, nanti gak nikah… single terus… atau nikah tapi udah tua terus susah dapet anak…lalallala” huhuhuhuhu… itu lebih menyedihkan daripada dibilang gendut loh, huhuhuhuhuhuhuhuhu *peluk bantal galau*
Seperti yang sudah saya tulis pada posting sebelum-sebelumnya, “Impian saya lebih lama saya kenal dan mengenal saya dibandingkan pria manapun, maka saya harus perjuangkan impian saya terlebih dahulu” dan seperti yang saya bilang pria manapun yang akhirnya ikhlas mendampingi saya nanti entah deh pasti sabar banget dan mungkin sebenarnya dia lagi asah golok di kolong kasur dan memelihara king cobra cuman kita gak tau aja.

Siapa sih yang gak mau menikah, waaaah saya sih mau-mau aja, apalagi kalau dia jago masak dan jago nyetrika ahahahaha jackpot banget *mulai salah fokus*, but to be honest apa salahnya juga sih single? Bukan dosa besar lagi hahaha…. sebagai wanita yang berjiwa bebas saya lagi happy-happynya menikmati masa ke-single-an saya hahahaha.

Well, gak sih… gak se”kejam” itu.
Saya ingin konsenstrasi dengan studi saya. Bayangkan! Udah dua tahun nunggu, udah bikin Mama pusing, udah mengorbankan banyak hal, udah dibantuin banyak orang, punya Sensei baik hati, masa saya gak all out sih untuk masalah ini. No way! Ini serius… bentuk terima kasih dan syukur saya adalah melakukan yang terbaik yang saya bisa apalagi otak kuotanya terbatas  udah faktor-U pula yaaaa mau gak mau kan harus serius.Gak ada waktu deh pajang foto selfie sama pacar, update status  makan dimana,masak apa, untuk si ayang setiap saat, oh come on gw udah makin tua nih yang pasti-pasti dan praktis-praktis aja deh.

Last but not least, saya suka pria yang keren banget… yang keliatan perjuangan hidupnya. Biarkan saja dia berjuang untuk keluarganya terlebih dahulu yang sudah berjuang untuk dia selama bertahun-tahun. Biarkan juga dia menyelesaikan tanggung jawabnya yang pasti seabrek-abrek sebelum dia memulai tanggung jawab baru. Lagipula saya kan matrealistis gitu deh, saya mau menikah dengan pria yang punya paham pernikahan kami harus merupakan hasil kerja keras kami, widiiiiw…simple aja tapi harus mengena. Biarkan aja pria yang entah siapa ini bahagia dulu menikmati masa lajangnya sebelum rambutnya rontok satu per satu karena memikirkan KPR… tagihan listrik… tagihan air… sekolah anak…tingkat inflasi… harga BBM yang naik… dsb…dsb…dsb… HAHAHAHAHAHAAHA *sumpah gw jahat banget :p*

Kalau kata sastrawan mah:

If you love someone, set them free. If they come back they’re yours; if they don’t they never were.
-Richard Bach-

Saya ini orangnya gak bisa diatur… jadi saya ingin pria yang bisa membebaskan saya tapi tetap bisa menasehati saya ketika saya salah. Sama seperti itu, begitu pula kelak saya akan menghargai orang yang saya cintai… apapun pilihan dalam hidupnya, selama itu baik maka akan saya dukung. Taraaaa so simple, saya pusing kalau ribet-ribet. Cuman segitu aja, Mon? Ahahahaha… iya ya…kok cuman segitu aja, kasian banget padahal udah rela menerima cewek gempal-gempal imut yang gak mau diet ini. Yaaaah sementara tentatifnya gitu dulu lah. Sabar ya, sayang :’D

Yang pasti, semua pasti ada waktunya.

Huft… sudah lebih dari 24 tahun hidup, rupanya hidup itu capek ya.
Seperti layaknya atlet bulutangkis Indonesia, udah keringetan… capek loncat-locat, lari-lari ngejar shuttlecock, masiiiiiiih ajaaaaaa dikomentarin macem-macem sama penonton yang sebenarnya sejak awal tugasnya sebagai supporter. Tapi bayangkan ketika kemudian bisa menang! Semua tepuk tangan riuh di lapangan, capek hilang, dapat hadiah pula! Huwaaaa sensasinya itu loh!

Namanya juga perjuangan…. yang penting menghadapi semuanya dengan kepala tegak 🙂

*) terinspirasi dari kata-kata Sudjiwo Tedjo; “Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari biar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu”

 

Biar gak dikata jilboobs :)
Ya Allah…tolong, jangan biarkan para mahasiswa lapar Ya Allah :(

Leave a Reply

Your email address will not be published / Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.