Kisah Seekor Beruang: Sebuah Fabel


Beruang

Source: Wikipedia

Di sebuah hutan, terdapat seekor beruang madu betina. Dia tinggal di dekat sarang dengan seekor beruang jantan yang baik hati. Waktu berjalan, kedua beruang ini kemudian menjadi sangat dekat. Si beruang jantan sangat baik hati, begitu loyal, dia selalu membagi buah-buahan yang dia dapat kepada si beruang betina.

Suatu hari, si Beruang jantan menatap sebuah pohon yang sangat tinggi.
“Apa yang kamu lihat?” Kata si Beruang Betina tiba-tiba
“Hahaha…. lucu ya, kita ini beruang madu tapi kita malah selalu makan buah-buahan saja. Kamu lihat pohon tinggi ini, ada banyak rumah tawon yang sangat besar dan tentu banyak sekali madu di sana … hmmm rasanya aku ingin mencicipi bagaimana rasanya madu itu”
“Kalau begitu kenapa tidak mencoba?”
“Hahahaha… pohonnya terlalu tinggi… untuk apa memanjat terlalu tinggi?”
“Ya untuk mendapat madu itu, kamu menginginkannya kan? Kalau iya… maka ayo kita ambil! AKu temani ya!”
“Hahahahaha… bercanda kamu, selama ini toh kita masih hidup dengan memakan yang ada tanpa perlu repot memanjat terlalu tinggi”
“hei… jadi begitu saja? Kamu yang bilang sendiri kan kamu ingin merasakan jadi beruang madu yang sesungguhnya… lagipula apa kamu tidak mau agar keluargamu juga merasakan madu? Hei ayoooo…. aku sudah bersemangat dan penasaran dengan madu itu”
“Haaaah… sudahlah, tadi hanya menyeracau saja. Ayo kita makan buah lagi… pasti lapar kan?”

Lalu mereka pun kembali ke sarang mereka masing-masing.

Keesokannya si beruang betina bertekad jika dia yang akan mengambil madu dari pohon yang tinggi itu. Ia pun menemui si beruang jantan.
“Aku ingin memanjat pohon tinggi itu, kalau kamu tidak bisa… biar aku saja. Nanti aku bagi madunya denganmu ya. Bagaimana? adil kan! Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena kebaikanmu selama ini”

“Hahahahaha… kenapa jadi seserius itu. Kita terbiasa mencari buah bukan memanjat pohon setinggi itu. Lagipula kita masih hidup kan dengan seperti ini?” kata si beruang jantan sambil tertawa

“Tapi kita beruang madu, Tuhan menciptakan kita sebagai beruang madu…. kita pasti bisa mendapatkan madu. Kita hanya perlu… mmmm…. sedikit mencoba mungkin. Maksudku… kita tidak akan tahu kan kalau belum mencoba?”

“Hahahaha… kamu saja yang coba sendiri, aku sudah berkali-kali memanjat pepohonan untuk mengambil buah. Untuk yang tidak terlalu tinggi saja aku masih suka terjatuh apalagi yang setinggi itu. Otak kamu dimana? Apa ini karena kamu terlalu banyak bergaul dengan beruang madu lain? Yang cuman bisa berpikiran sempit bahwa kehidupan beruang madu harus berlimang madu? begitu?”

“Aku tidak bilang begitu, tapi kamu benar… sebagai beruang madu kita belum mencicipi madu sama sekali. Bukan aku merasa tidak cukup… tapi bukankah mencoba saja bukan hal yang salah. Dan hei! Aku mau kamu tahu bagaimana rasa madu itu.”

“Ah aku paling tidak suka berdebat”

“Tapi….ah baiklah” Kata si beruang betina sedikit kecewa, “Bagaimana jika aku melihat saja pohon itu lebih dekat? Tidak apa ya? Siapa tahu rupanya si pohon itu tidak terlalu tinggi” tanya si beruang betina, namun tak ada jawaban.

Kesal dan sedikit kecewa si Beruang betina itu kemudian berlari sendirian ke arah pohon tinggi yang telah membuatnya penasaran. Dia berlari tanpa arah, sesekali menabrak tumpukan ranting kering, namun rasa penasarannya mengalahkan rasa sakit apapun yang menimpanya.

Dia lalu sampai di bawah pohon tinggi tersebut, namun betapa terkejutnya dia ketika melihat seekor beruang hitam sedang bergelantungan di pohon tersebut… mencoba menyusuri dahan demi dahan.

“Hei… beruang hitam” Sapa beruang madu betina.
“Ah yaaaa… heeeei… kau si beruang betina yang tinggal di dekat pohon buah-buahan dekat sungai kan?”

“Ah kau rupanya! Kita pernah bertemu kan…mmmm…. ah rasanya lama sekali. Sebelum keluargamu pindah ke hutan pinus di atas sana, benar kan? Si beruang hitam yang agak sombong dan menyebalkan itu”

“Hei… beraninya! Baru bertemu bilang begitu. Sini keatas… kita selesaikan secara jantan, aku tidak segan-segan loh walau kamu betina”

“Kejaaaaam… apa yang kau lakukan di atas sana? Mencari madu ya? Kau kan beruang hitam, untuk apa mencari madu?”

“Aku mencari segala-galanya di sini… madu hmmm ide bagus, akan aku coba. Apa lebih lezat dari petualangan? Tapi aku kesini untuk mencapai langit. Tahukah kamu bahwa pohon ini adalah pohon tertinggi di hutan ini”

“Ah mengapa harus jauh-jauh ke atas, kau tidak puas di bawah sini?”

“Entahlah… aku hanya ingin melihat hutan ini dari titik tertinggi di hutan ini. Aku hanya ingin melihat hal-hal yang sebelumnya belum aku lihat. Menarik bukan?”

“Hal yang tidak pernah kita lihat?”

“Iya, hal-hal yang akan mengubah cara pandang kita terhadap keseluruhan hutan ini… ayo… susul aku jika berani!”

“Tapi… mmmm… aku harus minta izin pada keluargaku dulu dan mmmm…. entahlah aku bisa atau tidak”

“Jika benar-benar ingin… maka laksanakanlah. Aku tunggu di pohon ini, pergilah dan selesaikan urusanmu terlebih dahulu. Jangan bebani hati dan pikiranmu dengan hal-hal yang membuatmu tidak fokus nantinya”

“Mmm. baik… tunggu di situ!” Si beruang madu betina lalu lari sekencang-kencangnya… menemui keluarganya lalu mengutarakan keinginannya. Keluarga sedikit cemas, namun melihat tekad dan cahaya mata si beruang betina tersebut mereka kemudian mengizinkannya.

Tidak lupa di beruang betina kemudian memberi tahukan niatnya tersebut kepada beruang madu jantan.
“Tekadku sudah bulat, aku ingin memanjat pohon tinggi itu dan mengambil madu untukku… untuk semuanya”

“Berapa kali aku bilang itu tidak perlu lagi, kenapa sih kamu begitu keras kepala?”

“Berapa kali pula kamu bilang bahwa kita beruang madu, maka kita harus mendapatkan madu itu. Kalau kamu tidak mau, biar aku yang mendapatkannya. Duduk di sini lalu lihatlah aku pasti bisa”

“Ya selamat berjuang, tidak pernah ada gunanya memang bicara dengan beruang yang tidak bisa diatur. Kamu tidak puas dengan apa yang kita miliki sekarang. Jika beruang madu hanya bisa mengambil buah dari pohon-pohon pendek memang salah? terserah kamu saja!”

“Kalau begitu bagaimana jika kamu yang memanjat, dan biarkan aku menjagamu dari bawah jika kamu khawatir akan terjatuh”

“Aku tidak mau madu itu, titik! Jika kamu mau… ambil saja sendiri. Sudah selamat tinggal… aku lelah hari ini”

Saat ini si beruang betina sedih sekali, bagaimana mungkin salah satu beruang yang paling dekat dengannya pun tidak terlalu peduli dengan apa yang akan dia lakukan. Namun dia tetap melangkah…. tekadnya untuk memanjat pohon tertinggi di hutan itu sudah bulat.

Sesampainya di bawah pohon tinggi, si beruang betina mencari-cari si beruang hitam. “Heiiiii…hitam… kau dimana?”

“Heeeei… aku disini” teriak beruang hitam, rupanya dia sudah mencapai ranting yang lebih tinggi daripada ketika mereka pertama kali bertemu.

“Waaaah… tinggi sekali. Kau meninggalkanku ya? Hei bagaimana aku naik… aku biasa memungut buah-buahan bukan memanjat pohon. Bisa kau turun dan mengajari aku?”

“Kamu yang terlalu lama tadi jadi aku memutuskan naik lebih dulu, kukira kau tidak akan kemari lagi. Apaaaa? mengajarimu memanjat… tidaaaaaak akaaaaan”

“Kejam sekali… hei, kemari ajari aku dulu. Kenapa kau begitu kejam sih? Dasar… beruang hitam.. pantas saja spesiesmu hampir punah”

“Karena aku percaya kamu bisa melakukannya sendiri. Bukankah kamu bahkan sudah mengalahkan keraguan dirimu sendiri? Ah… ketinggian pohon ini belum seberapa dibandingkan keraguan yang ada di diri kita. Sudahlah… ayo naik. Gunakan saja instingmu”

Si beruang betina mulai memeluk batang pohon tersebut, memejamkan matanya, lalu entah keajaiban apa tiba-tiba dia bisa perlahan-lahan memanjat pohon tersebut walau masih sangat perlahan.

“Hei… lihat aku bisa!”

“Apa kubilang, kamu tidak terlalu buruk. Baiklah… ayo susul aku. Lihat-lihat… aku bisa melihat banyak rumah tawon di atas sini. Aaaaah… sayang sekali jika kamu tidak kesini.”

“Iya… tunggu… aku kan masih belajar”

“Hah… payah sekali sih. Rasanya butuh ribuan tahun hingga kau bisa menyusulku”

Lalu  langkah si beruang betina terhenti, dia menatap kosong ke bawah.

“Eh, aku menyinggung ya? maaf… aku tidak sungguh-sungguh kok” Kata beruang hitam

“Tidak apa, aku sudah mulai terbiasa dengan sifatmu itu. Bukan itu…”

“Masih ragu meninggalkan yang di bawah? Kembalilah… nanti aku bawakan madu untukmu. Tapi kalau aku ingat ya”

“hahahaha… tidak… tidak… aku tidak akan mengganggu impianmu mencapai puncak pohon ini. Hanya saja…”

“Hanya saja apa?”

“Hanya saja… rupanya tidak terlalu menyenangkan ketika tidak semua orang mendukung kepergianku ini… rupanya mmm… tidak terlalu nyaman juga ketika meninggalkan semuanya padahal aku juga belum memberikan kesan yang baik pada semuanya”

“Jika begitu… maka turunlah. Aku sudah bilang kan, perjalanan kita akan sulit…. kita tidak bisa setengah-setengah”

“Aku juga sudah berjalan sejauh ini… aku tidak mau berhenti.” Kata si beruang betina. “Ah… apa kamu lihat beruang madu yang giat itu? Iyaaa itu yang sarangnya di samping sarangku! Lihat tidak?”

“Yaph, mataku tidak buruk… beruang madu yang rajin sekali. Kenapa?”

“Aku ingin dia bisa memanjat pohon ini juga, bagaimana menurutmu… dia potensial kan? Aku juga berpikir begitu.”

“Ah… kalau begitu kita ajak saja. Tapi sepertinya orangnya sedikit alot, entahlah… sepertinya begitu”

“Baginya aku yang alot. Aku tahu dia ingin mencicipi madu dari rumah tawon di pohon ini… tapi dia tidak terlalu percaya diri dengan kemampuannya”

“Hmmm… begitu.”

“Iya… sebelum aku menaiki pohon ini, kami sedikit mmmm… berselisih pendapat.”

“Mungkin dia khawatir… kau kan beruang betina aneh yang tidak pernah naik pohon hahahahahaha”

“Tidak… dia tidak khawatir.”

“Darimana kau begitu yakin, betina sok tahu!”

“Kalau dia peduli… dia akan kemari. Dia bahkan tidak menoleh sedetik pun dan mendengarkan kata-kataku tadi.”

“Aku turut prihatin, apa aku perlu turun tangan?”

“Tidak… tidak… dia tidak salah. Ketika aku menaiki pohon ini… dari satu ranting ke ranting lainnya… aku merasa bahwa aku memang benar-benar mengingkan ini. Tidak masalah melihat kau dari belakang karena langkahku yang masih pelan, tapi di setiap ranting aku menemukan pengalaman baru dan rupanya aku senang melakukan ini. Karena senang aku melakukannya terus… dengan bersungguh-sungguh. Aku tidak peduli ketika jari-jariku tertusuk ranting-ranting kering, atau aku terpeleset lumut dan air hujan… aku menyukainya… maka aku terus melakukan ini”

“Aku senang kau sudah bisa mengambil keputusan, lalu si Beruang madu itu? tidak apa?”

“Satu-satunya penyesalanku adalah… aku mungkin terlalu keras padanya tadi. Jika dia tidak kesini… berusaha mencoba meraba tiap permukaan pohon ini… mungkin memang dia benar-benar tidak ingin melakukan ini. Melihatnya begitu giat di bawah sana… mungkin memang dia bahagia di sana. Kenapa aku malah menekannya… pilihan semua beruang toh berbeda-beda.”

Beruang hitam lalu tersenyum tipis, “Jadi masih mau lanjut menuju puncak pohon ini? Yakin tidak akan mundur? Aku sudah melihatmu terengah-engah loh, belum terlambat untuk menyerah”

“Ya Tuhan… apakah ada ranting besar untuk menutup mulutmu itu agar berhenti sombong sebentar saja?”

“Hahahahaha… ayo aku perlambat jalanku, aaaaah… masih butuh 1500 abad sepertinya hingga kau menyusulku”

“Hei, jangan meremehkan aku… beberapa ranting lagi akan aku lalui lalu menyusulmu. Jangan besar kepala”

“Kau tahu? aku beruang yang menyebalkan loh… benar tidak akan turun dulu?”

“Tidak… aku kan sudah bilang aku sudah terlanjur sejauh ini. Aku akan buktikan pada semuanya bahwa aku akan menjadi beruang madu yang hebat. Aku juga akan membawa madu yang banyaaaaak sekali ke bawah nanti, tentu satu buah untuk si beruang madu keras kepala itu hahahaha. Sementara ini, aku rasanya sudah cukup siap bertualang dengan beruang menyebalkan berwarna hitam di atasku ini. Ah iya… aku juga akan menjadi beruang yang lebih baik darimu… hahahahahahhaha”

“Ya ampuuuun… banyak bicara sekali. Sampai kapan ya kau akan melihat bokongku terus menerus dari bawah sana hahahaha. Hah sudah ayoooo… kita sudah kehabisan banyak waktu”

“Awas saja… akan aku cari ranting panjang untuk menjitakmu nanti hahahahaha….”

Lalu si beruang madu betina pun memutuskan untuk melanjutkan petualangannya mengumpulkan madu dan mencapai puncak pohon tersebut untuk melihat keindahan seantero hutan bersama dengan si beruang hitam. Petualangan mereka semua terus berlanjut dan dikarenakan tingginya pohon tersebut, belum ada yang mengetahui bagaimana akhir kisah petualangan mereka *errrr endingnya gak banget*

——————————-

Hiyaaaaa…. ahahhahaa… baru kali ini bikin fabel :p semoga gak jelek-jelek banget hahahahahhaha

 

Love is stupid? No… stupid is yours -.- :sebuah catatan penuh tanda tanya


Di tengah kerieutan ngurus berkas buat dikirimkan ke calon universitas… tiba-tiba pikiran saya ngawang-ngawang dan jadi mikir macem-macem…. adaaaa ajaaaaaa klo keur deadline mah ya.

Hari ini sahabat saya mengirim bbm dan bercerita tentang seorang pria yang bertengkar dengan kekasihnya hari ini lalu mengancam akan bunuh diri di jembatan busway tempat mereka bertengkar. Why waiting? loncat aja…! Lama-lama banget… dunia sudah penuh dengan hal-hal gak rasional jadi heuuufttt udahlah yaaa~ ayo mas…loncat…loncat…loncat… http://eemoticons.net kok belum ada berita lebih lanjut ya? Berarti gak jadi nih loncatnya, ah cupuuu!

Beberapa waktu yang lalu juga… udah agak lama sih…. ada beberapa pria yang curcol ke saya. Mereka mengaku mencintai keluarga mereka, terutama anak-anak mereka, tapi di sudut hati paling dalam mereka masih menyimpan perasaan dengan cinta pertama mereka. Saya sendiri kaget dan rasanya pengen jewer deh cowok-cowok model itu… kalo istrinya tahu bisa pada kena lemparan panci tuh. Tapi dari beberapa orang tersebut ada satu kesamaan, cinta pertama mereka rupanya wanita-wanita yang menurut mereka sangat cerdas dan pintar. Dari cerita mereka sih, dulu mereka gagal menjalin hubungan lebih serius dengan cinta pertama mereka karena tingkat pendidikan atau karir wanita bersangkutan jauh lebih tinggi. Aduuuuh masalah percaya diri aja toh… rasanya saya mulai gemas, errrrrrrhhhhhhh….

Saya juga pernah mendengar cerita… seorang wanita, very smart! Lalu berhenti bekerja dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolah karena dilarang sang suami. Katanya… istri dan ibu yang baik itu harus full time di rumah! FULL TIME! no excuse!

Love just blind, Mon… and Love is stupid!

How can sih orang nyalahin love is stupid… stupid is yours!

Izinkan saya mengetahui satu saja alasan paling rasional bahwa tingkat pendidikan wanita atau karir wanita itu harus lebih rendah atau sama dengan pria, dan hanya dengan kriteria tersebut maka rumah tangga bisa berjalan dengan rapi dan mulus.

Berikan saya sebuah pemikiran paling logis bahwa jika kemudian tingkat pendidikan maupun karir wanita lebih tinggi maka si pria harus jiper lalu mundur… begitu pula sebaliknya.

Katakan juga pada saya, jika kemudian dalam cinta itu ada masalah maka masalah itu harus diselesaikan dengan kelakuan-kelakuan bodoh, such as loncat dari jembatan busway.

Itu bodoooooooh banget….banget…. bangeeeeet!

Pria mungkin gak sadar saya, but when a woman choose a man, mereka (seharusnya) sudah memikirkan itu semua matang-matang dan sudah bisa menerima si pria apa adanya. Lalu… kenapa harus minder? Kalau cinta maka perjuangkan! Logika saya tidak salah kan? Saya sangat mencintai ilmu pengetahuan, oleh karena itu saya mengorbankan banyak hal untuk memutuskan bersekolah lagi. Sama halnya juga jika sama mencintai seseorang, dan orang itu hanya bisa didapatkan jika dan hanya jika saya harus memperoleh piala nobel sekalipun maka saya harus berjuang untuk mendapatkannya. Itu alasan kenapa Bandung Bondowoso berjuang membuat seribu candi untuk Roro Jonggrang! Jika gagal setidaknya sudah mencoba. Marah hanyalah perlu dilakukan bila ada hal-hal yang tidak fair. Dimana kisahnya ada cowok-cowok cupu yang menyerah di tengah jalan buat ngejar cewek yang bener-bener dia suka? Kalau nyerah maka berarti tidak sepenuhnya cinta… Analogi yang sederhana kan?

Lalu jika gagal apa harus benar-benar terpuruk lalu…. arrrrrrghhhhhh….so many questions in my head dan sungguh saya tidak habis pikir kenapa pikiran beberapa manusia terlalu rumit http://eemoticons.net.

Jika gagal maka coba lagi!

Yang bisa kita lakukan kan cuman mencoba melakukan segala yang terbaik?
Masalah gagal atau berhasil….loh itu sih belakangan lagi. Justru kalau tidak pernah mencoba kita tidak akan tahu.

Love is stupid? no! Stupid is yours….

Cinta itu bagian dari kehidupan, dan dalam kehidupan kita harus senantiasa membuat pilihan.
Masalah patah hati lah… CLBK lah…. nyesel lah… apapun itu… ya itu adalah hasil dari pilihan-pilihan yang sudah dibuat. Kalau di ekonomi, kami menyebutkan setiap mau mencapai tingkat utilitas yang lebih tinggi kita harus bisa melampaui constrain/ kendala yang ada… kalau tidak sanggup atau tidak menyanggupkan diri maka puaslah dengan tingkat utilitas yang telah diperoleh.

Mungkin saya kejam ya…
Tapi kalau saya, sebagai wanita saya ingin merasa menjadi seseorang yang diperjuangkan…
Hal yang sama juga berlaku jika saya menyukai seseorang, maka saya ingin orang tersebut juga merasa sudah saya perjuangkan dan telah saya hargai….
Saya rasa itu fair.
Like Newton said, Aksi=Reaksi….

Arghhhh… tapi seperti kata Dr. Watson pada Holmes, “Fakta terkadang lebih sulit dipahami daripada fiksi”

Jangan jadi Mahasiswa/Calon Mahasiswa nyebelin!


Bahkan jika kalian sudah sampai Oxford sekalipun! Tetaplah rendah hati!

Itu yang bisa saya katakan kepada kalian… siapa saja, dimana saja, di belahan bumi manapun, ketika kalian berstatus sebagai mahasiswa maupun calon mahasiswa.

Kenapa tiba-tiba saya ngomel-ngomel nggak jelas seperti ini… huuuufffftttt ceritanya panjang.

Semua berawal dari posting sebelumnya. Sebagaimana yang telah saya ceritakan sebagai calon mahasiswa, uang saya pas-pasan…. Sensei saya aja sampai gak tega hahahaha.. sedih banget kan. Bahkan jika saya harus bayar biaya pendaftaran terlebih dahulu… terus dijanjikan reimburse bla bla bla… huwaaaa saya gak sanggup deh. Gaji saya terpending 2 bulan karena kesalah sistem di bagian keuangan *oh please SDM yang gaptek 🙁 * dan adapun lainnya buat tes TOEFL iBT dan tentu buat bertahan hidup di tanah air dan memang sudah ada yang saya sisihkan untuk biaya kuliah adik saya…. untuk mama saya… dsb…. ya ampuuuuuun kacau semua gara2 si sistem errrrgghhhhhh… pengen ngamuk! tapi sudah lah ya~ intinya… rencana studi saya ke Jepang tertunda huhuhuhu…udah gitu ganti universitas pula… jadi ke sebuah universitas di Tokyo walaupun Sensei saya di Kyoto sangat baik hati dan bilang kami bisa bertemu kapan saja untuk membicarakan penelitian saya… yang penting sampai da harus pakai beasiswa! Huhuhuhu mengharukan….

Lelah dengan pekerjaan saya sekarang dan gemes juga dengan gaji yg sering telat. Saya pun memutuskan untuk resign akhir bulan ini…
Dan puji syukur kepada Allah saya sudah menemukan tempat berlabuh yang baru di sebuah lembaga penelitian tentang perubahan iklim di IPB dan menjadi peneliti di sana :’D saya pun bisa ngajar lagi dan belajar lagi karena calon tesis saya memang sesuatu yang baru banget…

Saya sih damai tenteram ya… I got a new job! Saya bisa nambah tabungan untuk kuliah adik saya, nambah tabungan untuk mama saya, dan sudah ada berbagai proyek kerjasama Indonesia-Jepang yang siap menanti saya untuk dipelajari dan dikerjakan. Sensei saya juga toh terlibat dalam proyek tersebut jadi yaaa bisa nyambi-nyambi nyicil. Cuman memang ya perjuangan dapat gelar Master itu mahaaaaaal dan beraaaaat perjuangannya. Saya juga sekarang bahagia tempat kerja saya dekat dengan rumah jadi gak capek ngejar-ngejar kereta.

Plan saya sudah sempurna sampai sini!
Misi mendapatkan calon suami di tempat sekolah baru juga bisa dipending sementara…
Errrrrr…

Tinggal menjalankan misi saya yang lain..
Saya ingin membantu banyak orang sebelum saya melanjutkan sekolah. Terutama yang mau melanjutkan sekolah lagi. Kenapa ya? Karena Allah toh memberi banyak kebaikan pada saya jadi boleh dong saya melakukan kebaikan untuk orang lain.

Karena saya akan menjadi anak “teknik” maka tentu saya jadi lebih sering bergaul dengan calon-calon anak teknik juga, dari yang calon master sampai calon doktor… I’m happy ketika banyak orang yang mempercayai saya dan bertanya kepada saya… lalu saya bisa membantu mereka.

Hingga datanglah hari ini….
Hari ini ada seorang calon mahasiswa yang kebetulan akan mengambil Universitas yang sama dengan saya, anak univ. ternama…. dia mau mengambil “teknik lingkungan” mungkin karena menyerempet dengan penelitian saya saya juga tentang lingkungan…. kebetulan kami juga dapat beasiswa yang sama, dan mungkin juga karena saya awalnya hampir jadi anak Teknik Lingkungan jadi dia nanya-nanya lah ke saya.

Awalnya pas nanya maniiiiisssss banget… wah saya pun terenyuh. Saya menjawab dengan penuh kesabaran seluruh pertanyaan dia dengan baik dan benar. Tapi alangkah kecewanya ketika makin lama dia makin nyolot -.-

“Kok mbak nggak ambil intake yang ini bla bla bla…. kan biar lebih cepet mbak”
“Hehehehehe…Gak sanggup, Mas… saya nggak bisa bayar biaya pendaftaran yang pakai yen itu -.- rupiah kan lagi melemah, Mas”
“Ya ampuuuun… itu kan murah, Mbak. Masa gitu aja gak bisa bayar” JLEBBBBHHHH! saya dengan segala pengetahuan ekonomi saya… menghitung si Yen dan mengconvert ke rupiah… jreeeeeeng 3,5 juta rupiah bok! Ya ampuuuun…ada sih… tapi setelah itu saya langsung jadi fakir, miskin, dan anak terlantar yang perlu dirawat negara karena rekening saya akan kosong melompong -.- Biaya hidup kerja bulak-balik jakarta bogor aja udah hi-cost bgt. Ada uang yang saya invest, tapi ya ampuuun bertunas aja belum masa iya saya cabut T^T. Huwaaaaaa teganyaaaaaa~

“Jujur aja,Mas… saya sih gak mampu hehehehe…uangnya ngepas, Mas. Soalnya deadline pembayarannya mepet. Kalau bulan depan sih kekejar” Masih berusaha menjawab dengan jujur, sopan dan sabar
“Oh derita mbak itu sih, segitu sih bagi saya kebayar lah, mbak. kalo begitu saya duluan ya mbak kesana. Bye”

Jangkrik!

Saya catat nama anak itu di benak saya…. saya catat lab.nya di ingatan saya… saya akan cari nanti di universitas tujuan! Saya akan datang pas dia presentasi paper, dan demi kesucian ilmu pengetahuan… saya yang akan mengajukan pertanyaan substantif kepada dia! Saya mau lihat sepintar apa dia sampai berani-beraninya se-kurang ajar itu kepada saya! gemes!

Heeeeeuh…. Allah… liat dong makhluk yang itu tuuuh agak-agak bikin jengkel. Huwaaaaaaa keseeeeeel *lempar sandal*

Memangnya salah ya kalau saya sudah bertekad bahwa semua yang berkaitan dengan studi saya harus hasil perjuangan saya sendiri, termasuk masalah keuangan! Loh saya ini sudah 23 tahun! Udah gak jaman lagi minta ke Mama-Papah…. -.- apalagi ini sudah tekad saya, maka ini harus saya yang pertanggungjawabkan.

Huwaaaaaaa iya deeeeeeh…. saya mahasiswa miskin -,- derita-derita gw!
tapi saya akan buktikan saya bisa menjadi mahasiswa pintar!

Saya tidak mau membalas si anak “sopan” itu… Tapi saya ingin yang lain lebih rendah hati.
Beasiswa itu amanah! Sekolah lagi juga itu amanah!
Amanah itu untuk dilaksanakan dengan baik, bukan untuk disombongkan.
Memangnya ketika saya…. kalian… kita semua… selesai sekolah, bahkan hingga doktor sekalipun… untuk apa ilmu kita itu?
Buat apa?
Buat apa?
Ayo jawab! Buat apa?
Nyari kerjaan bonafit?
Nyari uang?
Nyari hal-hal duniawi?
Udah nggak masanya kawan~! Usia kalian juga makin menua… ketika kalian sampai pada masa itu, seharusnya ilmu kalian membuat pemikiran kalian menjadi lebih bijaksana… meluruhkan ego-ego kita… saat itu tugas kita adalah mengimplementasikan ilmu kita untuk kebaikan banyak orang! itu tanggung jawab kita! itu kawan… itu! tidak kurang… tidak lebih…

Ini amanah… dan Tuhan akan kecewa jika hamba-Nya menyepelekan amanah ini.

Saya marah… tidak?
Kecewa…? Sedikit
Tapi yang pasti… saya orang yang merasakan bahwa jalan saya menuju impian saya sangat sulit, dan saya tidak senang ketika ada orang-orang yang menyepelekan usaha saya.

Ingat… ini bumi Allah…
Mau sombong di atas bumi Allah? Boleh….
Tapi nggak tau yaaaaaa nanti Allah marahnya gimana~~~ gak ikut-ikut aaaaah~

 

My 2014 bucket list….


Ada yang pernah nonton film Morgan Freeman yang judulnya “The Bucket List” ? dalam film itu diceritakan dua orang pria yang sudah tua dan “sekarat” membuat list hal-hal yang ingin mereka lakukan sebelum meninggal dunia. Bersama mereka mengerjakan satu per satu list yang mereka susun bersama.

Entah mengapa bagi saya film itu sangat berkesan… dan rasanya mungkin setiap manusia perlu membuat bucket list mereka masing-masing sebagai sebuah penanda dan deadline bagi diri sendiri agar terus bergerak dan meraih segala yang diinginkan.

Tahun 2013 ini merupakan tahun yang cukup berat bagi saya karena banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Rasanya waktu saya jadi habis karena berpikir saja… merasa sudah banyak waktu terbuang, maka saya membuat Bucket List saya untuk tahun ini. Hal-hal yang harus saya lakukan sebelum menemui tahun 2014.

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Menyadari waktunya hanya tinggal beberapa bulan jadi sengaja tidak perlu terlalu banyak.

Hmmm.. semoga terlaksana 🙂

 

When I grow up, I’m gonna marry you, daddy….


Like what I said… Father is every daughter’s first love.
I love the way my dad told me some great stories and read so many books for me.
I miss a moment when he asked me about my dream, when I said “I don’t have any idea” and he just smile and told me “Look at the stars… whatever you will be, just shine the world with your own shine. Your own shine, sweetheart… not anybody else. Like a star… you born, live, and die with very beautiful shine”

Somehow, till this second
I never found a man like my father…
Love you so much, Dad…. so much!

No… I’m not sad.
I just missing him badly now.
Realizing that God gives me an honor to met an awesome man like my dad 🙂