Blitz kamera dan kisahnya…


image

Jadi kemarin kami ada farewell party untuk seorang teman. Dan juga sekalian welcome party. 

Hal paling unforgettable justru bukan acaranya… tapi gw merasa dijailin abis. Gw bawa hadiah dong buat perpisahan teman gw itu… it’s quite big karena pake kardus bekas belanja di amazon. Gw bungkus serapi mungkin, pake pita. Keliatan romantis, supaya gak kecewa pas buka isinya. Isinya… salah satunya scrap book yg gw gambar sendiri hanya dengan waktu 2 jam -.- itu pun pake buku gambar yg udah mulai usang *haish*

Jujur gw mau membuat itu se-privat mungkin, gw kan pemalu *huek*
Lbh tepatnya gw gak tau gw nulis apa aja di tengah malam. Bahasa gw kan kalau tengah malam makin berenda-renda. Yah gitu loh pokoknya.

Dan 2 ekor teman gw yg lain kepo… dan penasaran isinya. Gw kalah suara, dan arghhhh… can you imagine how shy am I in that time. Mati gaya….

Gw bikin surat yg panjang buat temen gw dan gw “terpaksa” harus membacakan itu :’D jujur pas gw baca gw ngerasa “hoek, gw nulis apa sih… haahahaa”dan gw akui itu hal paling romantis yg pernah gw tulis ke cowok. Why emon? Why? Argggghhhh… otak mengapa kau memerintahkan tangan untuk nulis macem2 sih *pingsan*

Yang paling parah adalah 2 teman gw yg lain adalah paparazi terhebat di muka bumi yg pernah ada! Butuh paparazi? Kalian bisa minta kontak mereka ke gw. Pokoknya paling professional se-jagad raya.

Gw pernah wisuda
Ikut lomba nasional, internasional
Ikut seminar macem-macem
Jadi mahasiswa depresi tingkat fakultas.
Bahkan jadi juara fem’ers to famous yg owalah gak banget.
Tapi baru kali ini! Baru kali ini gw merasakan jepretan kamera ratusan kali :’D blitz yg terus menerus…
Direkam pula.
Ini 2 bocaaaaaah isengnyaaaaaaa.

Arggghhhhhhh…

Rasanya pengen ngubur kepala ke tanah kayak burung onta.

Dan yg bikin pipi rasanya kembang kempis itu adalah pas di kereta temen gw itu duduk di samping gw… lalu bilang “You know what, I am speechless. That’s the nicest things I ever heard and I ever got” huwaaa… di dalam hati gw mau nangis dan bilang “lo speechless? Gw hampir mati”

Hhaaaha…
Rasanya warna warni.
Orange, pink, kuning, hijau… ya ampun semua warna. Mari sudahi saja kisah behind the scene di dalam kereta. Okay.. skip skip skip…

Muka gw pasti kayak udang rebus. Gw ini hanya percaya diri ketika presentasi mata kuliah atau hasil penelitian, tapi masalah gaul? Payah bgt.
Di balik blitz kamera itu ada sahabat2 gw yang mmmm bikin gemes tapi bagus sih di satu pihak mereka membuat gw jd lbh “sosial” dibanding sblmnya… mereka semua sahabat-sahabat terbaik yang pernah ada.

Kadang nyebelin… bikin gemes… but somehow they make us become better and better.

Lalu sejak malam itu gw semakin memahami karakter masing-masing orang, apa yg bikin mereka senyum, cemberut, sedih, impian mereka.

Kalau teman gw itu bilang apa yg gw kasih dan bilang ke dia adalah the nicest things yg pernah dia dengar. Sesungguhnya hal paling indah tidak akan pernah bisa didengar, karena menurut gw hal paling indah dan paling romantis adalah: doa.

Gw rupanya sayang banget ke teman-teman gw di sini. Begitu sayangnya, hingga rasanya gak mau berhenti untuk mendoakan mereka :]

I love you all, guys!

We attract what we’re ready for [?]


Rupanya dari jaman SD sampai sekarang gw masih sama, ketika musim ujian atau sejenisnya otak gw gak mau diem dan gw jadi gak bisa tidur sama sekali. Agak phobia kalau tidur, pas bangun gw lupa semua dengan apa yang gw pelajari *lebaaay* Sedikit stress juga karena gw merasa otak gw tidak terlalu brilian jadi ngerjain sesuatu itu harus pelan-pelan dan luaaaamaaaa.
Tapi gak jelek2 banget sih, kadang kemudian otak gw menemukan hal menarik atau kemudian mereview beberapa hal dalam hidup gw secara lebih mendalam. Kadang gw bisa jadi nulis blog atau bikin cerpen, yaaaa suka-suka gw mau mikirin apa.

Malam ini, ketika gw berusaha sekuat tenaga buat tidur, gw buka-buka pinterest dan menemukan quote yang bikin gw pengen nulis dulu sebelum tidur. Here it is:
Image and video hosting by TinyPic

WE ATTRACT WHAT WE’RE READY FOR

kalimat yang bikin gw rada mikir. Mikir dan mikirrrrrrr terus. Sekaligus membuat gw sampai pada titik “Ah, whatever will be…. will be”
Kalimat yang pernah dibilang sensei gw ke gw saat makan malam bareng *cihuuuy…. kurang sweet apa sensei gw kan*
“So, what are you planning now? Do you want to bring your family here?”
“Ah… no. They still busy with our cats.” Jawab gw asal cablak.
“You miss them?”
“Of course… I am a little bit lonely without them”
“But time will pass, when you go back… you will make them proud, and that will be good”
“Yes… I hope so”
“And will you continue your study to Phd?”
“If you still want to accept me as your student, I am in”
“Aaaa… of course I will. But is it okay, stay longer here… leave your family. leave your friends””Family and cats are so hard for me, but friends… I just have a few friends in Indonesia. And majority of my friends are have already get married… some of them having one or two babies. So, I will also lonely when I go back to Indonesia. While I get several new best friends here in Japan. I am happy”
“But… someday you will also get married, and having a family”
“I hope, but… well…. I am ready even for the worst case. I enjoy study here… and that’s more than enough. You know what? I am kind of a weird woman, so… I don’t know. Not many people can catch up with me”
“Mmmmm…. so desu ne” lalu kami pun terdiam beberapa saat.
“I am also think like you when I was in your age. I am so busy doing research and my jobs and I never imagine I can get married and having my own little family. But as you see… I am a father now. Maybe we should not think about what will happen in the future too hard. I don’t know how it works but in this world, human are always get something what they ready for”

“??????????????????????????????????” dan gw lemot
“For example, you, you maybe never imagine that you will study in Tokyo and stay far from your family. You maybe just have a dream to continue study but no idea about when and where. And this year, God maybe see that you ready for it, and suddenly you got the way to study abroad. It just happen when you are ready”

“??????????????????????????????” tetep lemot

“mmmm…It is like, you can’t present a paper when you haven’t read and study that paper. You can present when you ready to present. That just a simple example I think”

“Thank you, I will remember about it”

Blah… padahal mah kemudian lupa beberapa saat.
I am just a lucky bastard… Walau gw kehilangan ayah gw saat SMP, sekarang pas S2 gw punya sensei yang sebaik ayah gw sendiri, yang nelpon gw ketika gw sakit… yang bawa oleh2 setiap pulang dinas… and the most important thing menasehati gw untuk beberapa hal. That’s awesome.

Beberapa tahun sebeluuuuuuum percapakan di atas, ayah gw pernah bilang “Ketika kamu hidup di suatu masa, maka berarti kamu mampu menghadapi apapun yang terjadi di masa itu, karena Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan hal di luar batas kemampuannya. Ketika kamu dapat masalah, ketika kamu dapat amanah, ketika kamu dapat tanggung jawab, dengan logika yang sama kamu sudah dipercaya Allah bahwa kamu sudah siap dan mampu mengatasi itu semua”

Okay… sedikit menghibur. ekonometrika, kalkulus, mikroeko, programming, whatever it is…. pasti sebenarnya gw mampu menghadapi itu semua. Mungkin gw aja yang terlalu underestimate kemampuan diri sendiri. Mungkin gw yang masih kurang force my brain to work more and more.

And about my social life… why I am still single…. why I just have a limited friends… why I am easier to talk with cats…
Gw jadi berpikir, mungkin gw yang belum siap.
Kenapa belum siap? Mungkin itu yang harus gw cari tahu, benahi dan koreksi saat ini.
Kalau sudah merasa oke. well… mungkin orang lain yang belum siap dekat dengan gw dan spesies bernama kucing lebih siap secara mental untuk mendekati dan jadi teman baik gw seumur hidup (Ah…. hari ini ada anjing pudel mendekati gw juga, well… good… new friends from new society)

Mengapa harus galau liat orang lain sudah menikah, punya anak, sudah kaya, sudah memiliki pekerjaan yang baik, sudah punya rumah sendiri, sudah ini….sudah itu…
Simple and friendly thoughts…. mungkin mereka mereka itu sudah siap (dan pantas) untuk amanah-amanah itu. Gw? Mungkin belum… dan karena belum maka yang perlu gw lakukan adalah menjalankan apa yang sudah ada di depan mata gw, menyiapkan dan merapikan hal-hal yang sudah gw lakukan setengah jalan, lalu menyelesaikannya. Melakukan dan menyelesaikan apa-apa yang sudah siap gw lakukan dan selesaikan. Setelah urusan itu selesai, moga moga saat itu juga pemikiran gw semakin matang dan dewasa, gw bisa lebih baik dalam mengoreksi diri mengenai hal apa yang sekiranya gw belum siap dan lalu start all over again untuk menyiapkannya.

Ah… jadi ini alasan kenapa Allah kemudian berfirman:

“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al Insyirah: 7).

 

Ah begitu..
Well, Have a great life, world 🙂

 

Ya Allah…tolong, jangan biarkan para mahasiswa lapar Ya Allah :(


Sebagai omnivora sejati yang Mamanya jago banget masak dan punya orang-orang terdekat yang gak pernah ngelarang saya mau makan apa, kayaknya saya gak pernah ngerasa kelaparan deh apalagi sampai kurang gizi. Kelebihan iya hwahahahaha….
Nyam… nyam…nyam… semua dilahap.
Itupun kadang masih protes ke Mama, “Maaaa… masakin ini dong… saya pengennya ABCDEFGHIJ….Z” muacem muacem… sampe Mama pusing.

Kurang bersyukur banget yak, di sudut lain dunia ceritanya beda-beda lagi.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca berita, ada mahasiswa yang sampai tidak makan berhari-hari karena uang beasiswanya tidak keluar.

Ini nih beritanya

Jika itu tidak cukup mengharu biru, beberapa kali saya juga mendapat berita ada mahasiswa yang kuliah di luar negeri meninggal dunia karena kelelahan dan tidak memperoleh asupan gizi yang cukup, lagi-lagi karena beasiswanya tidak kunjung cair dan untuk bertahan hidup dia harus bekerja sambilan gila-gilaan.
Ketika saya masih menjadi asisten dosen di kampus dulu, ada seorang mahasiswa yang meninggal dunia karena maag akut. Semua orang di kost-an anak itu panik setengah mati karena mendadak mahasiswa tersebut ambruk dengan muka pucat, mereka membawa temannya itu ke rumah sakit terdekat, namun malang…. semua terlambat. Semua teman kost anak tersebut terisak-isak bahkan hingga naik angkot, kebetulan saya naik angkot yang sama dengan beberapa dari mereka lalu sempat mencuri dengar…. rupanya mahasiswa yang meninggal tersebut memang cukup tertutup, dia tidak pernah bilang pada temannya bahwa dia belum memperoleh kiriman uang dari keluarganya. Anak daerah juga kadang terlalu lugu dan polos sehingga sungkan bercerita pada dosennya. Ah… semua sudah terlambat.

Jika itu masih belum mengiris-iris hati kalian…. mungkin kalian harus dengan cerita yang satu ini.
Pernah ada kasus mahasiswa yang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri hanya karena dia sudah kehabisan akal untuk membayar kuliah dan juga untuk makan sehari-hari. It sounds tragic and a little bit stupid… yeph saya akui itu, tapi si anak ini niatnya tidak mau merepotkan orang lain dan tidak mau orang lain kasihan pada dirinya. Tapi terlalu introvert juga tidak baik, seandainya dia cerita saja pada temannya maka pasti ada jalan keluar… namun ah lagi-lagi itu semua sudah terlambat.

Ketika saya masih di asrama dulu, bahkan ada temannya teman saya yang menanyakan apakah ada pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di sekitar kampus… lagi-lagi karena masalah ekonomi.

Iseng-iseng saya tanya pada teman-teman kantor saya, dan rupanya! Di setiap fakultas… di setiap angkatan… selalu ada kasus yang serupa! Selalu ada mahasiswa yang pasang poker face kemudian menolak kalau diajak makan oleh teman-temannya. Ada jutaan alasan! Ada yang bilang puasa Daud (Subhanallah… keren kan), ada yang bilang masih kenyang padahal temen-temennya gak liat dia makan seharian, ada yang bilang ada janji setiap diajak makan, dan sebagainya…. dan sebagainya… dan sebagainya…

Jika kalian membaca ini sambil asik browsing internet…
Jika kalian mahasiswa atau mantan mahasiswa yang bahagia, damai, sentosa…
Jika kalian suka tiba-tiba jutek ke teman kalian dan bilang “Ihhhh…lo kok kayak orang miskin banget sih”
THINK AGAIN! Jangan-jangan lingkungan sekitar kalian tidak “seindah” yang kalian lihat… oh ya! mungkin saja.

Dunia kemudian seakan-akan semakin kejam dan ketika kasus seperti ini semua saling menyalahkan, loh memang yang salah siapa? Semuanya salah lagi…. gw aja? lu aja? oh gak… kita bareng-bareng hahahahhaa… selamat ya. Sip deh nanti pas lapor ke Allah kita bareng-bareng aja #salahfokus.

Kalau dari sudut pandang saya, saya manusia yang super cuek… parahnya lagi saya tidak terlalu mau dipanggil wanita baik hati, saya lebih suka dikira wanita yang rada dingin dan jahat hahahahahahha. Kan keren dan cool-cool gimana gitu kayak di film-film [emooooon -.- zzz banget]. Jujur saja ketika saya kuliah saya tidak tahu keseluruhan kondisi sosial ekonomi teman-teman saya.

Setiap orang terlihat baik-baik saja dan seperti manusia manapun di muka bumi ini mereka sedang bermain di ruang dan waktu mereka masing-masing. Oh well, kita semua punya kebahagiaan dan masalah kita masing-masing. Sebagai manusia kuper yang kebetulan pernah ambil mata kuliah psikologi sosial (sebenarnya waktu itu cap cip cup sih milihnya hahahaha) saya hanya bisa menebak-nebak kondisi sosial ekonomi mereka masing-masing dari penampilan dan gerak-gerik mereka. Saya tahu jika ada teman saya yang bermasalah ketika ada dari mereka yang bercerita pada saya. Oh maafkan saya dengan segala kecuekan saya, tapi alibi saya kuat…. saya bukan mahasiswa yang belajar metafisika, ilmu membaca pikiran, apalagi ilmu kebatinan…sungguh. Ketika tahu juga gak bisa bantu banyak sih errrr… bener kan wanita berdarah dingin banget, but I try my best. Saya tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu, tapi apalah seonggok Marissa Malahayati, hanya rakyat jelata yang kemampuannya terbatas. Rasanya ingin melakukan hal yang lebih baik tapi gak bisa. Mau ngadu ke dosen atau kemana gitu tapi pasti yang curhat ke saya amanahnya “Jangan bilang siapa-siapa ya” huwaaa kalau kau tau rasanya kayak gimana, mau nangis tau gak… sedih tapi gak bisa apa-apa. Loser banget deh gw. oh well, masa lalu. Tapii saya jadi berpikir, apa jangan-jangan saya terlalu cuek ya… terlalu masa bodoh dengan orang lain… ah segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik. Maka sensitivitas kita terhadap lingkungan sekitar mungkin harus diasah, jangan terlalu rendah tapi jangan terlalu lebay juga.

Tapi saya juga gak habis pikir kenapa sih manusia bahkan masih ada aja yang bilang “Udah jangan bilang siapa-siapa, jangan ngerepotin orang lain” dan saat dia ngomong itu dia udah di ujung tanduk? Kenapa???? Kenapa???? dan Kenapaaaa???? Jika mau terbuka sedikit aja… mungkin kasus mahasiswa yang sampai sakit parah bahkan sampai meninggal hanya karena masalah ekonomi bisa diminimalisir. Setidaknya dua kepala lebih baik daripada satu… setidaknya kalau ada apa-apa, masih ada orang yang ngeliat “Wah ini gak beres nih” lalu rela lari ke seluruh penjuru dunia buat cari pertolongan. Oh come on… ketika kalian sedih, ketika kalian butuh pertolongan, ketika kalian butuh manusia lain, jika sudah lapor pada Tuhan maka sampaikan juga kepada orang lain yang kalian percaya. Apalagi kalau masih mahasiswa kan, masih panjaaaaaaang jalannya. Jika kalian keseleo ketika lomba lari, kalian harus lapor ke medis dan minta tolong ke tukang urut sampai pulih kan? That’s life! Kita butuh bantuan orang lain.

Peran institusional juga kadang bikin miris juga. Kadang kita menemukan fakta bahwa yang dapat beasiswa itu orang yang sudah mampu. Yang tidak mampu malah gak dapet beasiswa karena nilai IPnya kurang memuaskan misalnya. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau yang kurang mampu wajar-wajar saja kalau ada yang IPnya rendah, mungkin dia kurang gizi… jangankan mikir buat kuliah yang ada perut krucuk-krucuk dan cacing di perut udah disko-disko minta makan. Kalau gak lapar mungkin mereka kerja sambilan terus capek, udah sayup-sayup sampai lah seluruh materi kuliah. Mungkin hal ini disadari oleh pemerintah sehingga ada beasiswa buat yang berprestasi dan yang tidak mampu. Naaaah alhamdulillah kan… eh sayangnya masih ada juga kasus beasiswa telat. Yang mampu sih mungkin cuman ngomel aja, tapi yang benar-benar tidak mampu bisa memperpanjang masa puasa. Bayangkan kalau sampai ada yang putus sekolah, ada yang sakit, bahkan sampai ada yang meninggal… yah orang-orang di institusi bersangkutan itung aja deh dosanya, kayaknya malaikat juga bisa rusak kalkulatornya buat ngitung tumpukan dosa itu saking banyaknya. Tapi ini kan masalah sistem juga, huuuufttttt…..gak gampang ngurus orang Indonesia yang muacem-muacem ini. Mari berdoa semoga segala sistem pembiayaan sekolah dan kuliah di Indonesia Raya ini bisa semakin baik dan baik dan baiiiiik.

Setiap kali saya pergi dari rumah untuk sekolah dari saya kecil sampai saya lulus kuliah, Mama saya pasti bilang “Hati-hati yaaaaa… sekolah yang bener dan pinter ya” dan sambil lalu saya bilang “Iya, Maaaa…. udah apal” Saya membayangkan mungkin orang tua di seluruh dunia punya harapan dan doa yang sama dengan Mama saya, ingin anak mereka baik-baik saja dan “semakin baik” setelah sekolah. Semoga doa dan harapan mereka bisa tercapai, dan setiap mereka buka pintu rumah mereka bisa ngeliat wajah anak mereka yang cerah ceria, ngeliat anak mereka yang sudah bisa membanggakan mereka.

Please…. don’t die before you make your parents happy.

dan menjadi wanita [mungkin] memang tidak mudah…


Tersebutlah di sebuah planet yang mirip dengan bumi, terdapat sepasang manusia yang sedang melakukan pembicaraan sangat serius di sebuah cafe, sebutlah namanya Rama dan Shinta.
Rama (R): Shin, aku mau tanya apa pendapat kamu tentang wanita yang sudah menikah, apa dia masih harus berkarir atau tidak?
Shinta (S): Kenapa nanya aku, Ram? Itu kan pertanyaan klasik banget.
R: Ini serius, Shin… aku mau tau sudut pandang kamu.Jawaban kamu akan menentukan banyak hal.
S: Mmmm… kalau aku ya, aku sih fine-fine aja tuh wanita mengejar karir mereka bahkan setelah menikah.
R: Tapi nafkah kan kewajiban suami, Shin.
S: Kewajiban dan gengsi pria, Ram… harga diri dan martabat, pria! Catat itu… aku tahu dan paham itu. Tapi apa salahnya jika wanita mengejar impian mereka juga. Apa wanita tidak boleh ambisius?
R: Dalam agama kita, Shin.., seorang wanita hanya perlu menjaga kehormatan dirinya dan suaminya. Mendidik keluarga, mengurus anak-anaknya, untuk apa berlelah-lelah di rumah.
S: Aku tahu maksud arah pembicaraan ini, Ram… aku paham.
Shinta tersenyum simpul lalu menyeruput teh hangat di depannya.
S; Ram, kamu sudah semakin dewasa dan semakin religius. Perdebatan ini gak akan ada habisnya, Ram. Kamu tahu itu, kita tidak pernah selesai berdebat.
R: Aku sekadar ingin tahu.
S: Dan menginvestigasi? Ram… kamu pernah baca artikel tentang Abenomics? Sebuah mahzab ekonomi baru dari Perdana Menteri Shinzo Abe di salah satu tempat di planet biru, dia mengatakan bahwa sebuah negeri yang makmur juga harus memberikan kesempatan untuk wanita agar mereka bisa berkembang, bersinar, dan berkarya. Dengan mengoptimalkan kemampuan wanita, maka perekonomian dan kondisi sosial akan lebih stabil. Oh come on, kamu harus sering jalan-jalan ke planet lain di antariksa ini.
R: Aku tidak kenal siapapun dia, tapi bagi aku wanita adalah pondasi keluarga. Dia mengajarkan anak-anak, mengurus rumah tangga, mengatur gizi, bayangkan jika dia harus menghabiskan waktu lebih banyak di luar dibandingkan di dalam rumahnya sendiri. Kamu pernah dengar kan suami yang selingkuh, anak yang kurang cerdas, anak yang kurang perhatian…
S: Ram, kamu angkuh sama seperti dulu. Sama seperti sejak pertama kita bertemu.
R: Aku bukan angkuh, aku berpegang teguh pada pendirianku.
S: Ram, untuk hal ini kita berbeda. Ram, aku juga anak seorang wanita yang bekerja… yang kata kamu lebih lama di luar rumah dibandingkan di dalam rumah itu loh.
R: Aku juga, aku lihat ibuku kelelahan setiap kali Beliau pulang dari kantor, dan aku tidak tega. Aku tidak mau Ibu seperti itu, dan aku mencintai istriku kelak maka aku tidak akan memperbolehkannya bekerja dan lelah. Biar aku mati tapi keluargaku tetap adalah tanggung jawabku.
S: Jika kamu meninggal di tengah masa-masa indahmu dengan istri kamu, apa yang akan kamu lakukan? Bangkit dari kubur? Ram, kamu tahu kenapa Mamaku bekerja… karena Papaku meninggal karena kecelakaan kerja. Kami butuh uang… untuk bertahan hidup…untuk makan…. untuk sekolah… untuk segalanya. Aku dan Mama, kami wanita yang harus bisa menghadapi permasalahan kami dengan kepala tegak, tanpa air mata lagi. Seberapa hebat pria, Ram? Apakah mereka bisa hidup selamanya?
R: Tuhan bisa selesaikan segala masalah.
S: Tapi Tuhan tidak mengurus aku saja di planet ini, Ram… Aku sudah terlalu banyak memohon… sudah. Aku harus bersikap lebih santun kepada-Nya dengan menunjukan segala usaha yang bisa aku lakukan.
Kali ini Rama terdiam.
S: Ram, okay… kamu pasti akan bilang bahwa aku terjebak pada histeria dan ketakutan berlebihan. Tapi mungkin ya, aku sedikit trauma masalah ini. Jika aku menikah, aku harap suamiku bisa memahami hal ini. Aku ingin bekerja, mendapat penghasilanku sendiri, membagi diriku dan gagasanku pada setiap bagian planet ini.
R: Lalu bagaimana dengan keluarga kamu? Anak kamu misalnya?
S: Aku bisa titipkan ke Mamaku saat aku kerja, Mamaku sudah berhasil mendidik aku menjadi wanita yang tegar. Aku ingin anakku cukup beruntung bisa diajari Beliau juga kelak. Aku juga bukan wanita berhati batu, Ram. Aku punya tekad aku tidak mau bekerja terlalu sibuk, aku akan pulang tepat waktu dan kemudian mengurus anakku. Wanita itu bisa multitasking, Ram. Kamu tahu kan aku bahkan bisa bekerja sambil kuliah selama ini.
R: Ini berbeda, kamu paham tidak? Ini lebih rumit. Kamu tahu betapa lelahnya seseorang sehabis bekerja
S: Aku tidak pernah lelah untuk semua pekerjaanku, Ram… termasuk untuk anakku nanti. Dan oiya, aku ingin selesaikan semua permasalahan finansial keluargaku dan ingin memastikan bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Sama seperti kamu, aku juga sayang Mamaku dan itu alasan kenapa aku sekarang bekerja. Dan oiya, sama seperti kamu aku juga sangat mencintai suamiku nanti, aku tidak mau menambah masalahnya dengan masalahku. Jika kamu punya gengsi untuk membangun keluargamu dengan idealisme ala kamu itu, aku juga punya gengsi sebagai anak sulung yang ingin membahagiakan keluargaku setelah bertahun-tahun aku melihat betapa sulitnya kehidupan kami. Ini harga diriku sebagai wanita dan sebagai seorang anak.
R: Hahahaha….kamu tetap keras kepala seperti sejak pertama kali kita bertemu. Logika kamu sudah mengalahkan apapun.
S: Dan aku jadi paham kalau kita hanya bisa sampai pada level sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Kamu juga masih seperti dulu, ketika kamu mempercayai suatu hal kamu pasti tidak akan mengubah itu.
R: Kamu terkukung pada seluruh obsesi-obsesi kamu itu.
S: hahahahahahaha… Obsesi kata kamu? Iya mungkin. Tapi Ram, aku mengenal obsesiku, impianku, cita-citaku, lama sebelum aku mengenal kamu. Begitu lamanya, sehingga mereka lebih layak diperjuangkan daripada kamu.
R: Baik, aku paham.
S: Terima kasih, Ram. Terima kasih.
R: Oke, aku pergi dulu ya.
Rama kemudian berdiri dari tempat duduknya, hujan yang mengguyur planet tersebut tidak mengurungkan niatnya untuk pergi dari cafe itu.
S: Ah yap, aku juga ada urusan. Ngomong-ngomong kenalin sama wanita yang akan menjadi istri kamu itu ya. Mentalnya hebat banget.
Rama tersenyum tipis.
R: Pasti, kamu akan jadi salah satu orang yang pertama tahu ketika saat itu tiba. Yang pasti dia gak sesulit kamu kalau diajak berdebat.
S: Hahahaha… jaga dia baik-baik ya, dan jangan mati terlalu cepat. Setidaknya bahagiakan keluarga kamu sebelum kamu mati.
R: Pasti! Itu kan gengsi aku sebagai pria. Kenalkan juga aku pada pria yang kelak jadi suami kamu ya, pasti pria dengan kesabaran tinggi karena cuman yang seperti itu yang bisa memahami kamu.
S: Pasti. Terima kasih.

Dan percakapan panjang di cafe itu pun berakhir.

NOTE!!!!: Kesamaan kisah, latar belakang, tokoh, dsb…dsb… hanyalah sekadar kebetulan belaka. Jangan diambil hati apalagi dibuat galau :p Cukup diambil esensi ceritanya aja.

——————————————————————————————————————

Mungkin diantara kita ada yang pernah menghadapi perbincangan seperti itu. Dalam masyarakat kita, perbedaan pandangan merupakan suatu hal yang lumrah, wanita memegang berbagai peran dan juga menghadapi pilihan. Jika saya harus jujur, maka setengah mati saya mengagumi wanita yang bisa memberikan sepenuh waktu, jiwa, dan raganya kepada suaminya ketika dia sudah menikah. Saya kagum melihat teman saya menikah dengan wanita yang rela meninggalkan pekerjaannya setelah menikah, saya terharu juga melihat teman saya yang dengan luar biasa “Insya Allah ini pilihan yang terbaik, gw tinggalkan pekerjaan gw karena suami gw dan anak gw” sambil dia kemudian mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit karena hamil. Saya takjub ketika teman saya dengan usia yang setara dengan saya sedang asik menyuapi anak-anaknya.
Saya, saya mungkin tidak sehebat itu. Saya mau jalan-jalan keliling dunia, mau beli rumah dengan nama saya sendiri, harta-harta duniawi, ngasih mama macem-macem…. bla..bla..bla… pokoknya duniawi banget deh.

Adik kelas saya pernah ada yang curhat pada saya mengenai masalah ini. Dan dia bilang “Pokoknya Kak, aku mau Mamaku di rumah aja titik gak usah ngejar-ngejar karir. Hidup biasa-biasa aja cukup kok”. Apakah dia salah? Tidak! Sama sekali tidak.

Seorang pria pernah menyatakan pada saya, bahwa wanita perlu di rumah saja. Apa dia salah? Tidak sama sekali.

Tapi jika saya tidak mau menyetujui hal itu sepenuhnya, apa saya salah?
Saya yang hari ini dididik dan juga dibantu banyak hal oleh wanita-wanita karir yang luar biasa.
Saya tahu rasanya financial unstability ketika suatu keluarga yang sepenuhnya menyandarkan sumber pedapatan kepada pria, dan pria itu lalu meninggal.
Saya mengenal beberapa pria yang berjuang siang malam, mengorbankan banyak hal,  untuk menghidupi keluarganya dan adiknya yang banyak. Begitu luar biasa sehingga saya berdoa jika kelak mereka berkeluarga semoga mereka mendapatkan rizqi yang baik dan pasangan yang baik sehingga bisa menghidupi keluarganya tanpa menelantarkan adik-adik mereka.
Apa saya salah berkaca dengan hal tersebut dan menyatakan ada saat ketika seorang wanita boleh mengejar impian mereka, obsesi mereka, pekerjaan mereka, semuanya selama dia masih menyadari harkat dan tanggung jawabnya sebagai istri, anak, kakak, dan sebagai WANITA.

Menjadi wanita tidaklah mudah, mereka menghadapi pilihan-pilihan dan seperti layaknya teori ekonomi bahwa ketika ada pilihan mereka harus memilih pilihan yang bisa memberikan kepuasan terbesar bagi mereka dengan mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang mereka miliki. Maka dari itu, setiap manusia, termasuk wanita, memiliki titik optimum mereka masing-masing untuk segala pilihan hidup mereka.

Maka segala pilihan itu harus dihargai.
Maka segala pilihan tidak perlu dipertanyakan karena dia sudah mengalami proses bernama: pemikiran.

Demikian! Selamat bekerja kembali besok hehehehe.
See you.

Kata maaf yang tidak akan pernah cukup…


Saya ingat, beberapa tahun yang lalu, ketika Ayah saya masih ada. Saya pernah lari tunggang langgang ke luar rumah ketika akan di tes mengaji. Sayangnya saya kurang beruntung, saya tertangkap basah pagi itu. Saya harus membaca Quran surat Ar-Rahman dengan tartil, namun apa daya saya selalu melakukan kesalahan…. saya haru mengulang membaca ayat 1-13 berkali-kali hingga saking lelahnya saya menangis histeris lalu berteriak “Ayah, saya capek… kenapa sih… biarin aja mau 6 harakat… 4 harakat… 2 harakat… yang penting kan saya tau itu panjang atau gak, ayah kejaaaaaaam” tak pernah saya duga bahwa beberapa bulan kemudian pria yang mengajari saya mengaji dengan cukup keras tersebut kini tidak akan pernah mengajari anak-anaknya mengaji lagi. Parahnya, saya belum sempat mengatakan maaf atas kesalahan saya tersebut.

Saya ingat, berkali-kali saya memarahi Mama saya, “Mama… kalau di ekonomi ya, inflasi itu udah tinggi, Mama hemat dong…ngapain sih beli macem-macem buat saya” bak ekonom paling hebat di muka bumi saya menceremahi Mama saya. Lalu saya menyadari, selama ini, seluruh uang yang saya berikan kepada mama saya, seluruh uang yang mama saya miliki, semuanya untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Hingga kini Beliau yang sudah semakin tua dan sudah tidak sesehat dulu lagi, masih berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan kualitas terbaik. Dan saya ingat, saya masih sering membantah perintahnya, bahkan pernah beberapa kali pura-pura tidur ketika Beliau minta tangannya diberi pijatan kecil.

Saya ingat, saya pernah memarahi adik saya habis-habisnya ketika ulangannya mendapat nilai yang kurang memuaskan “Kamu itu, belajar yang benar…. buku mahal-mahal dijadiin apa? bantal? gak ada di buku, ada kan internet. Mau jadi apa kamu kalau males begitu” tanpa saya sadari saya hanya bisa mengomel dan mengomel… saya bahkan tidak mengajarinya secara jelas dan komprehensif tentang stoikiometri dan trigonometri. Saya bahkan mungkin tidak bisa juga mengerjakan soal ujiannya yang semakin lama semakin sulit dan bahkan lebih sulit dibandingkan soal di jaman saya bersekolah dulu.

Saya ingat, pernah suatu hari,lama sekali… seorang  teman yang paling baik hati meng-sms saya “Mon, lu dimana, gw udah nunggu di perpus” lalu 2 jam kemudian saya membalas smsnya “Hah? di perpus? Ih gw di rumah… ini baru bangun tidur. Lu ngapain? masih di sana?” TING sms balasan datang “Iya, masih. Oh dikirain jadi ke perpus” beberapa tahun kemudian… kekejaman saya masih sama “Aduuh, lu itu harus gini loh…. harusnya gitu loh… betah stagnan gini-gini aja?” dan senyumnya masih sama seperti dulu. Tanpa saya ketahui, dia mungkin berusaha keras mewujudkan apa yang saya katakan padanya, berjuang untuk impian-impiannya, masa depannya, keluarganya, semuanya. Saya ingat, dia masih selalu ada untuk saya bahkan ketika saya ada untuk orang lain.

Saya ingat, keangkuhan saya membatasi saya dengan pergaulan yang lebih luas. “Ih… males ah gaul sama si A… si B… si C… yang diomongin cuman masalah fashion, high heels, pacarnya gimana, emangnya urusan gw tau segala macam tentang doi termasuk foto selfienya sama pacarnya dan kapan doi putus”, dan saya ingat beberapa dari mereka yang saya jauhi tersebut kemudian mendekat pada saya, lalu menceritakan segala masalah mereka “Mon, gw percaya… lu kan orangnya logis, gw percaya sudut pandang lu yang beda dengan orang lain”, saya tidak menyangka bahwa rupanya masalah mereka lebih besar daripada yang saya kira, tidak menyangka bahwa mereka butuh banyak masukan, dan tidak menyangka bahwa mereka menghargai keberadaan dan pendapat saya.

Saya ingat, saya tidur ketika kuliah… merasa bosan dengan materi yang dibawakan oleh dosen saya. bahkan di luar kelas saya masih sempat komentar bahwa slide Beliau bikin sakit mata dan bisa membuat minus mata bertambah. Saya juga ingat sekali saya sampai tidak membaca buku teks di rumah karena saya sudah putus asa dengan pengajaran dosen saya yang saya pikir membuat materi semakin sulit. Siapa sangka, materi-materi yang saya abaikan itu kemudian menjadi materi-materi krusial yang harus saya kuasai di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Saya ingat ketika bos saya mengirim sms di hari libur, saya membiarkannya berdering… lalu tidak mengangkatnya… lalu saya tinggal tidur. Saya tidak peduli pada saat yang sama Beliau sedang galau habis-habisan dengan data yang sudah saya olah… saya tidak peduli bahwa pada saat itu yang Beliau butuhkan hanya diingatkan bahwa e-mail sudah saya kirimkan.

Saya ingat bahwa saya senantiasa melakukan kesalahan…
Saya memang tidak bisa mengingat satu per satu kesalahan dan dosa saya, tapi saya ingat bahwa dalam perjalanan hidup saya ini saya senantiasa melakukan kesalahan. Hebatnya, begitu cintanya Allah pada saya, hingga semua orang masih bersedia membantu dan menyayangi saya bahkan ketika saya melakukan kesalahan pada mereka tiap hari, tiap menit, tiap detik.
Maaf saja tidak akan pernah cukup untuk menebus segala kesalahan saya.

Saya hanya memohon izinkan saya, menjadi wanita yang lebih dewasa….
Izinkan saya dalam perjalanan panjang yang akan saya jalani bisa membuat saya menjadi wanita yang bisa membuat kalian bangga karena telah mengenal saya. Saya mungkin tidak akan pernah mengurangi segala kesalahan saya, tapi saya pasti bisa menambah hal-hal baik yang bisa membuat kalian semua bahagia.

Terima kasih.

Marissa Malahayati

——————————————————————————–

Selamat hari raya Idul Fitri..
Image and video hosting by TinyPic