dan menjadi wanita [mungkin] memang tidak mudah…


Tersebutlah di sebuah planet yang mirip dengan bumi, terdapat sepasang manusia yang sedang melakukan pembicaraan sangat serius di sebuah cafe, sebutlah namanya Rama dan Shinta.
Rama (R): Shin, aku mau tanya apa pendapat kamu tentang wanita yang sudah menikah, apa dia masih harus berkarir atau tidak?
Shinta (S): Kenapa nanya aku, Ram? Itu kan pertanyaan klasik banget.
R: Ini serius, Shin… aku mau tau sudut pandang kamu.Jawaban kamu akan menentukan banyak hal.
S: Mmmm… kalau aku ya, aku sih fine-fine aja tuh wanita mengejar karir mereka bahkan setelah menikah.
R: Tapi nafkah kan kewajiban suami, Shin.
S: Kewajiban dan gengsi pria, Ram… harga diri dan martabat, pria! Catat itu… aku tahu dan paham itu. Tapi apa salahnya jika wanita mengejar impian mereka juga. Apa wanita tidak boleh ambisius?
R: Dalam agama kita, Shin.., seorang wanita hanya perlu menjaga kehormatan dirinya dan suaminya. Mendidik keluarga, mengurus anak-anaknya, untuk apa berlelah-lelah di rumah.
S: Aku tahu maksud arah pembicaraan ini, Ram… aku paham.
Shinta tersenyum simpul lalu menyeruput teh hangat di depannya.
S; Ram, kamu sudah semakin dewasa dan semakin religius. Perdebatan ini gak akan ada habisnya, Ram. Kamu tahu itu, kita tidak pernah selesai berdebat.
R: Aku sekadar ingin tahu.
S: Dan menginvestigasi? Ram… kamu pernah baca artikel tentang Abenomics? Sebuah mahzab ekonomi baru dari Perdana Menteri Shinzo Abe di salah satu tempat di planet biru, dia mengatakan bahwa sebuah negeri yang makmur juga harus memberikan kesempatan untuk wanita agar mereka bisa berkembang, bersinar, dan berkarya. Dengan mengoptimalkan kemampuan wanita, maka perekonomian dan kondisi sosial akan lebih stabil. Oh come on, kamu harus sering jalan-jalan ke planet lain di antariksa ini.
R: Aku tidak kenal siapapun dia, tapi bagi aku wanita adalah pondasi keluarga. Dia mengajarkan anak-anak, mengurus rumah tangga, mengatur gizi, bayangkan jika dia harus menghabiskan waktu lebih banyak di luar dibandingkan di dalam rumahnya sendiri. Kamu pernah dengar kan suami yang selingkuh, anak yang kurang cerdas, anak yang kurang perhatian…
S: Ram, kamu angkuh sama seperti dulu. Sama seperti sejak pertama kita bertemu.
R: Aku bukan angkuh, aku berpegang teguh pada pendirianku.
S: Ram, untuk hal ini kita berbeda. Ram, aku juga anak seorang wanita yang bekerja… yang kata kamu lebih lama di luar rumah dibandingkan di dalam rumah itu loh.
R: Aku juga, aku lihat ibuku kelelahan setiap kali Beliau pulang dari kantor, dan aku tidak tega. Aku tidak mau Ibu seperti itu, dan aku mencintai istriku kelak maka aku tidak akan memperbolehkannya bekerja dan lelah. Biar aku mati tapi keluargaku tetap adalah tanggung jawabku.
S: Jika kamu meninggal di tengah masa-masa indahmu dengan istri kamu, apa yang akan kamu lakukan? Bangkit dari kubur? Ram, kamu tahu kenapa Mamaku bekerja… karena Papaku meninggal karena kecelakaan kerja. Kami butuh uang… untuk bertahan hidup…untuk makan…. untuk sekolah… untuk segalanya. Aku dan Mama, kami wanita yang harus bisa menghadapi permasalahan kami dengan kepala tegak, tanpa air mata lagi. Seberapa hebat pria, Ram? Apakah mereka bisa hidup selamanya?
R: Tuhan bisa selesaikan segala masalah.
S: Tapi Tuhan tidak mengurus aku saja di planet ini, Ram… Aku sudah terlalu banyak memohon… sudah. Aku harus bersikap lebih santun kepada-Nya dengan menunjukan segala usaha yang bisa aku lakukan.
Kali ini Rama terdiam.
S: Ram, okay… kamu pasti akan bilang bahwa aku terjebak pada histeria dan ketakutan berlebihan. Tapi mungkin ya, aku sedikit trauma masalah ini. Jika aku menikah, aku harap suamiku bisa memahami hal ini. Aku ingin bekerja, mendapat penghasilanku sendiri, membagi diriku dan gagasanku pada setiap bagian planet ini.
R: Lalu bagaimana dengan keluarga kamu? Anak kamu misalnya?
S: Aku bisa titipkan ke Mamaku saat aku kerja, Mamaku sudah berhasil mendidik aku menjadi wanita yang tegar. Aku ingin anakku cukup beruntung bisa diajari Beliau juga kelak. Aku juga bukan wanita berhati batu, Ram. Aku punya tekad aku tidak mau bekerja terlalu sibuk, aku akan pulang tepat waktu dan kemudian mengurus anakku. Wanita itu bisa multitasking, Ram. Kamu tahu kan aku bahkan bisa bekerja sambil kuliah selama ini.
R: Ini berbeda, kamu paham tidak? Ini lebih rumit. Kamu tahu betapa lelahnya seseorang sehabis bekerja
S: Aku tidak pernah lelah untuk semua pekerjaanku, Ram… termasuk untuk anakku nanti. Dan oiya, aku ingin selesaikan semua permasalahan finansial keluargaku dan ingin memastikan bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Sama seperti kamu, aku juga sayang Mamaku dan itu alasan kenapa aku sekarang bekerja. Dan oiya, sama seperti kamu aku juga sangat mencintai suamiku nanti, aku tidak mau menambah masalahnya dengan masalahku. Jika kamu punya gengsi untuk membangun keluargamu dengan idealisme ala kamu itu, aku juga punya gengsi sebagai anak sulung yang ingin membahagiakan keluargaku setelah bertahun-tahun aku melihat betapa sulitnya kehidupan kami. Ini harga diriku sebagai wanita dan sebagai seorang anak.
R: Hahahaha….kamu tetap keras kepala seperti sejak pertama kali kita bertemu. Logika kamu sudah mengalahkan apapun.
S: Dan aku jadi paham kalau kita hanya bisa sampai pada level sahabat, tidak kurang dan tidak lebih. Kamu juga masih seperti dulu, ketika kamu mempercayai suatu hal kamu pasti tidak akan mengubah itu.
R: Kamu terkukung pada seluruh obsesi-obsesi kamu itu.
S: hahahahahahaha… Obsesi kata kamu? Iya mungkin. Tapi Ram, aku mengenal obsesiku, impianku, cita-citaku, lama sebelum aku mengenal kamu. Begitu lamanya, sehingga mereka lebih layak diperjuangkan daripada kamu.
R: Baik, aku paham.
S: Terima kasih, Ram. Terima kasih.
R: Oke, aku pergi dulu ya.
Rama kemudian berdiri dari tempat duduknya, hujan yang mengguyur planet tersebut tidak mengurungkan niatnya untuk pergi dari cafe itu.
S: Ah yap, aku juga ada urusan. Ngomong-ngomong kenalin sama wanita yang akan menjadi istri kamu itu ya. Mentalnya hebat banget.
Rama tersenyum tipis.
R: Pasti, kamu akan jadi salah satu orang yang pertama tahu ketika saat itu tiba. Yang pasti dia gak sesulit kamu kalau diajak berdebat.
S: Hahahaha… jaga dia baik-baik ya, dan jangan mati terlalu cepat. Setidaknya bahagiakan keluarga kamu sebelum kamu mati.
R: Pasti! Itu kan gengsi aku sebagai pria. Kenalkan juga aku pada pria yang kelak jadi suami kamu ya, pasti pria dengan kesabaran tinggi karena cuman yang seperti itu yang bisa memahami kamu.
S: Pasti. Terima kasih.

Dan percakapan panjang di cafe itu pun berakhir.

NOTE!!!!: Kesamaan kisah, latar belakang, tokoh, dsb…dsb… hanyalah sekadar kebetulan belaka. Jangan diambil hati apalagi dibuat galau :p Cukup diambil esensi ceritanya aja.

——————————————————————————————————————

Mungkin diantara kita ada yang pernah menghadapi perbincangan seperti itu. Dalam masyarakat kita, perbedaan pandangan merupakan suatu hal yang lumrah, wanita memegang berbagai peran dan juga menghadapi pilihan. Jika saya harus jujur, maka setengah mati saya mengagumi wanita yang bisa memberikan sepenuh waktu, jiwa, dan raganya kepada suaminya ketika dia sudah menikah. Saya kagum melihat teman saya menikah dengan wanita yang rela meninggalkan pekerjaannya setelah menikah, saya terharu juga melihat teman saya yang dengan luar biasa “Insya Allah ini pilihan yang terbaik, gw tinggalkan pekerjaan gw karena suami gw dan anak gw” sambil dia kemudian mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit karena hamil. Saya takjub ketika teman saya dengan usia yang setara dengan saya sedang asik menyuapi anak-anaknya.
Saya, saya mungkin tidak sehebat itu. Saya mau jalan-jalan keliling dunia, mau beli rumah dengan nama saya sendiri, harta-harta duniawi, ngasih mama macem-macem…. bla..bla..bla… pokoknya duniawi banget deh.

Adik kelas saya pernah ada yang curhat pada saya mengenai masalah ini. Dan dia bilang “Pokoknya Kak, aku mau Mamaku di rumah aja titik gak usah ngejar-ngejar karir. Hidup biasa-biasa aja cukup kok”. Apakah dia salah? Tidak! Sama sekali tidak.

Seorang pria pernah menyatakan pada saya, bahwa wanita perlu di rumah saja. Apa dia salah? Tidak sama sekali.

Tapi jika saya tidak mau menyetujui hal itu sepenuhnya, apa saya salah?
Saya yang hari ini dididik dan juga dibantu banyak hal oleh wanita-wanita karir yang luar biasa.
Saya tahu rasanya financial unstability ketika suatu keluarga yang sepenuhnya menyandarkan sumber pedapatan kepada pria, dan pria itu lalu meninggal.
Saya mengenal beberapa pria yang berjuang siang malam, mengorbankan banyak hal,  untuk menghidupi keluarganya dan adiknya yang banyak. Begitu luar biasa sehingga saya berdoa jika kelak mereka berkeluarga semoga mereka mendapatkan rizqi yang baik dan pasangan yang baik sehingga bisa menghidupi keluarganya tanpa menelantarkan adik-adik mereka.
Apa saya salah berkaca dengan hal tersebut dan menyatakan ada saat ketika seorang wanita boleh mengejar impian mereka, obsesi mereka, pekerjaan mereka, semuanya selama dia masih menyadari harkat dan tanggung jawabnya sebagai istri, anak, kakak, dan sebagai WANITA.

Menjadi wanita tidaklah mudah, mereka menghadapi pilihan-pilihan dan seperti layaknya teori ekonomi bahwa ketika ada pilihan mereka harus memilih pilihan yang bisa memberikan kepuasan terbesar bagi mereka dengan mempertimbangkan kondisi dan keterbatasan yang mereka miliki. Maka dari itu, setiap manusia, termasuk wanita, memiliki titik optimum mereka masing-masing untuk segala pilihan hidup mereka.

Maka segala pilihan itu harus dihargai.
Maka segala pilihan tidak perlu dipertanyakan karena dia sudah mengalami proses bernama: pemikiran.

Demikian! Selamat bekerja kembali besok hehehehe.
See you.

Habis Gelap Terbitlah Terang [dengan cahaya lilin]: Apakah wanita tidak boleh sekolah tinggi?


“Jika kau mencintai sesuatu, seharusnya engkau berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan mempertahankannya bukan?Seharusnya begitu pula jika kau mencintai seseorang”

Entah ada angin apa sambil nonton film India saya bisa nulis topik sebenarnya sih udah banyak yang membicarakan ini tapi rasa2nya tetap menggelitik untuk ditulis.
Pernah denger dong konon katanya wanita yang sekolah tinggi itu susah dapat jodoh, bla…bla,,,bla…dan jujur saja saya sebenarnya tidak percaya tentang itu semua. Tapi aish… memang tidak boleh yang naif-naif banget dalam memandang sesuatu.

Suatu hari di sebuah pojok muka bumi, seorang pria dengan mata menengadah ke langit bercakap-cakap dengan temannya, “Gw jujur ada minder deketin X, gw tahu dia baik, dia perhatian ke gw, tapi pendidikannya itu loh skrng dia S2 gw masih S1 aja, apalagi kalau dia lanjut lagi waaaah makin jauh aja gw. Gw nyerah aja, dia terlalu baik untuk gw”

Di sudut lain muka bumi, seorang gadis dengan mata berkaca-kaca sudah tidak bisa berkata apa-apa, pria yang dia percaya selama ini akhirnya mengatakan “Aku gak sanggup jika pisah terlalu lama dan terlalu jauh sama kamu, aku juga jujur aja minder kalau pendidikan kamu lebih tinggi dari aku. Kamu bisa cari pria lain yang lebih baik dari aku”

Tidak jauh dari situ ada muda-mudi yang bertengkar cukup hebat, “Buat apa sih kamu sekolah tinggi-tinggi? Sampai harus ke luar negeri segala… aku ini serius. Aku cuman mau kamu gak usah jauh-jauh, cukup di rumah urus anak-anak kita nanti”

Di pojokan lain planet bumi ini, seorang wanita mengetik di blognya…merasa hal-hal seperti itu sudah tidak masuk akal lagi, dan orang itu adalah saya sendiri.

Apakah salah jika wanita ingin melanjutkan sekolah hingga ke jenjang yang tertinggi sekalipun?

Jujur saja, jika Allah mengizinkan saya ingin melanjutkan studi saya hingga jenjang tertinggi sekalipun. Saya punya banyak alasan, 1.) Ini salah satu impian ayah saya yang belum kesampaian, 2.) I’m stupid -,- karena bodoh itu saya harus terus belajar. Jujur aja saya merasa otak saya semakin lama semakin menurun kemampuannya, jadi selagi masih mau dijejelin ilmu maka mengapa tidak, 3.) I want to be a bloody cool mother for my future son and/or daughter. Alasan ketika ini juga yang membuat saya berdoa semoga di masa depan nanti ada pria yang sangat baik dan sangat pintar mau menjadi suami saya. Hahaha…. pria yang beruntung bgt kan :p beruntung karena saya gak akan berpaling tapi sial karena saya gak jago masak dan benci nyetrika :p

Saya pernah berdebat dengan seorang cowok mengenai masalah ini, saya katakan “yang akan mengurus anak itu nanti perempuan lagi, maka perempuan harus pintar sehingga kalau anaknya nanya kenapa ada pelangi maka si ibu bisa jawab proses terjadinya pelangi secara fisika bukan cuman bilang ‘yaaaa emang Allah bikinnya gitu, Nak… bagus kan’ maka masuk akal jika perempuan bersekolah lebih tinggi dan gak masalah dong jika pendidikan wanita lebih tinggi” dan tebak jawaban teman saya itu… “Yaelah, Mon… pemikiran lu itu yang terlalu jauh”

Errr… -.-

Saya juga ingin suami yang gak lemot. Bayangkan jika kemudian si anak bermain bersama ayahnya, lalu kemudian melihat roda mobil yang ada ulirnya dan gak halus mulus gitu aja. Bayangkan dia kemudian bertanya “Yah, boleh gak rodanya aku ratain aja pake apa gitu, aku gak suka bentuknya kok gak rata gini ya”…. setidaknya si ayah harus bisa menjawab dengan teori dasar gaya gesek yang mudah dimengerti bukan kemudian malah sewot dan teriak “Ehhhh jangaaaaaaaan…. kamu apa sih Nak, iseng banget”

Fair kan?
begini ya wahai para pria di muka bumi terutama yang masih lajang, oh come on… buka mata lebar-lebar… luaskan perspektif.

When a woman choose a man…. itu bukan hal mudah loh. Bayangkan seorang putri yang disayang sama Mama dan Papanya udah dapet best services di rumah, bahagia dengan keluarganya. And taraaaa she is fall in love tapi di saat yang sama dia mau meraih cita-citanya untuk menapaki jenjang pendidikan dari satu level ke level lainnya. Di tahap seorang cewek udah jatuh cinta dan menerima seorang cowok aja menurut saya itu sudah hal yang luar biasa, betapa egoisnya ketika si cowok kemudian melarang si cewek meraih apa hal yang diidam-idamkannya. Mungkin impian itu sudah lebih lama hidup bersama si cewek dibandingkan jangka waktu si cowok mengenal si cewek. Helow, Boys… please deh ah.

Dan emmm hellow girls, jika cinta itu buta maka janganlah dibutakan cinta. Tuntun cinta ke arah yang benar.. serahkan hanya pada orang-orang yang bisa memelihara itu dengan baik *gile kan kapan lagi gw nulis kayak gini*

Jujur saya muak ketika ada cowok yang bilang “Aku gak mau sama X, karena X jauh lebih baik dari aku” APAAAAAAAA????? ada beberapa kesalahan besar di sini… 1. Si cowok bagi saya keliatan loser banget, kalau memang cinta perjuangkan dong masa nyerah gitu aja. Oh jujur saja di media-media sosial banyak yang menulis status “mari memantaskan diri bla…bla…bla”, apa wanita saja yang perlu memantaskan diri? bagaimana dengan pria? gak usah memantaskan diri? ahahaa… fair play, men! fair play. 2. Jelas sudah si cowok toh gak cinta-cinta banget sama si cewek dengan alasan lihat poin pertama. Mungkin menyedihkan dan terlihat kejam, tapi mari tinggalka pria jenis ini. Hidup ini melelahkan jangan lelah dengan hal-hal lain yang tidak terlalu krusial.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, bukan berarti dia jadi mahajenius untuk segala hal. Saya merasa mau belajar sampai S30 sekalipun saya masih punya penyakit gak teliti dengan eksakta, saya kalau udah malas gak bisa bergerak kayak kukang, saya bodoh setengah mati dengan aneka hapalan, zzzzz… tetap manusia penuh kekurangan. Tapi sekali lagi, ini bukan masalah menjadi paling pintar atau paling jenius… ini masalah memperluas cakrawala. Setiap orang berbeda-beda dalam memperdalam khazanah pemikiran mereka dan memperluas cakrawala mereka, beberapa langsung terjun ke bidang teknis, beberapa memilih memperdalam pendidikan mereka, dsb. saya memilih jalan kedua… saya hidup di lingkungan akademis, maka wajar jika saya kelak ingin memilih jalan akademis. Apa kemudian saya pantas sombong lalu meruntuhkan dominasi pria? Ah come on…. saya toh gak mau memusingkan itu. Saya punya ayah, saya tahu betapa berat dan luar biasanya perjuangan seorang pria dari ayah saya… maka saya tidak pantas merendahkan setiap perjuangan pria karena saya paham bahwa setiap detil perjuangan dan kerja keras pria harus dihargai.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, dia akan menjadi guru yang baik untuk anak-anaknya.

Ketika wanita punya pendidikan yang lebih tinggi, mereka akan punya bargaining posisition di keluarga maupun dalam lingkup kehidupan sosial. pentingkah? Penting, untuk mempertahankan prinsip dan harga diri tanpa perlu menjatuhkan jati diri dan meremehkan kemampuan orang lain.
Intinya, itu semua untuk kebaikan banyak orang.

Baik! mungkin ada wanita yang malah jadinya sombong atau gimanaaaa~ gitu. Ya memang ada, tapi kan tidak semua. Cari yang ada iman-imannya juga lah -,-
Saya pikir selama masih punya iman dan pola pikirnya terawat dengan baik, seorang wanita sehebat apapun dia akan tetap menjadi orang yang rendah hati tapi pendidikan bisa menjaganya dari sifat rendah diri. Ah catat itu! dengan tinta emas! 😀

Jika saya bisa menulis langit, maka dengan tinta hitam legam saya akan tuliskan sekali lagi, “Jika kau mencintai sesuatu, seharusnya engkau berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan dan mempertahankannya bukan?Seharusnya begitu pula jika kau mencintai seseorang”
Jika kalian wahai pria rupanya di tengah jalan sudah menyerah mengejar wanita yang kalian sukai, well… mungkin memang benar kalian terlalu cupu untuk wanita tersebut and please stop bilang “Saya berhenti karena dia jauh lebih baik dari saya bla bla bla” ZZZZzzzzz beneran deh itu basi banget.

Mari kita tidur kalau begitu. Semoga muka bumi ini esok sudah lebih banyak dipenuhi manusia-manusia penuh semangat dan percaya diri, ah.. semoga

Kalau cinta jangan nyiksa : Sebuah catatan tragis :’D


Ini hal yang sangat tidak penting… tapi entah kenapa ya saya selalu bermasalah dengan apapun yang terkait dengan pacaran! Kisah saya terlalu tragis jika mau dirunut sebenarnya (sekaligus konyol tentunya) tapi saya tetap tidak habis pikir… apa sih salah dan dosa saya?

Saya menghabiskan masa SD saya di “kampung” di Kabupaten Bogor. Saya melalui masa kecil yang amat bahagia, mungkin tahap paling bahagia dalam hidup saya. Jujur aja… hidup di desa, membuat saya jadi wanita super polos yang rada-rada ndeso juga setelah masuk SMP. But trust me… hidup di desa membuat kita jadi orang yang kreatif dan senantiasa menghargai banyak hal. Eh tapi bukan ini yang akan saya bahas.

Cinta monyet saya terjadi saat saya SD… saya suka dengan teman sekelas saya yang paling pintar, tampan, dan juara mengaji… tentu dia pun dikejar-kejar banyak wanita. Hanya saja saya masih polos, jadi yaaa cuek saja. Akan tetapi cinta segitiga terjadi, ada teman saya, sebut saja si Baja Hitam yang saat itu luar biasa agresif…. bayangkan ketika saya duduk di kelas 6 SD tiba-tiba tidak menyodorkan cincin gratisan hadiah dari chiki dan bilang “Kalau umur kamu lebih muda dari saya, nanti di masa depan jadi istri saya ya” sontak saya shock! Pertama, saya jelas pasti lebih muda dari dia, saya kelahiran tahun 1990 sedangkan teman-teman saya mayoritas kelahiran tahun 1989 atau 1988. Lebih kekinya dia mengucapkan itu di depan pria yang saya suka saat itu, mukyaaaaaa…. nyebeeeeeliiiiiin. Untuk segera case closed karena saya keburu lulus dan melanjutkan sekolah ke kota Bogor.

Kisah tragis saya tidak hanya sampai situ. Saat saya kelas 5 SD, ada tetangga saya yang tiap haru mondar-mandir di depan rumah saya. Saya saat itu juga sering ada di depan rumah untuk menjemur adik saya atau mengajak adik saya main. Maklum saat itu adik saya baru lahir dan saya lagi antusias-antusiasnya. Betapa mengerikannya ketika suatu hari si tetangga itu mendatangi saya yang sedang mendorong kereta bayi adik saya dan lalu bilang “Tahukah kamu sebenarnya saya selama ini suka kamu” huwaaaaaa sereeeeeeemmm pedofiliaaaaa. Saya antara serem dan gak ngerti langsung dorong kereta bayi adik saya dan masuk rumah.

Ini bukan akhir! Besoknya hari minggu tiba-tiba tetangga menyeramkan itu datang ke rumah. Untungnya ayah saya ada di rumah, dan dia pun langsung disambut ramah oleh ayah saya yang memang pria paling ramah di muka bumi.
“Mau apa kamu, Nak?” tanya ayah saya sewaktu itu.
“Mmm… mau ketemu anak bapak, Pak… mau ngajak main aja”
“Wah lagi tidur tuh. Ya udah temenin saya aja gimana?”
“emmm… ya sudah kalau begitu saya pulang saja dulu”
“Kok, pulang? Ini loh sudah saya siapkan teh hangat. Kamu suka baca buku?”
“Emmmm… suka, Pak” *Which was DUSTA… mana mungkin lah :p cuman abis kata-kata kayaknya.
“Okay ambil buku di rak samping kamu, yang sampul biru… yaaak yang tebal itu”
“Ini,Pak” sambil menyodorkan buku sampul biru
“Kamu tahu ini buku apa? Ini buku yang bagus sekali…. Ini adalah buku Filosofi Ilmu. Kamu tahu? Ketika kita sekolah tingkat master dan doktoral, maka inilah basic knowledge-nya. Karena yang perlu kita perdalam adalah makna dari ilmu itu sendiri. Aaaaaah…. kalau ini…. ini buku Einstein’s Dreams karya Alan Lightman, kamu tahu Alan Lightman? dia seorang ahli fisika yang begitu mendalami ilmunya terutama teori relativitas einstein lalu membuat karya sastra yang sangat indah. Nah kalau buku yang di rak atas saya ini… ini buku principia-nya Newton! Saya sedang suka baca karya-karya Newton. Saya memang pegawai swasta tapi kadang saya suka juga mengkaji buku-buku science… sepertinya masih bisa dikembangkan bla….bla…bla….”

Dan tentu saja dihajar dengan penjelasan buku-buku tingkat tinggi si tetangga menyeramkan itu pasti kepalanya berasap, ada sekitar satu jam ayah saya membongkar koleksi-koleksi bukunya. Sampai akhirnya Beliau bertanya, “Coba menurut kamu buku mana yang paling menarik?”

Jawaban si tetangga saya “Heu… saya tidak terlalu mengerti, Pak. Pak… mohon maaf saya pamit…. terima kasih” lalu dia pun wuuuussssshhhh hilang entah kemana. Seminggu kemudian dia pun pindah ke Riau dan tak pernah kembali hahahahhahaha. Ayah saya lalu bilang, “Yaaa begitulah,Nak kalau tinggal di kampung. Di sini anak-anak seusia kamu sudah bisa dinikahkan… enak aja… langkah kamu masih panjang. Lagipula menantu ayah harus nyambung kalau ditanya tentang buku -.- ini ditanya tentang Einstein sama Newton aja gak tau -.- belum ayah keluarin tafsir Quran haaaaah lemah” hahahahhahaha sebagai info ayah saya adalah seorang Books Addict! Mungkin jika Beliau masih ada, ketika menyeleksi calon menantunya akan lebih seperti kolokium tesis daripada obrolan santai… mohon maklum, dulu memang maunya jadi dosen http://eemoticons.net

 

Saat SMP saya pikir hidup saya akan lebih damai dan sentosa. Rupanya tidak sodara-sodara. Kisah tragis saya dimulai ketika saya yang masih anak 1 SMP suatu hari disuruh teman saya menunggu dia di ruang kelasnya, “Mar… tunggu bentar ya, gw mau ke toilet dulu, waaaait di sini jangan ngilang” saya mengiyakan…

Namanya anak ndeso kan? Saya sih diam dengan manis di kelas teman saya…. eh tiba-tiba di pojokan kelas teman saya ada pasangan yang lagi pacaran, dan mereka pake acara pelukan dan ciuman segala. Jujur aja…. itu adalah pertama kalinya saya lihat orang pacaran, pelukan, dan ciuman! Yaaa gimana? SD bacaan saya kan komik dan buku pengetahuan bergambar… adegan kayak gitu kan gak ada di buku-buku saya.

Saya pun melongo, tapi dengan kebegoan yang mahaluarbiasa, saya pun tidak bisa melepas pandangan saya pada pasangan tersebut. Mungkin dengan mata terbelalak dan mulut terbuka. Merasa terganggu tiba-tiba si cowok memelototi saya “Woooooi…. apa lu liat-liat” saya merasa tidak bersalah dong! Saya tidak merasa kalau dia marah ke saya…. lalu sepersekian detik kemudian…. BUUUUUUUGH~ sebuah botol air mineral mendarat di kepala saya, “Kalau lu masih ganggu, bentar lagi sepatu gw yang ngelayang” Edyaaaaaaaan…..! jahat bgt!

Saya lalu keluar dan bertemu teman saya, melihat saya memegangi kepala sambil meringis, teman-teman saya plus anak-anak di kelas teman saya menghampiri saya, “Kenapa, Mar?”….”Dilempar botol sama yang dipojokan”. Bukannya ditolong…. malah saya habis ditertawakan…. “Heh… polos apa bodoh sih? Orang pacaran dipelototin gitu… kita-kita aja gak berani mwahahahahahaha, udah deh benjol gak?” huhuhuhuhuhuhu~~~

Sajak saat itu saya benci dengan orang pacaran! BENCI SETENGAH MATI! http://eemoticons.net

Tapi tidak indah dong masa sekolah tanpa bumbu cinta kan?

Di SMP ada juga cowok yang sempat saya suka. Sebenarnya gak suka sih, cuman kagum aja…. sebut saja namanya SPIDERMAN. Gak ada ganteng-gantengnya sih, cuman dia pintar dan kehidupannya kan complicated gitu tapi masih tetep sekolah dan tetep oke prestasinya waaah boleh dong diapresiasi. Cuman ya sudahlah ya…
Rupanya, [kalau tidak salah] saat kelas 3 SMP saya sekelas lagi dengan tuan SPIDERMAN ini. Suatu hari, ketika ada study tour, dalam perjalanan di bus tiba-tiba SPIDERMAN menembak saya! Huwaaaaaaaa kaget banget! Jujur rasanya saat itu saya ingin marah pada spiderman,kenapa? 1. Terlalu lebay lah nembak orang sampai berlutut segala~~~ come on! kamu harus punya harga diri, Man!, 2. Saya duduk persis di samping wali kelas saya, malu gak?, 3. Saya tahu dia melakukan itu karena dia main game taruhan dengan teman-temannya. Mohon maaf saja, harga diri saya sebagai wanita serasa diinjak-injak kalau dijadikan objek taruhan. Terlepas dari dia benar-benar suka pada saya atau tidak ya… tapi jujur saja saya keberatan jika caranya seperti itu.

Hubungan kami tentu jadi tidak enak, apalagi satu kelas. Tapi yaaaa bukan saya kalau gak mudah pindah ke lain hati. Saya justru tertarik dengan teman sekelas saya yang pintar dan kalau ngaji huwaaaaa suaranya bisa mengoyak-ngoyak hati! Pokoknya kesayangan guru agama saya. Allah seperti mendengar kata hati saya, suatu hari ada rotasi tempat duduk dan tebak! Saya mendapatkan tempat duduk sebangku dengan si cowok baik hati itu. Huwaaaaaa thanks God! At least saya bisa mendengar suaranya yang oke. Coba—-coba—— coba—- kalau ada cowok pintar dan agamanya oke plus tampang lumayan kece, cuman wanita bodoh yang gak tertarik kan? gak salah dong saya?

Sebenarnya saya duduk dengan damai bersama si cowok baik hati itu, malahan dia mengajarkan IPA dengan sangat baik ke saya. Very nice, man! Tapi suatu hari guru agama saya masuk kelas, “Looooh…kenapa kamu duduk dengan perempuan….bla…bla…bla… harusnya ada hijab….bla…bla…bla…” waaah seru deh. gara-gara kasus itu makanya pas pelajaran agama di kelas saya sempat di bagi dua kolom ikhwan-akhwat. Tapi setelah agama selesai toh balik lagi ke formasi semula.

Saya sih bahagia punya teman sebangku pintar dan baik hati. Tapi entah kenapa spiderman mulai mengganggu kedamaian dan kebahagiaan saya. Suatu hari teman-teman geng spiderman ada yang bilang ke saya “Lu itu gak punya hati banget ya?” mukyaaaaaaa salah apa gw? Spiderman juga menyindir-nyindir “Ilfil banget ya…. memang dia maunya cuman sama cowok-cowok yang kayak malaikat” So what? kalau memang ada yaaaaa kenapa gak kan? hahahaha

Fans cowok baik juga banyak, malah suatu hari ada yang menyamperi saya “Eh lu jangan deket-deket banget dong sama dia. Lu gak kasian si ini…ini…ini udah mendem perasaan lama” Yaaaa mana gw tau? saya cuekin aja lah…Saya di sekolah belajar MIPA dan IPS bukan ilmu membaca pikiran, Nak!

Pokoknya banyaaaak! bahkan ada yang sampai ngirim sms teror segala. Yeeee… bukan saya yang mau, Allah yang menentukan saya duduk sebangku sama siapa mwahahahaha.

Pada akhirnya… case closed karena baik saya, spiderman, dan cowok baik hati akhirnya pisaaaaah sekolah! Horaaaay… tapi sedih juga sih. Oiya pada akhirnya, pada suatu hari saya meminta maaf juga kepada cowok baik hati,
“Heh… sorry ya… gw emang orangnya gitu. Kadang kalau ngomong suka gak kekontrol. Maaf ya”
“Gak apa… gw betah kok duduk sama lu”
“Iya? Waaaah anak alim betah duduk sama gw, kabar baik. Kenapa?”
“Yaaa…karena lu gak macem-macem. Kalau jelek lu bilang jelek, kalau bagus lu bilang bagus, lu juga gak pernah ngomongin gw macem-macem, seru…. gw suka”
Huwaaaaaaa…. mengapa kata-kata itu muncul di akhir masa SMP saya? But forget it, pada akhirnya ada juga kenangan indah yang saya dapat di masa SMP http://eemoticons.net

Masuklah saya pada masa SMA! Masa-masa suram namun bahagia. Suram karena ngerasa orang-orang yang pintar kok banyak banget yaaaa, tapi bahagia karena yang merasa kayak saya banyak juga. Saya happy sekali karena saat SMA saya punya teman-teman yang baik…. sangaaaat baik-baik.

Masa SMA kayaknya kisah cinta saya gak ada ya… ada gak sih? gak tau ya…. ada sih yang ditaksir cuman udah trauma dengan kisah-kisah sebelumnya jadi errrr bodo amat deh lagian karena terlalu minder saat SMA, yaaaah mending bungkam aja lah ya. Satu-satunya yang saya ingat, saya pernah diam-diam benar-benar jatuh cinta dengan seseorang… kali ini benar-benar jatuh cinta saya rasa, makanya kalau ditanya kapan pertama kali saya jatuh cinta? Saya akan jawab ketika SMA. Langsung melow dong, saya pun kemudian membuat sebuah puisi di buku saya. Setelah saya baca-baca lagi, oooooh come on… melankolis banget! Hah, percuma deh cowok yang gw suka juga kayaknya gak suka sama gw, salah-salah malah saya yang malu dan patah hati, sudahlah saya robek, usel-usel, terus buang ke kolong meja. Siapa sangka puisi itu ditemukan oleh salah seorang teman saya dan betapa kagetnya ketika puisi itu kemudian dia tulis ulang dan dia serahkan kepada gebetan dia dan ajaibnya mereka pun jadian. Ya sukur deh ya… tapi yang bikin saya kaget adalah ketika akhirnya teman saya bilang “Mon, gw sebenarnya pake puisi yang lu bikin, tapi jangan bilang-bilang ya… lagipula itu udah lu buang kan?”

Kalian tau rasanya??? mau tau? HANCUUUR!http://eemoticons.net
Ya ampun… iya sih saya merasa konyol karena jadi makhluk super melankolis, tapi rasanya pesan cinta saya jatuh pada orang yang salah errrrrrrgh!

Jika ada satu kesempatan lagi yang Allah berikan, mungkin saya tidak mau puisi itu jatuh ke tangan teman saya itu… mungkin lebih baik saya berikan kepada pria yang saya taksir saat itu… pasti saya akan keki mungkin akan pingsan, tapi kemudian saya mungkin bisa sandiwara kejedot tembok lalu mengaku ke dia saya mengalami hilang ingatan sebagian, lalu menjalani kehidupan sebagai teman biasa seperti hari-hari biasanya. Mungkin gak akan malu-malu banget ya kalau begitu? Ah… kenapa kisah cinta pertama saya malah gak indah sih. Tapi pokoknya he just great… satu-satunya orang yang hingga saat ini saya suka without any reasons! Ya suka aja… that’s all…

Karena kasus itulah makanya saya bersumpah, jika kelak saya memiliki suami, saya ingin membuat sebuah buku yang saya persembahkan untuk dia. Jangankan puisi, surat cinta, cerita, curhat, semuanya saya tulis. Supaya dalam 365 hari dalam satu tahun, supaya tiap dia menghela napas, dia akan terus ingat bahwa saya mencintai dia! Pokoknya harus saya yang menggarap produksi buku itu dan buku saya untuk dia harus ada sign saya! gak boleh gak~ dia harus tau saya yang bekerja keras menulis itu mati-matian. Saya harus membalas dendam kisah cinta pertama saya yang berlangsung tidak mulus itu. Sedih banget gak sih? http://eemoticons.net ya udahlah… semoga kisah kalian gak setragis saya. Tapi saya rasa prestasi juga loh karena hingga hari ini saya masih bisa menjaga rapat-rapat identitas cinta pertama saya itu. Biarlah semua menerka-nerka. Biarlah juga gak usah ada yang tau hahahaha…

Lanjut kuliah… masih patah hati hahahaha, kali ini memang patah hatinya agak akut sih.
Ambisi saya satu… saya harus pintar! dan misi saya tetap sama hingga hari ini, kelak saya akan menjadi penulis! Makanya saat perguruan tinggi saya ikut berbagai lomba dan secara ajaib pernah juga jadi mapres fakultas. Hwaaaaa… gak bodoh-bodoh banget lah ya. Oiya, seperti yang kalian tahu saya juga punya sahabat yaaaaang sangat karib. He’s my writing partner jadi karena saya pemalas nah saya bisa mendzhalimi dia dengan menyuruh dia mengetik dan saya tinggal edit-edit-edit… untung dia baik banget. Hingga hari ini pun hubungan kami masih sangat baik.

Karena anaknya ramah dan supel banget maka jangan heran dia dikelilingi banyak wanita. Suatu hari saya tahu bahwa ada adik kelas kami yang kebetulan mantan murid saya di kelas praktikum Makroekonomi rupanya naksir sahabat saya itu. Waaaah, saya heboh dong. Tumben aja sahabat saya gak cerita… waaah investigasi dimulai. Saya jujur hampir happy, karena seingat saya adik kelas saya itu termasuk yang pintar dan antusias di kelas…

Rupanya dia kurang sreg dengan adik kelas saya itu, dan alhasil pada suatu weekend sahabat saya menceritakan semuanya. “Mon… masa gw dianggap php-in dia?” Owalaaaah berat kali masalahmu, Nak. Saya sih ketawa-ketawa aja, abis lucu juga liat dia panik. Tapi berubah jadi jengkel ketika tiba-tiba dia bilang “Mon, sementara ini jangan hubungin gw dulu ya… apalagi via socmed” Edyaaaaan! apa ceritanya gw gak boleh menghubungi partner in crime gw kan? Waaaah gak beres! Saya protes, “Mon, please… gw gak mau lu jadi terjebak dengan kegilaan ini” Oh well…. baiklah, tapi saya sudah bilang “Kalau perlu ada acara jambak2an, it’s okay! Masa iya gw jadi gak bisa ngehubungin temen gw sendiri, dia cuman bilang “Heu… kalau ada acara jambak-jambakan lu pasti kalah, tulang lu kan kayak nenek-nenek, gampang keseleo… nanti leher keseleo lagi aaaah makin repot” errrr… gak jadi deh mau belainnya http://eemoticons.net

Beberapa hari kemudian kehebohan terjadi di twitter, teman saya disindir habis-habisan di twitter. Rasanya gak tega… bagaimanapun sahabat saya adalah orang yang ada di garis depan saat saya kena masalah apapun, masa iya lawan perempuan lagi aja saya gak bisa, bisa laaaah perang-perangan dikit mah. Huwaaaaa… hampir deh misi pembelaan dilaksanakan. Tapi dasar sahabat saya memang defaultnya baik hati “Udahlah,Mon… kalau lu ikutan malah makin ribet, nanti malah lu yang kena”, “But she’s my student” bela saya, “Iya… terus so what? Udahlah paling 1-3 hari doang”

Dan taaaaaraaaa benar, 3 hari kemudian cuaca kembali cerah, dan kagetnya adik kelas saya itu kembali berpacaran dengan mantan pacarnya…. krik-krik-krik- http://eemoticons.net

“Mon… bener kan, dia emang gak serius ke gw…. cuman jadi pelarian aja. Sebenarnya kasian sih… bukan gw kejam tapi kalau gw ladenin kan makin susah urusannya” kata sahabat saya kemudian.

Huwaaaaaaaaa…. kasian sekali dia, sesekalinya ada yang nembak hahahahaha :p
Mungkin ini peringatan aja dari Allah karena dia kan suka tebar pesona ke semua wanita hahahahaha
Tapi saya baru liat loh kasus kayak gitu, “Eh, lain hari kalau ada kasus-kasus kayak gini jangan cerita ke gw ya… serem-serem-ribet gimanaaaaaa gitu ya, hahahhahaha” kata saya kemudian.

Kok gak ada yang ceria ya kisahnya…
Ya ampuuuuunnnnn pantesan jomblo hahahaha.
Hingga hari ini saya masih selalu bertanya-tanya, in the end saya akan melanjutkan hidup saya dengan siapa ya?
Mungkin dengan orang baru…
Mugkin dengan sahabat saya…
Mungkin dengan teman SMP saya yang entah sekarang ada dimana…
atau mungkin dengan cinta pertama saya karena saya masih punya “hutang” yang belum saya serahkan kepadanya hingga hari ini…
mungkiiiiiiiin…. ah masa bodoh lah~