Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan, menjadi bijaksana? Itu lain perkara



A life learner....Books, movies, and glorious foods lover. Have a big dreams... but wanna \\\"bigger\\\" than her dreams.  A life learner... Love books, glorious foods, and great movies. Proud to be a woman, daughter, sister, and best friend. A dreamer! I am the one who want to be bigger than my dreams. Future researcher and writer.


“Pokoknya aku tidak mau wisuda bulan depan, setelah aku hitung-hitung…. kalau aku lulus bulan depan, aku tidak akan menjadi lulusan terbaik FUFUFUFU”

“Si culun X bisa jadi mahasiswa berprestasi? Huh! Ini pasti nyogok juri…. harusnya kan akyuh.”

“Hmmppph… ide si A bagus nih, ahhaha tapi dia kan gak suka tampil di publik. Oh well, gw bantu lo A. Hahahaha… popularitas akan datang buat gw. Yah salah lo sih A pinter tapi culun”

“Eh liat deh, itu si B…. ih tiap minggu belanja. Tajir parah ya. Tau tuh uangnya dari mana.”

“Tau gak, pacarnya si C? Ya ampun… ganteng banget. Padahal kan C mah biasa aja ya? Pake susuk Nyi Terompet tuh kayaknya.”

“Si D tuh belum punya anak, gw rasa dia atau suaminya bermasalah deh”

“Sayang, kok kamu gak ngehubungin aku? Kamu selingkuh ya? Kamu harus hubungin aku setiap 10 menit sekali! Terus foto profil kamu, kok foto selfie kamu sama adik kamu sih? Foto kita berdua mana? AKu gak percaya lagi sama kamu…pokoknya mulai sekarang kamu harus kasih kabar per 5 menit sekali!”

AND WORLD CAN YOU STOP THESE?!?
Karena kita sudah terlalu tua untuk bersikap dengan egoisme level anak TK!
Percayalah bahwa kisah-kisah di atas bukan rekayasa, kisah nyatanya beneran terjadi loh. Ya! Ini kisah nyata.
Kisah nyata sampai ketika teman saya bertanya “Mon, lo kan anak ekonomi energi sekarang… setuju kalau ada pembangkit listrik tenaga nuklir, Mon di Indonesia?”

“Jangan dulu lah… nanti kegampangan buat Allah buat mengazab Indonesia. Pecahin aja wadah limbahnya, booom… abis blas Indonesia, tanpa sisa”

Iya loh… jangan macem-macem ah. Memang sih orang Indonesia itu kuat, dihajar makanan dan minuman berformalin, berpewarna tekstil, berborax, berlilin, berdaging tikus, toh masih pada hidup, tapi kalau Tuhan geram kan mainannya bencana, Bro. Itu loh yang ngeri.

Image and video hosting by TinyPic

Jadi bijaksana dan so sweet emang susah sih, but somehow it is worth 🙂

Saya ini sudah seperempat abad, dan saya jelaskan kepada kalian semua wahai khalayak… saya sudah merasakan jadi berbagai “jenis” manusia.
Saya pernah jadi cewek galak, bandel, manja, ambius, bahkan sampai ngambek dan gak ibadah sama sekali ke Allah pun pernah! Wah, hidup saya seru banget. Namun, setelah mengalami itu semua saya tahu bahwa yang paling nyaman adalah menjadi anak yang baik-baik aja. Walau gak baik-baik banget ya ahahhaha…. biarlah muka jutek, jarang gaul, tapi tetep romantis ke emak, ke adik, ke temen, punya hubungan yang lebih baik ke Tuhan, ke guru, ke alam, ke semua orang.
Karena sudah bukan masanya lagi bertindak kekanak-kanakan…. setidaknya bagi saya, kelak saya harus menjadi contoh untuk adik saya… mungkin untuk adik-adik kelas saya, untuk anak dan cucu saya kelak. Jika saya rupanya imbisil secara kepribadian, apa saya layak complain mengenai generasi setelah saya?
Lagi-lagi… kita sudah terlalu tua untuk bersikap egois layaknya bocah TK, ya bocah sih imut ya kalau kita mah amit kali :p

Menjadi ambisius itu penting, saya ambisius… sangat! Tapi menjadi orang yang berlapang dada dan ikut bahagia ketika orang lain itu bahagia lebih penting lagi.
Perhatian ke orang lain, itu penting banget! Namun tidak men-judge orang lain jauh lebih penting.
Jatuh cinta juga penting, tapi menjaga perasaan, sikap, dan menghargai waktu mungkin secara nyata dan signifikan lebih penting.
Menjadi dewasa berarti sudah bisa membuat level baik dan buruk menjadi beberapa lapis: sangat buruk, buruk, biasa saja, baik, sangat baik. Macam kuesioner lah…
Dan dengan cara memetakan perilaku kita seperti itu, mungkin… mungkin itu yang kemudian dinamakan: Bijaksana.

Lamun ceuk hadist Bukhari mah:

Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (Al-Bukhari)

Memperbaiki loh! Bukan menghakimi… apalagi ngomongin… apalagi disirikin….itu hanya membuat seluruh persoalan jadi mumet, bro… mempercepat munculnya rambut putih.

Sulit? Jelas… namun layaknya negara yang mau berubah dari less developed menjadi well developed country, manusia juga perlu mentransformasi dirinya terlebih dahulu dari less developed menjadi well developed human 🙂

On the night like this [?]
sedikit ulasan dari ceramah DR. Zakir Naik di Tokyo

Comments

  1. Menjadi dewasa bukanlah semata persoalan usia. Secara alami, pertambahan usia memang lebih mematangkan pola pikir serta kontrol diri. Akan tetapi, https://www.itsme.id/jangan-sampai-usia-hanya-akan-menjadi-sebuah-angka/

Leave a Reply

Your email address will not be published / Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.