Fenomena “Afi” dan minimnya budaya literasi Indonesia 



A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams.  A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.


Sebenernya gw males komentar hal ini, tapi gw  merasa baik yang mengidolakan dan mengkritisi Afi keduanya sudah kelewatan…. yo wis lah kali ini saatnya emonikova menyampaikan pendapatnya. 

Checkidot! 

1. Tanggapan tentang fenomena Afi?
 “Well… gimana ya? Menurut gw sih untuk anak daerah mulai berani menyuarakan suaranya, then it is good ? Inget loh, dia itu anak daerah, anak SMA, dan dari keluarga yang kondisi ekonominya tidak begitu baik. Jadi, dari sisi gw waaaah keren hahahha. Waktu gw seusia dia, gw kayaknya sibuk nonton doraemon sama spongebob ?

Tapi yaaaa gw sih gak ngefans, biasa-biasa aja. Masih banyak kekurangan di tulisan-tulisan doi… apalagi sekarang ada dugaan plagiarism dsb. Tapi ya namanya juga remaja, masih banyak ilmu yang perlu diraih, masih perlu banyak pengalaman dan pengetahuan untuk menstabilkan pola pemikiran dan sikap. Namun, terlepas dari segala kekurangan itu… mari kita apresiasi bakat dik afi ini.  

Gw selalu merasa bahwa beberapa orang di negeri kita terlalu nyinyir dalam menanggapi potensi, dan menurut gw itu yang lebih bahaya dari sekadar status-status yang beredar di social media. Afi, she made some mistakes… tapi apa susahnya sih mengapresiasi keberanian dia dalam menyampaikan opini, she just need a good teacher yang kelak bisa mengajari dia how write, how to deliver opinion. Hey Indonesia! What’s your problem? Belum minum aq*a? 

2. Tanggapan yang beredar tentang Afi: fans+haters?

Dari haters dulu deh, bukan haters sih lebih ke para kontraers.

Gw iseng sih baca2 yang kontra… salah satu yang paling viral itu tulisan mas-mas yang kuliah di Jepang juga. Karena saya gak gaul, jadi saya gak kenal mas ini. Tapi saya mah ketawa aja… tanggapan doi sih cerdas, kritis, subhanallah, tapi lupa kalau lawan bicaranya anak baru lulus SMA. Dengan pola diksi yang super pedas seperti mak icih level 100, yaaaa… keren, keren sih. Bener, mmm… okay! Tapi klo gw jadi Afi sih gw merasa “meh”. Mas ini menurut gw (maaf loh, Mas) kayak nembak nyamuk dengan rudal…hit the point sih, tapi yaaa too much! Bahasa anak gaulnya nih: Lebay.

Mungkin Masnya terlalu banyak berkutat dengan jurnal, jadi lupa beberapa detil salah satunya sisi psikologis manusia. Klo semua orang mengkrtitisi kayak Mas ini, kayak om Felix, dsb dsb…. Anak-anak remaja yang lagi “labil-labilnya” dan lagi “membangkang-membangkangnya” bakal males mengkaji lebih jauh permasalahan. Gitu sih.

Yaaaa okelah kalian mau kontra, tapi kalian punya kakak dong? Punya adik dong? Atau punya keluarga yang usianya lebih muda dari kita kan? Mau keluarga kita dikritisi seperti itu? Karena adik saya kira-kira seumuran afi, saya sih ngamuk kalau ada yang tiba-tiba membully adik saya although dia melakukan kesalahan… kan bisa menasehati baik baik dan berdikusi terlebih dahulu. Saya pikir, bully yang muncul buat dik afi ini udah too much, saya aja yang gak kenal dan gak ngefans sama nih anak jadi ikutan sebel. ERRGHHHHHH… 

3. Terus buat fans?

Nah ini juga menarik, menurut gw orang Indonesia itu suka maen like and share tanpa “mikir” dulu. Banyak kekurangan yang ada pada tulisan Afi ini, apalagi (inget) sourcenya social media. Bisa bener, bisa salah, bisa ngawur, bisa macem-macem, belum jelas lagi sourcenya. Saya sih lebih senang jadi orang yang baca, terus “oh ya bagus…bagus” tapi boleh dong gak setuju dengan beberapa hal. Ya udah… gitu aja, kemudian hidup berjalan sebagaimana adanya. Gak usah maen share… share…share…

jadi menurut gw lebay juga mengagung-agungkan tulisannya afi. Memang seluruh paragraph dan opini doi sepenuhnya shahih? Apa benar itu 100% pemikiran doi? Jika tidak dan rupanya dapat dari google… she will get trouble karena masih kurang dalam mencantumkan sumber (dan sekarang udah liat kan masalah itu). Lagian socmed! Helow! Kalau jurnal ilmiah mending ya di share karena sudah melalui tahapan review dsb. Status socmed? Oh D*mN!

4. Jadi menurut lo, Mon… permasalahannya dimana? 

Menurut gw, ini bukan masalah afi dan seluruh fenomena yang terjadi setelahnya. Menurut gw hal yang lebih memprihatinkan adalah, betapa masih dangkalnya pemahaman kita. Betapa masih ceteknya pola prilaku kita. Bahan bacaan kita adalah status-status di social media… hal-hal yang meng-gerak-an kita adalah hal-hal yang menarik di facebook, twitter, dsb. Kita ini miskin! Miskin daya nalar, miskin budaya literasi. Di muka bumi ini tersebar banyak riset yang lebih menarik dan lebih penting… misalnya how to builda good farmer’s market untuk memotong rantai distribusi pangan dan mensejahterakan petani sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca. Tau gimana caranya? Gak kan… krn gak ada di status fb. Temen social media kita kebanyakan sibuk share something yang menarik tapi gak krusial2 banget dalam kehidupan. Masih mending yang share resep masakan sih :’D that’s really help!

Ada juga yang share BPJS itu haram, asuransi itu haram… well ok! Good… tau mekanisme BPJS seperti apa? Mekanisme asuransi seperti apa? Lalu pembedanya dengan (misalnya) mekanisme penyaluran ZIQWAF seperti apa? Jika kemudian ada asuransi super mikro yang diberikan oleh BMT itu gimana? Pembangunan system finansial yang baik seperti apa? Tau jawaban untuk itu? Ya belum tentu…. Wong kitabnya Al-facebukniyyah dkk.

Diskusi kita lebih banyak pada debat cap pepesan kosong di social media. Berdebat tanpa mencari jalan tengah, kalau opini gw benar maka gw benar yang lain salah. Persetan dengan opini orang lain dan jalan tengah. Dan lempar-lemparan botol, sandal, kaleng, itu semua terjadi di kolom komentar yutub, tercipta pada twitwar, and bajir komentar di facebook. Itu keren? Itu namanya: alay!  

Dan kalau kalian gak percaya sama omongan gw, nih sesekali gw kasih data! Dalam publikasi “World’s Most Literate Nations”, dari 61 negara yang disurvey berdasarkan tingkat literasi (tingkat literasi itu bukan berapa banyak yang bisa baca ya, tapi lebih ke literate behaviours kayak berkunjung ke perpustakaan, baca buku yang berkualitas, baca koran, dsb cekidot at http://www.ccsu.edu/wmln/) . Indonesia ada di peringkat 60! HANYA SATU LEVEL DI ATAS BOTSWANA. Kalau adik saya bilang “Itu sih syukur cuman 61 negara yang disurvey, kalau 100 kayaknya tetep 99 dan jauh juga dari Thailand, laen kali mending gak usah ikut survey.” 

Jujur gw setuju pas pak Jokowi bilang “Negara lain sudah mikir gimana ke luar angkasa”, and that’s true! Kita terbiasa mencari short-cut dalam berpikir, gak mau capek.

Yang harus diperbuat?

Yaaah jangan gampang panasan lah menanggapi suatu isu. Apalagi kalau lo udah berpendidikan punya karir bagus, harusnya pola pikir lo juga naek beberapa level. Kalau lo punya keluarga, punya adik, punya kakak, lo juga tau dong gimana cara memposisikan diri lo terhadap mereka, dan jika lo baik dalam itu lo juga harusnya bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Inget kawan, klo bawa-bawa agama nih, tugas kita itu habluminannas, hubungan sesama MANUSIA. Lo tau kan definisi manusia? Maka berbuat baiklah kepada sesama manusia.

Lo belum tentu selalu benar maka jangan paksakan opini lo. Orang lain juga tidak selalu benar, maka kaji setiap opini melalui berbagai perspektif. Kalau lo gak bisa memilah mana yang baik, lo gak bisa bijak dalam bersikap, lo gak bisa melihat masalah dari berbagai perspektif, terus kualitas apa yang bisa lo banggakan dalam hidup lo?

Sabar, Mon… jadi pesan lo? 

Pesan gw, udah lah gak usah ribut hal-hal yang remeh. Berhenti mendewakan seluruh mahzab Al-Facebukniyah. Lihat masalah dari berbagai perspektif. Bijak… dan stop nyinyir-nyinyir.

Dan untuk Afi, untuk anak-anak Indonesia lainnya. Tetep berkarya, berusaha memberikan yang terbaik, belajarlah dari aneka kesalahan. Saya berdoa semoga kalian mendapat pengajar yang baik, yang berilmu. Semoga kelak kalian bertemu kakak-kakak dan teman-teman yang asik diajak diskusi. Kita selalu melakukan kesalahan, dan bersamaan dengan itu kita selalu punya kesempatan untuk memberbaikinya, and ssssttt… this is a secret: itu yang akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik.  

Eh btw, gak semua juga yang bereda di dunia maya itu benar, namanya juga dunia maya… termasuk tulisan gw ? gak usah misuh-misuh ye, gw juga gak minta lo setuju sama gw fufufufufu.  

Lots of love,

Marissa 

Filosofi Soto dan Kebhinekaan Indonesia
Jangan-Jangan kita menciptakan phobia baru: Non-Moslem-phobia

Leave a Reply

Your email address will not be published / Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.