lego movie, everything is awesome, INTJ, a cup of tea, me… and a little live music :]


Hello world! Semoga kalian baik-baik saja. Ngomong-ngomong, sekarang sedang libur semester dan libur spring di kampus, jadi sebenarnya saya garing banget sih. But, well… I love stay at home, jadi hal yang menyenangkan banget mendekam di dalam kamar, baca buku…. browsing internet, tidur, dan NONTON FILM. Apakah kalian udah nonton The Lego Movie? Sekarang nih film mendadak menjadi film favorit mwahahhahaha…. kenapa ya. Karena walau dodol tapi quotes nya keren2, dan tentu kreatif aja kali ya. Saya selalu suka film-film yang kreatif. Sebelum beranjak ke pembahasan yang lebih berat, bagaimana jika denger musik dulu sedikit. Ladies and Gentlemen… Everything is awesome, OST The Lego Movie!

kalau kurang, tenang aja… ada versi 1 jam dan versi 10 jam hahahhaha…. ampe subuh juga jadi deh.

Tapi bukan itu yang bikin saya jatuh cinta berat sama film ini… Film ini berkisah tentang Emmet Brickowoski, pekerja konstruksi biasa. Dia berusaha melakukan semuanya sebaik mungkin, berusaha terlihat baik ke setiap orang, tapi semuanya itu harus berdasarkan buku panduan. Sejauh ini, dia sih ngerasa “Mmmmm…. kayaknya gw oke-oke aja, kayaknya semua orang baik-baik aja ke gw” tapi semua itu berubah ketika kemudian ditangkep bad cops karena secara kebetulan dia terpilih jadi “The special one” yang bertugas untuk menyelamatkan dunia lego. Di adegan ini si bad cops mewawancarai teman-teman di sekitar Emmet, and guess what apa jawaban mereka?

“Yeah, he’s kind of your average, normal, kind of guy. But you know, he’s not…he’s not like normal like us. No, he…he’s not that special.”
“We all have something that makes us something, and Emmet is…nothing.”
dsb… dsb…

yang kalau kata saya sih nyakitin hati hahhahahaha… Pernah gak sih kebayang sama kalian, jika kelak ketika kalian gak ada… terus teman-teman kalian nanya “Kenal gak sih sama, Emon” terus jawabannya “Oh… Emon….. yaaa.. tau… and she just mmmm you know… nothing” mukyaaaaaaa….. terus yang jawab itu orang yang kalian pikir deket banget gitu sama kalian. Ih sakit gak sih hahahhaa. Dan itu membuat Emmet ini jadi semakin minder dan bilang “Oh ok, I’m just ordinary person” bla..bla…bla… Sering gak sih kalian ngalamin hal yang serupa kayak gini? Tapi sepertinya film ini mencoba men-encourage semua orang dengan masalah standar kayak gini untuk percaya bahwa everything and everyone are awesome…. semua orang bisa melakukan sesuatu dengan kehebatan mereka masing-masing! Pasti bisa! Sampai kemudian di paling akhir cerita, munculan quote keren yang emang pantas keluar dari film-film pemenang Oscar Bagus kan, you should watch it… apalagi kalau kalian punya masalah untuk mempercayai orang dan mempercayai diri sendiri.

Quote ini kece banget deh.

“You are the most talented, most interesting and extraordinary person in the universe. And you are capable of amazing things, because you are the Special. And so am I… And so is everyone…”

Ah, baca itu! baca itu kawan! Saya selalu bilang ke adik saya, film bagus itu selalu punya quotes keren dan harus diinget karena yang bikin film itu pasti udah berjuang keras nyusun si quote keren itu hahahha.

Gara-gara film ini saya juga jadi iseng-iseng belajar psikologi. Bukannya apa-apa, saya merasa aja saya itu kayak Emmet di film ini. Ngerasa kayaknya I have already did a good things, gak pernah ganggu orang tapi well, saya ngerasa juga kalau saya tetap dianggap “dingin” dan “aneh” oleh beberapa orang terutama yang belum kenal saya. Saya juga tidak mudah kagum dengan orang lain, bahkan dengan diri saya sendiri. Mau dikata saya pernah jadi mapres segala lah bah.. pret… itu tuh masa lalu lagi dan makin kesini saya ngerasa yaaah gitu doang sih sebenarnya semua orang bisa, I’m just lucky. Dan melihat orang lain pun, mmmm… ya gitu semua terlihat “biasa” aja. Susah banget bikin seorang emon impressed terhadap sesuatu selain dunianya sendiri. Lalu saya iseng-iseng tes MBTI lagi ke hampir seluruh website yang saya temui. And guess what I found?

Click to view my Personality Profile page

Screenshot_2015-03-03-01-12-42.png

Screenshot_2015-03-03-12-19-10.jpg

Screenshot_2015-02-26-14-08-17.png

Yak…. I’m 98% INTJ. 2%nya mungkin bisa berubah lah entah gimana ceritanya. Dulu banget… kayaknya waktu masih SMA atau SMP hasilnya kalau gak salah INFJ, but pfffftttt seiring dengan usia yang bertambah sepertinya saya berubah. Atau mungkin karena dulu pas ngambil tesnya bahasa inggris gw masih buruk buanget mwahahahhaa…jadi hasil yang sekarang sepertinya lebih akurat.

Kerennya, nyaris semua analisanya benar!
Saya benci angkat telepon *aneh kan, tapi jika telepon kalian saya angkat percayalah… kalian spesial*
Saya ini picky banget milih teman, tapi ketika punya… saya percaya sepenuhnya kepada mereka.
Saya susah banget impressed karena suatu hal
Saya lebih suka sendiri
Saya suka duduk di pojokan kalau di kelas
Saya keliatan jutek kalau saya kurang suka dengan orang atau ketika saya tidak terlalu tertarik dengan suatu pembicaraan
Saya lebih baik dalam menulis daripada public speaking.
I hate to talk about relationship
Saya ngerasa gak penting untuk ngetop… tampil ke permukaan….
I prefer to be just behind the scene.
Saya pemalas profesional, mengerjakan segalanya secepat dan sebaik yang saya bisa agar kemudian bisa tidur nyenyak di kasur tanpa gangguan apapun.

MBTI hanya sekadar tools, tapi setidaknya untuk saat ini, itulah penjelasan paling logis yang bisa saya terima. Selama ini saya merasa “Kayaknya gw nggak ngapa-ngapain deh” tapi pada faktanya ada aja yang masih ngerasa saya itu aneh, kadang lebay, pokoknya semua jawaban sahabat saya kalau ditanya tentang saya itu pasti ajaib-ajaib deh. Lebih ajaib lagi kalau orang yang gak kenal banget sama saya, saya ingat betul di lembar opini yang ditulis teman saya ketika perpisahan kelas, ada banyak juga tulisan “Emon itu sombong! angkuh! arogan!”, “Mon, inget ilmu lu itu bukan buat sombong ya”, “Emon, gak selamanya lu itu bener”, dsb. Bahkan ya…. bahkan… sebelum itu, pernah suatu ketika ketika kelompok saya presentasi, terus yang nilai itu teman-teman sekelas ada nilai kelompok dan nilai individual. Kalian tau, ada yang nulis nilai individual saya 5 ketika teman saya yang lainnya dapet nilai 8 dan 9. Saya? 5!!!! Apa saya sakit hati? Honestly saya sih gak, saya nyaris gak pernah peduli orang mau ngomong apa… tapi Mama saya nangis loh liat ada yang nulis gitu di lembar opini saya, “Kakak… kok ada yang sampe bilang gitu sih ke kakak” *notes: mama saya itu sensing dan feeling banget -.- jadi yang gitu deh* saya juga bingung jawabnya karena jujur saya bahkan jarang sekali berinteraksi dengan teman-teman saya, saya hanya menyapa orang seadanya… bicara seadanya… dan bicara banyak ketika saya merasa saya “klik” dengan orang itu. Lalu… hanya karena itu saya kemudian di cap begitu buruk oleh beberapa orang? Itu gak bikin sakit hati lagi, itu bikin sedih. Ya ampuuuun….

Makanya pas nonton film The Lego Movie, saya ngerasa banget rasanya jadi Emmet. Rasany dianggap gak kompeten terhadap sesuatu padahal udah merasa melakukan sesuatu dengan baik. Saya tidak pernah merasa tersakiti ketika dikritik, tapi otak saya ini terus mikir “why?” terus begitu sampai kangguru bermetamorfosis jadi tyranosaurus, gak pernah berhenti.

Hah… kalau inget itu jadi pengen minum teh manis anget. Mari ngeteh dan mari bicara.

Kalian tahu berapa populasi manusia dengan kepribadian INTJ di muka bumi? Konon hanya 2%, dan hanya ada 0,8% wanita dengan kepribadian jenis ini. Jadi menemui orang dengan pola pikir dan pola sikap seperti saya ini mungkin tidak akan pernah selalu ditemukan oleh kalian di muka bumi ini, dan mungkin tidak di seluruh dinasti *but trust me INTJ banyak banget berkeliaraan di dunia maya, mereka kan males keluar kamar*. Kepribadian ini emang kalau di film-film selalu kebagian jadi penjahatnya, bukan karakter yang sempurna. Begitu pula tipe kepribadian yang lain. Begitu pula saya, begitu pula kalian.

Tapi setelah berpikir dan menganalisis secara lebih mendalam *bohong, ini cuman pencitraan*, manusia mungkin memang sengaja didesain tidak sempurna… dengan berbagai alasan.
1. Mungkin agar tidak sombong,
2.Mungkin agar bisa saling mengenal satu sama lain,
3. Mungkin agar bisa saling membantu satu sama lain.
Saya mungkin bukan teman yang baik, saya gemar mengkritik… saya tidak suka bersosialisasi… saya mungkin terlalu logis dan terlalu teoritis… saya mungkin terlalu saklek mengenai sesuatu, I am not perfect for so many things. Seperti yang saya bilang saya juga gak kagum-kagum banget dengan pencapaian yang saya dapat… itu semua biasa lagi, helowww di atas langit masih ada langit, dan saya? masih memijak di tanah kayaknya dan masih dalam proses bikin tangga *ya ampuuun, Mon… level lu jauh banget*

Tapi ketidaksempurnaan itu semua yang memacu kita untuk maju! Bertindak lebih…. lebih dari yang telah kita lakukan selama ini. Semua kesalahan dan ketidaksempurnaan itu membuat kita berusaha untuk menerobos menembus batasan-batasan yang kita buat sendiri di logika kita. Mengutip kata Sensei saya “Mistakes improve your knowledge, your ability, when you learn from it” maka saya akan terus hidup bersama segala kekurangan saya, segala kesalahan saya, dan terus belajar dari mereka. Saya pembelajar seumur hidup.

Itu semua yang kemudian yang membentuk karakter, dan karakter adalah identitas pertama yang akan dikenal orang lain dari diri kita. Eh si A itu supel, si B pendiam, si C asik… itu semua masalah karakter.

Maka, bukankah tidak ada yang buruk dengan ketidaksempurnaan dan melakukan kesalahan.

Saya, saya merasa bahwa dalam hidup ini saya sudah merasakan titik terendah dalam kehidupan saya. Maka saya menjadi antipati dengan orang yang lembek, yang cengeng, yang menyerah sebelum berjuang. Apa itu baik? Tidak sepenuhnya baik… tapi itu masuk akal. Tapi ya kali kan, masa semuanya mau di-logika-kan? Oleh karena itu, saya membutuhkan orang yang bisa menasehati saya dengan baik, perlahan, dan tidak menggurui. Jangan pernah menggurui saya, saya membaca ensiklopedia sejak saya di bangku SD, saya bisa melakukan counter attack dengan cara….. melempar bakiak. Dengan alasan itulah saya kemudian menyadari betapa pentingnya memiliki sahabat. Ya sahabat! tidak perlu terlalu banyak karena saya tidak suka terlalu berisik. Cukup beberapa, bahkan jika hanya bisa dihitung jari tangan pun tidak masalah. Yang penting mereka bisa mengingatkan saya, melunakan hati dan kepala saya ketika saya menjadi begitu keras kepala, yang bisa menjaga saya… dan saya bisa menjaga mereka sepenuhnya. Saya bersyukur, saya kemudian punya keluarga dan sahabat yang macem-macem. Ada yang ekstrovert, ada yang sensian banget, ada yang abstrak banget, semuanya. Yang biking senang dan kadang jengkel. Tapi mereka, dengan cara yang tidak mereka sadari membuat kehidupan saya semakin berarti.

Dengan segala kelebihannya,
Dengan segala kekurangannya,
manusia melakukan hal-hal yang luar biasa. Dengan atau tanpa mereka sadari.
And yes… we know it! Everything is awesome…. and everyone is also awesome.

Aih… Saya tidak sejahat yang kalian kira kok , mungkin…. mungkin… kita hanya belum saling memahami satu sama lain. Itu saja.

Sebagai tanda kasih dan sayang, juga permintaan maaf yang mendalam kepada siapapun yang mungkin aja pernah tersakiti dengan kecuekan saya, here it is… live music dengan iringan gitar sumbang dan permainan yang sangat amatir, jangan dinilai dari kejelekannya… nilai dari niat saya yang mulia ini fufufufuufufu.

 

My life as a blogger: kisah beberapa pembaca blog saya


apa yang menarik dari pengalaman saya menjadi blogger *akhirnya pakai kata sapa “saya” lagi di blog hahahaha), apa ya? mungkin pembaca blog saya. yeph my blog readers.Kalian gak akan pernah percaya bahwa sesungguhnya saya belajar tentang beberapa hal dari para pembaca-pembaca saya. Menghargai hidup, menghargai waktu, menghargai perjuangan, menghargai keluarga, persahabatan, semuanya!

saya menulis blog sejak smp, ketika blog masih booming-boomingnya, kayaknya kalau punya tuh beuuuuh kekinian banget…. karena saya males gaul dan jalan2, pelampiasan saya ya di blog jadi bisa blogwalking gitu getoh. Dari blogwalking saya punya banyak teman baru, walau kadang kami kenal hanya dari dunia maya walau kadang hanya mengenal akunnya di dunia maya.

Dulu sekali, duuuuluuuuuu sekali…. jebot banget lah pokoknya. ketika pertama kali saya menulis blog dan masih chatting pakai mirc *ya Gusti, jadul banget… anak sekarang pasti gak tau apa itu miRc* saya punya teman online yang baik banget. saya lupa akunnya, kalau gak salah strawberry something. pokoknya ada strawberry-nya lah. saya kenal dia di mirc, asal klik pokoknya di indonesian room. Saya ingat akun mirc saya dulu issac newton atau campanella. Nah, strawberry ini satu-satunya orang yang menyapa saya di mirc. berhubung saya baru punya blog jadi saya bilang “Nanti kalau kamu mau tau aku, buka aja blog aku” weeeekkk masih pake bahasa aku kamu ahahahahahahaha, tapi itulah inti kenapa saya rajin muncul di mirc… promosi blog. Alhamdulillah anak satu ini rupanya buka dan baca blog saya yang isinya well… tau dong blog saya sekarang gimana? yaaa yang edisi perdana lebih huaaancuuur lagi, gak jelas pokoknya. Untuk bahan rujukan, masih ada beberapa remah blog gw yang udah luamaaaaa banget hahahahaha [SARAN: Mending gak usah dibuka: http://emonikova050610.blogspot.jp/  ;   http://emonikova.blogspot.jp/ ]

masih inget gak sih aplikasi chat ini? *langsung inget ngitung umur*

Suatu hari ketika saya buka mirc lagi saya kebanjiran messages dari teman misterius saya ini. Isinya bikin senyum “Aku udah baca blog kamu, kamu lucu banget ya. Terima kasih udah bikin aku ketawa” huwaaaa ada juga yang bilang blog gw lucu, ahhahahaa… *sujud syukur* dan sejak saat itu saya makin sering ngobrol sama dia di mirc. Ketika mirc udah gak cukup lagi, kami pun tukeran nomer handphone. Saya kemudian tau kalau dia tinggal di NTT, saya juga tahu kalau keluarganya pelihara biawak dan beberapa reptil, beberapa kali juga dia sms saya “Aku senang kamu mau berteman sama aku, gak  banyak yang mau jadi teman aku. Kamu mau ya jadi sahabat aku” hahahaa saya gak mikir apa-apa, helow gw lebih mau jingkrak lagi kelessss secara saya punya teman ngobrol yang baik di dunia maya, di saat yang sama saya dalam proses moving on setelah Ayah saya meninggal ketika saya di kelas 2 SMP, punya sahabat online? why not? that’s good for me.
“Aku mau deh sesekali ke Bogor, liat rumah kamu. rumah kamu seperti apa” kata dia suatu hari
“Ya gitu, Bogor tiap hari hujan, dari rumah aku kamu bisa liat gunung salak, sawaaah, bla…bla…bla…kamu kesini aja, kenapa gak?”
“Aku gak bisa keluar?”
“Loh, kenapa gak bisa?”
“Gak boleh sama mama papaku”
“Hah, tapi kamu sekolah?”
“Aku lagi sakit, jadi aku gak sekolah”
“Waaaah kenapa gak bilang, cepet sembuh ya. kamu sakit apa? kata mamaku biar sehat kamu harus banyak makan,harus makan sop yang banyak wortel sama ayamnya, terus minum teh manis anget, terus tidur, pasti nanti baekan deh” errrrrr….. solusi dari seorang Marissa buat orang sakit di kelas 3 SMP yang bertahun-tahun kemudian akan sekolah di Jepang adalah makan sop dan minum es teh manis -.- sampe situ aja imajinasinya.

Kami terus berkomunikasi, hingga kelas 3 SMP akhir saya mulai jarang kontak dengan dia lagi. Saya sibuk belajar untuk Ujian Nasional, saya pikir dia juga begitu karena dia seumuran dengan saya. Tapi hingga saya masuk SMA kami tidak pernah saling kontak lagi.

Beberapa minggu setelah saya masuk SMA, TING! hp saya berbunyi. Widiiiiih kaget dong… sms pertama di tahun ajaran baru, rasanya kayak dapat Ballon d’Or. Secara jomblo, kuper, ada yang sms kan rasanya “wah” feeling banget. Betapa terkejutnya saya ketika saya buka sms itu “Sorry memory full” kamfreet…. saya hapus dululah semua sms yang ada. Baru setelah beberapa menit kemudian TING ah sms masuk. Tebak siapa yang sms saya? strawberry? NOPE… tapi kakaknya. Saya masih ingat sms Beliau di hari itu “Maaf, ini saya kakaknya ******, mewakili adik saya, saya minta maaf karena dia tidak membalas sms kamu karena dia sakit dan kini dia sudah duduk di sisi Tuhan. Terima kasih banyak ya sudah menjadi teman baiknya dan terima kasih sudah membuat adik saya tertawa setiap kali membaca tulisan kamu. Terima kasih sudah selalu membuat adik saya semangat setiap membaca tulisan kamu. Sayang dia belum pernah sempat main ke Bogor, dia ingin sekali tapi Tuhan berencana lain. Salam

Itulah saat ketika saya merasa hp saya error… “Ini pasti salah sambung”
Tapi rupanya gak, di hari yang sama beberapa menit kemudian kakaknya kemudian menelpon saya dengan nomer yang berbeda. Pada saat itulah saya paham bahwa dia menderita kanker kelenjar getah bening stadium 4, saat itu semua terjawab kenapa dia bilang dia tidak bisa kemana-mana, kenapa dia tidak sekolah, kenapa dia sering sekali online di mirc, kenapa dia selalu dalam kondisi “online” di dunia maya, kenapa dia bilang dia sekarang jarang bisa bermain dengan teman-temannya, kenapa dia tidak punya sahabat. She was dying! Why I’m so stupid then! Baca novel detektif bertahun-tahun tapi errrr…

Sejak saat itu saya pikir saya gak boleh ngasal-ngasal banget nulis blog *walau tetep aja ngasal sih*
Sejak saat itu saya pikir saya harus menjadi penulis yang baik…
Ya sepertinya sejak saat itu.

————

Well…. Blog ini juga mencatat banyak hal.
Pernah ada yang mengirim e-mail ke saya, bilang bagaimana kalau blog ini dibukuin. Mwahahahahahaha… saya ketawa cekikikan baca e-mail itu. Ya belum pantes lah, iya sih kalau lagi toba tulisannya bagus, kalau gak? pffffttttt absurd!

Saya kenal dan kemudian dekat dengan salah satu sahabat saya juga dari blog. Well, tulisanmu adalah kamu. Saya juga diam-diam kepo blog yang dia tulis dan merasa hmmm… seperti kami akan cocok. Setelah pendekatan berbulan-bulan, akhirnya kami bertemu di Tokyo dan menjadi sahabat sejati seperti saat ini *tangis haru*

seru kan?
Banget….

Tapi beberapa ada juga yang akhirnya mengontak saya dan CURHAT! Ya Allah ya Rabb…kalau udah begini saya suka shalat dulu, takut solusi yang saya tawarkan sesat. Well…well…well…

Ketika saya SMA sepertinya kelas 2 karena saya tidak terlalu sibuk *dan sedang malas-malasnya belajar -.-* ada yang kemudian men-chat saya dan lucunya mas-mas yang satu ini curhat tentang kucingnya! Saya sampai tahu kucing doi yang mana yang udah diculik, meninggal, melahirkan, semuanya lah.

Saya ingat pertama kali dia komen di postingan tentang kucing-kucing saya “Mbak-mbak… kucingnya kok lucu banget ya, itu namanya siapa aja mbak?” Sedikit duka sih karena udah berusaha pasang profil picture yang cuantiiik yang dipuji kucing2 yang fotonya gw uplod, yanasip… di situ saya merasa sedih 🙁 Tapi karena sama-sama suka kucing kami pun berteman dan sering ngobrol. Beberapa kali ketika kucing saya sakit saya kontak si mas ini cuman buat minta list obatnya hahahahaha… dan lalu ke apotek dengan riang gembira. Memang masalah perkucingan mas yang satu ini udah lihai.

Image and video hosting by TinyPic

Sekilas info: Emang sih kalau kenal sama saya, kucing-kucing di sekitar saya lebih imut-imut gitu. Ini salah satunya, alm.Noki… waktu foto ini diambil masih jadi kucing tetangga tapi beberapa bulan kemudian setelah noki menikah dengan Kuchan, kucing saya, noki menjadi kepala rumah kucing di rumah dan resmi jadi keluarga kami.

Hubungan perkucingan ini terus berlangsung bertahun-tahun hingga saya kuliah. Nah! Di tahun pertama saya kuliah, mas ini posting di blognya ada foto anak kecil lagi pegang kucing abu-abu guuuueeeennduuuut banget, ada caption di bawahnya “Selamat jalan, sayang… Baik-baik di sana. We will miss you”
Sebagai rekan blogwalking yang baik, yang penuh dedikasi, yang setia kawan, saya langsung cepat tanggap dong “Ya ampuuuun…. kucing kamu mati? Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sabar ya… kenapa matinya?”Lalu beberapa jam kemudian ada balasan jawaban dari doi “Bukan, adik saya. 3 hari yang lalu. DBD”

Gak usah komentar apa-apa, in that time I felt sooooooooo idiiiiiioooooot!!!

————

Aneh memang, dengan ke-absurd-an tulisan-tulisan saya. Ada aja yang kurang beruntung terjebak baca blog ini, beberapa datang lalu pergi, beberapa bertahan bahkan ada yang kecanduan, beberapa ada yang sampai rela mengontak mpunya blog ini: GW! bertanya beberapa hal, dan sayangnya saya merasa belum memiliki kapasitas yang sangat baik untuk memberi wejangan kepada siapapun, walau pasti saya jawab sih…pasti! dengan sebaik mungkin.

Yang paling baru, saya mendapat chat dari salah satu pembaca blog saya. Mahasiswa…
Punya impian yang tinggi, ingin sekolah tinggi, ingin membantu banyak orang, but in the same time dia cerita dia berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Saya pikir semua orang berhak bermimpi dan wewujudkan impian mereka… tapi tidak menampik bahwa kadang situasi dan kondisi juga menjadi beban pemikiran tersendiri.
But let me tell you one thing.
Selama hampir 25 tahun saya hidup, saya percaya bahwa manusia akan memperoleh apa yang sudah pantas untuk diraihnya.
Selama hampir 25 tahun saya hidup, saya melihat bagaimana mama, almarhum ayah saya, keluarga saya, teman-teman saya, berjuang untuk banyak hal.
Kisah klasik banget lagi ketika kita mengalami keterbatasan materi, sumber daya, dsb…dsb…dsb…
tapi itu bukan menjadi batasan untuk kita bermimpi, bercita-cita, berbuat baik, belajar dengan giat, dan berdoa dengan khusyu’
Saya sudah bertemu banyak orang yang selalu senyum… but we never know that he/she hide their own pains.
Di kampus saya dulu, di IPB, ada yang yatim piatu, ada yang keluarganya miskin sekali, ada yang orang tuanya sudah bilang “sepertinya kami sudah tidak sanggup membiayai sekolah kamu”, dan sebagainya…. hebatnya mereka jago banget poker face. Saya tidak akan tahu jika mereka tidak cerita. Tapi mereka tetap menjadi orang-orang yang hebat, punya karir yang bagus, lulus pun dengan nilai yang baik. Sebuah kehormatan dalam hidup saya menjadi saksi perjuangan hidup mereka.

Tapi di kampus saya dulu juga, ada mahasiswa yang meninggal dunia karena maag akut. Tebak kenapa? Karena dia tidak pernah bilang jika dia tidak punya uang dan dia sudah tidak makan selama beberapa hari! Di kampus saya juga pernah ada yang sampai bunuh diri karena tidak sanggup membayar uang kuliah dan saldo di rekening tabungan mahasiswanya sudah tidak bisa dikorek lagi.

Jadi apa yang mau saya bilang di sini?
Well… kalian ingin jadi apa, apaaaapun… keputusan itu semua ada di tangan kalian.
Tapi bagaimanapun kalian selalu butuh orang-orang yang bisa mendukung kalian
Orang yang bisa kalian aja beradu argumen sekaligus curhat.
Cari orang itu…. cari! Tapi cari orang yang bisa membuat semangat kalian bangkit, bukan kemudian malah membuat kalian semakin down. Dan bagaimana agar kalian bisa ketemu orang-orang seperti itu? Jadilah seperti orang yang ingin kalian temui, remember birds with same feather flock together :)

Salam curhat!

Pamit…


Pamit: /pa·mit/ v permisi akan pergi (berangkat, pulang); minta diri;

Saya bertanya-tanya mengapa definisi pamit pada KBBI salah satunya adalah “minta diri”
Bukankan diri kita adalah hak kita, untuk apa kita meminta diri kita sendiri? Eits…tidak… tidak seperti itu.

Saya pernah membaca bahwa mungkin setiap orang, berada di suatu tempat…di suatu waktu… karena mereka dipercaya Tuhan untuk menyelesaikan sesuatu di saat itu, di tempat itu, tentu dengan orang-orang yang ada pada waktu dan tempat tersebut. Jika tugas sudah diselesaikan, maka mereka akan dipercaya Tuhan untuk meloncat ke ruang dan waktu yang lain, bertemu orang-orang yang berbeda pula… begitu seterusnya…. seterusnya… seterusnya… hingga seluruh tugas selesai maka Tuhan akan memanggil mereka satu per satu.

Ada dua implikasi jika hal tersebut [mungkin] benar. 1. Seseorang tidak akan pernah melompat, mengambil level yang lebih lanjut dalam stage kehidupannya jika dia belum menyelesaikan stage sebelumnya. Maka terima saja terjebak di ruang dan waktu tersebut. 2. Jika tugas di suatu ruang dan waktu sudah selesai, maka bersiaplah jika harus dipercaya untuk mencicipi ruang dan waktu yang lain dan bertemu orang-orang baru.

24 tahun saya hidup… saya sudah terikat dengan orang-orang yang begitu berarti untuk saya. Mama… adik saya… keluarga saya… guru-guru saya…. teman-teman saya… semuanya. Kalian tahu? selama 24 tahun saya belajar untuk bangkit berkali-kali ketika jatuh, saya belajar untuk tidak terlalu cengeng menjalani sesuatu, saya menyaksikan betapa banyak orang demi seorang Marissa Malahayati sudah melakukan dan mengorbankan banyak hal.

Saya melihat Mama saya sejak Beliau masih sehat, hingga kini jalannya yang sedikit pincang karena pernah terkena stroke. Rambutnya yang tebal semakin banyak yang rontok dan sedikit demi sedikit mulai menjadi abu dan putih.

Saya melihat adik saya, sejak dia masih bayi… saya bermain bersama dia, belajar beberapa hal bersama, ngomel-ngomel ketika dengan puppy eyes dia meminta saya mengerjakan tugas keseniannya [dan tetap saya kerjakan juga], hingga kini dia sudah kelas 2 SMA… sedikit lagi mengecap bangku kuliah… sebentar lagi menghadapi dunia yang saya hadapi saat ini.

Saya mengenal ayah saya… mendengar cerita-cerita Beliau… dimarahi habis-habisan karena salah tajwid ketika membaca Al-Quran, hingga Beliau akhirnya meninggalkan saya dan saya yang sekarang hanya berusaha mengingat-ngingat apa yang pernah Beliau katakan, membaca ulang buku-buku koleksinya, dan berjuang menjadi anak perempuan baik yang selama ini Beliau idamkan

Selama 24 tahun saya hidup, saya melihat segala sesuatu banyak yang berubah.
Saya sendiri berjuang untuk mengubah diri saya menjadi lebih baik, membuat orang-orang bisa menjadi bangga pada saya yang sepertinya tidak melakukan hal luar biasa yang begitu signifikan untuk mereka. Saya berjuang… kadang menangis… tapi setiap saya menyadari bahwa orang lain mungkin telah berjuang lebih keras untuk saya, rasanya terlalu tidak sopan untuk menyerah terlalu dini.

Hingga akhirnya Allah merestui saya untuk meloncat ke ruang dan waktu lain bertemu orang-orang baru, saya diizinkan untuk melanjutkan studi saya ke JEPANG.

Untitled

Sesungguhnya, saya sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk setiap orang yang berarti yang akan saya tinggalkan sementara di tanah air, akan tetapi saya tidak tahu apakah segala usaha tersebut juga dirasa baik untuk mereka. Maka izinkan saya, melalui tulisan ini “minta diri” untuk melakukan perjalanan jauh kali ini. Genapkan kesempatan yang diberikan Allah ini dengan doa dan izin dari kalian semua.

Marissa akan tetap menjadi orang yang sama.
Masih menjadi pecinta kucing, masih akan senang menggambar, masih akan menjajal rasa penasarannya terhadap fotografi, masih malas untuk membuka selimut dan bangkit dari kasur setiap kali bangun tidur, masih tidak suka melihat anak-anak kecil yang memberi jasa ojek payung harus kehujanan karena meminjamkan payungnya untuk orang lain, masih suka lagu-lagu jadul, masih suka bicara sendiri dengan boneka, masih suka memeluk Mama setiap kali ingin dimasakan sesuatu, masih suka jadi Ms. complain, dsb… dsb… dsb…

Yang seharusnya berubah adalah kedewasaannya, kemandiriannya, dan pola pikirnya.

Sekali lagi, terima kasih untuk kalian semua, dan sekali lagi pula… izinkan saya berpamitan dengan kepala tegak kepada kalian semua.
Biarkan perjalanan ini membuat saya bisa menghargai sesuatu lebih baik dari sebelumnya,
biarkan pelajaran yang saya peroleh menjadikan saya seseorang yang memiliki gagasan dan pemikiran yang lebih lugas dan cerdasbiarkan semua hal yang akan saya hadapi nanti membuat saya tertawa dan meringis dan kemudian menjadi saya menjadi seseorang yang lebih kuat dalam menghadapi segala hal.

Rasanya tidak tahu terima kasih sekali jika perjalanan ini saya sia-siakan.

ketika saya pulang nanti, ketika tiba waktu kalian menggerinyitkan dahi dan berpikir beberapa menit “Ini siapa ya? perasaan kenal” lalu mengingat saya sepersekian menit berikutnya “Oiyaaaa…. inget….inget!”, saya harap ketika hari itu tiba saya memang menjadi seseorang yang pantas untuk kalian ingat dan kalian kenal…

Sebagai satu partikel kecil diantara jutaan bahkan milyaran partikel-partikel lainnya di planet ini yang setiap saat berdoa dan memuji Sang Pencipta, saya tentu harus tahu diri bahwa jika tidak melakukan apa-apa maka saya hanya sekadar membuat sesak planet ini dan huuuftttt… apa yang bisa saya banggakan pada Allah nanti. Maka dengan ini, dengan rasa terima kasih yang teramat sangat, saya berjanji untuk melaksanakan tugas-tugas saya dengan sebaik-baiknya. Terima kasih Ya Allah…

dan untuk semuanya yang saya kenal… saya mohon doa kalian semua dan tentu saya mohon pamit beberapa waktu dari tanah air tercinta ini. Sekali lagi, terima kasih.

 

Kata maaf yang tidak akan pernah cukup…


Saya ingat, beberapa tahun yang lalu, ketika Ayah saya masih ada. Saya pernah lari tunggang langgang ke luar rumah ketika akan di tes mengaji. Sayangnya saya kurang beruntung, saya tertangkap basah pagi itu. Saya harus membaca Quran surat Ar-Rahman dengan tartil, namun apa daya saya selalu melakukan kesalahan…. saya haru mengulang membaca ayat 1-13 berkali-kali hingga saking lelahnya saya menangis histeris lalu berteriak “Ayah, saya capek… kenapa sih… biarin aja mau 6 harakat… 4 harakat… 2 harakat… yang penting kan saya tau itu panjang atau gak, ayah kejaaaaaaam” tak pernah saya duga bahwa beberapa bulan kemudian pria yang mengajari saya mengaji dengan cukup keras tersebut kini tidak akan pernah mengajari anak-anaknya mengaji lagi. Parahnya, saya belum sempat mengatakan maaf atas kesalahan saya tersebut.

Saya ingat, berkali-kali saya memarahi Mama saya, “Mama… kalau di ekonomi ya, inflasi itu udah tinggi, Mama hemat dong…ngapain sih beli macem-macem buat saya” bak ekonom paling hebat di muka bumi saya menceremahi Mama saya. Lalu saya menyadari, selama ini, seluruh uang yang saya berikan kepada mama saya, seluruh uang yang mama saya miliki, semuanya untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Hingga kini Beliau yang sudah semakin tua dan sudah tidak sesehat dulu lagi, masih berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan kualitas terbaik. Dan saya ingat, saya masih sering membantah perintahnya, bahkan pernah beberapa kali pura-pura tidur ketika Beliau minta tangannya diberi pijatan kecil.

Saya ingat, saya pernah memarahi adik saya habis-habisnya ketika ulangannya mendapat nilai yang kurang memuaskan “Kamu itu, belajar yang benar…. buku mahal-mahal dijadiin apa? bantal? gak ada di buku, ada kan internet. Mau jadi apa kamu kalau males begitu” tanpa saya sadari saya hanya bisa mengomel dan mengomel… saya bahkan tidak mengajarinya secara jelas dan komprehensif tentang stoikiometri dan trigonometri. Saya bahkan mungkin tidak bisa juga mengerjakan soal ujiannya yang semakin lama semakin sulit dan bahkan lebih sulit dibandingkan soal di jaman saya bersekolah dulu.

Saya ingat, pernah suatu hari,lama sekali… seorang  teman yang paling baik hati meng-sms saya “Mon, lu dimana, gw udah nunggu di perpus” lalu 2 jam kemudian saya membalas smsnya “Hah? di perpus? Ih gw di rumah… ini baru bangun tidur. Lu ngapain? masih di sana?” TING sms balasan datang “Iya, masih. Oh dikirain jadi ke perpus” beberapa tahun kemudian… kekejaman saya masih sama “Aduuh, lu itu harus gini loh…. harusnya gitu loh… betah stagnan gini-gini aja?” dan senyumnya masih sama seperti dulu. Tanpa saya ketahui, dia mungkin berusaha keras mewujudkan apa yang saya katakan padanya, berjuang untuk impian-impiannya, masa depannya, keluarganya, semuanya. Saya ingat, dia masih selalu ada untuk saya bahkan ketika saya ada untuk orang lain.

Saya ingat, keangkuhan saya membatasi saya dengan pergaulan yang lebih luas. “Ih… males ah gaul sama si A… si B… si C… yang diomongin cuman masalah fashion, high heels, pacarnya gimana, emangnya urusan gw tau segala macam tentang doi termasuk foto selfienya sama pacarnya dan kapan doi putus”, dan saya ingat beberapa dari mereka yang saya jauhi tersebut kemudian mendekat pada saya, lalu menceritakan segala masalah mereka “Mon, gw percaya… lu kan orangnya logis, gw percaya sudut pandang lu yang beda dengan orang lain”, saya tidak menyangka bahwa rupanya masalah mereka lebih besar daripada yang saya kira, tidak menyangka bahwa mereka butuh banyak masukan, dan tidak menyangka bahwa mereka menghargai keberadaan dan pendapat saya.

Saya ingat, saya tidur ketika kuliah… merasa bosan dengan materi yang dibawakan oleh dosen saya. bahkan di luar kelas saya masih sempat komentar bahwa slide Beliau bikin sakit mata dan bisa membuat minus mata bertambah. Saya juga ingat sekali saya sampai tidak membaca buku teks di rumah karena saya sudah putus asa dengan pengajaran dosen saya yang saya pikir membuat materi semakin sulit. Siapa sangka, materi-materi yang saya abaikan itu kemudian menjadi materi-materi krusial yang harus saya kuasai di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Saya ingat ketika bos saya mengirim sms di hari libur, saya membiarkannya berdering… lalu tidak mengangkatnya… lalu saya tinggal tidur. Saya tidak peduli pada saat yang sama Beliau sedang galau habis-habisan dengan data yang sudah saya olah… saya tidak peduli bahwa pada saat itu yang Beliau butuhkan hanya diingatkan bahwa e-mail sudah saya kirimkan.

Saya ingat bahwa saya senantiasa melakukan kesalahan…
Saya memang tidak bisa mengingat satu per satu kesalahan dan dosa saya, tapi saya ingat bahwa dalam perjalanan hidup saya ini saya senantiasa melakukan kesalahan. Hebatnya, begitu cintanya Allah pada saya, hingga semua orang masih bersedia membantu dan menyayangi saya bahkan ketika saya melakukan kesalahan pada mereka tiap hari, tiap menit, tiap detik.
Maaf saja tidak akan pernah cukup untuk menebus segala kesalahan saya.

Saya hanya memohon izinkan saya, menjadi wanita yang lebih dewasa….
Izinkan saya dalam perjalanan panjang yang akan saya jalani bisa membuat saya menjadi wanita yang bisa membuat kalian bangga karena telah mengenal saya. Saya mungkin tidak akan pernah mengurangi segala kesalahan saya, tapi saya pasti bisa menambah hal-hal baik yang bisa membuat kalian semua bahagia.

Terima kasih.

Marissa Malahayati

——————————————————————————–

Selamat hari raya Idul Fitri..
Image and video hosting by TinyPic

ketika kesepian di tengah keramaian….


Mumpung hujan, mari ngegalau sedikit hehehe… sekaligus konferensi pers kenapa kalau ada kumpul-kumpul dengan teman lama saya jadi pendiam dan kudet banget *emmm… bukan rahasia sih, saya emang kuper :’D hahahaha hiks*

Berawal di suatu hari yang cerah, bos besar saya bercerita dengan tamunya yang dari Jepang… Beliau menceritakan sedikit tentang masa lalunya. Katanya, Beliau menikah ketika S3 itu pun sebenarnya ingin nanti-nanti aja hanya saja kemudian Beliau ngerasa semua teman-temannya sudah menikah dan taraaa setelah dipikir-pikir kok jadi sepi ya. Karena kesepian itulah akhirnya Beliau memutuskan menikah. Taraaaa the end dan happy ending.

Tapi saat dengar itu saya ketawa-ketawa, ya ampuuuuun masa sih segitunya. Masa sih sampe segalau itu dan masa sih sampe kesepian di tengah keramaian gitu. Wkwkwkwkw… oh come on, Pak.

Tapi semua berubah ketika negara api menyerang
Tapi semua berubah ketika kalian merasakan hal itu sendiri, perlahan-lahan, tapi mematikan *haish*

Ada masa ketika teman-teman lu ada di sekitar lu… ada! They totally exist and of course still become your friends, tapi lu sebagai seorang manusia yang mendadak gak nyambung dengan dunia mereka. Ah masa sih? Entahlah… mungkin saya aja sih. But let me tell you.

Saya merasa beruntung, di kantor… walau ada beberapa yang sudah berumah tangga… tapi mereka juga kebanyakan mahasiswa dan tentu kerjaan yang kami hadapi serupa. Jadi di kantor pembicaraan kami rasanya masih dalam ranah nyambung senyambung-nyambungnya. Pokoknya happy banget, suka duka semuanya bisa ditertawakan bersama.

Tapi dengan teman kuliah? Teman SMA? Dan sebelum itu…? mmmm
Ketika kalian sampai di usia seperti saya, ketika kalian dapat undangan nikahan lebih banyak dibandingkan undangan ulang tahun apalagi buka puasa bersama, kalian akan sampai pada sebuah deduksi bahwa semuanya sudah tidak sama lagi seperti dulu.

Mayoritas teman kuliah saya sudah menikah ataupun jika belum, mereka berfokus pada karir mereka yang menurut saya sudah bagus-bagus. Sungguh saya bangga pada mereka… tapi ketika harus berkumpul, saya mulai merasa saya tidak terlalu paham dengan apa yang mereka bicarakan.

Saya hanya bisa tersenyum simpul ketika para banker berkumpul, mebicarakan karir mereka, target mereka, sistem bekerja di kantor mereka masing-masing, masalah keinginan resign dan kantor lain yang akan menjadi tujuan mereka selanjutnya.

Saya hanya bisa mengerutkan dahi, ketika beberapa dari mereka sudah mulai membicarakan cicilan rumah, tabungan masa depan, pernikahan, dan lain sebagainya.

Saya hanya bisa turut bahagia ketika teman-teman saya yang sedang hamil atau yang sudah memiliki anak saling sapa dan bercengkrama di baik di dunia nyata maupun di dunia maya… ketika mereka membicarakan tentang pengalaman morning sick mereka, ngidam, test pack, kontraksi, atau perkembangan anak-anak mereka dari bulan ke bulan… dari hari ke hari.

Saya bahagia mendengar itu semua, namun sayangnya saya tidak bisa masuk dalam ruang lingkup pembicaraan mereka karena saya… saya… saya tidak paham apa-apa kecuali sebagian kecil.

Saya harus bicara apa ya? Climate change? Aduh emon -.- pasti saat saya mengajukan topik pembicaraan itu semuanya langsung gelar kasur terus tidur.

Aduuuh… paham gak sih perasaan gw? huhuhuhuu….. *peluk tembok, tembok meluk balik*

Percayalah… jokes dan pembicaraan antara orang yang sudah berkeluarga, sudah fokus pada karir, dan yang sedang sekolah itu bedaaaaaa banget… sehingga memang harus menjadi bunglon jika ingin berbaur dengan semuanya. Masalahnya saya buruk sekali masalah “membunglon” seperti itu. Ah poor you emon.

Bayangkan! Di saat orang heboh dengan ruang dan waktu mereka sendiri, saya masih heboh dengan gimana ngurus visa, gimana nanti hidup saya di negeri antah berantah, gimana memahami satu bundel tebel tentang Computer general equilibrium, variabel-variabel apa yang kelak akan masuk ke dalam penelitian saya, apa kabar kucing-kucing saya di rumah…. dsb dsb…

Bayangkan! Teman-teman saya sudah berpikir nanti nikah konsepnya mau apa…. dekor kamar anaknya mau gimana…. dan saya? Saya masih kayak bocah aja, mengurus kucing-kucing saya yang sedang naksir kucing angora tetangga, dan saat ini sedang membayangkan bagaimana anak hasil perkawinan kucing saya dengan kucing tetangga.

Luar biasa, emon….

Tapi itu bukan masalah besar, setidaknya saya berpikir demikian.
Tapi ketika sahabat-sahabat saya satu per satu mulai menapaki kehidupannya sendiri, kesepian itu semakin terasa.

Ketika salah satu sahabat saya saat SMA menikah, saya mulai berpikir ya ampuuuun dulu kan kami teman segeng yang sama-sama jomblo kekal semua, dan waaaw she finally get married. Saya terharu banget 😀

Ketika salah seorang teman baik saya memberika surat undangan “Mon, dateng ya… nikahan gw sehabis lebaran ini”, waaah banyak juga yang ngasih undangan sehabis lebaran…. lalu saya bertanya lagi kenapa kok cepet banget nikahnya dan gak bilang-bilang sejak awal “Gw juga nemu dia belum lama ini, Mon… sepertinya cocok, sudahlah gw nikah aja biar ada yang ngurus gw setiap kali pulang kerja” ah hopefully…. that’s good for you.

Bahkan ketika lu melihat salah satu sahabat terbaik lu sepertinya lebih bahagia dan lebih berbinar-binar ketika dia bergaul dengan teman-teman sebaya yang profesinya sejalan dengan dia.

Saat itu kalian akan sadar, akan tiba masa ketika teman-teman terdekat kalian saat ini akan fokus pada kehidupannya masing-masing. Mereka akan memiliki pekerjaan masing-masing, keluarga masing-masing, dsb…. dsb….mereka akan begitu sibukd engan lingkup kehidupan mereka sendiri.

Hah…. well, that escalated quickly.
Sedih? Gak terlalu sih… sedihnya dikit karena ngerasa baru sadar sekarang.
Perjalanan dan waktu toh akan mempertemukan kita dengan orang-orang baru, teman-teman baru, kerabat-kerabat baru… dan saya percaya itu.

Saya hanya merasa sedikit menyesal karena kuper, saya tidak banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman saya dulu 🙁 actually I love them, walau keliatannya saya galak dan jutek…. gendut pula…. jadi keliatan serem, but I do love them and happy for them for everything they achieve.

Ah rupanya begini kesepian di tengah keramaian :’D